BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Audit Internal Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit internal dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan. Audit internal yang memberikan nilai, mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber tujuan saran independen. Profesional yang disebut auditor internal yang digunakan oleh organisasi untuk melakukan kegiatan audit internal.
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal Saat ini profesi audit internal terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut suatu perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara profesional, yang berarti pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Kebutuhan akan fungsi audit internal muncul seiring dengan perkembangan tersebut. Adapun pengertian dari audit internal menurut Sawyer’s (2005:10) adalah sebagai berikut: “Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah
7
8
diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara efesien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk konsultan dengan manajemen dan membenatu menjalankan tanggung jawabnya secara efektif”. Adapun menurut Sukrisno (2004:221) audit internal adalah: “Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa internal audit suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi yang mempuyai peran penting dalam menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi.
2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Audit Internal Menurut Konsorium Organisasai Profesi Audit Internal (2004:11) mendefinisikan fungsi audit internal yaitu: “Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi”. Fungsi audit terdiri dari: 1. Perencanaan, penangung jawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang berbasis risiko untuk menetapkan prioritas kegiatan audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi. 2. Komunikasi dan persetujuan. Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan rencana kegiatan audit, dan kebutuhan sumber
9
daya kepada pimimpin dan dewan pengawas organisasi untuk mendapat persetujuan. 3. Pengelolaan sumber daya, penanggung jawab fungsi audit internal harus memastikan bahwa sumber daya fungsi audit internal sesuai, memadai, dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapai rencana-rencana yang telah disetujui. 4. Kebijakan dan prosedur. Penanggung jawab fungsi audit internal harus menetapkan kebijakan dan prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal. 5. Koordinasi, penanggung jawab fungsi audit internal harus berkoordinasi dengan pihak internal dan eksternal yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi. 6. Laporan kepada pemimpin dan dewan pengawas, penanggung jawab fungsi audit internal harus menyampaikan laporan secara berkala kepada pemimpin dan dewan pengawas mengenai perbandingan rencana dan realisasi yang mencangkup saran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja fungsi audit internal. Dapat disimpulkan secara singkat bahwa fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisiensi dan efektifitas pengendalian internal perusahaan. Tujuan utama auditor internal menurut Hiro (2006:44) adalah: “Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan
10
perundang- undangan; perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.” Tujuan ini dapat tercapai apabila audit internal berfungsi dengan baik, untuk itu audit internal harus mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya secara jelas. Fungsi audit internal memerlukan pemeriksaan yang berkualitas tinggi. Fungsi audit internal tidak akan berhasil tanpa adanya orangorang yang mempunyai pengetahuan yang cukup, mempunyai daya imajinasi yang kuat, serta berinisiatif dan mempunyai kemampuan berhubungan dengan orang lain.
2.1.1.3 Standar Profesional Audit Internal Kegiatan auditor internal dilaksanakan dalam berbagai lingkungan yang berbeda-beda dan dalam organisasi yang memiliki tujuan yang berbeda, ketentuan dan kebiasan yang tidak sama akan mempengaruhi pelaksanaan audit internal di masing-masing lingkungan, maka menurut standar IIA untuk praktik profesional audit internal dibagi menjadi lima bagian yaitu: idependensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan audit internal, manajemen bagian audit internal. Menurut Hiro ( 2006:20) standar profesional audit internal meliputi: 1.
Independensi Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanaan kegiatannya, seperti yang dikemukakan sebagai berikut: “Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaanya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa
11
internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor internal”. Maka agar pelaksanaan kegiatan dapat tercapai audit internal diberikan status dan kedudukan yang jelas. a. Status organisasi Status organisasi dari unit audit internal haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Auditor internal haruslah memperoleh dukungan manajemen senior dewan, sehingga mereka akan mendapatkan kerjasama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaanya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain (Hiro, 2006:20). b. Objektifitas Para pemeriksaan internal atau auditor internal haruslah melakukan pemeriksaan secara objektif. Objektifitas adalah sikap mental bebas yang harus dimiliki oleh pemeriksa internal (internal auditor) dalam melaksanakan pemeriksaan. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan bahwa: “Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak, dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan (conflict of interest)”.
12
2.
