BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Tentang Pengaruh Definisi
pengaruh
(influence)
menurut
The
American
Hertage
Dictionary (1996) adalah sebagai berikut : “A power affecthing person, thing, or course of event, ecpecially on that operates without only direst or opponent effort”
Menurut Badudu Zain (1994) pengertian pengaruh adalah: “Daya yang menyebabkan sesuatu terjadi atau sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain” Jadi berdasarkan pengertian tersebut, dalam penelitian ini pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari perhitungan Deb to Equity Ratio sebagai penentu struktur modal optimum (WACC), dimana WACC tersebut merupakan salah satu komponen dalam mengetahui Economic value Added perusahaan yang merupakan pencerminan kinerja perusahaan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan
adalah laporan keuangan. Dimana isi dari laporan keuangan tersebut digunakan oleh para pemakai sebagai sumber informasi untuk mengambil keputusan.
11
12
Menurut Kieso, et al (2011:7) mengungkapkan pengertian dari laporan keuangan : “Financial statements are the principal means through which a company communicates its financial informations to those outside it. These statements provide a company’s history quantified in money terms”.
Pengertian dan tujuan laporan keuangan menurut (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) (PSAK) No. 1 tahun 2009 yaitu : “Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban
manajemen
atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka”. 2.2.2
Komponen laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) (PSAK)
No. 1 tahun 2012 terdiri dari komponen-
komponen berikut ini: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) laporan laba rugi komprehensif selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan; dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Adapun pengertian komponen-komponen Laporan Keuangan yaitu, laporan posisi keuangan, laporan
13
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas menurut Martani, et al (2012 : 109) meliputi : a. Laporan Posisi Keuangan Laporan Posisi Keuangan atau neraca, melaporkan asset, liabilitas, dan modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi keungan entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan posisi keuangan, yaitu asset, liabilitas, dan ekuitas. b.
Laporan laba rugi komprehensif
Laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian arus kas masa depan. c. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang mencerminkan naik turunnya asset neto perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari kinerja perusahaan selama periode berjalan. d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang perubahan arus kas dan setara kas entitas selama satu periode yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
14
e. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas
Laporan
Keuangan menurut
(Pernyataan
Standar
Akuntansi Keuangan) (PSAK) No. 1 tahun 2012 adalah bagian dari laporan keuangan dimana mempunyai fungsi (a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan; b) menggunakan informasi yang disyaratkan Standar Akuntansi Keuangan; dan c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. f. Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Komparatif Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) (PSAK)
No. 1 tahun 2012 yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.2.3
Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
15
daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:4) “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam pengambilan keputusan ekonomi” Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam
16
menghasilkan kas dan setara kas serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut. Selain untuk tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan pertanggung jawaban manajemen sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Jadi tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan bertujuan untuk melaporkan semua aktivitas yang mempengaruhi posisi keuangan yang terjadi di perusahaan. 2.2.4
Karakteristik Kualitatif laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: 1. Dapat dipahami 2. Relevan 3. Keandalan 4. Dapat dibandingkan
17
