UNIVERSITAS INDONESIA
Audit Internal
Performing Effective Internal Audit
Disusun Oleh: IRENA VANIA MARGARET (1406645525) LANA MEUTIA FIRDAUS (1406645595)
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA 2016
Statement of Authorship
Saya/kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlamppir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makaah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya. Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme. Mata ajaran Judul makalah/tugas Tanggal Dosen
: Audit Internal : Performing Effective Internal Audit : 29 September 2016 : Elok Tresnaningsih M.S.Ak
Nama : Irena Vania Margaret NPM : 1406645525 Tanda Tangan : Nama : Lana Meutia Firdaus NPM : 1406645595 Tanda Tangan :
Performing Effective Internal Audit Chapter ini berfokus pada tahapan dasar dan proses yang dibutuhkan untuk merencanakan, melaksanakan, dan memenuhi individual internal audit. Hampir semua audit internal dimulai dengan pembentukan sebuah program audit internal yang telah disetujui, penegasan kembali tentang tujuan audit awal, pengembangan rencana audit secara rinci, dan kemudian program audit internal yang pada dasarnya termasuk review awal dan dokumentasi control internal, tes untuk menentukan mereka bekerja seperti yang diharapkan, dan laporan hasil audit. Auditor internal yang efektif berfungsi sebagai garis depan untuk komite audit dan manajer senior, dan harus melakukan lebih dari sekedar meninjau kepatuhan perusahaan dengan dokumentasi dan prosedur dipublikasikan. Auditor internal mengunjungi fasilitas di mana pekerjaan yang sebenarnya perusahaan itu dilakukan, mengamati operasi dan menyediakan laporan. I.
Organizing and Planning Internal Audits Keseluruhan tahap dan proses untuk mengatur dan merencanakan audit internal membutuhkan pemahaman dari IIA International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing. Internal Audit membutuhkan skill dan pengetahuan yang luas yang tidak bisa dideskripsikan dalam tahap tertentu tetapi termasuk keseluruhan aktifitas. Sebelum fungsi audit internal dimulai, diperlukan sebuah sarana untuk membangun fungsi audit internal yang efektif, yaitu: Sebuah rencana organisasi yang efektif dan piagam untuk meluncurkan kegiatan audit internal. Sebuah rancana jangka panjang atau rencana audit tahunan. Setiap individu audit internal harus didasarkan pada rencana jangka panjang dari berbagai kegiatan audit. Standard dan pendekatan yang efektif untuk melakukan semua audit internal. Tujuannya adalah untuk menunjukkan serangkaian prosedur audit internal untuk melakukan review. Sebagai seorang individu yang profesional, audit internal lebih efektif jika semua anggota staf audit mengikuti prosedur profesional yang konsisten dalam
II.
melakukan review karena mereka merupakan sumber daya yang kuat di mata manajemen. Internal Audit Preparatory Activities Seorang audit internal harus merencanakan setiap kegiatan secara matang sebelum dijalankan. Proses audit harus dimulai dari elemen-elemen dalam perencanaan sampai proses penilaian risiko audit internal tahunan, melalui manajemen atau permintaan khusus komite audit, atau dalam peristiwa yang tidak direncanakan; seperti penemuan penipuan, peraturan baru, atau peristiwa ekonomi yang tak terduga. Walaupun elemen kecil dari persiapan dapat dilakukan bersamaan dengan audit itu sendiri, umumnya harus dilakukan sebelum mengunjungi lokasi audit. Kegiatan persiapan yang penting adalah menentukan tujuan, ruang lingkup, dan prosedur program audit yang
akan digunakan dalam individual audit. Gambar dibawah menunjukkan dokumen memo to files yang menjelaskan mengenai audit plan yang akan datang. Dokumen ini yang akan dipersiapkan oleh manajer audit internal.
