BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit Internal
2.1.1
Pengertian Audit Internal Audit Internal terdiri dari dua kata yaitu auditing (audit) dan internal (intern).
Bila diartikan secara sederhana adalah audit yang dilaksanakan oleh bagian internal dalam arti yaitu perusahaan dengan menggunakan pegawai perusahaan itu sendiri,Ini yang membedakannya dengan eksternal auditing yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan yang independen yaitu Akuntan Publik. Definisi Audit Internal menurut The Insitute of Internal Auditors : “Internal Auditing is an independent, objective Assurance, and consulting activity design to add value and improve an Organitation’s operation.It helps an Organitation to accomplish its objectives by bringing symphatic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, Governance process.” (Arens, 2005 ; 65) Definisi Audit Internal menurut Hiro Tugiman (2001 ; 11) adalah sebagai berikut : “Audit Internal atau pemeriksaan Internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”
Definisi Audit Internal menurut Soekrisno Agus (2004 ;21) adalah sebagai berikut “Audit Internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manejemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, Lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dll. ” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan Auditor Internal bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada organisasi yang selain memiliki fungsi bagian audit internal juga sekaligus berfungsi sebagai mitra manajemen (Auditee). Pada dasarnya seluruh tingkatan manajemen dapat menjadi klien dengan baik dan mendukung kepentingan klien sambil tetap mempertahankan loyalitasnya kepada perusahaan.Merupakan fungsi Auditor internal untuk memberikan bantuan konsultatif dan keyakinan bahwa manajemen resiko, kontrol, dan proses pengelolaan yang telah berjalan sebagai mestinya.
2.1.2 Tujuan Audit Internal Tujuan Audit Internal menurut The Chief of Internal Auditors (Sawyer, 2005 ; 28) yaitu : “The objective of Internal Audit to provide guidance andrelated matters to the Organization so as to assist management in the dischange of its
responsibilities for installing and maintaining control that to ensure organizatitonal objective are achieved.To this end it furnishes them with analysisi, appraisals, recommendation, consultation, and information concerning the activities review” Menurut pernyataan dari CIA, tujuan dari audit internal adalah untuk menyediakan suatu pedoman bagi organisasi yang dapat membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya untuk membentuk dan memelihara pengendalian yang dapat memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Untuk itu fungsi audit internal akan memberikan analisis, rekomendasi, konsultasi dan membentuk informasi mengenai aktivitas yang diperiksa. Menurut Hiro Tugiman (2002 ; 11) tujuan audit internal adalah sebagai berikut : “Tujuan dari pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian dan melakukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.” Tujuan Audit Internal harus dimuat dalam Charter Audit Internal, hal ini sesuai dengan pernyataan Standar Profesi Audit Internal ( SPAI, 2004 ; 15) : “Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi Audit Internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI) dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas organisasi” Pimpinan dan Dewan pengawas organisasi harus memahami dengan jelas tujuan, wewenang dan tanggung jawab dari pelaksanaan Audit Internal. Diharapakan
dengan adanya pemahaman tujuan, wewenang, dan tanggung jawab dari Audit Internal maka akan mendorong mereka (pihak-pihak yang memilki otoritas tinggi) untuk memberikan dukungan sepenuhnya terhadap pelaksanaan fungsi audit internal. 2.1.3
Ruang lingkup Audit Internal Hiro Tugiman mengutip pernyataan lingkup pekerjaan Audit internal menurut
Institute of Internal Auditors sebagai berikut : “Lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.”(Hiro Tugiman, 2002 ; 17) Berdasarkan Statements Responsibility of Internal Auditors ruang lingkup Audit Internal meliputi : a. Penelaahan atas keandalan dan kejujuruan informasi keuangan dan operasi sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengindentifikasi, mengukur, mengklarifikasi dan melaporkan informasi tersebut. b. Penelaahan sistem yang ada untuk memastikan kesesuaian dengan kebijakan rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat membawa dampak yang penting bagi operasi dan pelaporan, serta menentukan apakah organisasi sudah mengikuti hal tersebut. c. Penelaahan cara-cara pengamanan harga dan selanjutnya menelusuri keberadaan harga tersebut. d. Penilaian keefisienan dan keekonomisan penggunaan suatu sumber daya.