Kemampuan Profesional Auditor internal dituntut untuk memiliki kemampuan profesional. Oleh karena itu, seorang auditor internal dilaksanakan secara ahli dan dengan ketelitian profesional. Menurut Hiro (2006:27) kemampuan profesional yaitu: “Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas”. Unit Audit internal a. Personalia Audit internal haruslah memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para pemeriksa internal telah sesuai bagi pemeriksaan yang akan ditugaskan. Pimpinan audit internal harus menetapkan ktriteria pendidikan dan pengalaman yang sesuai dalam mengisi jabatan-jabatan di bagian audit internal dan harus memperoleh kepastian yang pantas tentang kualifikasi dan kemampuan setiap calon pemeriksa. b. Pengetahuan dan kecakapan Unit audit internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab pemeriksaan. Staf audit internal haruslah memiliki pengetahuan dan kecakapan bagi pelaksanaan praktek profesi di dalam organisasi. sifat-sifat ini mencangkup kemampuan dalam menerapkan standar pemeriksaan, prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan.
13
c. Pengawasan Unit Audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya. Pengawasan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Audit Internal a. Kesesuaian dengan standar profesi Auditor internal haruslah mematuhi standar profesi dalam melakukan pemeriksaan. Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapakan pelaksanaanya. Kode etik menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas, yang harus dipenuhi oleh auditor internal. b. Pengetahuan dan kecakapan Auditor internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam melaksanakan pemeriksaan. c. Hubungan Antar manusia dan Komunikasi Auditor internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif. Auditor internal haruslah memahami hubungan antar manusia dan memiliki kecakapan dalam komunikasi agar mereka dapat secara jelas dan efektif menyampaikan berbagai
hal
seperti
tujuan
pemeriksaan,
evaluasi,
keismpulan,
14
rekomendasi dan mengembangkan hubungan baik dengan pihak yang diperiksa. d. Pendidikan Berkelanjutan Auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai konferensi, seminar, program pelatihan yang dilaksanakan oleh organisasi dan pertisipasi dalam proyek penelitian. e. Ketelitian Profesional Auditor
internal harus
melaksanakan ketelitian profesional yang
sepantasnya dalam melaksanakan pemeriksa. 3.
Lingkup pekerjaan Menurut Hiro (2006:41) menyatakan lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektifitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. a. Keandalan informasi Auditor internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan pelaksanaan
pekerjaan
dan
cara-cara
yang
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan suatu informasi tersebut. b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan undangundang
15
Auditor internal haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk menyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang dimiliki, akibat yang penting terhadap pekerjaan atau operasi, laporan-laporan serta harus menentukan organisasi telah memenuhi hal-hal tesebut. c. Perlindungan terhadap harta Auditor internal haruslah memeriksa atau cara dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi. d. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien Auditor internal haruslah menilai keekonomian dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. e. Pencapaian tujuan Auditor internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk menentukan apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau program dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dinyatakan oleh Hiro (2006: 53) adalah sebagai berikut : “Kegiatan
pelaksanaan
pemeriksaan
harus
meliputi
perencanaan
pemeriksaan, pengujian, dan evaluasi informasi, pemberitahuan hasil dan tindak lanjut.”
16
Pelaksanaan kegiatan tindak lanjut meliputi : a. Perencanaan pemeriksaan Auditor internal haruslah merencanakan setiap pemeriksaan. b. Pengujian dan pengevaluasian informasi Auditor internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan
membuktikan
kebenaran
informasi
untuk
mendukung
hasil
pemeriksaan. c. Penyampaian hasil pemeriksaan Auditor internal harus membuat laporan atas hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya. d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan Auditor internal harus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tidak lanjut yang tepat. 5.
Manajemen Bagian Audit Internal Menurut Hiro (2006:79) menjelaskan bahwa : “Manajemen bagian audit internal harus dikelola secara baik dan tepat. Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal sehingga: 1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan. 2. Sumber daya bagian audit internal digunakan secara efisien dan efektif.
17
3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar profesi. a. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab: Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab untuk bagian audit internal. b. Perencanaan: Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagiannya. c. Kebijakan dan prosedur: Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa intern. d. Manajemen personel: Pimpinan audit internal harus menetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal. e. Auditor eksternal: Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal. f. Pengendalian mutu: Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal.
