BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Pariwisata
Pengembangan sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan serta dapat memberikan manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.Dengan mengembangkan sektor pariwisata ini juga diharapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pemerintah terutama dari
segi pembiayaan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Pengertian pariwisata yang lebih luas dapat dilihat dari beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ahli, diantaranya: Menurut Wahab (dalam Yoeti 2002, hal 8) pengertian pariwisata adalah: “Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang untuk sementara waktu dalam mencapai suatu kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia peroleh tanpa bekerja tetap.” Definisi pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 ”Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.” Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berbisnis ataupun melakukan pekerjaan dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam.
2.2
Jenis-Jenis Wisata
Banyak jenis wisata yang dapat dikelompokkan menurut waktu, cara
penyelenggaraan dan menurut tujuannya. Menurut Pendit (2006), pengelompokkan
jenis wisata menurut tujuannya adalah:
1.
suatu tempat dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mengenai
Wisata budaya, yaitu wisata yang dilakukan oleh seseorang atau lebih ke
kondisi masyarakat, cara hidup, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan,
dan kesenian yang ada di tempat itu.
2.
Wisata kesehatan, yaitu wisata yang dilakukan oleh seseorang ke suatu tempat dengan tujuan untuk beristirahat, dalam arti untuk kesembuhan jasmani dan rohani di tempat tersebut.
3.
Wisata olahraga, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk berolahraga atau turut serta dalam pesta olahraga di tempat atau di negara lain. Misalnya ikut serta dalam kegiatan olimpiade atau Sea Games.
4.
Wisata komersial, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan mengunjungi pameran-pameran atau pekan raya yang bersifat komersil.
5.
Wisata industri, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh rombongan seperti rombongan pelajar, mahasiswa, atau orang-orang awam ke daerah perindustrian dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.
6.
Wisata politik, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk mengunjungi atau turut serta dalam kegiatan politik.
7.
Wisata konvensi, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan bersamaan dengan suatu acara rapat, seminar, pameran, dan pertemuan.
8.
Wisata sosial, yaitu perjalanan murah yang dilakukan oleh golongan masyarakat dengan kategori ekonomi lemah.
9.
Wisata pertanian, yaitu wisata yang objeknya berupa daerah pertanian
atau perkebunan.
10.
Wisata maritim atau bahari, yaitu wisata yang berkaitan dengan kegiatan
olahraga air seperti berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, atau berselancar.
11.
Wisata cagar alam, yaitu perjalanan yang dilakukan ke tempat atau
daerah cagar alam, taman lindung, atau hutan daerah pegunungan yang
kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
12.
Wisata buru, yaitu wisata yang dilakukan seseorang untuk berburu di suatu lokasi perburuan yang sudah mendapat perizinan dari pemerintah.
13.
Wisata pilgrim, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih ke tempat-tempat suci, makam orang-orang besar atau pemimpin yang diagungkan, bukit atau gunung yang dianggap keramat.
14.
Wisata bulan madu, yaitu perjalanan berupa paket wisata yang dikhususkan untuk pasangan yang ingin berbulan madu di suatu tempat atau negara lain.
15.
Wisata petualangan, yaitu wisata yang menantang jiwa petualangan seseorang dengan cara memacu adrenalin mereka, misalnya saja mendaki tebing, arung jeram, atau menelusuri hutan.
Dari pemaparan jenis wisata tersebut, ada dua jenis wisata yaitu wisata budaya dan wisata konvensi yang dapat dikemas dengan bentuk lain, yaitu dengan dibuat sebuah event.Saat ini orang-orang tak hanya melakukan perjalanan wisata semata, orang pun mulai ramai melakukan wisata yang dibarengi dengan menghadiri suatu acara seperti konvensi, rapat dan eksibisi.Kegiatan tersebut merupakan bagian dari event bisnis, yaitu kegiatan yang diselenggarakan dalam konteks M.I.C.E (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) yang biasanya diselenggarakan oleh perusahaan dan institusi.