a. Determine the Audit Objectives Sebuah tujuan “High-End” harus ditetapkan untuk setiap audit yang direncanakan secara individu. Laporan Tujuan Audit ini tidak harus berupa daftar persyaratan rinci, namun harus memiliki informasi yang cukup untuk memberitahu auditee, manajemen, dan orang yang berkepentingan mengenai apa yang ingin dicapai. Berikut adalah beberapa contoh dari pernyataan tujuan audit internal: “...untuk memperbarui proses dokumentasi dan menguji pengendalian internal yang diperlukan, untuk proses manajemen aset tetap demi memenuhi persyaratan SOx bagian 404.” “...untuk meninjau kontrol internal di lokasi selama pemeliharaan konfigurasi IT manajemen database dan prosedur pendukungnya.” Dari setiap pernyataan di atas, dijelaskan rencana apa yang akan dicapai oleh audit internal dalam review mendatang. Pernyataan tujuan audit internal tersebut akan memulai audit internal. Selama pemeriksaan yang direncanakan disetujui, pernyataan tujuan harus selalu dilihat sebagai gambaran besar yang menggambarkan tujuan audit internal untuk review yang diberikan.
b. Audit Scheduling and Time Estimates Skedul audit dan estimasi waktu audit tergantung dari seperti apa dan ukuran dari audit yang dilakukan. jadwal individu dapat mencakup satu bulan, seperempat, atau bahkan waktu yang lebih lama. Untuk kelompok audit internal yang lebih besar, jadwal audit rinci harus disiapkan untuk seluruh departemen audit dan setidaknya review bulanan untuk mencerminkan perubahan atau penyesuaian. c. Preliminary Surveys Apabila akan melakukan audit di area yang sebelumnya pernah dilakukan audit, langkah pertama ialah melakukan survei, mengumpulkan bahan latar belakang mengenai entitas yang akan diaudit. Survei ini seringkali menjadi tanggung jawab manajer audit atau auditor in-charge. Item-item di bawah ini harus ditinjau, selama Preliminary Surveys internal audit: Review of prior workpapers Hasil dari review yang sebelumnya harus ditinjau kembali; apa harus dikurangi, dihilangkan, diperluas, atau dilakukan secara bergilir di audit yang akan datang. Sebagai contoh pada kertas kerja sebelumnya menunjukkan bahwa sampel tes perhitungan dimasukkan sebagai bagian dari review persediaan, namun karena prosedur pengendalian internalnya baik, beberapa kendala dapat ditemui. Perencanaan audit yang mendatang harus focus kepada apakah prosedur pengendalian yang sama dapat memungkinkan pengurangan ukuran sampel. Review of prior audit reports Ditemukannya temuan audit yang signifikan di masa lalu juga harus dipertimbangkan, serta sejauh mana komitmen manajemen untuk memperbaiki hal tersebut. Untuk mendapatkan pengarahan ke area lainnya, auditor juga harus mempelajari laporan tentang entitas atau fungsi dalam organisasi. Review kertas kerja khusus diberikan jika tindakan perbaikan substansial diperlukan dalam pemeriksaan terakhir. Perencanaan audit mendatang harus mencakup pemeriksaan mengenai hal ini juga. Meskipun manajemen audit internal harus memiliki tujuan untuk membersihkan semua item yang disengketakan dalam laporan audit, mungkin ada situasi di mana auditor dan auditee setuju untuk tidak setuju. Auditor harus mencatat saran untuk audit yang direncanakan dalam periode yang akan datang. Organization of entity Auditor harus memperoleh bagan organisasi dari entitas yang diaudit untuk memahami struktur dan tanggung jawabnya. Perhatian khusus harus diberikan kepada area di mana mungkin ada potensi masalah pemisahan tugas. Misi entitas atau deskripsi fungsional serupa juga harus diperoleh supaya auditor lebih memahami
tujuannya. Anggaran dan data kinerja keuangan juga harus ditinjau sebagai bahan latar belakang. Area audit ketika mendapatkan pemahaman tentang organisasi entitas akan bervariasi tergantung pada jenis audit yang direncanakan. Contohnya dalam audit operasional area manufaktur, internal auditor mungkin ingin memperoleh pemahaman keseluruhan proses manufaktur, informasi latarbelakang tentang lingkungan operasi, jaringan telekomunikasi, dan aplikasi yang diproses. Other related audit materials Data pendukung lain harus dipelajari. Data ini mungkin termasuk masalah yang diidentifikasi oleh auditor eksternal dalam periode sebelumnya pada SOx Pasal 404 oleh governmental regulatory auditor. Hasil tinjauan internal dengan pejabat departemen atau organisasi lainnya, siaran pers, dan laporan terkait lainnya memberikan tambahan latar belakang material yang berguna. III.
