BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Audit Internal Audit internal merupakan salah satu fungsi penting di dalam perusahaan. audit internal memiliki peran strategi dalam membawa kepentingan perusahaan, bahkan mungkin untuk pemegang saham dalam memastikan setiap unit di dalam perusahaan telah berjalan dengan baik. Audit internal memulai diperlakukan oleh pengguna jasa audit karena meluasnya rentang kendali yang dihadapi perusahaan yang bersekala besar dan mengelola kegiatan diberbagai bagian atau departemen yang terpencar. Berbagai penyimpangan dan ketidakwajaran dalam menyelenggarakan laporan kegiatan perusahaan merupakan masalah nyata yang harus di hadapi. Untuk menditeksi penyimpangan dan ketidakwajaran diperlukan audit internal yang memadai dalam melakukan pengawasan dengan menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Audit internal yang memadai adalah audit internal yang memenuhi profesi audit internal meliputi: Menurut Akmal (2007 : 13) standar profesi audit internal meliputi: 1. Independence 2. Professional proficience 3. Scope of work 4. Performance of audit work 5. Management of the internal auditing department Berdasarkan standar profesi audit internal tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Independensi sangat diperlukan oleh auditor internal karena dalam menjalankan kegiatannya seorang auditor internal harus bersikap netral dan tidak memihak kepada siapapun. 2. Seorang pemimpin perusahaan, dalam mempekerjakan seseorang untuk melakukan pemeriksaan tentunya menugaskan orang-orang yang memiliki kemampuan, pengetahuan, dan berbagai disiplin ilmu dalam melakukan tugasnya sebagai audit internal. 3. Di dalam ruang lingkup kegiatan audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan kompleks, meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional. Pada dasarnya audit internal diarahkan untuk membantu seluruh anggota pimpinan, agar mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya dalam mencapai tujuan organisasi secara cermat, efisien, dan efektif. 4. Kinerja audit melaksanakan kegiatan pemeriksaannya haruslah secara sistematis seperti yang telah ditetapkan. Hal itu dikarenakan untuk mencegah adanya kesalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan. Hasil dari pemeriksaannya tersebut harus disetujui dan ditinjau oleh pimpinan pemeriksa. 5. Dalam manajemen bagian audit internal ada seorang yang bertanggung jawab dan mengatur pekerjaan audit yang dilakukan, sehingga dalam kinerjanya audit internal dapat terkelola dengan baik. 2.1.1 Pengertian audit internal
Audit internal suatu profesi penilaian yang sifatnya independen dan objektif yang berada dalam suatu organisasi untuk memeriksa pembukuan, keuangan, dan operasional lainnya sebagai pemberi jasa kepada manajemen. Audit internal wajib memberikan laporan hasil penilaian kepada manajemen atau pimpinan perusahaan, berupa penyediaan informasi yang dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan yang memberikan pendapat dan rekomendasi yang dijadikan dasar dalam membantu pengambilan keputusan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Audit internal merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk memantau efektifitas dari elemen-elemen struktur pengendalian intern lainnya. Pengertian audit internal menurut Hiro Tugiman (2006 : 11) adalah sebagai berikut : “ Internal auditing adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organiasasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan” Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2009 : 3) audit internal adalah: “internal audit adalah suatu aktivitas pengujian yang memberikan keandalan atau jaminan yang independen dan objektif serta aktivitas konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan operasi organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik”. Secara umum pengertian audit internal dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen
dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. 2.1.2 Pengertian Auditor Internal Menurut Mulyadi (2010 : 29) auditor internal adalah: “Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi”. Internal auditor merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan, oleh karena itu berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditunjukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat auditor bekerja. Tanggung jawab auditor internal pada berbagai perusahaan sangat beragam tergantung pada perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya auditor internal wajib memberikan laporan langsung kepada pimpinan tertinggi perusahaan (direktur utama), auditor internal melapor kepada pejabat tertinggi lainnya dalam perusahaan (misalnya kontroler), dan auditor internal berkewajiban melapor kepada komite audit yang dibentuk oleh dewan komisaris. Pemeriksaan internal yang dilakukan oleh auditor internal merupakan suatu alat pengawasan yang penting untuk mengukur dan menilai keefektifan pengawasan-pengawasan yang ada di dalam perusahaan. 2.1.3 Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004 : 12) menyatakan bahwa fungsi audit adalah: “Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan,
efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningktan pengendalian intern secara berkesinambungan.” Menurut Amin Widjaja Tunggal (2008 : 21), tanggung jawab departemen bagian audit meliputi: 1. 2. 3. 4.
