BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Landasan Teori 2.1.1. Audit Internal 2.1.1.1. Definisi Audit Internal American Accounting Association mendefinisikannya sebagai “proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan
dan kejadian-kejadian ekonomis untuk
meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan” (Sawyer et al,2005:8). Definisi ini ditujukan untuk menggambarkan proses yang dilakukan di semua jenis audit; tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi” mengarah pada aspek keuangan akuntansi. Definisi audit internal menurut Standarts for the Professional Practice of Internal Auditing
“Audit internal adalah fungsi penilaian
independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan” (Sawyer et al,2005:9). Pernyataan ini lebih merupakan semacam pendahuluan, bukan sebuah definisi karena tidak memberikan pemaparan lebih jauh mengenai tanggung jawab auditor internal, dan tidak juga menekankan bahwa audit tidak lagi hanya berkaitan dengan aspek akuntansi.
7 Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, pengertian audit internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan memberi nilai tambah bagi sumber daya manusia dan perusahaan (Valery G. Kumaat,2010:35). Sebuah resolusi yang menciptakan sebuah kerangka praktik profesional
(Profesional
Practices
Framework)
yang
baru
juga
dipertimbangkan oleh dewan IIA. Dewan Standar Audit Internal (Internal Auditing Standarts Board-IIASB) IIA telah mengembangkan semua perubahan yang direkomendasikan terhadap standar. Definisi berikut ini telah diciptakan untuk menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas. Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif (Lawrence B. Sawyer 2005:9)
8 Universitas Sumatera Utara
Definisi ini tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di Standar dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola dan kontrol. 2.1.1.2. Misi dan Peran Audit Internal Auditor Internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha. Independensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai peran Audit Internal. Banyak pihak mengartikan independensi ke dalam 2 pengertian: 1. Independensi = mengambil sikap netral,tidak memihak, dan bebas dari pengaruh. 2. Independensi = keberpihakan pada kepentingan yang lebih besar/bernilai. Bersikap netral pada hakikatnya merupakan hal yang mustahil. Ketika dihadapkan pada pilihan mana yang benar dan salah, antara
9 Universitas Sumatera Utara
kepentingan manfaat bisnis atau kepentingan orang banyak, atau antara kebijakan internal dan regulasi pemerintah, mau tidak mau harus terjadi keberpihakan. Tetapi persepsi setiap orang terhadap kebenaran ternyata bisa tidak sama. Selain itu, kepentingan yang dianggap lebih besar biasanya juga dipengaruhi oleh adu otoritas di antara mereka yang memperjuangkan kepentingan itu. Keberpihakan audit internal pada kebenaran ditinjau dari: 1. Adanya bukti serta data material yang otentik, relevan, dan cukup. 2. Adanya praktek bisnis yang menunjang tinggi etika/moral serta memperhatikan risiko terukur. 3. Adanya kapasitas tanggung jawab dan wewenang seseorang yang terukur dalam organisasi bisnis. 4. Adanya administrasi dan pengendalian yang memadai serta konsisten. Tiga peran yang ideal bagi audit internal: 1. Peran Analisis/Penelaah Data Berbasis Risiko Bisnis Kontribusi audit internal di sini setidaknya dalam beberapa aspek startegis, seperti : a. Melakukan sosialisasi terhadap prinsip-prinsip Risk Management dan mendeteksi berbagai Critical Risk Point yang secara potensial tersimpan di tengah bisnis korporasi. b. Melakukan Risk-Based Data Analysis serta menyebarkan hasilnya secara teratur, yang merupakan contoh praktis Risk Management.