2.1.2 Efektifitas Menurut Maman (2004:65) efektifitas merupakan hasil prestasi yang dicapai suatu organisasi”. jadi dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam mencapai tujuan”.
18
Efektifitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat, atau manjur. Efektifitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu dapat mencapai tujuannya. Menurut Alwi (2005:284) pengertian efektifitas sebagai berikut: “Efekifitas berasal dari kata yang efektif yang berarti mempuyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai”. Pengertian efektifitas menurut Sawyer’s (2005: 211) adalah sebagai berikut: “Menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan dampak tertentu”.
2.1.3 Pengendalian Internal Kas Sejalan dengan makin pesat dan ketatnya persaingan yang terjadi, perusahaan dituntut untuk bekerja lebih keras dan optimal dalam menjalankan aktivitas usahanya. Untuk memenangkan persaingan tersebut perusahaan wajib mengelola sumber dayanya secara efektif dan efisien. Akibat ketatnya persaingan perkembangan kegiatan usaha perusahaan pun semakin besar. Hal tersebut sejalan dengan semakin luas dan kompleknya aktifitas perusahaan. Akan tetapi hal tersebut dihadapkan pada keterbatasan manajemen dalam mengelola aktivitas usahanya secara tujuan manajemen dalam melindungi aset milik perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu sistem yang membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Pengendalian intern merupakan alat
19
pengendalian yang bisa diterapkan manajemen dalam membantu pengelolaan perusahaan demi mencapai tujuan. Dengan pengendalian yang memadai maka setiap aktifitas usaha perusahaan dapat dikontrol dengan baik dan informasi yang diterima maupun yang dihasilkan adalah memadai dan dapat dipercaya kebenarannya. Pengendalian intern berkaitan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan (Mulyadi, 2002:211).
2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengertian pengendalian internal menurut Azhar (2008:95) adalah: “Sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang menyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui: efisiensi dan efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku”. Pengertian pengendalian internal menurut Krismiajai (2002:218) “Rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinta kebijakan manajemen”. Laporan COSO (AICPA, seperti dikutip oleh Sunarto, 2003:137) mendefiniskan pengendalian intern sebagai berikut: “Pengendalian intern ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut:
20
1) Keandalan pelaporan keuangan; 2) Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku; 3) Efektifitas dan efisiensi operasi-operasi.” Konsep dasar yang terkandung dalam definisi tersebut adalah: a. Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian Intern merupakan cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. b. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan komisaris, manajemen, serta personel lainnya. c. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan
memadai,
bukannya keyakinan penuh, bagi manajemen dan dewan komisaris satuan usaha karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh system pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat. d. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaporan keuangan, kesesuaian operasi.
2.1.3.2 Fungsi Pengendalian Internal Menurut
Romney dan Marshall (2006:4)
mengemukakan bahwa
pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting sebagai berikut: 1. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control) Memperkerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai dan secara efektif mengendalikan akses fisik
21
atas aset, fasilitas dan informasi merupakan pengendalian pencegahan yang efektif. 2. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective control) Pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan. 3. Pengendalian korektif (corrective control) Memecahkan masalah yang
ditemukan oleh pengendalian untuk
pemeriksaan. Prosedur yang dilaksanakan juga untuk mengidentifikasi masalah, memperbaiki kesalahan yang ada, dan mengubah sistem agar masalah dapat diminimalisasikan atau dihilangkan.