e. Mereview operasi dan program untuk memastikan apakah hasilnya telah konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan dan apakah operasi dan program tersebut telah dijadikan dasar penyusunan rencana. Demikian pula ruang lingkup audit internal dalam Standar Profesi Audit Internal yang dikutip oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004 ; 109) adalah sebagai berikut : “Ruang lingkup pekerjaan audit internal meliputi suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses governance.” Dari pernyataan diatas, jelas bahwa ruang lingkup audit internal adalah melakukan pengevaluasian terhadap keefektifan sistem pengendalian serta menilai pelaksanaan tanggung jawab audit yang telah diberikan.Untuk lebih jelasnya, ruang lingkup audit dapat dilihat dari hal-hal berikut ini : a. Fungsi dan Tujuan Audit Fungsi-fungsi audit internal diatur menurut kebijakan manajemen dan direksi. Fungsi audit internal yang dijelaskan oleh Hiro Tugiman (2003;11) adalah: “Fungsi Audit internal atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasai untuk menguji dan mengevaluasi aktivitas yang dilaksanakan.”
Dengan demikian, jelas bahwa audit internal sebagai suatu alat manajemen yang berfungsi untuk menilai semua aktivitas perusahaan dengan meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Adapun tujuan dari audit internal adalah untuk membantu semua anggota organisasi dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dengan memberikan analisis penilaian, rekomendasi yang objektif dan komentar penting mengenai aktivitas yang diaudit. Tujuan lainnya adalah meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. b. Pengevaluasian terhadap keefektifan Sistem Pengendalian Intern Penentuan Sistem pengendalian harus sesuai dengan kondisi perusahaan, karena pengendalian merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan tugas-tugas yang akan dilaksanakan. Sehubungan dengan itu, manajemen dan pimpinan perusahaan sebaiknya mengadakan konsultasi dengan bagian audit internal untuk melakukan pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian intern yang dibuat, sehingga dapat diketahui apakah sistem tersebut cocok atau tidak bila diterapkan di dalam perusahaan. Pengevaluasian terhadap sistem pengendalian yang terdiri dari seluruh sistem, proses, operasi maupun seluruh aktivitas dalam perusahaan adalah untuk mengetahui apakah tujuan dan sasaran telah dicapai. Sedangkan tujuan peninjauan terhadap
keefektifan sistem pengendalian intern adalah memastikan apakah sistem tersebut berfungsi sebagaimana diharapkan. Sistem pengendalian yang efektif dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial (Social system) yang mempunyai makna khusus dalam organisasi perusahaan. Sistem pengendalian menurut The Committee of Sponsoring Organization (COSO) yang dikutip oleh Amin Wijaya Tunggal adalah : “sistem pengendalian intern adalah sebagai suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan tentang pencapaian efektivitas, efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Amin Wijaya Tunggal (2000 ; 1) Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang berkaitan : 1) Lingkungan pengendalian (control environment), merupakan fondasi bagi semua komponen lain pengendalian intern, membangun disiplin dan struktur control. 2) Pengukuran resiko (risk assesment), manajemen menentukan activity level objectives dan
mekanisme untuk mengidentifikasi dan
menganalisa resiko yang berkaitan dengan pencapaian tujuan.
3) Kegiatan pengendalian (control activities), kebijakan dan prosedur yang meyakinkan pengarahan manajemen telah dilakukan dan membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilakukan untuk meminimalisir resiko dalam pencapaian tujuan organisasi. 4) Informasi
dan
komunikasi
(information
and
communication),
informasi harus didapatkan, diidentifikasi dan dikomunikasikan dalam bentuk dan rentang waktu yang memungkinkan pihak-pihak terkait untuk menjalankan tanggung jawabnya. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam bentuknya yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai tingkatan dalam organisasi. 5) Pemantauan (monitoring), yaitu kegiatan penaksiran dan kualitas kinerja sistem dari waktu ke waktu. Hal ini dicapai melalui kegiatan pemantauan yang berkelanjutan, evaluasi terpisah dan kombinasi keduanya. Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern dibuat untuk memberikan keyakinan terhadap proses kinerja organisasi. Namun demikian, dengan sistem pengendalian intern yang ada diarahkan untuk melindungi harta, menjamin ketelitian dan dipercayainya data akuntansi, serta
menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan sehingga kegiatan atau operasi perusahaan dapat berjalan efektif dan efisien. c. Tanggung Jawab Audit Audit internal bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem-sistem yang telah dibuat sangat efektif dan apakah objek yang diaudit benar-benar mentaatinya. Bambang Hartadi (2002 ; 197) menyatakan bahwa : “Siapapun yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan suatu tugas harus siap untuk menunjukan seberapa baik atau buruknya ia telah melaksanakan tugas tersebut.” Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa audit internal harus benarbenar melaksanakan tanggung jawab audit yang telah diberikan. Apabila audit internal melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, maka hasil audit akan menjadi berkualitas dan relevan dengan objek yang diaudit. Pihak yang menjalankan audit internal adalah Auditor Internal. Menurut Amin Wijaya Tunggal (2000 ; 21) tanggung jawab departemen audit adalah : “Tanggung jawab auditor internal adalah menerapkan program audit internal, mengarahkan personel, dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan.”