2.3
M.I.C.E
Menurut Pendit (1999, hal 25), MICE diartikan sebagai wisata konvensi,
dengan batasan: usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan
usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok
orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dsb) untuk membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Sedangkan menurut Kesrul (2004, hal 3), MICE sebagai suatu kegiatan
kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business,
biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels, conventions, congresses, conference dan exhibition. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MICE sangat berhubungan dengan dunia pariwisata. Karena, tujuan utama dari peserta MICE adalah untuk melakukan perjalanan dan menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-sama. 2.3.1
Meeting
Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam MICE. Menurut Kesrul (2004, hal 8), Meeting Suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber
daya
manusia,
menyebarluaskan
menggalang
informasi
terbaru,
kerja
sama
publikasi,
anggota
hubungan
dan
pengurus,
kemasyarakatan.
Menurut Kesrul (2004, hal 3), “Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan orang secara bersama-sama.”
Dengan demikian, sesuai dengan berkembangnya zaman meeting tak hanya
dilakukan di suatu tempat atau kantor saja. Namun, meeting ini bisa dilakukan di luar kantor dan disertai kegiatan wisata.
2.3.2
Incentive
Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999, hal 27), menjelaskan bahwa perjalanan incentive merupakan suatu kegiatan perjalanan yang
diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai
imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi
yang
membahas
perkembangan
kegiatan
perusahaan
yang
bersangkutan.
Menurut Noor (2007, hal 5) yang dikutip dari SITE 1998 dalam Rogers (2003), juga memberikan definisi mengenai incentive adalah “incentive travel is a global management tool that uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants for increased levels of performance in support of the organizational goals.” Terlihat jelas bahwa incentive ini adalah kegiatan yang memang dilakukan untuk memotivasi pegawai perusahaan agar dapat berprestasi.Dengan demikian incentive memang menjadi bagian dari kepariwisataan. 2.3.3
Conference
Menurut Pendit (1999), Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam
bahasa
Indonesia
yang
mengandung
pengertian
sama.
Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference, maka secara teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata dikelompokkan dalam sati kategori, yaitu MICE. Menurut Kesrul (2004), Conference atau konferensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena,
adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negaranegara para penguasa pemerintahan atau perjanjian international mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.
2.3.4
Exhibition
Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri pariwisata, pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam Surat
Keputusan Menparpostel RI Nomor KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab I, Pasal 1c,
yang dikutip oleh Pendit (1999, hal 34) yang berbunyi “Pameran merupakan suatu
kegiatan untuk menyebar luaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.” Menurut Kesrul (2004, hal 16), exhibition adalah ajang pertemuan yang dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau ruang pameran hotel dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar yang berbeda. Exhibition sering digelar dengan berbagai macam tema dan kemasan. Salah satunya dengan menggelar event seni budaya. Dengan menggelar event tersebut bisa menjadi salah satu daya tarik wiasata yang dapat mendatangkan banyak pengunjung. Dapat disimpulkan bahwa event dan bisnis pariwisata memiliki hubunga yang erat. 2.4
Pengertian Event
Event didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu (Noor, 2009). Sementara itu menurut Ruslan (2000, hal 112) “Special Event merupakan suatu peristiwa istimewa atau khas yang berlangsung dan dirancang secara khusus dalam program acara kehumasan yang dikaitkan dengan event tertentu. Dikatakan special karena merupakan sesuatu yang tidak umum atau istimewa.”