1. Dapat Dipahami Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dapat dipahami oleh para pengguna. Informasi dalam laporan keuangan akan mudah dipahami informasinya jika disajikan dengan baik dan digunakan oleh pengguna yang memiliki pengetahuan tentang aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi penggunaan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa ini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi penggunaan di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
18
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Para pengguna laporan keuangan tentunya memerlukan informasi yang mudah dipahami. Bukan hanya mudah dipahami, tapi informasi dalam laporan keuangan juga harus relevan untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa depan. Keandalan dalam laporan keuangan juga sangat diperlukan untuk menghindari informasi yang menyesatkan bagi para penggunanya. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dalam laporan keuangan dengan melihat kinerja keuangan dalam laporan keuangan, pengguna dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.2.5
Pengguna Laporan Keuangan Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
dalam Standar Akuntansi Keuangan ( SAK) paragraf ke 9 ( Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang kemudian dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. 1. Pihak internal Manajemen perusahaan
19
informasi keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan
untuk
mengetahui
perkembangan
keuangan
perusahaan yang dikelolanya. Laporan keuangan aka dijadikan dasar penyusunan anggaran dan perumusan kebijakan ekonomi perusahaan.. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 2. Pihak eksternal Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
20
Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden Pemerintah Pemerintah dan berbagai
lembaga
yang berada dibawah
kekuasannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan
informasi
untuk
mengatur
aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. Masyarakat Laporan
keuangan
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
21
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa laporan keuangan dapat dipakai atau digunakan oleh siapa saja yang memerlukannya dan sifatnya umum. Dimana laporan keuangan memerlukan salah satu alat untuk mengetahui keadaan kondisi suatu perusahaan dan sebagai pusat pertimbangan untuk memulai berinvestasi 2.2.6
Keterbatasan dan Kelemahan Laporan Keuangan Agar tidak salah dalam melakukan analisisi laporan keuangan pada
perusahaan tertentu maka perlu diketahui analisis atas laporan keuangan. Menurut Haraphap (2004:201:202), bahwa keterbatasan analisis laporan keuangan harus memperhatikan keterbatasan laporan seperti: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. 2. Laporan keuangan bersifat umum, informasi ini disajikan untuk dapat digunakan semua pihak pemakai sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan. 3. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Disamping keterbatasan itu maka perlu juga diketahui kelemahan analisis atas laporan keuangan. Haraphap (2004:203-204), mengemukakan bahwa kelemahan analisis laporan keuangan adalah: 1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan 2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan
22
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bias berbeda dengan kondisi masa depan 4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan perinsip yang bias menjadi penyebab perbedaan angka.
2.3
Struktur modal Modal
2.3.1
Pengertian Struktur Modal Menurut Munawir (2002) mengemukakan bahwa struktur modal
merupakan perimbangan hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang saham preferen dan saham bisa. Tujuan utama manajer keuangan mencakup keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan merupakan kegiatan menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Struktur modal adalah gabungan pendanaan utang jangka panjang dan ekuitas (Brealey et.al, 2007 :6). Sedangkan menurut Van Horn dan Wachowich (2007 :232) struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen dan ekuitas saham biasa. Menurut Arthur Keown et.al (2002 :85) struktur modal adalah bauran sumber-sumber dana yang digunakan perusahaan. Konsep yang digunakan pada dasarnya menghapus kewajiban jangka pendek. Karena struktur modal merupakan bagian dari struktur pendanaan yang merupakan gabungan dari semua unsur yang terdapat disisi kanan neraca. Hubungan struktur pendanaan dan struktur modal
23