10 Universitas Sumatera Utara
c. Mengembangkan perspektif pengawasan berbasis Risiko (Risk-based Internal Auditing) dengan memasukkan aspek pengukuran risiko pada setiap Audit Object. d. Bila belum ada dan dirasa penting, merintis pembentukan unit kerja tersendiri yang berfokus pada penajaman Risk Management (keuangan dan operasi) perusahaan. 2. Peran Akselerator/Pendorong Terwujudnya Pengawasan Melekat (Built-in Control Accelerator/Sinergizer) Penetapan pengawasan melekat (built-in control) korporasi yang kuat tidak mungkin hanya mengandalkan internal audit semata. Karena organisasi bisnis itu sendiri bersifat organic (teridiri atas unit-unit kerja yang mandiri sekaligus saling menunjang), maka idealnya jaringan pengendalian internal harus ditetapkan melalui pengembangan integrated system (aplikasi komputer,SOP,dsb) untuk mengendalikan hubungan kerja antarunit. Namun, membangun sebuah sistem pengendalian perusahaan yang kuat, pada hakikatnya sama saja membangun sebuah budaya pada setiap lini bisnis. Dengan memiliki akses ke semua unit kerja, audit internal dapat mempercepat terwujudnya budaya tersebut dengan cara: a. Melakukan sosialisasi terhadap prinsip-prinsip administrasi dan pengendalian yang baik, termasuk bila memungkinkan prinsip-prinsip itu dapat masuk ke dalam tatanan shared value/corporate culture perusahaan.
11 Universitas Sumatera Utara
b. Menguji kecukupan Critical Control Point pada setiap sistem yang ada (aplikasi komputer,internal policy,dll) baik sebelum diluncurkan maupun dalam bentuk evaluasi efektifitas sistem. c. Mengamati komitmen unit kerja/fungsi tugas terkait dalam menjalankan administrasi dan pengendalian sesuai dengan sistem yang berlaku, melalui uji kepatuhan (compliance test). d. Melakukan sinergi peran pengawasan dengan unit kerja lain (seperti Accounting,Finance,dll) melalui penugasan audit atau fungsi pengawasan bersama (joint controlling). 3. Peran Penyelaras/Perekat Strategi Bisnis (Business Strategy /Integrator) Audit internal harus mampu menjadi alat senior management sebagai penyelaras dan perekat organisasi, hal ini dapat menunjang: a. Audit internal dapat memperkaya perspektif bisnis setiap pemimpin unit kerja (yang bisa berorientasi profit, target, achievement) dengan keberanian sebagai measured-risk taker, karena instink bisnis dan kapabilitas staretegic mereka dilengkapi dengan kecakapan membaca data serta naluri antisipatif risk management, sebagai buah misi yang diusung audit internal secara konsisten. b. Audit internal dapat menambah bobot kepemimpinan setiap kepala unit kerja di mata para bawahan (yang biasa melihat para atasannya sulit menyandingkan kedua peran: leadership
12 Universitas Sumatera Utara
dan managerial), karena para auditor dapat mendorong pemahaman secara tuntas atas business process dan kecakapan di bidang organisasi, administrasi dan pengendalian, sebagai dampak dari upaya pemantapan built-in control yang diemban oleh audit internal. c. Audit internal dapat menjadi penerjemah yang efektif atas setiap arahan senior management ke seluruh staf di setiap unit kerja, karena setiap berintekrasi dengan para auditee (termasuk di level paling bawah) mampu menawarkan value added bagi peningkatan efektivitas/efisiensi dan pencapaian kerja dengan high competence perspective, knowledge, dan skill di bidang Risk Management serta Controlling. 2.1.1.3. Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal Penelaahan internal atas kontrol-kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang penting, dan auditor internal haruslah terlibat dalam hal ini, namun itu bukanlah misi utama mereka. Kerugian akibat proses produksi yang salah, perekayasaaan, pemasaran, atau pengelolaan persediaan bisa jadi lebih besar dibandingkan kergian akibat kelemahan di bidang keuangan. Kontrol manajemen atas aktivitas keuangan telah semakin kuat selama beberapa tahun ini, namun masih ada beberapa hal yang mengandung kelemahan. Penggelapan dapat merugikan perusahaan, kesalahan manajemen dalam mengelola sumber daya dapat membuat perusahaan bangkrut. Dari sini terlihat perbedaan mendasar antara audit