Oleh karena itu, audit yang dilakukan sebaiknya tidak hanya dibatasi pada persoalan akuntansi dan keuangan saja tetapi mencakup semua lini operasi di dalam perusahaan. Dalam hal ini, audit internal yang handal akan mampu mereview pengendalian manajemen yang ada pada setiap aktivitas perusahaan. 2.1.4
Perkembangan Audit Internal di Indonesia Perkembangan organisasi dan pendidikan Internal Auditing di Indonesia tidak
terlepas dari terbentuknya Forum Komunikasi Satuan Pengawas Intern (FKSPI) BUMN / BUMD di Salabintana, Sukabumi pada tanggal 12 Desember 1985. FKSPI ini kemudian mendirikan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dengan didorong oleh kepala BPKP, Dirjen Pembinaan BUMN, Departemen Keuangan RI, dan beberapa Direksi BUMN. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan Auditor Internal yang profesional dan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia di bidang pengawasan. YPIA inilah yang kemudian membentuk pusat pendidikan dan pengembangan audit internal BUMN / BUMD sebagai wahana pendidikan dan pengembangan audit internal tahap pertama untuk lingkungan BUMN / BUMD yang meliputi dua aspek, yaitu : a. Pendidikan dan pelatihan Internal Audit berjenjang dengan sertifikasi penuh secara nasional dan menuju sertifikasi secara internasional (IIA / CIA).
b. Peningkatan kualitas dan profesionalitas sumber daya manusia dengan melalui penataran, seminar, konsultasi, pengembangan dan penelitian. 2.2
Profesionalisme
2.2.1 Pengertian Profesionalisme Definisi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain adalah : Profesional : bersifat profesi, memiliki keterampilan dan keahlian karena pendidikan dan latihan Dalam Kamus bahasa Indonesia yang baku kata “profesionalisme” berasal dari kata profesi yang memiliki arti “Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,kejujuran) tertentu ; selanjutnya profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau organisasi yang ahli dibidangnya atau profesional ; sedangkan profesional memiliki beberapa pengertian yaitu (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan kata amatir).” Terdapat 5 elemen profesionalisme seperti yang diungkapkan oleh Hall : a. Believe their to take importance b. Are commited to the service of the public good c. Demand Autonomy in the provision of their service d. Advocate self regulation for their work
e. Affiliate with others members of their occupation Yang kemudian diterjemahkan oleh Hiro Tugiman : a. Afiliasi masyarakat profesional b. Kewajiban sosial c. Keyakinan pada regulasi Auditor internal sendiri d. Dedikasi terhadap profesi e. Permintaan terhadap ekonomi (Hiro Tugiman, 2002 ; 54) 2.2.2
Pentingnya Profesionalisme Pentingnya profesionalisme yang harus dimiliki oleh auditor internal dapat
diketahui melalui definisi Internal Auditing yang dikemukakan oleh Milton Steven Fonorow dalam bukunya “Internal Audit Manual” (1989) yang dikutip oleh Sukrisno Agoes sebagai berikut : “Internal Auditing is an appraisal, by trained company employees of the accuracy reliability, efficiency and usefulness of company’s records and internal control”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Internal auditing adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi
dan kegunaan dari catatan-catatan (akuntansi) perusahaan dan pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.” (Sukrisno Agoes, 2004 ; 21) Profesionalisme harus menjadi acuan dalam pelaksanaan fungsi Audit internal. Profesional standard no 1210 yang dikeluarkan oleh IIA menyebutkan bahwa : “Internal Auditor should posses the knowledge, skills, and other competences needed to perform their individuals responsibilities” (Robert Tampubolon, 2005 ; 68) Kemahiran profesional internal auditor dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai dalam bidang audit intern, kegiatan operasional dari industri di mana Auditor Internal berperan, serta disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya. Sucipto mengutip pernyataan S.Hadibroto yang menyebutkan bahwa : “Auditor atau pemeriksa diharapkan menguasai berbagai bidang ilmu, yaitu : ilmu ekonomi, manajemen, hukum, moneter dan sebagainya. Maka dari itu seyogyanya sebagai audit bertindak sebagai sebuah tim yang fungsinya sebagai multi disipliner” (Sucipto, 2003 ; 2) Dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, Auditor internal diharapkan mampu untuk menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk dapat membantu melaksanakan tugasnya.