dapat digambarkan sebagai berikut : (struktur pendanaan) – (kewajiban jangka pendek) = Struktur Modal Struktur modal bagi suatu perusahaan berasal dari dua sumber. Pertama, sumber eksternal atau pinjaman yang berasal dari kreditur dengan balas jasa bunga. Kedua, sumber dana internal atau modal sendiri yang berasal dari pemilik perusahaan dengan balas jasa dividen yang berasal dari penjualan saham. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada hutang dan modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau jangka panjang. Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan rasio struktur modal yang disebut dengan debt to equity ratio (DER) menunjukkan persentase modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang yang dihitung dengan membandingkan antara total hutang dengan modal sendiri. 2.3.2
Teori Struktur Modal
1. Teori modigliani dan miller Modigliani dan Miller (1958) berpendapat bahwa dalam struktur modal perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Mereka menyimpulkan bahwa nilai suatu perusahaan semata-mata tergantung pada arus pengasilan dimasa mendatang (future earning) berdasarkan besarnya ekspaktasi return yang dikapitalisasi dengan discount rate sesuai dengan tingkat risikonya. Oleh karena itu nilainya tidak tergantung oleh struktur modal (perbandingan hutang dan modal sendiri) perusahaan. Proporsi kedua menyatakan jika ekspaktasi return suatu perusahaan tetap maka
24
penambahan hutang akan meningkat required return on (levered) equity sebanding dengan besarnya penambahan hutang. proporsi ini membuat weighted average cost of capital yang dipakai sebagai discount rate pada kapitalisai ekspaktasi return tidak berubah. Gabungan dua proporsi ini memberikan dasar argumentasi bahwa keputusan struktur modal tidak relevan pada kondisi pasar yang sempurna. MM menggunakan proporsi yang sangat ketat, termasuk asumsi pasar modal sempurna. Oleh karena salah satu asumsi penting adalah tidak adanya pajak, model ini sering disebut model MM tanpa pajak. Namun keuntungan dari model MM tanpa pajak adalah kita dapat menganalisis bagaimana pengaruh elemen-elemen dunia nyata terhadap nilai perusahaan dengan cara mamasukkan satu persatu elemen-elemen tersebut ke dalam model. Alasan inilah yang membuat teori struktur modal MM masih tetap relevan sebagai referensi analisis keputusan struktur modal saat ini. Pada tahun 1963, MM mempublikasikan paper ke dua mengenai struktur modal dengan menghilangkan pajak. Dengan adanya pajak penghasilan, utang dapat menghemat pajak yang dibayar (karena hutang menimbulkan pembayaran bunga yang mengurangi jumlah penghasilan kena pajak) sehingga nilai perusahaan bertambah. Hubungan jumlah hutang dengan nilai perusahaan adalah positif. Semakin besar hutang semakin tinggi nilai perusahaan. Model ini disebut model MM dengan pajak. Namun model ini melupakan satu hal yaitu, semakin tinggi penggunaan hutang maka
25
semakin tinggi juga kewajiban yang harus ditanggung perusahaan. Dengan kata lain, apabila ada dua perusahaan memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang dan satunya lagi tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Penghematan membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik
perusahaan,
maka
sudah
tentu
nilai
perusahaan
yang
menggunakan hutang lebih besar dari pada tidak menggunakan hutang. 2. Agency Theory Jansen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetetapkan antara principal (pemegang saham) yang menggunakan agen (manajemen yang mengelola perusahaan) untuk melakukan jasa yang menjadi kepentingan principal, dalam hal ini terjadi pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan. Agar hubungan kontraktual ini berjalan lancar principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan terhadap agen dan hubungan ini juga perlu diatur dalam kontrak yang juga biasa menggunakan angka-angka akuntansi yang dinyatakan dalam laporan keuangan sebagai dasarnya. Dalam penyelesaian kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan agen dan principal dapat terjadi konflik kepentingan yang disebut agency conflict,
yang
merupakan inti dari teori keagenan (Jansen dan Meckling, 1976). Agency conflict
ini muncul disebabkan oleh pihak-pihak terkait (Stockholder,
manajemen,
bondholder)
mempunyai
kepentingan
yang
saling
26
bertentangan. Principal akan menugaskan agen untuk meningkatkan kemakmurannya,
namun
sebaliknya
manajer
sebagai
agen
juga
mempunyai dorongan untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri antara lain dengan memaksimalkan laba. Masalah keagenan (agency problem) sebenarnya muncul ketika principal kesulitan untuk memastikan bahwa agen bertindak untuk kesejahteraan principal.