Starting the Internal Audit Langkah pertama dalam memulai internal audit ialah menginformasikan organisasi yang akan di audit bahwa mereka akan di audit pada jadwal yang telah ditentukan walaupun internal audit sudah mempersiapkan planning memo seperti gambar diatas sebagai dokumentasi. Pemberitahuan dari pihak audit internal berupa Engagement Letter. Surat ini merupakan dokumen perencanaan yang berfungsi untuk menginformasikan kepada auditee tentang rencana audit, siapa yang akan melaksanakannya, dan alasan mengapa
audit tersebut dilaksanakan Berikut merupakan hal yang harus ada dalam Engagement Letter: Penerima Tujuan dan ruang lingkup audit Tanggal dimulai dan durasi audit Orang yang akan bertanggung jawab dalam proses audit Pengajuan untuk persiapan audit Salinan dari Engagement Letter Laporan lain Berikut merupakan contoh dari management letter:
Ketika jadwal audit sudah terbentuk, dan manajemen sudah di informasikan, tim audit siap untuk mengaudit organisasi tersebut. Fase ini bisa juga disebut dengan fieldwork. a. Internal Audit Field Survey Field survey merupakan fase yang penting, dalam fase ini akan menentukan tujuan, jangkauan, dan meningkatkan hasil audit. Berikut adalah informasi yang harus dikumpulkan oleh auditor in charge dalam field survey: Organisasi Auditor harus mengkonfirmasi bagan organisasi, termasuk nama-nama personil kunci, benar. Auditor harus akrab dengan tanggung jawab fungsional dan orangorang kunci yang terlibat dalam operasi. Pedoman dan Arahan Salinan kebijakan yang berlaku dan manual prosedur, penggalian data yang menarik untuk kertas kerja audit, mungkin tersedia melalui sistem online, dan akses yang sesuai harus diperoleh. Laporan Laporan manajemen yang relevan dan risalah rapat yang meliputi daerah sesuai dengan audit-seperti penganggaran, operasi, studi biaya, dan masalah personel,
dan hasil dari setiap inspeksi eksternal atau ulasan manajemen serta tindakan yang diambil harus dianalisis Observasi Pribadi Sebuah walkthrough membiasakan auditor internal dengan entitas, operasi dasar, personil, dan pemanfaatan ruang. Diskusi dengan Staff kunci Diskusi di daerah yang diaudit untuk menentukan masalah daerah yang diketahui. b. Documenting the Internal Audit Field Survey Pekerjaan yang dilakukan, dan ringkasan dari data yang dikumpulkan melalui survey lapangan didokumentasikan di kertas kerja audit. Salinan laporan yang penting dan prosedur yang pubilikasikan harus diperoleh, ringkasan catatan dan pengamatan direkam dari semua wawancara dan kunjungan, dengan diagram alur disiapkan untuk semua system atau proses. c. Field Survey Auditor Conclusions Tujuan dari survei lapangan audit internal adalah untuk mengkonfirmasi asumsi diperoleh dari perencanaan audit awal, dalam rangka mengembangkan pemahaman tentang pentingnya suatu sistem dan proses. Karena informasi yang mendukung audit awal perencanaan sering tidak sempurna, ini merupakan titik penting dimana tim audit yang ditugaskan dapat membuat penyesuaian terhadap lingkup tujuan audit yang direncanakan. Untuk audit yang lebih besar, ide yang baik untuk manajemen audit internal mengunjungi tim untuk melakukan survey lapangan dan meninjau hasilhasilnya. Berikut contoh internal audit report dalam hasil field survey:
IV.
Developing and Preparing Audit Programs Internal audit harus terorganisir dan dilakukan dengan cara yang konsisten dengan tujuan meminimalkan prosedur audit yang tidak perlu. Untuk mencapai konsistensi audit, auditor internal harus menggunakan apa yang disebut program audit untuk melaksanakan prosedur audit secara konsisten dan efektif untuk jenis yang sama dari audit. Program audit adalah alat untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan audit dengan menspesifikasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memenuhi tujuan audit. Internal audit yang efektif adalah mereka yang memiliki audit program yang tergeneralisasi yang dipersiapkan untuk sebagian besar aktifitas audit yang dilakukan secara berulang. Untuk mempersiapkan program ini, internal audit harus memiliki pemahaman tentang apa yang merupakan program audit yang memadai. a. Audit Program Formats and Their Preparation Program audit adalah prosedur yang menjelaskan langkah-langkah dan tes yang akan dilakukan oleh auditor internal saat melakukan kerja lapangan. Program audit harus sudah final setelah selesai preliminary dan field survey, dan juga sebelum memulai aktifitas audit yang sebenarnya. Audit program harus dapat mengidentifikasi area yang nantinya akan diperiksa lebih lanjut dan daerah sensitif yang memerlukan
penekanan Audit. Tujuan program audit ini juga untuk membimbing para auditor yang berpengalaman maupun yang tidak. Tergantung pada jenis audit yang direncanakan, audit program biasanya mengikuti salah satu dari tiga format umum: (1) satu set umum prosedur audit, (2) prosedur audit dengan petunjuk rinci untuk auditor, atau (3) checklist untuk review kepatuhan. Exhibit 7.5 adalah contoh satu set umum prosedur audit untuk review direct expenditure cycle, proses pembelian di perusahaan.