Tanggung jawab direktur audit intern Tanggung jawab auditing supervisor Tanggung jawab senior auditor Tanggung jawab staff auditor
Penjelasan unsur-unsur tanggung jawab tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab direktur audit intern adalah menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program tersebut untuk persetujuan. 2. Tanggung jawab auditing supervisor membantu direktur audit intern dalam mengembangkan
program
audit
tahunan
dan
membantu
dalam
mengkoordinasi usaha auditing dengan akuntan publik agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa dipublikasi usaha. 3. Tanggung jawab senior auditor menerima program audit dan instruksi untuk area audit yang ditugaskan dari auditing supervisor. Senior auditor memimpin staff auditor dalam pekerjaan lapangan audit. 4. Tanggung jawab staff auditor melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tanggung jawab audit internal adalah untuk memelihara pengendalian intern yang efektif serta mendorong peningkatan pengendalian internal organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. 2.1.4 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Audit internal pada dasarnya bertujuan untuk memberikan bantuan kepada manajemen dan dewan direksi dalam melaksanakan tanggung jawab secara efektif, serta mencangkup usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya wajar. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004 : 20) menyatkan bahwa tujuan audit internal adalah: ”Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.” Sedangkan tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. Tujuan utama pengendalian internal menurut Hiro Tugiman (2006 : 44) adalah: “Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi: kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan. Perlindungan terhadap harta organisasi. Penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”. Ruang lingkup audit internal yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Menurut Hiro Tugiman (2006:41) dalam melaksanakan kegiatan pemantauannya, satuan pengawasan intern akan melakukan kegiatan-kegiatan utama pemeriksaan yang terbagi dalam enam kegiatan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Compliance test Verivication Protection of assets Appraisal of control Appraising performance Recommending operating improvements
Berdasarkan kutipan di atas dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Complience test, yaitu pemeriksaan tentang sejauh mana kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur telah dilaksanakan, meliputi : a. Ketaatan terhadap prosedur akuntansi b. Ketaatan terhadap prosedur operasional c. Ketaatan terhadap peraturan pemerintah 2. Verification, yang menjurus pada pengukuran akurasi dan kehandalan berbagai laporan dan data manajemen serta evaluasi manfaat dari laporan tersebut yang akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. 3. Protection of assets, Pemeriksa intern harus dapat menyatakan bahwa pengedalian intern yang ada benar-benar dapat diandalkan untuk memberikan proteksi terhadap aktiva perusahaan. 4. Appraisal of control, Pemeriksaan intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern yang bersifat mengukur, menilai, dan mengembangkan struktur pengendalian intern yang ada dari waktu ke waktu mengikuti pertumbuhan perusahaan. 5. Appraising performance, Suatu kegiatan pemeriksaan intern dalam suatu area operasional tertentu yang sangat luas sehingga membutuhkan keahlian khusus. 6. Recommending operating improvements, Merupakan tindak lanjut dari evaluasi terhadap area-area dimana rekomendasi yang akan disusun hendaknya memperhatikan juga rekomendasi-rekomendasi sebelumnya. 2.1.5
Kualifikasi Auditor Menurut Arens et. al (2010 : 16), terdapat tiga jenis utama audit, yaitu:
1. Operational audit evaluates the efficiency and effectiveness of each part of the organization's procedures and methods of operation. At the end of the operational audit, management usually expect the suggestions to improve operations. 2. Compliance audit conducted to determine whether the auditee follow the procedures, rules, or regulations imposed by a higher authority. 3. Financial statement audit is done to determine whether the financial statements are stated in accordance with the criteria. Typically, the applicable criteria are the accounting principles generally accepted. Secara umum kualifikasi auditor dapat di artikan bahwa audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain di mana auditor menguasainya. Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pemakai luar. Hal ini dikarenakan manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan laporan keuangan telah yang dinyatakan telah sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Meski begitu, auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun
dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk perusahaan tersebut. 2.1.6
Laporan Audit Internal Hasil akhir dari pekerjaannya, audit internal harus membuat laporan kepada
manajemen sebagai bahan laporan dan rekomendasi untuk kemajuan perusahaan. Menurut Sukrisno Agus (2009 : 236) laporan adalah: “Laporan tersebut merupakan suatu alat dan kesempatan bagi internal auditor untuk menarik perhatian manajemen dan membuka mata manajemen mengenai manfaat dari internal audit”. Sedangkan menurut Amir Abadi Yusuf (2003 : 2) laporan audit: “Laporan Audit merupakan alat penyampaian temuan-temuan kepada para pemakai laporan tersebut” Dari dua kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan audit internal merupakan dokumen atau media komunikasi auditor untuk menyampaikan informasi tentang kesimpulan, temuan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan kepada pejabat yang berwenang. 2.2 Independensi Independensi adalah sikap tidak memihak sedangkan independensi auditor adalah sikap tidak memihak kepada kepentingan siapa pun dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Auditor mempunyai kewajiban bersikap jujur tidak saja kepada pihak manajemen, tetapi juga terhadap pihak ketiga sebagai pemakai laporan keuangan, seperti kreditor, pemilik maupun calon pemilik.