Menurut teori keagenan, pengawasan yang secara luas
digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan principal dan agen melalui mekanisme pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab agen, principal
dapat mengukur, menilai,
sekaligus mengawasi kinerja agen, sejauh mana agen telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan principal. Selain itu pemilik atau pemegang saham dapat memberikan kompensasi kepada agen berdasarkan laporan keuangan. Kreditur dapat memberi pinjaman dengan mempertimbangkan laporan keuangan dan pemerintah dapat menetapkan regulasi berdasarkan laporan tersebut. 3. Teori Signaling Signal atau isyarat menurut Brigham dan Houston (2006;46) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Signaling theory merupakan langkah-langkah manajemen dari perusahaan yang sebenarnya memberikan petunjuk secara implicit kepada investor tentang bagaimana investor memandang prospek
27
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. 4. Teori Pecking Order Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson (1961), sedangkan penanam teori pecking order dilakukan oleh Myers (2001). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (2) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas berkarakteristik opsi baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru akan diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri
28
yang berasal dalam perusahaan (internal) lebih disukai dari pada modal sendiri yang lebih berasal dari luar perusahaan (eksternal). Menurut Myers (2001) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni yang berasal dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi. Sumber pendanaan dengan mengacu pada teori pecking order adalah : internal fund (dana internal), debt (hutang) dan equity (modal sendiri). Dana internal lebih disukai dari dana ekternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang dari pada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari pada biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. kedua, manajer khawatir jika penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. 5.
Assymetric information theory Assymetric information menurut Brigham dan Houston (2006;52) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor. Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemodal (Gumanti, 2000).
29
2.3.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Brigham (2006:6), terdapat empat faktor yang mempengaruhi
keputusan struktur modal, yaitu: 1. Risiko bisnis Risiko bisnis merupakan risiko yang melekat pada operasional perusahaan apabila tidak menggunakan utang, semakin berat risiko bisnis yang dihadapi perusahaan serta semakin besar pula risiko hutang yang ditanggung perusahaan. 2.
Posisi pajak perusahaan
Posisi pajak perusahaan artinya adalah dalam menggunakan utang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya 3.
Fleksibel keuangan
Fleksibilitas keuangan merupakan kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasional yang stabildan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil 4.
Konservatisme atau agresivitas manajemen
Konservatisme atau agresivitas manajemen artinya adalah sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini
30
tidak
mempengaruhi
struktur
modal
yang
optimal,
tetapi
akan
mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan. 2.3.4
Komponen Struktur Modal Menurut Riyanto (2001 : 238), struktur modal suatu perusahaansecara
umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu: 1. Modal Sendiri (Shareholder Equity) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari sumber intern maupun ektern. Sumber intern berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan
sumber
pemilikperusahaan.
ekstern Modal
berasal sendiri
di
dari
modal
yang
dalamperusahaan
berasal yang
dari
bebentuk
Persereturn on investment(ROI)n Terbatas (PT) terdiri dari modal saham dan laba ditahan yaitu : a. Modal Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Persereturn on investment(ROI)n Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari 1. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamakan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham berarti ia membeli propek dan siap menggangu segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. 2. Saham Preferen (Preferred Stock)
31
Saham Preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. b. Laba Ditahan Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk pembayran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayran kembali modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap-tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertahan dalam perusahaan dan tetap di perhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup serta melindungi perusahaan dari risiko kebangkrutan. 2. Modal Asing atau Hutang Jangka Pnajang (Long Term Debt) Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umunya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut
32
meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik. a. Pinjaman obligasi Pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana para debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjakan dengan
pinjaman obligasi
tersebut dan dari keuntungan. b. Pinjaman Hipotik Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. 2.4.
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio atau perbandingan antara
modal sendiri dan modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Hutang ini muncul karena tidak semua kebutuhan modal mampu dipenuhi oleh modal sendiri atau dengan perolehan dari penjualan saham sehingga perusahaan biasanya akan mencari tambahan modal melalui hutang. Hutang yang diperhitungkan di sini terdiri dari hutang jangka pendek dan jangka panjang. Rasio ini memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat diamati tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
33
Lukman Syamsuddin (2007:54) mengemukakan debt to equity ratio menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2008:303) mengemukakan rasio utang atas modal atau debt to equity ratio menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (kreditor). Kasmir (2009:157) mendefinisikan : Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan keputusan pembiayaan dan menghitung bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Bambang Riyanto, 2001:333). Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2009:157) :
Debt To Equity Ratio (DER) yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai
34
ekuitas yang ada. Kreditor memandang, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama, namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio ini sebaiknya besar. Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (Agus Sartono, 2008:121), yaitu: 1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. 2. Dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat. 3. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan, memiliki tiga implikasi penting (Eugene F. Brigham dan Joel F.Houston, 2001:84) diantaranya: 1. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. 2. Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya
35
memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur. 3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar atau ”leveraged”. Perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai resiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan menurun, tetapi perusahaan tersebut juga memiliki laba rata-rata yang rendah bila perekonomian meningkat. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi memiliki resiko menderita kerugian besar, tetapi mempunyai suatu kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi adalah menarik, tetapi para investor juga enggan menghadapi resiko. Keputusan tentang penggunaan leverage berarti menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan naiknya resiko. Analisis Debt to Equity Ratio penting karena digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan yang mencakup kewajiban lancar maupun hutang jangka panjang, dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. 2.5
Pengertian Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Sucipto (2003)
36
pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan. 2.5.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2006:242): a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).