2.2.3
Standar Profesionalisme Auditor Internal Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hiro Tugiman, Standar Profesi Auditor
Internal diperlukan untuk : a. Memberikan pengertian tentang peran dan tanggung jawab audit internal kepada seluruh tingkatan Manajemen, Dewan direksi, Badan-badan publik, Auditor eksternal dan organisasi-organisasi profesi yang berkaitan. b. Menetapkan dasar pedoman dan pengukuran atau penilaian pelaksanaan Auditor internal. c. Memajukan praktek Audit Internal. Standard Profesi Auditor Internal ini meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Independensi b. Kemampuan profesional c. Lingkup pekerjaan d. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan e. Manajemen bagian Audit Internal (Hiro Tugiman, 2002 ; 74) a.
Independensi Posisi Auditor internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya. Auditor Internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif, sehingga dapat
memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka. Hal ini diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor internal. Arens, (2006 ; 83) : “Independence in fact exists when the auditor is actually able to maintain an unbiased attitude troughout the audit, whereas independence in appearance is the result of other interpretations of this independence” b.
Kemampuan Professional Menurut Hiro Tugiman dalam Standar Profesional Audit Internal (2003 ; 27-29) kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh Auditor Internal adalah sebagai berikut : 1) Personalia, bagian Audit internal harus memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para auditor internal telah sesuai bagi audit yang akan dilakanakan. 2) Pengetahuan dan kecakapan, staf audit internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan audit dalam organisasi perusahaan.Misalnya, kemapuan dalam menerapkan standar audit , prosedur dan teknik-teknik audit.
3) Pengawasan, merupakan suatu proses yang berkelanjutan, dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan kesimpulan hasil audit yang telah dilakukan. Audit Internal harus dapat menjamin bahwa pelaksanaan audit internal telah berjalan secara memadai. c.
Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan dari Auditor internal harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab. Disini Auditor internal harus menguji dan mengevaluasi berbagai proses perencanaan, penyusunan dan pengaturan untuk menentukan apakah terdapat kepastian bahwa berbagai tujuan dan sasaran telah dicapai. Evaluasi terhadap seluruh hasil proses tersebut akan menghasilkan berbagai informasi yang dapat digabungkan untuk menilai sistem pengendalian internal secara keseluruhan. Selain itu yang patut ditinjau oleh Auditor internal adalah realibilitas dan integritas informasi finansial dan pelaksanaan suatu operasi, kesesuaian atau sistem yang ada dengan pengaturan yang berlaku baik berupa kebijaksanaan, prosedur maupun aturan perundang-undangan. Penggunaan sumber daya dan terhadap harta pun patut dicermati oleh Auditor internal untuk mengeliminasi prosedur yang tidak efisien dan efektif.
d.
Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor internal harus
meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil, dan menindak lanjuti (follow up). Adapun pelaksanaan tugas
pemeriksaan ini harus disetujui dan ditinjau atau
direview oleh
pengawas. Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan, memperoleh informasi dasar tentang akan diperiksa, penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu, melaksanakan survey yang tepat untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, penulisan program peemeriksaan, menentukan penyampaian hasil pemeriksaan dan memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan. Auditor internal pun harus mengumpulkan, menganalisis, melakukan interpretasi, membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan, melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya, serta terus menerus melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah ditindak lanjuti dengan tepat.
e.