Ketergantungan
pihak
ketiga
terhadap
kelayakan
laporan
keuangan
berdasarkan laporan auditor adalah karena harapan mereka untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak. Oleh karena itu, independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting. 2.2.1 Pengertian Independensi Dalam Ikatan Akutansi Indonesia (IAI, 2001:220.1) menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Menurut Mulyadi (2010 : 26-27) indepedensi adalah: “independensi berarti keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.” Sedangkan menurut Arens (2010 : 116), Independensi adalah: “A member in public practice shall be independence in the performance a professional service as require by standards promulgated by bodies designated by a council”. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Maka, audit yang di hasilkan akan sesuai dengan fakta tanpa ada pengaruh dari luar.
Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor menurut Mulyadi (2010 : 26) adalah sebagai berikut: 1. Sikap mental yang bebas dari pengaruh 2. Tidak dikendalikan oleh pihak lain 3. Tidak bergantung pada orang lain
Berdasarkan kutipan diatas dapat diuraikan bahwa sikap mental independen adalah sikap yang bebas dari pengaruh pada saat masa penugasannya oleh kepentingan-kepentingan berbagai pihak sehingga menghasilkan sebuah laporan audit yang berkualitas. Auditor melakukan tugasnya bebas dari kendali pihak luar yang menginginkan sebuah hasil laporan audit yang dikendalikan, sehingga laporan audit yang dihasilkan bebas dari rekayasa apapun sehingga tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan pada masa penugasannya tidak bergantung pada pihak lain atau membutuhkan pihak lain sehingga membuat laporan audit yang dikeluarkan diragukan kebenarannya. Di samping itu auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi harus menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian, auditor harus benar-benar menunjukan sikap yang independen terhadap hasil yang telah di audit. 2.2.2 Klasifikasi Independensi Menurut Arens (2010 : 113) mengklasifikasikan indepedensi dalam dua aspek, yaitu:
1. independence in fact exists when the auditor is actually able to maintain an unbiased attitude throughout the audit. 2. Independence in appearance is the result of others interpretations of this independence. Dari uraian diatas dapat dijelaskan independensi dalam fakta artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas. Independensi dalam fakta akan ada apabila kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Independensi dalam penampilan artinya pandangan pihak lain terhindar diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Meskipun auditor telah menjalankan auditnya dengan baik secara independen dan objektif. Pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor independen bila tidak mampu mempertahankan independensi dalam penampilan. Oleh karena itu, independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan profesi auditor. Selain itu Mautz dan Sharaf (2001 : 247) berpendapat bahwa ada dua aspek independensi, yaitu: 1. independensi praktisi yaitu independensi real dari seorang praktisi dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Indepedensi profesi yaitu independensi dalam penampilan dari auditor sebagai satu kelompok professional. Berdasarkan pernyataan diatas dapat di uraikan bahwa
independensi
praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara Individual untuk mempertahankan sikap wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan perkerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan.