2.1.3.3 Tujuan Pengendalian Internal Tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002:180) adalah sebagai berikut : 1) Keandalan informasi keuangan Pengendalian internal ini membuat manajemen bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern dan ekstern perusahaan. Laporan yang disajikan harus dapat diandalkan. 2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Pengendalian internal ini dimaksudkan agar organisasi melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
22
3) Efektivitas dan efisiensi operasi Pengendalian
internal
dalam
perusahaan
merupakan
alat
untuk
mengurangi kegiatan pemborosan dan mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien dalam operasi perusahaan. Menurut Romney dan Steinbart (2006:192) mengemukakan tujuan dari pengendalian internal dalam suatu aktivitas bisnis adalah: 1. Menjaga aset (Safeguarding asset), termasuk mencegah atau mendeteksi dalam basis waktu, akuisisi yang tidak diotorisasi, terpakai atau disposisi dari aset perusahaan. 2. Menjaga catatan-catatn yang cukup terperinci secara akurat dan secara wajar menggambarkan aset perusahaan. 3. Memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya (reliable) 4. Memberikan keyakinan yang memadai dari laporan keuangan yang disajikan berdasarkan standar keuangan yang berlaku (PSAK) 5. Memajukan dan meningkatkan efisiensi operasi 6. Mendorong ketaatan dalam menentukan kebijakan manajerial 7. Patuh pada hukum, aturan dan perundang-undangan yang berlaku
2.1.3.4 Unsur Pengendalian Internal Menurut SA seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan Paragraf 07 dalam bukunya Mulyadi (2011:183) menyebutkan lima unsur pokok pengendalian intern:
23
1. Lingkungan pengendalian 2. Penaksiran risiko 3. Informasi dan komunikasi 4. Aktivitas Pengendalian 5. Pemantauan Berikut ini uraian unsur pengendalian intern: 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dalam suatu entitas antara lain: a. Nilai integritas dan etika Efektifitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, manajer dituntut untuk mendasarkan pada etika bisnis. Nilai integritas dan etika bisnis tersebut dikomunikasikan oleh manajer melalui personal behavior dan operational behavior. Melalui personal behavior, manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh karyawan entitas. Melalaui operational behavior, manajer mendesain sistem yang digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan, yang berdasarkan nilai integritas dan etika.
24
b. Komitmen terhadap kompetensi Komitmen terhadap kompetensi mencangkup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan antara kecerdasan,
pelatihan,
dan
pengalaman
yang
dituntut
dalam
pengembangan kompetensi. c. Dewan komisaris dan komite audit Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Komite audit ditunjuk untuk memperkuat independensi auditor yang oleh masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakuakn oleh manajemen. Hal-hal yang dikomunikasikan dewan komisaris atau komite audit adalah: (1) kebijakan akuntansi yang penting tertentu yang dipilih oleh manajemen, (2) proses yang digunakan oleh manajemen dalam melakukan estimasi akuntansi, (3) akibat adjustmen yang diajukan oleh auditor, (4) ketidaksepakatan antara auditor dan manajemen tentang penerapan prinsip akuntansi, (5) kesulitan yang ditemukan oleh auditor dalam pelaksanaan audit. Berfungsinya dewan komisaris dan komite audit akan menciptakan iklim pengendalian yang baik dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas. d. Filosofi dan gaya operasi manajemen Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Dalam berbisnis manajemen yang memiliki
25
filosofi ini akan meletekkan kejujuran sebagai dasar bisnisnya. Laporan keuangan perusahaan ini akan digunakan sebagai alat manajemen untuk mencerminkan kejujuran pertanggungjawaban keuangan perusahaan kepada siapa saja yang berhubungan bisnis dengan merekan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan. Gaya operasi telah bergeser dari pengolaan berbasis fungsi kas, ke pengelolaan berbasis proses suatu serangkaian aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. e. Struktur organisasi Struktur organisasi memberikan rangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi
suatu
entitas
mecangkup
pembagian
wewenang
dan
pembebanan tanggungjawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern. Pentingnya perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik maka perusahaan perlu
26
memiliki metode yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai prestasi, dan memberikan kompensasi atas perestasi mereka. 2. Penaksiran Risiko Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Penaksiran risiko manajemen mencangkup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti: a. bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal b. perubahan standar akuntansi c. hukum dan peraturan baru d. perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengelolaan informasi e. pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengelohan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut. 3. Informasi dan Komunikasi Sistem
akuntansi
diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas tersebut. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat
27
memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah: 1. Sah 2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat 4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar 6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya 7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar Komunikasi mencangkup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. 4. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya
28
melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain
maupun
pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk mentukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
2.1.3.5 Keterbatasan Pengendalian Internal Menurut Sunarto (2003:139) pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris sehubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Alasannya adalah karena keterbatasan bawaan pada setiap pengendalian intern berikut: 1) Kesalahan dalam pertimbangan Manajemen dan personel lainnya seringkali melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan waktu, atau penyebab lainnya. 2) Kemacetan Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas salah mengerti dalam instruksi atau melakukan kesalahan karena kecerobohan,
kebingungan,
atau
kelelahan.