37
b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. c. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang. d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.6
Economic Value Added (EVA) EVA (Economic Value Added) adalah sebuah nilai yang ditambahkan oleh
manajemen kepada pemegang saham selama suatu tahun tertentu, Brigham (2006: 68). Menurut Tjutjuk (2008), EVA merupakan pengukuran kinerja yang
38
memuat total faktor kinerja karena telah memasukkan semua unsur dalam laporan laba/rugi
dan
neraca
perusahaan.
Sedangkan
menurut
Utomo
(1999)
mengemukakan bahwa EVA atau economic value added merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari adanya aktivitas atau strategi menejemen. EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dengan laba akuntansi. EVA mencerminkan residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas setelah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas (Brigham,2006:69). 2.6.1
Keunggulan dan Kelemahan EVA Kelemahan dan Kelebihan EVA (economic value added) Menurut
McDaniel dalam Wahyudi (2009:31) EVA memiliki kelebihan : a. EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik b.
EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis
c. Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa digunakan oleh bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan. Sedangkan Tjutjuk (2008) menyatakan bahwa kelebihan dari EVA adalah:
39
a. EVA mempertimbangkan adanya biaya utang (cost of debt) dan biaya modal atas ekuitas (cost of equity) b. Dengan diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas maka pengukuran EVA berfokus pada penciptaan nilai yang sebenarnya c. Dalam pernilaian EVA terdapat penyesuaian terhadap biaya tertentu yang dikeluarkan, sehingga manajemen terdorong untuk melakukan investasi yang berdampak baik terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Kelemahan EVA menurut Tjutjuk (2008) adalah : a. Pada konsep EVA cenderung mengabaikan pengukuran nonfinansial. b. Penghitungan EVA masih mendasarkan pada laporan keuangan, yang kemungkinan masih dapat dimanipulasi pembukuannya c. Dalam hubungannya dengan kompensasi manajemen, biasanya mereka terdorong untuk memanipulasi kinerja dengan cara menurunkan investasi untuk menurunkan biaya modal. 2.6.2 Ukuran Kinerja EVA Konsep dalam EVA pada dasarnya merupakan suatu alat alternatif dalam pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai. Hal ini mengakibatkan perhatian manajer akan sesuai dengan kepentingan dari para pemegang saham Perhitungan yang dapat dipergunakan untuk menghitung nilai EVA. Menurut Tunggal (2008) EVA dapat dihitung sebagai berikut : EVA = NOPAT – (Capital charges x WAAC)
40
EVA = laba operasi bersih setelah pajak - biaya modal(modal yang diinvestasikan x rata-rata tertimbang dari biaya modal Keterangan :
NOPAT= Net Operating Profit After Tax merupakan hasil penjumlahan dari laba usaha, penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian laba (rugi) anak perusahaan, laba/rugi kurs, dan laba/rugi lainnya, di luar faktor non-operasional dan pos luar biasa.
WAAC= Weight Average Cost Of Capital/biaya modal rata-rata
Modal Investasi= Modal yang telah disesuaikan
Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu :
EVA > 0 menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan yang sesuai dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
EVA = 0 menunjukkan posisi impas karena semua laba yang diperoleh digunakan untuk membayar kewajiban para investor.