Sedangkan independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntansi publik. Dalam independensi praktisi menurut Mautz dan Sharaf (2001 : 248) terdapat tiga dimensi, yaitu: 1. independensi program audit, 2. independensi investigatif, 3. independensi pelaporan. Berdasarkan kutipan diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 2.2.2.1 Independensi Program Audit Menurut Mautz dan Sharaf (2001 : 249) independensi program audit adalah: “Bebas dari pengaruh yang tidak semestinya dalam pemilihan teknik dan prosedur audit. Ini mensyaratkan bahwa auditor memiliki kebebasan untuk mengembangkan program sendiri, baik dalam menetapkan langkahlangkah untuk dimasukan dan jumlah pekerjaan yang harus dilakukan, dalam batas-batas perikatan”. Berdasarkan kutipan diatas bahwa independensi program audit bebas dari campur tangan manajerial dalam menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi atau bagian-bagian tertentu dalam audit. Selain itu bebas dari campur tangan pihak lain untuk menyusun prosedur yang dipilih. Dalam penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain untuk menentukan subjek pemeriksannya. 2.2.2.2 Independensi investigatif Menurut Mautz dan Sharaf (2001 : 249) independensi investigatif adalah: “Bebas dari pengaruh yang tidak semestinya dalam pemilihan daerah, kegiatan hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial untuk diperiksa. Ini mensyaratkan tidak ada sumber yang sah dari informasi ditutupi untuk auditor”. Berdasarkan pengertian diatas independensi investigatif dapat langsung dan bebas mengakses informasi yang berhubungan dengan kegiatan, kewajiban,
sumber-sumber bisnis audit. Serta manajerial dapat bekerja sama secara aktif dalam proses pemeriksaan. Auditor internal bebas dari upaya manajerial perusahaan untuk menetapkan kegiatan apa saja yang akan diperiksa, dan auditor internal bebas dari kepentingan pribadi maupun pihak lain yang dapat membatasi kegiatan pelaksanaan. 2.2.2.3 Independensi Pelaporan Menurut Mautz dan Sharaf (2001 : 249) independensi pelaporan adalah: “Bebas dari pengaruh yang tidak semestinya dalam menyatakan faktafakta yang diungkap dalam pemeriksaan atau dalam memberikan rekomendasi dan pendapat sebagai hasil dari pemeriksaan”. Berdasarkan kutipan diatas auditor internal bebas dari kepentingan pihak lain untuk memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan. Pelaporan hasil audit bebas dari bahasa yang dapat menimbulkan multi tafsir, serta tidak ada usaha pihak lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan pemeriksaan terhadap isi laporan. Selain itu auditor menghindari praktik yang dapat menghilangkan kejadian yang penting dalam laporan formal. 2.3 Kompetensi Standar umum pertama (IAI, 2001 : 001.12) menyebutkan bahwa audit harus di laksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2.3.1 Pengertian Kompetensi Seseorang yang kompeten diartikan sebagai seseorang yang cakap dan berkuasa dalam menentukan atau merumuskan sesuatu. Menurut Mulyadi (2010:58) kompetensi, adalah:
“Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.” Sedangkan menurut Wibowo (2007 : 86), Kompetensi adalah: “Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut”. Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama. Maka, audit yang dilaksanakan dengan objektif, cermat, dan seksama akan menghasilkan audit yang berkualitas tinggi. 2.3.2 Standar Kompetensi Menurut Mulyadi (2010 : 58) bahwa dalam Ikatan Akuntansi Indonesia kompetensi diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman. Dalam penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk pencapaian tingkat kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas yang diberikan memenuhi tingkat profesionalisme tinggi seperti diisyarartkan oleh prinsip etika. Tetapi kompetensi tidak selalu berjalan baik ada faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang. Menurut Michael Zwell (2007 : 93) terdapat lima faktor yang mempengaruhi kompetensi sebagai berikut: 1. Task achievement
2. 3. 4. 5.
Relationship Personal attribute Managerial Leadership Berdasarkan faktor kompetensi di atas dapat di uraikan bahwa task
achievement, merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan kinerja baik. Misalnya orientasi pada hasil, mengelola kinerja, mempengaruhi, inisiatif, efisiensi produksi, inovasi, dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah pengertian relationship
merupakan kategori
kompetensi yang berhubungan dengan
komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan relationship meliputi, kerja sama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antarpribadi, kecerdasan organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik, dan lain-lain. Personal
attribut
merupakan
kompetensi
intrinsik
individu
dan
menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa belajar, dan berkembang. Personal attribute merupakan kompetensi yang meliputi integritas dan kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan. Pengertian menejerial adalah kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang. Dan yang terkhir adalah Leadership yaitu kompetensi yang berhubungan dengan memimpin organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi. Kompetensi yang berkenaan dengan ini meliputi berpikir strategis, orientasi kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun komitmen organisasional, membangun fokus dan maksud, dasar, dan nilai-nilai.