13 Universitas Sumatera Utara
internal dan audit eksternal modern. Audit eksternal memiliki fokus yang sempit,
sementara
audit
internal
memiliki
ruang
lingkup
yang
komprehensif. Auditor eksternal tidak terlalu memerhatikan kecurangan atau pemborosan yang tidak memiliki dampak yang signifikan, atau tidak material, terhadap laporan keuangan. Di lain pihak, auditor internal sangat memerhatikan pemborosan dan kecurangan, dari mana pun sumbernya dan sekecil apapun jumlahnya. Perhatian ini bukanlah berasal dari pentingnya memeriksa setiap penyimpangan yang kecil, namun lebih disebabkan oleh pemahaman bahwa penyimpangan-penyimpangan kecil bisa menjadi besar sehingga dapat menggoyahkan pilar-pilar perusahaan. Perbedaan utama antara auditor internal dan auditor eksternal disarikan pada tabel berikut ini. Posisi dan fokus perhatian dari auditor internal modern dibandingkan dengan auditor eksternal yang berorientasi pada aspek keuangan: Tabel 2.1 Perbedaan auditor internal dan auditor eksternal Auditor Internal Auditor Eksternal Merupakan karyawan Merupakan orang yang independen perusahaan, atau bisa saja di luar perusahaan. merupakan entitas independen. Melayani kebutuhan organisasi, Melayani pihak ketiga yang meskipun fungsinya harus memerlukan informasi keuangan dikelola oleh perusahaan. yang dapat diandalkan. Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan
Fokus pada ketetapan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.
14 Universitas Sumatera Utara
pencapaian tujuan organisasi. Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang di telaah.
Sekali-sekali memerhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan memengaruhi laporan keuangan secara material.
Independen terhadap aktivitas Independen terhadap manajemen yang diaudit, tetapi siap sedia dan dewan direksi baik dalam untuk menanggapi kebutuhan kenyataan maupun secara mental. dan keinginan dari semua tingkatan manajemen. Menelaah menerus.
aktivitas
secara- Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik yang biasanya sekali setahun.
Auditor internal dan auditor eksternal haruslah berkoordinasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit keuangan, baik yang dilakukan auditor eksternal maupun internal bisa jadi serupa; namun tujuan dan hasil yang diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan yang harus saling menghargai satu sama lain dan memnafaatkan kelebihan masing-masing. 2.1.1.4. Teknik-Teknik Audit Internal 1. Penentuan resiko Penentuan resiko (risk assesment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor internal. Hukum federal mensyaratkan penentuan resiko tahunan untuk bank-bank tertentu, dan prinsip-prinsip manajemen yang baik mendorong penerapannya
15 Universitas Sumatera Utara
di industri dan sektor-sektor lain. Auditor internal harus memiliki pemahaman mengenai proses penentua resiko dan sarana yang digunakan untuk melakukannya. Auditor internal harus memasukkan hasil penentuan resiko ke dalam program audit
untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang
dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi resiko. Resiko audit terdiri atas: a. Risiko Bawaan (inharent risk) adalah kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah saji yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur kontrol internal terkait yang ditetapkan. b. Risiko Kontrol (control risk) adalah risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu
entitas.
Beberapa risiko kontrol akan tetap ada karena adanya keterbatasan yang melekat pada struktur kontrol internal. c. Risiko Deteksi (detection risk) adalah risiki bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu asersi. Risiko deteksi dapat terjadi karena seorang auditor memutuskan tidak memeriksa 100 persen saldo atau transaksi atau karena ketidakpastian lainnya.