Exhibit 7.6 berikut ini adalah contoh untuk audit program yang lebih rinci mengenai petunjuk langkah-angkah untuk review petty cash controls di branch unit. Sementara Exhibit 7.7 menyajikan internal audit program format checklist untuk review ethics and business compliance policies
Internal auditor dalam mengembangkan program audit harus mencoba untuk memilih langkah audit yang bermakna dan yang akan menghasilkan bentuk bukti audit yang reliable. Sebagai contoh, program audit lebih sering melakukan detailed-tes pada daerah kritis dan berisiko tinggi daripada melalui wawancara. b. Types of Audit Evidence Auditor internal harus mengumpulkan bukti audit untuk mendukung evaluasi audit. Bukti audit harus sufficient, competent, relevant, and useful. Exhibit 7.8 menyediakan beberapa bukti audit terbaik untuk tiap-tiap klasifikasi material.
V.
Performing the Internal Audit a. Internal Audit Fieldwork Initial Procedures Proses audit internal dapat saja mengganggu rutininas operasi bisnis auditee, sehingga auditor perlu mengkomunikasikan tentang jadwal dan tujuan pelaksanaan audit internal ini dengan pihak auditee. Selain itu, auditor juga harus mendapatkan komitmen dari auditee terhadap pelaksanaan audit internal dimaksud, terutama dalam hal penyediaan data dan laporan yang dibutuhkan oleh auditor internal. Jika pada pelaksanaannya terdapat key person yang tidak kooperatif, maka auditor dapat membahasnya dengan pihak yang berwenang dari auditee, atau merevisi strategi auditnya antara lain dengan: Merevisi program dan prosedur audit yang akan dilakukan, misalkan dengan
melakukan uji tambahan di area lain, dsb. Melengkapi proses audit tanpa menyelesaikan audit di area yang bermasalah, tetapi pendekatan ini harus mendapatkan persetujuan dari manajemen internal
audit. Menyelesaikan program audit yang telah direncanakan, dan menyusun kembali uji ulang terhadap area yang bermasalah untuk dilakukan dikemudian hari.
Audit fieldwork harus mengikuti program audit yang ditetapkan. Saat tiap selesai melakukan langkah-langkah, auditor yang bertanggung jawab harus paraf dan mencantumkan tanggal program audit. Dokumentasi dikumpulkan dari setiap langkah audit, serta analisis audit yang ada, harus diorganisir dan diteruskan ke auditor in-charge untuk melakukan review awal dari pekerjaan audit. Auditor in-
charge memonitor kinerja pekerjaan audit yang sedang berlangsung dan review worksheet mereka di tiap prosedur. Exhibit 7.9 audit program untuk review petty cash.