2.3.2.1 Pengetahuan Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks. Menurut Kusharyanti (2003 : 11) secara umum ada lima pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Pengetahuan pengauditan umum, Pengetahuan area fungsional, Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, Pengetahuan mengenai industri khusus, Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Berdasarkan kutipan diatas dapat di simpulkan bahwa pengetahuan
pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman. Untuk area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian di dapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan
pengalaman.
Demikian
juga
dengan
isu
akuntansi,
auditor
bisa
mendapatkannya dari pelatihan professional yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Selain itu pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Auditor yang mempunyai tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi
diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki unsur lain disamping pengalaman, misalnya pengetahuan 2.3.2.2 Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab kesalahan. Menurut Kusharyanti (2003 : 5) pengalaman adalah: “auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam memahami jenis perusahaan yang diaudit dalam lamanya melakukan audit dengan jumlah berbagai macam klien pada saat melakukan audit.” Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit. Pengalaman yang semakin banyak akan berhubungan positif dengan kualitas audit dan semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit. 2.4 Kualitas Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Definisi dari pelayanan menurut Sugiarto (2002:216) adalah: “Upaya maksimal yang di berikan dalam penyelenggaraan pelayanan dari sebuah perusahaan industri untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga tercapai kepuasan”. Menurut keputusan Men.PAN Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik kualitas pelayanan adalah: “Kualitas pelayanan yaitu kepastian prosedur operasi, pelimpahan tanggung jawab, dan lingkungan pengendalian intern yang transparan
harus di laksanakan secara utuh oleh setiap instansi dan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya secara menyeluruh”. Berbagai definisi kualitas pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan pelayanan Segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara maksimal yang diberikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan demi memenuhi harapan pelanggan 2. Prosedur operasional Di dalam kualitas pelayanan, prosedur operasional merupakan salah satu aspek penting dalam melaksanakan pelaksanaan karena sebagai pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya 3. Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab Dalam kualitas pelaksanaan pelayanan menerapkan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab agar dapat berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4. Lingkungan pengendalian Pada pelaksanaan pelayanan, lingkungan pengendalian merupakan hal penting dalam menjalankan tugas dan fungsinya karena lingkungan pengendalian hal yang paling mendasar dalam mewujudkan pelayanan yang baik. 2.4.1 Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Pelayanan Tugas pemeriksaan intern menurut Mulyadi (2010 : 103) adalah: “Menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Tugas utama Satuan Kerja Audit Intern adalah melakukan pemeriksaan auditor”. Dalam melaksanakan pemeriksaan internal, auditor akan menyelidiki dan meneliti keefektifan sistem pengawasan yang ada. Dengan mengadakan penelitian terhadap pengawasan intern secara berkesinambungan akan dapat diketahui apakah berbagai depertemen atau unit lainnya dalam perusahaan telah
melaksanakan fungsinya dengan baik atau belum. Jadi pemeriksaan intern yang dilakukan oleh internal auditor adalah merupakan suatu alat pengawasan yang penting untuk mengukur dan menilai keefektifan pengawasan-pegawasan yang ada di dalam perusahaan. Teori
yang
menghubungkan
auditor
internal
dengan
kualitas
pelaksanaan pelayanan menurut Mulyadi (2010 : 211) adalah: “Auditor internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan tanpa ada batasnya ruang lingkup, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan pemeriksaan dan penilaian terhadap kualitas pelaksanaan pelayanan yang efektif dengan biaya yang minimum” Dengan demikian, hubungan audit internal dengan kualitas pelaksanaan pelayanan tanpa adanya batasan ruang lingkup sehingga tuntutan atas kinerja auditor internal semakin besar. Maka tugas auditor tidak mudah dan ringan, diperlukan
auditor
yang
independen
dan
kompetensi
yang
mampu
mengkomunikasikan kewenangan ruang lingkup audit ini kepada segenap audite untuk
memperlancar
pelaksanaan
operasional
terhadap
pelayanan
serta
meningkatkan kualitas pelaksanaan pelayanan yang di pengaruhi oleh auditor internal. 2.5 Kerangka Pemikiran Pengendalian internal merupakan salah satu dari fungsi pelaksanaan internal dimana fungsi ini menganalisa seluruh aktivitas perusahaan. Adapun hasil dari fungsi pelaksanaan audit berupa laporan audit yang bermanfaat sebagai tolak ukur perencanaan berikutnya. Dengan kata lain pengendalian diharapkan dapat mengurangi adanya penyimpangan dari rencana semula.