EVA < 0 menunjukkan bahwa tidak terjadinya pertambahan nilai pada perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para investor.
Besarnya biaya modal menunjukkan besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor atas modal yang ditanamkan pada sebuah perusahaan. Besarnya tingkat pengembalian yang dituntut oleh para investor tergantung pada tingkat risiko dari perusahaan tersebut. Bila diasumsikan bahwa para investor tidak menyukai adanya risiko, maka semakin besar tingkat risiko
41
yang mungkin akan dihadapi oleh para perusahaan akan diikuti dengan semakin besarnya pula tingkat pengembalian yang dituntut oleh para investor pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan diperhitungkannya biaya modal atas investor yang ditanamkan oleh para investor, makan pendekatan EVA memiliki keunggulan daripada pendekatan akuntansi yang lainnya dalam mengukur kinerja perusahaan. 2.6.3
Langkah- Langkah Perhitungan EVA Sesuai dengan rumus EVA yang telah dipaparkan, maka langkah yang
harus dirempuh dalam menghitung nillai EVA adalah berikut langkah-langkah harus dilakukan untuk menghitung EVA (Tunggal, 2008:26). 1.
Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT) NOPAT = Laba/Rugi usaha - Pajak
2.
Menghitung Invested Capital Invested Capital = Total kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek
3.
Menghitung Weight Average Cost of Capital (WACC) WACC = {(D.rd) (1-tax) + (E. re)} Dimana: D(Tingkat Modal dan Kewajiban) = rd(Cost of Debt)= E(Tingkat Modal dan Ekuitas) = re(Cost of Equity) =
x 100% x100%
42
Tax(Tingkat Pajak) = 4.
Menghitung Capital Charges Capital Charges = WACC x Invested Capital
5.
Menghitung EVA EVA = NOPAT - Capital Charges Atau EVA = NOPAT – (WACC x Capital Charges)
2.7
Penelitian Terdahulu Sri Widiyawati (2003), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran
kinerja pada perusahaan furniture dengan menggunakan metode performance prism dan analytical hierarchy”, dimana Dengan metode performance prism dan analytical hierarchy kinerja perusahaan keseluruhan dapat dikatakan belum mencapai performa yang diharapkan. Hasanah (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”, dimana hasil dari penilitian ini menunjukkan bahwa variabel DER dari struktur modal yang satu-satunya berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROE. Etty M.Nasser (2003), dalam penelitiannya yang berjudul” Pengukuran kinerja perusahaan dengan metode EVA dan MVA”, dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode EVA dan MVA berpengaruh signifikan terhadap pengukuran kinerja perusahaan.
43
Sri Wahyuni (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Efek struktur modal terhadap profitabilitas pada peusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ratio short debt to asset ratio,longterm debt to asset ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity, variabel debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on equity sedangkan variabel equity to asset ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Rr. Iramani dan Erie Febrian (2005), dalam penelitiannya yang berjudul “Financial value added: suatu paradigm dalam pengukuran kinerja dan nilai tambah perusahaan”, dimana Kinerja FVA jelas lebih baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan hasil NPV Berdasarkan pada penelitian terdahulu maka dapat diketahui perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu, perbedaan tersebut antara lain : 1. Perbedaan objek penelitian, dimana dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Tahun pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah periode 2009- 2012, sedangkan penelitian terdahulu periode penelitian dilakukan sebelum periode penelitian ini.
44
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Nama
Tahun
1
Sri
2003
Judul Pengukuran pada
Widiyawati
Hasil Penelitian kinerja Dengan metode
perusahaan performance prism
furniture
dengan dan analytical
menggunakan metode hierarchy kinerja performance dan
prism perusahaan analytical keseluruhan dapat dikatakan belum
hierarchy
mencapai performa yang diharapkan 2
Nursanah
2012
Pengaruh modal
struktur Hasil dari penilitian terhadap ini
profitabilitas perusahaan manufaktur terdaftar di BEI
menunjukkan
pada bahwa variabel DER dari struktur modal yang yang
satu-satunya
berpengaruh terhadap profitabilitas
yang
diukur dengan ROE 3
Etty M.