Manajemen Bagian Audit Internal Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara
tepat. Beberapa hal yang patut dicermati adalah pimpinan audit internal harus memiliki : 1) Penyatuan tentang tujuan kewenangan dan tanggung jawab untuk bagian audit internal. 2) Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksana tanggung jawab bagian audit internal. 3) Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan prosedur secara tertulis sebagai pedoman bagi staf pemeriksa. 4) Pimpinan audit internal harus menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal. 5) Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal. 6) Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal. Hal-hal diatas diharapkan dapat mendorong tercapainya kegiatan pemeriksaan yang memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui
oleh Top manajemen dan dewan, serta pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan standar profesi
2.3
Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
2.3.1 Pengertian Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terdapat istilah lain yang memiliki arti sama dengan audit sumber daya manusia, seperti audit personalia audit kepegawaian dan audit tenaga kerja. Definisi audit manajemen sumber daya manusia menurut Bambang P. Siagian: “Audit manajemen sumber daya manusia adalah seluruh upaya penelitian yang dilakukan terhadap aktivitas sumber daya manusia untuk mencari, menemukan dan mengevaluasi fakta tentang sejauh mana manajemen berhasil memberikan dukungan kepada berbagai satuan kerja pelaksanaan tugas pokok perusahaan. Dengan kata lain, sampai sejauh mana manajemen sumber daya manusia berhasil menyelenggarakan berbagai fungsinya yang akan membantu meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. ” (Sondang P. Siagian, 1997 ; 68) Amin Widjaja Tunggal menyebutkan definisi audit sumber daya manusia (human resourch audit) menurut William B. Wether dan Keith Davis sebagai
penilaian aktivitas personil yang digunakan dalam organisasi, yang dapat dilakukan pada suatu divisi atau perusahaan secara keseluruhan, untuk kemudian diberikan umpan balik tentang bagaimana baiknya manajer memenuhi kewajiban sumber daya manusianya. Audit personalia mengevaluasi kegiatan-kegiatan personalia yang dilakukan di dalam suatu organisasi. Audit personalia ini diadakan dengan maksud untuk : a. Menilai efektivitas, b. Mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki ; c. Mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam ,dan d. Menunjukan kemungkinan perbaikan dan membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan-perbaikan tersebut. (T. Hani Handoko, 2001 ; 225-226) Berikut definisi audit tenaga kerja menurut Bambang Wahyudi : “Audit tenaga kerja memiliki pengertian sebagai proses untuk mengetahui keadaan tenaga kerja yang dimiliki pada saat ini termasuk di dalamnya pengecekan terhadap efektivitas pendayagunaan tenaga kerja yang dimiliki tersebut.”(Bambang Wahyudi, 1998 ; 1) Mengacu pada beberapa definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Audit manajemen sumber daya manusia merupakan suatu kegiatan untuk memeriksa aktivitas-aktivitas perusahaan dalam memberdayakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau organisasi yang meliputi perencanaan sumber daya manusia,
rekruitmen tenaga kerja, seleksi pegawai, penempatan pegawai, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan karir, penilaian prestasi kerja, system imbalan, dan pemberhentian pegawai. Di sinilah Auditor Internal bertugas untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang sudah ada untuk kemudian diuji kembali efektivitasnya, kemudian membuat rekomendasi-rekomendasi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas para karyawan/pegawai demi tercapainya tujuan organisasi. 2.3.2
Manfaat Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Kegunaan suatu audit sumber daya manusia menurut Amin Widjaja Tunggal
dan Sondang P. Siagian dapat dirangkum menjadi seperti di bawah ini : a. Mengidentifikasi kontribusi departemen sumber daya manusia terhadap pencapaian tujuan organisasi ; b. Memperbaiki citra professional departemen sumber daya manusia melalui perumusan kebijakan yang tepat dan menjembatani kepentingan para karyawan dengan kepentingan organisasi. c. Memicu peningkatan profesionalisme dan tangung jawab dari departemen sumber
daya
manusia
dengan
menambah
pengetahuan
dan
keterampilannya. d. Mendorong
keseragaman
kebijakan-kebijakan
manajemen sumber daya manusia.
dan
praktek-praktek
e. Memperjelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari departemen sumber daya manusia agar tidak terjadi overlapping. f. Meningkatkan kemampuan departemen sumber daya manusia dalam menemukan dan mengantisipasi masalah sumber daya manusia yang terjadi sebelum masalah tersebut menjadi kritis. g. Menjamin ketaatan organisasi dan komponen-komponennya terhadap aturan-aturan legal yang berlaku. h. Meningkatkan efisiensi, efektivisan dan produktivitas kerja melalui pengurangan sumber daya manusia yang efektif. i. Menciptakan iklim kerja yang baik sehingga para karyawan dapat menerima setiap perubahan yang dibutuhkan. j. Menjamin akurasi dan reliabilitas sistem informasi kepegawaian untuk kepentingan fungsi departemen sumber daya manusia.