16 Universitas Sumatera Utara
2. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yg tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau kegagalan audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Jika survei pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, maka survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif; melainkan juga menjadi penentu keberhasilan audit. Audit internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar, yaitu: a. Melakukan Studi Awal Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit. b. Pendokumentasian Pendokumentasian (documenting) mencakup beberapalangkah yang akan mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan pada
17 Universitas Sumatera Utara
saat pendokumentasian. Auditor juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan yang lainnya. c. Bertemu Klien Pertemuan auditor internal dengan klien meberi peluang bagu auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. d. Mengumpulkan Bahan Bukti Survei pendahuluan akan berlangsung dengan
lancar dan
sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan kontrol. e. Mengamati Pengamatan terus dilakukan selama survei pendahuluan. f. Membuat Bagan Alir Bagan alir memotret suatu proses. Meskipun pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bsersifat seni. Seperti kebanyakan dokumen lain, pembuatan bagan alir memerlukan waktu yang lama. Bagan alir memberikan gambaran sistem dan
18 Universitas Sumatera Utara
merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleksanalisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. g. Pelaporan Kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. 3. Program Audit Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti audit dan untuk
memungkinkan
auditor
internal
mengemukakan
pendapat mengenai efisiensi, keekonomisan, dan efektifitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahanarahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit. 4. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan
keyakinan
secara
sistematis
dengan
mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dan menyediakan informasi untuk
19 Universitas Sumatera Utara
pengambilan keputusan oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. 5. Temuan Audit Selama
pelaksanaan pekerjaan mereka, auditor internal
mengidentifikasi kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima disebut temuan audit (audit fundings). 6. Kertas kerja Kertas kerja (working paper) mendokumentasikan audit. Kertas kerja berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja disiapkan sejak saat auditor pertama kali memulai penugasannya hingga mereka menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit: a.
Rencana audit, termasuk program audit.
b.
Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal
c.
Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai.
20 Universitas Sumatera Utara
d.
Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
e.
Laporan audit.
f.
Tindak lanju dari tindakan perbaikan.
Auditor internal harus menyiapkan kertas kerja yang akurat, jelas, terorganisasi, dan profesional, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a. Pendokumentasian, termasuk kertas kerja b. Ringkasan, termasuk catatan temuan audit c. Pemberian indeks dan referensi silang d. Kertas kerja pro forma e. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia f. Kepemilikan dan kontrol atas kertas kerja g. Kriteria kertas kerja yang ideal h. Penulisan kertas kerja sejalan dengan kemajuan audit penyimpanan kertas kerja 2.1.1.5. Peran Auditor Internal yang Mengacu Pada Kriteria GCG Menurut Priantara dalam penelitian Resa Dewitasari (2008:36) Audit internal sebagai bagian dari internal perusahaan harus memainkan peran yang penting demi tercipta suasana yang lebih baik di perusahaan. Adapun peran yang dapat dilakukan, yang mengacu pada kriteria Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai berikut :
21 Universitas Sumatera Utara
a. Membantu direksi dan dewan komisaris menyusun dan mengimplementasikan
kriteria
Good
Corporate
Governance di perusahaan apabila pengembangan Good Corporate Governance dilakukan sendiri, atau turut bekerja sama sebagai counterpart apabila pengembangan Good Corporate Governance diserahkan pada pihak ketiga (outsourching). Sehubungan dengan hal tersebut, Auditor Internal berperan penting untuk memberikan limited assurance atas kesesuaian kriteria Good Corporate Governance yang disusun sendiri dengan kriteria Good Corporate Governance Indonesia dan internasional. b. Membantu direksi dan dewan komisaris menyediakan data keuangan dan operasi serta data lain yang dapat dipercaya, accountable,
akurat,
tepat
waktu,
objektif,
mudah
dimengerti, dan relevan bagi stakeholder untuk mengambil keputusan. Sehubungan dengan hal tersebut, Auditor Internal berperan penting untuk memberikan limited assurance
atas data
atau
informasi
yang
tersedia.
Keyakinan yang dapat diberikan Auditor Internal bersifat terbatas (limited assurance) karna kedudukan dan derajat independensi Auditor Internal itu sendiri yang bersifat terbatas dibandingkan apabila keyakinan tersebut diberikan oleh pihak di luar perusahaan.