b. Audit Fieldwork Technical Assistance Pada audit fieldwork dapat timbul permasalahan yang bersifat teknis, dimana auditor internal tidak berkompetensi dalam bidang teknis dimaksud, harus diatasi dengan melaksanakan asistensi dari orang-orang yang memiliki kompetensi pada bidang dimaksud. Segala biaya dan waktu tambahan pada permasalahan tersebut juga harus selalu didokumentasikan dalam kertas kerja audit, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pendukung penyusunan rencana audit berikutnya. c. Audit Management Fieldwork Monitoring Jika audit internal dilakukan pada jangka waktu yang panjang atau tingkat sumber daya yang diperlukan luas, manajemen audit internal harus sering meninjau kemajuan audit ini dan memberikan arahan teknis melalui kunjungan dan komunikasi. Tujuan dari kunjungan ini untuk meninjau pekerjaan yang sedang berlangsung dan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Review comment pada workpaper harus didokumentasikan ketika manajemen reviewer memiliki pertanyaan atau mengidentifikasi item yang hilang dari dokumentasi audit. Berdasarkan review comment ini, staf auditor harus melakukan pekerjaan audit tambahan yang diperlukan dan membuat perubahan yang diperlukan pada kertas kerja, menunjukkan tindakan yang diambil pada review sheet. Setelah
selesai internal audit comment ini, pekerjaan tambahan dilakukan, atau koreksi, supervisor mengisi pada lembaran review comment nya serta tindakan lebih lanjut yang akan diambil. d. Potential Audit Findings Kapanpun auditor menemukan hal yang berpotensi sebagai temuan/ kelemahan dari sistem pengendalian, maka uraian kondisi dimaksud dan rekomendasi perbaikan harus segera dipersiapkan. Summary kondisi diatas biasa disebut audit preliminary finding sheet. Berikut exhibit 7.10 adalah audit preliminary findings sheet untuk sample audit atas accounts payable processes pada Global Computer Products operations di Minneapolis.
Uraian dimaksud sering dimuat dalam audit preliminary finding sheet yang berisikan antara lain: Identifikasi temuan Kondisi yang terjadi Referensi kondisi/temuan pada dokumentasi kerja Usulan/rekomendasi perbaikan dari auditor Hasil diskusi tentang temuan dengan pihak manajemen Rekomendasi yang telah disepakati untuk dilaksanakan oleh manajemen e. Audit Program and Schedule Modification Kebutuhan modifikasi program audit yang paling umum dibutuhkan ketika audit internal telah mengembangkan program audit umum untuk digunakan dalam review unit yang sama tetapi tidak identik. Misalnya intuk pengendalian internal fungsi pembelian dimana audit program nya pada satu area bisa dijalankan dengan baik, namun pada area spesifik lain tidak dapat diterapkan walaupun sama-sama pada unit atau fungsi pembelian. Selama melakukan field audit bisa muncul masalah yang tak terduga yang membutuhkan modifikasi program audit. Proper approval oleh internal audit manajemen dibutuhkan untuk modifikasi perubahan-perubahan ini. f. Reporting Preliminary Audit Findings to Management Temuan saat melakukan audit harus di review. In-charge auditor harus menyisihkan jadwal untuk meeting dengan unit manajemen untuk mengkomunikasikan temuantemuan yang ada sebelum meninggalkan lokasi/field.
VI.
Wrapping Up the Field Engagement Internal Audit Hasil akhir dari aktivitas pengauditan internal adalah Laporan Departemen Audit Internal kepada Dewan dan Komite Audit. Laporan berisi temuan audit selama dilakukan pekerjaan lapangan dan rekomendasi yang diberikan agar proses bisnis organisasi menjadi efektif dan efisien. Untuk memberikan laporan yang valid perlu dilakukan perencanaan pekerjaan lapangan internal audit. Departemen Internal Audit harus membuat perhitungan yang cermat agar tujuan dari internal audit dapat tercapai dan sejalan dengan anggaran yang telah direncanakan. Departemen Internal Audit harus memperhitungkan berapa jumlah personel yang dibutuhkan, siapa saja personelnya, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan berapa biaya yang akan dikeluarkan secara mendetail. Perencanaan yang telah dibuat sebelumnya harus dibandingkan dengan anggaran yang disediakan. Hal ini penting dilakukan untuk mengukur kinerja dari personel internal audit dan mengetahui varian yang terjadi antara anggaran dan pelaksanaan dilapangan, untuk itu setiap personel internal auditor harus memiliki laporan mengenai perkembangan pekerjaan lapangan mereka. Laporan ini berisi informasi berupa anggaran, estimasi waktu dibandingkan waktu sesungguhnya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan, deskripsi perkembangan audit dibandingkan program audit. Auditor in-charge harus dapat menjelaskan varian yang terjadi antara anggaran dan kenyataan.
VII.