Perkembangan event kini semakin beragam sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan tiap individu maupun kelompok. Penyelenggaraan event pun semakin unik dan diselenggarakan dalam cara-cara tertentu seperti acara pernikahan, peringatan
ulang tahun dan upacara pemakaman. Beberapa Negara bahkan menjadi tujuan utama penyelenggaraan event bisnis seperti Hongkong, India dan Cina (Noor, 2009).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa event adalah suatu kegiatan khusus yang melibatkan banyak orang. Event bisa menjadi daya tarik wisata, dan juga setiap event memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang membedakan itu
terletak pada keunikan, perishability, intangibility, suasana, pelayanan dan interaksi persona. 2.5
Karakteristik Event
Event yang akan diselenggarakan harus memiliki karakteristik yang menjadi daya tarik bagi pengunjung agar menghadiri event tersebut. Dalam Noor (2009) terdapat lima karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu event: 1. Keunikan Inti dari penyelenggaraan event adalah harus unik dan biasanya muncul dari ide. Apabila pengembangann ide nya bagus dan dapat terealisai sesuai rencana, maka event tersebut bisa sukses. Keunikan dapat berasal dari peserta yang ikut serta, lingkungan sekitar dan pengunjung pada event tersebut sehingga membuat event unik dan berbeda dari yang lainnya. 2. Perishability Setiap event yang diselenggarakan tidak akan pernah sama. Dua event yang sama diselenggarakan pada waktu dan tempat yang sama pastinya tidaka akan menghasilkan event yang persis sama. Perishability juga berhubungan dengan penggunaan fasilitas untuk penyelenggaraan event. Misalnya ketersediaan ruang atau suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu event. Kita harus memastikan dulu ruang atau tempat tersebut
tersedia atau tidak, sehingga kita bisa mencaritempat alternative lainnya
untuk penyelenggaraan event. 3. Intangibility Setelah menghadiri event, yang tertinggal di benak pengunjung adalah pengalaman yang mereka dapatkan dari penyelenggaraan event.Hal ini
menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk merubah sesuatu yang
intangible menjadi sesuatu yang berwujud. Misalnya desain dan warna
pada kartu undangan, cindera mata yang menawan, penggunaan dekorasi ruangan yang menarik, penggunaan audio visual yang menarik yang
digunakan dalam event. Kesemua hal itu merupakan proses perubahan intangible menjadi tangible dan itulah yang akan diingat oleh pengunjung. 4. Suasana dan Pelayanan Suasana merupakan salah satu karakteristik yang penting pada saat berlangsungnya event. Event yang diselenggarakan dengan suasana yang tepat akan menghasilkan sukses besar, tetapi sebaliknya kegagalan event dihasilkan karena suasana yang tidak tepat. Seorang event organizer perlu memperhatikan setiap detil pada saat penyelenggaraan acara sehingga acara yang dikemas menjadi sukses. 5. Interaksi Personal Interaksi
personal
dari
pengunjung
merupakan
kunci
sukses
penyelenggaraan event. Misalnya pada penyelenggaraan sport event, penonton tidak hanya duduk menonton pertandingan saja, tetapi juga menciptakan suasana menjadi lebih hidup. 2.6
Special Event
Special event atau event khusus adalah event yang digelar secara rutin untuk memperingati suatu moment tertentu atau adanya kegiatan tertentu. Seperti acara sekatenan adalah event rutin yang digelar masyarakat Jogjakarta.
Special event
didefinisikan oleh Shone dkk. (2004) sebagai fenomena yang muncul dari kegiatan
non-rutin dan didalamnya terdapat unsur hiburan dan budaya, tujuanya untuk merayakan atau memberikan pengalaman bagi orang lain. Dengan demikian, event seni budaya yang sering digelar masyarakat Indonesia merupakan event khusus
karena masuk dalam kriteria tersebut. Setiap event memiliki keunikan dan daya tarik sendiri yang dapat menjadi perhatian banyak orang. Sehingga keunikan inilah yang membuat orang-orang untuk menyaksikanya, terutama special event. Karena, event semacam ini penasaran jarang ditemui dan sengaja digelar. Untuk membuat event yang semenarik mungkin,
penyelenggara biasanya melakukan banyak hal dan kreativitas dalam proses perencanaan dan pelaksanaanya. 2.7