22 Universitas Sumatera Utara
c. Membantu direksi dan dewan komisaris mematuhi dan mengawasi penerapan atas seluruh ketentuan yang berlaku dan Auditor Internal harus memastikan bahwa seluruh elemen perusahaan dan dalam setiap aktivitas perusahaan, mereka telah mengikuti ketentuan secara konsisten. d. Membantu direksi menyusun dan mengimplementasikan Struktur Pengendalian Internal yang handal dan memadai. Auditor Internal dalam konteks ini harus memastikan bahwa struktur tersebut telah tersedia dengan memadai dan telah berfungsi serta telah diikuti oleh setiap elemen perusahaan. e. Menstimulasi
direksi
dan
dewan
komisaris
untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem audit yang baik, khususnya pembentukan komite audit yang ideal, piagam Audit Internal, pedoman Audit Internal serta serta
menumbuhkan
efektivitas
penggunaan
dan
pemanfaatan hasil kerja auditor independen terhadap evaluasi praktik Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate Governance tidak dapat menghapus
atau
mengabaikan
pentingnya
Struktur
Pengendalian Internal, sebab Struktur Pengendalian Internal dapat membantu terciptanya akuntabilitas dan transparansi. Struktur Pengendalian Internal yang baik yang di dalamnya
23 Universitas Sumatera Utara
termasuk
sistem
akuntansi
juga
dapat
membantu
menyediakan data dan menyusun laporan-laporan yang dibutuhkan tepat pada waktunya. 2.2. Pengendalian Internal 2.2.1. Definisi Pengendalian Internal Struktur pengendalian internal yang digunakan dalam suatu entitas merupakan faktor yang menentukan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas. Oleh karena itu, sebelum auditor melaksanakan audit secara mendalam atas informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor memahami Struktur pengendalian internal yang berlaku dalam entitas. a. Definisi Struktur Pengendalian Internal Laporan COSO mendefinisikan pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aturan direksi, manajemen, dan personalia lainnya yang disusun
untuk memberi jaminan yang berhubungan
dengan
pencapaian tujuan berikut ini: 1. Dapat dipercayainya laporan keuangan. 2. Kesesuaian dengan undang-undang yang ditetapkan dan aturan. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi (kegiatan) (Bambang Hartadi, 1999:81). Pengertian di atas mengandung pengertian sebagai berikut:
24 Universitas Sumatera Utara
a. Pengendalian internal adalah suatu proses. Artinya menjadi alat mencapai tujuan yang terdiri dari rangkaian tindakan dan menyatu dalam infrastruktur lembaga/perusahaan. b. Pengendalian internal dipengaruhi orang. Hal ini tak hanya menyangkut pedoman kebijakan dan formulir, tetapi orang-orang pada setiap level organisasi, termasuk dewan direksi, manajemen dan lainnya. c. Pengendalian internal dapat diharapkan memberi jaminan yang beralasan (rationale), bukan jaminan mutlak (absolute), karena ada batasan-batasan yang melekat pada sistem pengendalian internal dan perlunya cost dan benefitnya adanya pengendalian. d. Pengendalian
menjadikan
penggerak
pencapaiannya
tujuan dalam
(overlapping) laporan keuangan, kesesuaian, dan operasi. Terdapat beberapa definisi dari sumber lain diantaranya adalah:
AICPA (American Institute of Certified Accounts) memberikan definisi seperti berikut: Sistem pengendalian internal meliputi: struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan
yang telah
ditetapkan (Bambang Hariadi, 1999:3).
25 Universitas Sumatera Utara
Pengertian di atas tidak hanya mencakup kegiatan akuntansi dan keuangan tetapi meluas ke segala aspek kegiatan perusahaan. Menurut Arens (2008:376) dalam penelitian Morita Indah Lestari (2013)
pengendalian internal adalah proses dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen dan personel lain dalam perusahaan, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal sehubungan dengan pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut: (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) untuk memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan terpenuhi. 2.2.2. Tujuan Pengendalian Internal Seperti telah disebutkan di atas, tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan; 1.
Keandalan informasi.
2.
Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku.
3.
Efektivitas dan efisiensi operasi.
2.2.3. Keterbatasan Struktur Pengendalian Internal Suatu Entitas Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian internal hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian
internal
entitas.