Perpindahan
personel
sementara/tetap, atau perubahan sistem atau prosedur, bisa juga mengakibatkan kemacetan.
29
3) Kolusi Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan pegawai lainnya, atau dengan pelanggan atau pemasok, bisa tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian lain. 4) Pelanggaran oleh Manajemen Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan/prosedur-prosedur untuk tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, atau membuat laporan keuangan menjadi tampak baik. 5) Biaya dan Manfaat Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut.
2.1.4 Kas Keberadaan kas sangat penting bagi perusahaan karena tanpa kas, aktivitas operasi perusahaan tidak dapat berjalan. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk di selewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian intern yang baik atas kas (Sukrisno, 2004:145).
30
2.1.4.1 Pengertian Kas Kas adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan asset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. Tidak ada standar akuntansi khusus terkait dengan kas namun secara umum dibahas dalam standar tentang instrument keuangan. Menurut Rudianto (2012:195) pengertian kas adalah sebagai berikut: “Kas adalah alat pembayaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan untuk investasi maupun menjalankan operasi perusahaan setiap saat dibutuhkan. Karena itu kas mencangkup semua alat pembayaran yang dimiliki perusahaan yang disimpan di perusahaan maupun di bank dan siap digunakan”. 2.1.4.2 Pengendalian Kas Kas merupakan asset likuid yang mudah digunakan, banyak yang menginginkan sehingga mudah dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu entitas perlu merancangkan pengendalian internal yang baik agar kas perusahaan aman dan terlindungi. Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas menurut Dwi Martani, dkk ( 2012:182) sebagai beikut: 1. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melakukan otorisasi dengan pembayaran, pihak yang melakukan otorisasi dengan pembayaran pihak yang melakukan pengelolaan kas dan pencatatan, pihak pengguna, dan pihak pembayar. 2. Penggunaan lemari besi (brankas) untuk menyimpan kas atau di ruang tertutup dengan akses terbatas. 3. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang berbeda
31
4. Pengeluaran uang dilakukan melalui bank dan menggunakan cek sehingga terdapat pengendalian pencatatan oleh pihak lain 5. Penerimaan
kas
dilakukan
melalui
bank,
untuk
keamanan
dan
pengendalian pencatatan 6. Penggunaan sistem imprest kas kecil untuk memenuhi kebutuhan kas dalam jumlah kecil 7. Rekonsiliasi antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank.
2.1.4.3 Penyalahgunaan Kas Menurut Kusnadi (2000:62) menyatakan bahwa: “Bentuk kecurangan kas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Check Kiting, mana kala pada akhir bulan ada pemindahan dana melalui cek dari bank satu ke bank lainnya dengan tujuan untuk menutup-nutupi kekurangan atau menambah besarnya saldo kas. Tatkala laporan diterima, saldo bank dimana cek tersebut disetorkan menunjukan kenaikan, sedangkan pada saat bersamaan saldo di bank pertama tidak menunjukan pengeluaran (tidak berubah). 2. Lapping, terjadi pada saat penerimaan piutang dari langganan tidak segera dilaporkan dan ia akan dilaporkan pada penerimaan kemudian”.
2.2
Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektifitas Pengendalian Internal Kas Kas merupakan aset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk
membayar kewajiban perusahaan. Keberadaan kas dalam perusahaan sangat penting karena tanpa kas, aktivitas operasi perusahaan tidak dapat berjalan. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian internal yang efektif dalam mencegah penyalahgunaan dan melindungi kas.
32
Salah satu tanggung jawab manajemen adalah membuat perencanaan, melakukan pengendalian, menjaga sumber daya perusahaan dengan efektif untuk merencanakan dan mengendalikan kas dalam memperkirakan kekurangan dan kelebihan uang yang mungkin terjadi dalam suatu periode. Dalam melakukan penilaian atas pengendalian internal yang efektif manajemen memerlukan penilaian yang independen yang dapat dilakukan oleh auditor internal. Audit internal membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif, memeriksa dan mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian internal perusahaan tersebut berjalan efektif dan efisien. Dalam menjalankan tugasnya audit internal harus taat kepada standar profesi audit internal yang meliputi: 1. Independensi 2. Kemampuan Profesional 3. Lingkup pekerjaan 4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan 5. Manajemen Bagian Audit Internal Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen. Audit internal
berhubungan dengan semua tahap kegiatan
33
perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan akuntansi. Maka berdasarkan uraian diatas dapat terlihat adanya hubungan auditor internal atas efektifitas pengendalian internal kas, karena auditor internal berpengaruh terhadap percayanya data atas transaksi kas, efektiftas dan efisiensi aktivitas operasi kas dan kepatuhan pada hukum yang berlaku.