2.3.3 Ruang Lingkup Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Agar suatu audit manajemen sumber daya manusia dapat mencapai sasarannya, kepentingan tiga pihak berikut harus terjamin, yaitu : a. Kepentingan manajemen sumber daya manusia dalam menjalankan fungsinya
b. Kepentingan para manajer fungsional dan operasional yang bertanggung jawab menjalankan kebijakan organisasi c. Kepentingan para karyawan, baik bersifat finansial maupun non finansial. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu audit manajemen sumber daya manusia harus komprehensif, atau dengan kata lain meliputi : a. Sistem informasi manajemen sumber daya manusia yang memberikan kejelasan tentang perkiraan permintaan dan penawaran tenaga kerja, inventarisasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, bagan pergantian karyawan, standar pekerjaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, sistem upah dan gaji, penghasilan tambahan dan jasa-jasa bantuan yang diberikan oleh organisasi kepada anggotanya. b. Pengadaan tenaga kerja dan pengembangannya yang meliputi berbagai aspek seperti sumber-sumber rekruitmen, tenaga baru yang terjaring, jumlah lamaran, prosedur seleksi yang digunakan, perbandingan antara pelamar dengan yang diterima, program orientasi yang diselenggarakan, kegiatan pelatihan - termasuk jenis dan prosedurnya -, hasil pelatihan, data promosi dari luar dan dalam, program perencanaan karir dan upaya pengembangan sumber daya manusia. c. Pengawasan dan penilaian organisasi di bidang sumber daya manusia. Apa yang dilakukan oleh organisasi dalam mengawasi dan juga menilai
berbagai kegiatan manajemen sumber daya manusia perlu juga diaudit. Audit tersebut dapat meliputi berbagai hal seperti standard dan takaran prestasi kerja, teknik pengukuran prestasi kerja yang digunakan, bentukbentuk komunikasi, prosedur pengenaan sanksi, prosedur memperkenalkan dan mewujudkan perubahan dan pengembangan organisasi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, cara-cara penyelesaian pertikaian perburuhan dan faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan pemeliharaan hubungan kerja dan industrial. Menurut Amin Widjaja Tunggal, ruang lingkup Audit manajemen sumber daya manusia mencakup : a.
Audit Strategi perusahaan,
b.
Audit fungsi sumber daya manusia,
c.
Audit ketaatan manajerial,
d.
Audit kepuasan karyawan. (Amin Widjaja Tunggal,2000 ; 81-82)
2.3.4 Audit Strategi Perusahaan Strategi perusahaan berhubungan dengan bagaimana organisasi mendapatkan keuntungan komparatif (comparative advantage). Memahami strategi mempunyai implikasi yang besar terhadap perencanaan sumber daya, staffing, kompensasi,
hubungan karyawan dan aktivitas sumber daya manusia. Pengetahuan terhadap strategi perusahaan dapat memperngaruhi nilai informasi audit. 2.3.5 Fungsi Audit Sumber Daya Manusia Audit secara logis menelaah pekerjaan departemen sumber daya manusia, area yang tercakup adalah : a.
Misi departemen, yaitu seluruh tujuan dan maksud departemen sumber daya manusia dalam organisasi.
b.
Organisasi departemen, yaitu hubungan antara fungsi dan departemen dalam organisasi dan strukturisasi sumber daya dalam fungsi.
c.
Personal departemen, yaitu seleksi, pelatihan, dan motivasi karyawan bagian sumber daya manusia.
d.
Hubungan industrial (labour relations), yaitu hubungan antara organisasi dengan setiap kelompok karyawan yang diorganisir.
e.
Rekruitmen dan seleksi, yaitu mendapatkan dan menjaring kandidat yang mampu untuk posisi di seluruh organisasi.
f.
Pelatihan dan pengembangan, yaitu keahlian yang diberikan dalam organisasi untuk pelatihan keterampilan dan pengembangan karir karyawannya.
g.