Kemungkinan
pencapain
tersebut
dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian
26 Universitas Sumatera Utara
internal. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian internal dapat rusak karena kegagalan yang bersifat
manusiawi tersebut, seperti
kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu pengendalian internal dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian internal. Faktor lain yang membatasi pengendalian internal adalah biaya pengendalian internal entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. 2.2.4. Sifat-Sifat Pengendalian Internal Ada lima sifat sistem pengendalian internal yang dapat dipercaya: 1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya. 2. Rencana organisasi
yang memberi pemisahan tanggung jawab
fungsi secara layak. 3. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya. 4. Pengendalian terhadap penggunaan
aktiva dan dokumen serta
formulir yang penting. 5. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan senyatanya ada dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan. 2.2.5. Komponen Struktur Pengendalian Internal Komponen struktur pengendalian internal ada lima, yaitu:
27 Universitas Sumatera Utara
1. Lingkungan Pengendalian Internal Lingkungan pengendalian mempengaruhi organisasi dalam kesadaran pengendalian orang-orangnya, merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal,
menetapkan
disiplin dan struktur. Perilaku manajemen akan mempengaruhi efektivitas pengendalian. Berikut ini adalah sub komponen lingkungan pengendalian: a. Integritas dan Nilai-nilai Etis. b. Komitmen dan Kompetensi. c. Partisipasi komite audit dan dewan direksi. d. Falsafah manajamen dan gaya operasi. e. Struktur organisasi. f. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab. 2. Pertimbangan Resiko Pertimbangan resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, risiko atas manajemen atas penyiapan laporan keuangan, yang disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. 3. Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan
bahwa
arahan
manajemen
dilaksanakan. Ativitas tersebut membantu memastikan bahwa
28 Universitas Sumatera Utara
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini: 1. Review terhadap kinerja 2. Pengelohan informasi 3. Pengendalian fisik 4. Pemisahan tugas 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. 5. Pemantauan Pemantauan
adalah
proses
penentuan
kualitas
kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu
dan
pengambilan
tindakan
koreksi.
Proses
ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-
29 Universitas Sumatera Utara
menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. 2.3. Penerapan Good Corporate Governance 2.3.1. Definisi Good Corporate Governance Dr.
Waseem
“mohammad
yahya
“
Al
haddad
(2011)
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance is basically concerned with ways in which all parties interested in the well-being of the firm (the stakeholders) attempt to ensure that managers and other insiders are always taking appropriate measures or adopt mechanisms that safeguard the interests of the stakeholders. Such measures are necessitated because of the separation of ownership from management, an increasingly vital feature of the modern corporations” Pengertian dari definisi tersebut adalah Corporate Governance pada dasarnya berkaitan dengan cara di mana semua pihak yang berkepentingan di perusahaan (stakeholder) mencoba untuk memastikan bahwa para manajer dan orang lain yang didalamnya selalu mengambil langkah-langkah yang tepat atau mengadopsi mekanisme yang aman para pemangku kepentingan. Susilo dan Simarmata (2007:12) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut:
30 Universitas Sumatera Utara
“Corporate Governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya”. Selanjutnya OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut: “Corpoarte Governance is the system by which business corporation are directed and controlled. The corporate governance structure specific the distribution of the right and reponsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders and other stakeholders”. Corporate
Governance
merupakan
mengarahkan dan mengendalikan
suatu
perusahaan.