2.3
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan memerlukan adanya suatu sistem organisasi yang melakukan pemisahan fungsifungsi dalam perusahaan agar setiap kegiatan perusahaan dapat diawasi dan dievaluasi secara efektif dan efisien. Fungsi tersebut diantaranya yaitu pengendalian internal yang dapat dijadikan sebagai alat yang dapat membentuk pengawasan serta pemeriksaan kegiatan perusahaan melalui pelaksanaan kegiatan audit internal. Adapun pengertian dari audit internal menurut Sawyer’s (2005:10) adalah sebagai berikut: “Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara efesien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk konsultan dengan manajemen dan membenatu menjalankan tanggung jawabnya secara efektif”.
34
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan efektif dalam pelaksanaanya maka perlu adanya standar profesi audit internal, menurut Hiro (2006: 20) yaitu: 1. Independensi Pemeriksa intern harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya dan memeriksa apa adanya. 2. Kemampuan profesional Pemeriksa intern harus mencerminkan keahlian dan ketelitian professional. 3. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan pemeriksa intern harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. 4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti. 5. Manajemen Bagian Audit Internal Pimpinan unit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. Peran auditor internal harus dijalankan dengan posisi yang independen dan kompeten agar dapat membantu organisasi menemukan kelemahan pengendalian internal kliennya, bertanggung jawab memeriksa dan mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian internal dan membuat rekomendasi peningkatannya agar lebih efektif dan efisien. Menurut Azhar (2008) pengendalian internal adalah sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang menyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui: efisiensi dan efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undangundang dan aturan yang berlaku. Unsur-unsur pengendalian menurut Mulyadi (2011:183) meliputi:
35
1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. 2. Penaksiran Risiko Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. 3. Informasi dan Komunikasi Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas tersebut. 4. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Salah satu aktivitas yang perlu mendapat perhatian adalah pengendalian terhadap kas perusahaan, karena kas merupakan asset yang sering menjadi objek penyalahgunaan. Pentingnya pengendalian kas yang baik dibutuhkan agar tercapai keseimbangan yang memadai antara jumlah kas yang dibutuhkan dengan jumlah kas yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan kegiatan operasi sehari-hari dalam mencapai tujuan perusahaan. Kas adalah alat pembayaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan untuk investasi maupun menjalankan operasi perusahaana setiap saat dibutuhkan. Karena itu kas mencangkup semua alat pembayaran yang dimiliki perusahaan yang disimpan di perusahaan maupun dibank dan siap digunakan (Rudianto, 2012:195). Dengan demikian jelas bahwa setiap organisasi dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan yang memadai harus objektif dalam melaksanakan
36
pemeriksaan, agar sistem pengendalian perusahaan dapat berjalan dengan semetinya dan tercapainya tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:
37
Bank
Auditor internal
Standar
Pengendalian Internal Kas
profesional
1. Lingkungan
audit
pengendalian
internal:
2. Penilaian risiko
1. Independensi
3. Aktivitas pengendalian
2. Kemampuan profesional
4. Informasi dan
3. lingkup pekerjaan
komunikasi
4. pelaksanaan kegiatan
5. Pemantauan
pemeriksaan 5. manajemen bagian audit internal
Efektifitas pengendalian internal kas
Gambar 2.1 Skema Kerangka pemikiran
38
Dari gambar diatas dapat diambil suatu kesimpulan dalam penelitian ini dalam bentuk paradigma penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
Auditor
Efektifitas Pengendalian Internal Kas
Internal
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
2.3.2
Hipotesis Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori-teori
yang relevan belum
berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang berasal dari pengumpulan data. Penulis merumuskan hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara auditor internal dengan efektifitas pengendalian internal kas, maka hipotesisnya adalah: auditor internal berpengaruh signifikan terhadap efektifitas pengendalian internal kas.