2003
Pengukuran
kinerja Hasil penelitian ini
perusahaan
dengan menunjukkan bahwa
45
metode
Nasser
EVA
MVA
dan metode
EVA
MVA
dan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengukuran
kinerja
perusahaan. 4
Sri Wahyuni
2012
Efek struktur modal Hasil penelitian ini terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa pada manufaktur
peusahaan ratio short debt to yang asset
ratio,longterm
terdaftar di Bursa Efek debt to asset ratio Indonesia
berpengaruh dan
negatif
signifikan
terhadap
return
on
equity, variabel debt to
equity
ratio
berpengaruh
positif
dan terhadap
signifikan return
on
equity
sedangkan
variabel
equity
asset
ratio
berpengaruh
to tidak
46
signifikan
terhadap
return on equity 5
Rr. Iramani
2005
Financial value added: Kinerja
FVA
jelas
dan Erie
suatu paradigm dalam lebih baik dibanding
Febrian
pengukuran
kinerja EVA, terutama dalam
dan
tambah hal
nilai
perusahaan
sinkronisasi
hasil
pengukurannya dengan hasil NPV.
2.8
Kerangka Pemikiran Kasmir (2009:157) mendefinisikan Debt to Equity Ratio adalah rasio
yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dengan laba akuntansi. EVA mencerminkan residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas setelah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas (Brigham,2006:69). Konsep EVA
47
memiliki keuanggulan dibandingkan dengan konsep akuntansi tradisional yaitu dalam konsep EVA memperhitungkan biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai EVA, maka semakin tinggi juga nilai tambah perusahaan yang dihasilkan oleh manajemen. Struktur modal perusahaan merupakan hal yang sangat penting guna menunjang operasional perusahaan. Porsi besarnya hutang dan modal perusahaan juga akan menjadi jaminan untuk risiko perusahaan. Semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan, akan semakin tinggi juga risiko yang dihadapi perusahaan. Hutang yang semakin besar akan menimbulkan adanya biaya bunga hutang yang besar pula bagi perusahaan. Namun di sisi lain adanya biaya bunga hutang akan mempengaruhi adanya manfaat pajak yang diterima perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hutang yang besar akan berdampak pada biaya hutang dan pajak perusahaan, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima perusahaan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima perusahaan akan berdampak pada nilai EVA perusahaan. Sehingga secara tidak langsung besarnya hutang akan berkaitan dengan nilai EVA perusahaan. Hal ini sesuai dengan dengan penelitian Etty M.Nasser sebelumya bahwa konsep EVA sangat berpengaruh signifikan dalam pengukuran kinerja perusahaan, dan dalam penelitian Nursanah (2012) bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yng diukur dengan ROE, namun penulis mengganti variabel ROE menjadi EVA dikarenakan bahwa konsep EVA lebih unggul dalam menilai kinerja perusahaan (Wahyudi, 2009).
48
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Debt To Equity Ratio
Kinerja Perusahaan
Total Ekuitas
Economic Value Added (EVA)
Total Hutang
pengaruh
Rancangan Hipotesis
Ho: Tidak ada pengaruh signifikan Ha: Ada pengaruh signifikan
Kesimpulan 2.9
Hipotesis Menurut Uma sekaran (2009:135) hipotesis didefinisikan sebagai
hubungan yang diperkirakan secara logika diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang diterapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Hipotesis merupakan jawaban
49
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melaui data yang terkumpul (Suharsimi arikunto, 2008:8). Berdasarkan kajian di atas maka peneliti mengajukan hipotesis dengan rumusan sebagai berikut: H0: Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Konsep Economic Value Added (EVA) Ha: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Konsep Economic Value Added (EVA)