sistem
Struktur
untuk
Corporate
Governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya (Ismail Solihin, 2008:115) Finance
Committee
on
Corporate
Governance
(FCCG)
mendefenisikan Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
31 Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Alasan-Alasan yang Mendorong Pentingnya Good Corporate Governance Menurut Becht et al. (2002) sekurang-kurangnya terdapat enam alasan yang mendorong
muncul Good Corporate Governance
sebagai topik yang menarik perhatian dunia dan mendorong munculnya desakan implementasi Good Corporate Governance di seluruh dunia. 1. Munculnya gelombang privatisasi di seluruh dunia Privitasi menjadi fenomena yang sangat penting dan terjadi di negara-negara Amerika Latin, Eropa Barat, Asia, dan sebagian besar negara-negara bekas Uni Soviet. Tidak bisa dihindari, aktivitas privatisasi ini telah memunculkan persoalan mengenai bagaimana perusahaan-perusahaan yang baru diprivatisasi tersebut dimiliki dan dikendalikan. Fenomena ini juga menimbulkan sebjek penelitian baru mengenai bagaimana seharusnya peran pemerintah sebagai salah satu pemegang saham di dalam perusahaan yang baru diprivatisasi
di
mana
sebelumnya
perusahaan
yang
diprivatisasi tersebut merupakan badan usaha yang dimiliki pemerintah. 2. Reformasi dana pensiun Reformasi dana pensiun yang terjadi
di Amerika dan
beberapa negara yang tergabung dalam OECD (termasuk
32 Universitas Sumatera Utara
Jepang) telah mengakibatkan semakin besarnya dana yang disalurkan lewat organisasi
dan
pensiunn. Hal ini
mengakibatkan meningkatnya investasi yang dilakukan oleh investor kelembagaan. 3. Marger dan pengembilalihan perusahaan (takeovers) Pada dasarnya masalah Corporate Governance akan mulai mengemuka pada saat investor luar berkeinginan untuk memegang kendali dari para manajer yang saat ini tengah bercokol sebagai pengelola perusahaan. Oleh sebab itu, berbagai kegiatan pengambilalihan yang tidak bersahabat yang terjadi di Amerika dan Eropa, juga berbagai negara lainnya, telah meningkatkan perhatian terhadap penerapan Good Corporate Governance di berbagai perusahaan di dunia. 4. Deregulasi dan integrasi pasar modal Aturan Corporate Governance telah dipromosikan sebagai bagian dari cara untuk melindungi dan merangsang invetasi luar negeri terutama untuk negara-negara Eropa Timur, Asia, dan berbagai negara lainnya yang saat ini telah muncul sebagai kekuatan pasar dunia seperti: Brasil, Rusia, India, dan Cina. Selain itu, pasar modal dunia yang semakin terintegrasi telah turut mempercepat perpindahan kapital dari satu tempat ke tempat lain. Keadaan tersebut turut
33 Universitas Sumatera Utara
meningkatkan munculnya penerapan Good Corporate Governance di negara-negara yang menjadi target investasi asing. 5. Krisis ekonomi Asia Timur, Rusia, dan Brasil. Krisi ekonomi di Asia Timur telah menguak tabir lemahnya perlindungan terhadap investasi yang dilakukan oleh investor asing di wilayah ini. Kerugian yang diderita para investor sebagian besar diakibatkan oleh praktik Corporate Governance yang tidak sehat sehingga gagal untuk menyelamatkan kekayaan investor. Kejadian yang sama menimpa pula para investor yang berinvestasi di Rusia dan Brasil. Semua kejadian itu turut meningkatkan kebutuhan para investor akan praktik Good Corporate Governance (Ismail Solihin 2008:117). Kasus-kasus tersebut
disebabkan
oleh tidak
diterapkannya
Corporate Governance yang baik. Kasus-kasus tersebut semakin menguatkan tuntutan dari para investor agar perusahaan menerapkan Good Corporate Governance. 2.3.3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Menurut Ismail Solihin (2008:120 ) implementasi Good Corporate Governance akan dilaksanakan dengan berhasil jika memiliki sejumlah prinsip. Menurut Pedoman
Umum
Good Corporate Governance
Indonesia, Good Corporate Governance memiliki prinsip sebagai berikut:
34 Universitas Sumatera Utara
transaparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility),
indepedensi
(indepedency),
serta
kewajaran
dan
keseteraan (fairness). 1. Transparansi (Transparency) Untuk menajaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas (Accountabillity) Perusahaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan
kepentingan
perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dena pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
35 Universitas Sumatera Utara
3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Governance. 4. Independensi (Independency) Untuk
melancarkan
pelaksanaan
Good
Corporate
Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran (Fairness) Dalam
melaksanakan kegiatannya,
perusahaan
harus
senantiasa memerhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepeentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 2.3.4. Tujuan Good Corporate Governance Menurut E. John Aldridge (2005:5-6) dalam Siswanto Sutojo, Good Corporate Governance mempunyai lima macam tujuan utama, yaitu: a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham. b. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders nonpemegang saham.