Hubungan karyawan (employee relations), yaitu kebijakan dan prosedur formal yang mengarahkan semua kondisi yang mempengaruhi karyawan dalam organisasi.
h.
Imbalan (benefit), yaitu imbalan khusus yang diberikan karyawan dalam organisasi.
i.
Kompensasi, yaitu metode gaji atas pekerjaan yang dinilai, range gaji, dan upah yang ditentukan, serta penyesuaian yang dibuat.
j.
Rencana sumber daya manusia (human resource planning), yaitu pengumpulan dan analisis informasi mengenai kebutuhan personel organisasi dalam periode jangka pendek ataupun panjang.
k.
Perencanaan
dan
pengembangan
organisasi,
yaitu
usaha
untuk
memperbaiki komunikasi dan pengertian di seluruh organisasi. l.
Keselamatan, yaitu keahlian yang tersedia untuk organisasi agar karyawan berkeyakinan kerja dalam lingkungan yang aman.
m. Keamanan, yaitu pemeriksaan dan proteksi personil, dokumen dan fasilitas organisasi . n.
Fasilitas, lokasi dan pengaturan fasilitas untuk pemberian jasa yang optimum kepada organisasi.
o.
Dokumentasi, yaitu penyiapan dan penyimpanan catatan karyawan termasuk keperluan legal.
(Amin Widjaja Tunggal, 2000 ; 83-84)
2.3.6
Audit Ketaatan Manajerial Suatu Audit juga menelaah bagaiamana baiknya manajer mentaati kebijakan
dan prosedur sumber daya manusia. Jika manajer mengabaikan dan melanggar peraturan hubungan industrial, Auditor harus mengungkapkan kesalahan ini agar tindakan koreksi bisa dilakukan. Karena ketaatan terhadap setiap kebijakan dan peraturan sangat penting dan bisa mendukung tercapainya tujuan organisasi. 2.3.7 Audit Kepuasan Karyawan Departemen yang efektif memenuhi dan tujuan dan kebutuhan karyawan. Apabila kebutuhan tidak dipenuhi, akan mengakibatkan perputaran, absensi dan kagiatan serikat pekerja meningkat. Untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan karyawan, Auditor mengumpulkan data dari pekerja, mengumpulkan informasi tentang gaji, imbalan, praktek supervise, bantuan perencanaan karir, dan umpan balik yang diterima mengenai kerja mereka.
2.4
Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Efektivitas Pelaksanaan Audit Manajemen Bagian Sumber Daya Manusia
2.4.1 pengertian Efektivitas Pengertian Efektivitas menurut Yoedono adalah sebagai berikut :
“effectiveness is generally received as answering wether the expected results or goals has been achieved, but may also be recognized as the capacity to maintain a desired level of output or service for an extended period.” (Yoedono, 2002 ; 10) Pengertian Efektivitas menurut Rob Reider adalah sebagai berikut : “effectiveness (or results of operation) is the organization of achieving results of benefit based on stated goals and objectives of some other measurable criteria ; effectiveness is concerned with results and accomplishments achieved and benefits provided” (Rob Reider,2002 ; 22-23) Pengertian Efektivitas menurut Gibson yang dikutip oleh Dini Arwati adalah sebagai berikut : “Efektivitas merupakan sesuatu yang bereda dari orang yang berbeda, apakah ini bersifat toeritis maupun praktis. Perbedaan dalam hal ini menggambarkan satu ketaatan terhadap pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem, atau pendekatan multiple constituency. Manajer harus dapat menggunakan masingmasing pendekatan tersebut untuk mencapai efektivitas tersebut.”(Dini Arwati,2003 ; 2) Dengan demikian efektivitas pada dasarnya merupakan suatu keadaan dimana suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya telah tercapai. Misalnya pencapaian tujuan organisasi yang terdiri dari kumpulan orang yang beraktivitas yang memiliki tujuan
bersama, yaitu untuk memperoleh laba atau keuntungan di samping tujuan lainnya, yaitu tujuan sosial. 2.4.2
Efetivitas Pengendalian Intern Manajemen Sumber Daya Manusia Telah diketahui sebelumnya bahwa pengendalian intern dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain di dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberi keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Jika dikaitkan dengan sumber daya manusia, maka beberapa hal yang dapat penulis petik dari Internal Contol-Integrated Framework yang disarikan secara bebas dari laporan yang diterbitkan dari COSO tahun 1992 oleh Robert Tampubolon, berikut adalah indikator pengendalian intern atas sumber daya manusia : a.