Proses Rencana Penyelenggaraan Event
Proses perencanaan yang baik akan menentukan keberhasilan sebuah event. Hendaknya saat membuat perencanaan semua hal harus bisa dimengerti oleh semua orang yang terlibat dalam event. Dengan begitu, semua anggota tim akan fokus terhadap tujuan event yang akan dicapai. Selain itu, penyelenggara harus bisa menyesuaikan dengan keinginan pengunjung, maksudnya apakah pengunjung akan puas dengan apa yang telah diberikan dalam event. Untuk mencapai hal-hal tersebut maka sangatlah penting perencanaan yang yang baik sebelum event tersebut dugelar. Menurut Noor (2009), berikut tahapan dalam proses perencanaan event yang terurai dalam gambar 2.1:
Penetapan Tujuan
Apa yang diinginkan? Ide dan pembuatan proposal: Penetapan kriteria dan tujuan detilevent
Rencana Awal
Pencarian Informasi Kompetitor, Masalah, Persamaan, Pihak yang terlibat
Pengumpulan Informasi Tanggal, Biaya, sumber pemasukan, Tempat, Tenaga Kerja
Rencana Detil Rencana Keuangan Anggaran, Tiket/ Pemasukan, Sponsor, Investasi, Laporan Keuangan
Rencana Operasional Sumberdaya, Staf/tim, Lokasi/ Tempat, Logistik, Peralatan, Jadwal pekerjaan, Kesehatan, Keselamatan, Keamanan
Rencana Pemasaran Riset, Aktivitas pemasaran, Promosi, public relation, Jadwal Pemasaran
Diskusi tentang perencanaan
Mengatur persiapan event Mengembangkan Aktivitas, persiapan dan tenggat waktu Penyelenggaraan event Operasional, kontrol dan pelaksanaan Legalitas Penutupan, evaluasi, masukan, arsip dan penyerahan Gambar 2.1 Proses Rencana Penyelenggaraan Event Sumber: Noor (2009)
10
Gambar 2.1 menggambarkan tentang proses rencana penyelenggaraan event,
dimana tertulis jelas tahapan apa saja yang harus kita lalui dan membuat kita terfokus pada pola tersebut agar tujuan event dapat tercapai. 1.
Tujuan merupakan langkah awal dalam setiap perencanaan sebuah
event. Tujuan diselenggarakannya sebuah event dapat berupa
Penetapan Tujuan
pembelajaran, bertukar pikiran, sosialisasi, peringatan, hiburan, mempromosikan produk baru suatu perusahaan atau meningkatkan
pendapatan perusahaan dan sebagainya.
2.
Rencana Awal Rencana awal penyelenggaraan event dimulai dengan dua tahap, yaitu mencari informasi tentang event yang akan diselenggarakan dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan event yang akan diselenggarakan. Proses pencarian informasi perlu dilakukan untuk melihat kelayakan dari rencana penyelenggaraan event tersebut.
3.
Rencana Detil Setelah informasi tentang penyelenggaraan event didapatkan, tahap selanjutnya adalah menuangkan rencana kedalam perencanaan yang lebih detil dan dilakukan oleh pihak yang kompeten sesuai dengan bidangnya. Pada penyelenggaraan event, biasanya terdaat tiga bagian pokok seperti bidang keuangan, bidang operasional dan bidang pemasaran. Bidang keuangan akan membuat rencana detil keuangan, termasuk didalamnya penyusunan anggaran event dan menentukan berapa pemasukan yang diharapkan dari event. Bidang
operasional
event secara detil harus menyusun rencana operasional seluruh kebutuhan penyelenggaraan event seperti kebutuhan sumberdaya, staf atau tim. Dan mempersiapkan peralatan, tempat untuk event serta bekerjasama dengan pihak asuransi dan kepolisian untuk menjaga kesehatan dan keselamatan staf ataupun pengunjung pada saat
penyelenggaraan event. Sedangkan bidang pemasaran merupakan
bagian yang berhubungan dengan jumlah pengunjung atau peserta
pada event yang akan diselenggarakan. Jumlah pengunjung akan
dipengaruhi oleh bagaimana informasi mengenai event yang sampai kepada sasaran yang tepat. Dimulai dengan melakukan riset,
selanjutnya disusunlah aktivitas pemasaran tersebut, ditetapkan
4.
bagaimana cara promosi yang efektif untuk menjangkau pasar yang tepat serta jadwal pemasaran yang tepat. Diskusi Tentang Perencanaan Setelah ketiga bidang tersebut disusun secara detil, semua rencana
yang tertuang perlu didiskusikan dengan anggota tim. Setiap anggota tim akan bekerja sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan. 5.
Mengatur persiapan event Tahap selanjutnya adalah mengatur persiapan event dengan selau berpedoman pada tujuan dan tenggat waktu yang telah ditetapkan.