36 Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham. d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan. e. Meningkatkan
mutu
hubungan
Board
of
Directors
dengan
manajemen senior perusahaan. Penerapan Good corporate Governance dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai tujuan sesuai KEPMEN BUMN M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2001 pada pasal 4 yaitu: a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. b. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisiensi, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN. d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. e. Meningkatkan iklim investasi nasional. f. Mensukseskan program privatisasi.
37 Universitas Sumatera Utara
2.4.
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai audit internal dan pengendalian internal telah banyak
diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 2.2 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai audit internal dan pengendalian internal. Tabel 2.2 Penelitian terdahulu NO
Penulis Dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian 1. Audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam rangka mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan kinerja perusahaan. 2. Pengendalian internal berpengaruh secara signifikan dan langsung terhadap penerapan prinsip-prinsip penerapan Good Corporate Governance. 3. Audit manajemen dan pengendalian internal secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dengan pengaruh yang kuat. a.budaya organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap penerapan GCG. b. pengendalian intern berpengaruh positif terhadap penerapan GCG.
1.
Pratolo (2007)
Good Corporate Governance dan kinerja BUMN di Indonesia: Aspek audit manajemen dan pengendalian internal sebagai variabel eksogen Serta tinjauannya pada jenis perusahaan
a. Good Corporate Governance b. kinerja BUMN c. audit manajemen d. pengendalian internal
2.
Morita (2013)
Pengaruh budaya organisasi dan pengendalian intern terhadap penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
a. budaya organisasi b.pengendalian internal c. penerapan GCG
38 Universitas Sumatera Utara
Governance 3
Lestari (2010)
4
Dwi (2013)
5.
Anamukti (2014)
Faktor- faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay studi empiris pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI Peranan audit intern dalam penerapan Good Corporate Governance yang efektif Pengaruh audit internal, pengendalian internal, dan komite audit terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (survey pada perusahaan BUMN di Kota Bandung)
a. ukuran perusahaan b.profitabilitas c.solvabilitas d.kualitas auditor e.opini auditor
a.Profitabilitas,solvabilitas , dan kualitas auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay b.ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak mempengaruhi audit delay.
a. audit inter a.audit intern telah b. penerapan GCG dilaksanakan dengan memadai. b. peran audit intern mewujudkan GCG berperan secara memadai a. audit internal a. audit internal b. pengendalian berpengaruh signifikan internal positif terhadap c. penerapan GCG pelaksanaan GCG b. pengandalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap pelaksanaan GCG c.komite audit berpengaruh signifikan positif terhadap penerapan GCG. d. audit internal, pengendalian internal, komite audit secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerapan GCG
39 Universitas Sumatera Utara
2.5.
Kerangka Konseptual Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang
menunjukkan kaitan antara variable-variabel yang ada dalam penelitian. Variabelvariabel dalam penelitian ini antara lain, penerapan Good Corporate Governance, audit internal dan pengendalian internal. Good Corporate Governance adalah pengelolaan perusahaan yang baik. Penerapan Good Corporate Governance sangat penting diterapkan di suatu perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar. Sesuai dengan prinsipprinsipnya yang transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran akan sangat menunjang kemajuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam gambar kerangka pemikiran berikut:
Audit Internal ( X1)
H1 H3 Pengendalian Internal ( X2)
H2
Penerapan Good Corporate Governance (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
40 Universitas Sumatera Utara
2.6.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, kajian teori dan hasil penelitian
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 :
Audit internal berpengaruh positif terhadap GCG.
H2:
Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap GCG.
H3:
Audit internal dan pengendalian internal berpengaruh positif terhadap GCG.
41 Universitas Sumatera Utara