Performing an Individual Internal Audit Konsep di balik tema CBOK adalah untuk menyorot bidang pengetahuan yang penting bagi setiap auditor internal. Sementara laporan audit internal merupakan produk kerja yang penting, kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan audit internal individu adalah key knowledge requirement. Apakah anggota staf senior audit internal, atau anggota tim manajemen audit internal, secara profesional harus memiliki pemahaman yang memadai untuk menilai risiko dan rencana audit internal, untuk mempersiapkan kertas kerja, untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan audit, dan untuk meringkas hasil dalam persiapan untuk menyimpulkan laporan audit internal. Karena begitu banyak jenis audit internal yang dilakukan, kami tidak mencoba menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan satu audit internal yang generik. Namun, auditor internal harus memiliki pemahaman yang baik tentang International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, serta nternal audit planning and performance Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan internal audit pada exhibit 7.11.
Nilai paling penting pada proses internal audit terhadap komite audit dan manajemen adalah hasil yang dilaporkan atas audit rinci yang dilakukan di lapangan atau sebagai bagian dari operasi keseluruhan. Mengumpulkan bukti awal, melakukan audit, dan pelaporan temuan awal kepada manajemen adalah bagian dari proses audit internal. VIII.
Standar IIA 2200 - Perencanaan Penugasan Auditor Internal harus menyusun dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup tujuan penugasan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi sumber daya. 2201 - Pertimbangan Perencanaan Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan: Sasaran dari kegiatan yang sedang diperiksa dan mekanisme yang digunakan dalam
mengendalikan kinerjanya; Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya, dan operasi yang diperiksa, dan bagaimana menurunkan dampak risiko tersebut sampai pada tingkat yang dapat
diterima; Kecukupan dan efektivitas tata kelola, manajemen risiko dan proses pengendalian
dibandingkan dengan kerangka atau model yang relevan; dan Peluang untuk meningkatkan secara signifikan tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian. 2201.A1 Sewaktu menyusun rencana penugasan yang akan diberikan kepada pihak di luar organisasi, auditor internal harus membuat kesepahaman dengan mereka tentang tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab masingmasing pihak, dan
harapan lainnya, termasuk pembatasan distribusi hasil penugasan dan akses terhadap catatan penugasan. 2201.C1 Auditor Internal harus membuat nota kesepahaman dengan klien penugasan konsultansi yang memuat tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab masingmasing pihak, dan harapan lain klien. Untuk penugasan yang signifikan, nota kesepahaman ini harus didokumentasikan 2210 - Tujuan Penugasan Tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan. 2210.A1 Auditor Internal harus melakukan penilaian pendahuluan terhadap risiko yang relevan atas kegiatan yang dikaji. Tujuan penugasan harus mencerminkan hasil penilaian tersebut. 2210.A2 Auditor Internal harus mempertimbangkan kemungkinan timbulnya kesalahan yang signifikan, kecurangan, ketidaktaatan, dan eksposur lain pada saat menyusun tujuan penugasan. 2210.A3 Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian. Auditor Internal harus memastikan seberapa jauh manajemen dan/atau Dewan telah menetapkan kriteria memadai untuk menilai apakah tujuan dan sasaran telah tercapai. Apabila memadai, auditor internal harus menggunakan kriteria tersebut dalam evaluasinya. Apabila tidak memadai, auditor internal harus bekerja dengan manajemen dan/atau Dewan untuk membangun kriteria evaluasi yang sesuai. 2210.C1 Tujuan penugasan konsultansi harus diarahkan pada proses tata kelola, risiko, dan pengendalian, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan klien. 2210.C2 Tujuan penugasan konsultansi harus konsisten dengan nilai, strategi, dan tujuan organisasi. 2220 - Ruang Lingkup Penugasan Ruang lingkup penugasan yang ditetapkan harus memadai untuk dapat mencapai tujuan penugasan. 2220.A1 Ruang lingkup penugasan harus mempertimbangkan sistem, catatan, personel dan properti fisik yang relevan, termasuk yang berada dibawah pengelolaan pihak ketiga. 2220.A2 Jika timbul peluang dilakukannya jasa konsultansi yang signifikan pada saat penugasan asurans, nota kesepahaman tertulis khusus yang mencakup tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab masing-masing pihak, dan harapan lain harus