6.
Penyelenggaraan Event Pada tahap penyelenggaraan event, operasional penyelenggaraan diharapkan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sehingga diperlukan kontrol yang baik dari masing-masing ketua tim di bidangnya.
7.
Legalitas Tahap
terakhir
proses
perencanaan
adalah
legalitas
dari
penyelenggaraan event. Event yang diselenggarakan harus mendapat ijin dari pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan event tersebut, misalnya masyarakat dan pemerinta setempat. Selain itu, pada tahap terakhir perlu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggara event tersebut. Hal ini untuk mengetahui apakah event dengan jenis yang sama dapat diselenggarakan pada masa yang akan datang atau event tersebut perlu dilakukan perubahan format.
12
2.8
Pengelolaan Proyek
Menurut Harris & Allen (2002) pengelolaan proyek dalam event berkaitan
dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan one off. Jadi maksudnya, meskipun banyak proyek atau event yang sama di lakukan setiap tahun, namun
tetap saja perencanaan dan pengelolaanya berbeda. 2.8.1
Struktur Pembagian Kerja
Untuk dapat melaksanakan acara yang diinginkan, maka dalah membuat
sebuah event diperlukan sebuah struktur pembagian kerja yang tepat. Contoh
struktur sederhana dalah sebuah event festival:
Struktur Pembagian Kerja
Gambar 2.2 Struktur Pembagian Kerja Sumber: Harris & Allen (2002) Dengan melakukan pembagian kerja maka setiap anggota tim tidak akan lepas dan akan tetap dengan tanggung jawab yang didapatkanya. Struktur pembagian tugas ini bukan struktur organisasi event, tetapi lebih merupakan jobjob yang harus dilakukan oleh setiap anggota tim.
13
2.8.2
Gantt Chart
Dalam membuat sebuah event diperlukan disiplin yang ketat. Hal yang
dapat dilakukan adalah dengan membuat jadwal kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai hari dimana event diselenggarakan. Jadwal tersebut dapat dibuat
dalam sebuah grafik. Hal yang biasa dibuat adalah gantt chart. Menurut Harris & Allen (2002) gantt chart selain berfungsi sebagai jadwal dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang memungkinkan semua orang yang terlibat dalam pembuatan
dan penyampaian sebuah event untuk memahami lebih baik apa yang dibutuhkan dan kapan tugas harus diselesaikan. Contoh dari gantt chart dapat dilihat dalam
gambar 2.3:
Gambar 2.3:Gantt Chart Sumber: Harris & Allen (2002) 2.9
Stakeholder dalam Event
Dengan perkembangan industri event dan mulai banyaknya keterlibatan pihak
lain
pada
penyelenggaraan
sebuah
event,
lingkungan
penyelenggaraan event menjadi sangat kompleks. Pengelola event
tempat saat ini
dihadapkan pada banyak pihak (stakeholder) dan kemampuan untuk memberikan
14
pelayanan yang sama kepada setiap stakeholder sehingga tujuan event dapat
tercapai. Stakeholder tersebut sebagai berikut: 1. Perusahaan Penyelenggara Event (Event Organizer/EO)
penyedia. Pengguna pada industri event adalah para penyelenggara
event
Sama seperti industri lainnya, industri event terdiri dari pengguna dan atau siapa saja yang bisa menggunakan pelayanan yang
berhubungan dengan penyelenggara event. Pengguna terbesar dalam penyelenggara event adalah event organizer (EO). “Event Organizer adalah pihak yang menangani seluruh hal berkaitan dengan perencanaan, persiapan sampai pelaksanaan sebuah event. Rencana awal yang disusun dari hal yang sangat mendasar mulai pemilihan tema acara, pengisi, bentuk dan susunan acara, budget acara, skala dan strategi pelaksanaan, pemilihan tempat (venue) tanggal dan waktu acara, penentuan spesifikasi produksi acara” (Juanda, 2003).
2. Supplier Supplier penyelenggara event terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu tempat penyelenggara, penyedia jasa alat panggung dan tenda, dan akomodasi.
15