Terdapat kebijakan yang cukup mengenai kebijakan dan prosedur dalam hal rekruitmen, pelatihan, promosi, dan pemberian kompensasi kepada karyawan;
b. Terdapat
kesesuain
tindakan
yang
diambil
dalam
menanggapi
penyimpangan oleh pegawai atas kebijakan dan prosedur yang telah ada ;
c. Terdapat pengecekan yang cukup atas latar belakang calon pegawai, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas terakhir atau aktivitas yang tidak diinginkan perusahaan ; d. Terdapat kebijakan yang cukup untuk mempertahankan pegawai (employee retention), criteria promosi, dan teknik penilaian kerja; e. Terdapat suatu bentuk dorongan bagi pegawai untuk memenuhi target kinerja tertentu, khususnya untuk kepentingan jangka pendek dan kompensasi yang berkaitan dengan pencapaian target tersebut ; f. Jumlah pegawai, khususnya yang berhubungan dengan akuntansi dan pengolahan data sudah sesuai dengan tingkat keterampilan yang memadai sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan ; g. Tujuan-tujuan organisasi dikomunikasikan ke seluruh pegawai secara efektif ; h. Manajemen selalu bersedia menerima saran dan pegawai mengenai cara peningkatan produktivitas, kualitas dan perbaikan untuk hal-hal yang sejenisnya lainnya ; i. Terdapat jalur komunikasi bagi pegawai yang akan melaporkan hal-hal yang mencurigakan ; j. Dalam kegiatan sehari-hari pegawai memperoleh bukti bahwa sistem pengendalian intern telah dan tetap berfungsi dengan baik.
Jika hal-hal tersebut di atas dapat terlaksana dengan baik, maka pengendalian intern yang terkait atas manajemen sumber daya manusia dapat dikatakan berjalan secara efektif.
2.4.3 Pengaruh
Profesionalisme
Auditor
Internal
terhadap
Efektivitas
Pelaksanaan Audit Manajemen Bagian Sumber Daya Manusia Internal Auditing memiliki peran yang vital dalam menjamin integritas dari manajemen perusahaan, sehingga dibutuhkan personel yang profesional untuk menjalankan peran tersebut. Adapun pembentukan hubungan antara profesionalisme dan hasil organisasional yang diharapkan akan menjelaskan pada para pemberi keja nilai dari mempertahankan profesionalisme personal, sehingga profesionalisme merupakan hal penting bagi internal Auditing dalam segi absolut, relatif dan kontekstual. Profesionalisme dapat menjadi suatu elemen dari motivasi yang menghasilkan kinerja terlatih yang tinggi, sama hal nya dengan konsep diri mengenai kompetensi individual yang tinggi. Hal – hal yang berkaitan dengan profesionalisme Auditor Internal seperti yang dikemukakan oleh Kalbers dan Fogarty tahun 1995 adalah sebagai berikut : a. Auditor Internal yang memiliki dimensi tinggi mengenai profesionalisme akan memiliki kinerja yang lebih tinggi.
b. Auditor Internal yang memiliki dimensi tinggi mengenai profesionalisme akan lebih berkomitmen pada organisasi. c. Auditor Internal yang memiliki dimensi tinggi mengenai profesionalisme akan lebih puas akan pekerjaan mereka. d. Auditor Internal yang memiliki dimensi tinggi mengenai profesionalisme akan cenderung lebih rendah turnover nya. e. Auditor Internal yang lebih berpengalaman akan menghasilkan profesionalisme yang lebih tinggi. Dalam kaitannya dengan Audit manajemen sumber daya manusia, maka unsur-unsur di atas dapat dikatakan berpengaruh pada efektivitas pelaksanaan audit personalia, mengingat audit personalia merupakan salah satu bagian dalam pekerjaan Auditor internal. Melalui kinerja yang tinggi, komitmen terhadap organisasi yang kuat, dan kepuasan kerja yang tinggi, Auditor Internal akan lebih seksama dalam mencermati area-area kritis yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan demikian, rekomendasi yang diberikan pun akan memberi masukan yang berarti bagi perusahaan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dalam hal ini adalah pengelolaan sumber daya manusia yang lebih efektif dan efisien demi tercapainya tujuan organisasi.