dibuat dan hasil penugasan konsultansi dikomunikasikan berdasarkan standar penugasan konsultansi. 2220.C1 Dalam penugasan konsultansi, auditor internal harus memastikan bahwa ruang lingkup penugasan telah memadai untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Jika Auditor Internal merasa berkeberatan tentang ruang lingkup selama penugasan, keberatan tersebut harus didiskusikan dengan klien untuk menentukan kelanjutan penugasan. 2220.C2 Selama penugasan konsultansi, auditor internal harus memperhatikan pengendalian yang terkait dengan tujuan penugasan serta waspada terhadap berbagai permasalahan pengendalian yang signifikan. 2230 - Alokasi Sumber Daya Penugasan Auditor Internal harus menentukan sumber daya yang sesuai dan memadai untuk mencapai tujuan penugasan, berdasarkan evaluasi atas sifat dan tingkat kompleksitas setiap penugasan, keterbatasan waktu, dan sumber daya yang dapat digunakan. 2240 - Program Kerja Penugasan Auditor Internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja untuk mencapai tujuan penugasan. 2240.A1 Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja ini harus memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan dan apabila terjadi perubahan harus segera dimintakan persetujuan. 2240.C1 Program kerja penugasan konsultansi berbeda dalam bentuk dan isinya, tergantung pada sifat setiap penugasan 2300 - Pelaksanaan Penugasan Auditor Internal harus mengidentifikasi,
menganalisis,
mengevaluasi,
dan
mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan. 2310 - Pengidentifikasian Informasi Auditor Internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan, dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan. Interpretasi: Informasi yang memadai adalah informasi yang faktual, cukup, dan meyakinkan sehingga seseorang yang memiliki sifat kehati-hatian (prudent) akan mencapai kesimpulan yang sama dengan auditor. Informasi yang handal adalah informasi terbaik yang dapat diperoleh melalui penggunaan teknik-teknik penugasan yang tepat. Informasi yang relevan adalah informasi yang mendukung observasi dan rekomendasi penugasan dan
konsisten dengan tujuan penugasan. Informasi yang berguna membantu organisasi mencapai tujuannya. 2320 - Analisis dan Evaluasi Auditor Internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasannya pada analisis dan evaluasi yang sesuai. 2330 - Pendokumentasian Informasi Auditor Internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan. 2340 - Supervisi Penugasan Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan bahwa sasaran tercapai, kualitas terjamin, dan staf teredukasi. Interpretasi: Tingkat supervisi yang diperlukan tergantung kepada kemampuan dan pengalaman Auditor Internal dan kompleksitas penugasan. Kepala Audit Internal bertanggungjawab secara menyeluruh untuk melakukan supervisi penugasan, baik dilaksanakan oleh atau untuk aktivitas audit internal, namun dapat juga menunjuk anggota aktivitas audit internal yang berpengalaman untuk melaksanakan pemeriksaan tersebut. Bukti yang sesuai harus didokumentasikan dan disimpan. 2400 - Komunikasi Hasil Penugasan Auditor Internal harus mengomunikasikan hasil penugasannya. 2410 - Kriteria Komunikasi Komunikasi harus mencakup tujuan, dan ruang lingkup penugasan, serta kesimpulan, rekomendasi, dan rencana tindak lanjutnya. 2410.A1 Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan harus memuat pendapat dan/atau kesimpulan. Apabila dikeluarkan, maka pendapat atau kesimpulan umum tersebut harus mempertimbangkan ekspektasi Manajemen Senior dan Dewan, serta pemangku kepentingan lain, dan harus didukung dengan informasi yang cukup, handal, relevan dan bermanfaat. Interpretasi: Pendapat dapat berupa tingkat rating, kesimpulan, atau uraian hasil audit dalam bentuk lain. Penugasan tersebut dapat mencakup pengendalian terhadap proses tertentu, risiko atau unit bisnis. Formulasi pendapat tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan hasil penugasan dan tingkat signifikansinya. 2410.A2 Auditor Internal didorong untuk dapat mengakui kinerja yang memuaskan dalam laporan hasil penugasannya.
2410.A3 Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar organisasi, maka harus disebutkan pembatasan distribusi dan penggunaan hasil penugasan. 2410.C1 Bentuk dan isi komunikasi progres dan hasil akhir penugasan konsultansi bervariasi dalam bentuk dan isinya, tergantung pada sifat penugasan dan kebutuhan klien.
Daftar Referensi Moeller, Robert R, Brink’s Modern Internal Auditing, 2009 Edisi 7, John Wiley & Sons, Inc, Hoboken, New Jersey. The IIA : Standards for the Professional Practice of Internal Auditing and related IIA publication.