Definisi audit internal menurut Sukrisno Agoes (2009 : 3) audit internal adalah: “internal audit adalah suatu aktivitas pengujian yang memberikan keandalan atau jaminan yang independen dan objektif serta aktivitas konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan operasi organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik”. Dengan adanya audit internal maka, aktivitas pemeriksaan harus dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten yang bebas dari kepentingan atas hasil pemeriksaan. Menurut Mulyadi (2010 : 26-27) indepedensi adalah: “Independensi berarti keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.” Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Selain independensi, kompetensi merupakan hal penting yang harus di miliki auditor internal karena sikap kompetensi yaitu mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Menurut Wibowo (2007 :86), Kompetensi adalah: “Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut”.
Dengan adanya audit internal yang independen dan kompetensi maka dapat tercapainya efektifitas dan efisiensi yang akan berpengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan yang timbul untuk biaya operasional di dalam pelaksanaan pelayanan. Sedangkan kualitas pelayanan Menurut keputusan Men.PAN Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik kualitas pelayanan adalah: “Kualitas pelayanan yaitu kepastian prosedur operasi, pelimpahan wewenang tanggung jawab, dan lingkungan pengendalian intern yang transparan harus di laksanakan secara utuh oleh setiap instansi dan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya secara menyeluruh”. Pelaksanaan internal merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dan kompetensi dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Dari hasil pelaksanaan kegiatan organisasi, auditor internal menarik sebuah kesimpulan dan menyampaikan kesimpulan kepada pemakai yang berkepentingan, yaitu manajemen puncak. Dengan demikian kualitas pelaksanaan auditor internal akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor yang selanjutnya akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh manajemen puncak. Wati Aris (2010:8) mengungkapkan bahwa Independensi dan Kompetensi Auditor Internal berpengaruh terhadap Kualitas Pelaksanaan Pelayanan yang berarti sesuai dengan Standards For the Profesional of Internal Audit, agar dapat mencapai tujuan dalam pelaksanaan pelayanan maka dalam melaksanakan audit, auditor harus melakukan pengujian dan pengevaluasian informasi terhadap laporan keuangan untuk pengambilan kuputusan, serta penyampaian hasil audit
dan tindak lanjut hasil audit dalam meningkatkan sistem operasonal terhadap pelayanan masayarakat. Sedangkan faktor lainnya yang tidak diteliti namun diyakini turut mempengaruhi dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan pelayanan, seperti peningkatan kualitas fungsi audit internal. Kualitas pelaksanaan pelayanan berhubungan dengan respon masyarakat untuk penyelenggaraan pelayanan secara maksimal yang di berikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan demi memenuhi harapan pelanggan. Sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa resiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, agar dapat menghasilkan suatu hasil pelaksanaan yang berkualitas, ditetapkan suatu integritas dan auditor internal yang independen dan kompetensi untuk menjaga kualitas kinerja auditor internal dan kualitas hasil pelaksanaannya. Untuk menunjang kualitas pelaksanaan maka peran auditor internal yang independen dan kompetensi
harus benar-benar dilaksanakan dengan baik.
Kemudian setelah adanya kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemilik, dewan komisaris, dan manajemen di butuhkan laporan mengenai kualitas pelaksanaan pelayanan. Laporan audit disajikan oleh auditor internal yang independen dan kompeten melalui pelaksanaan tugas audit internal yang memadai, sehingga laporan keuangan yang diaudit dapat menunjukan kualitas pelaksanaan pelayanan pada perusahaan. Teori yang menghubungkan auditor internal dengan kualitas pelaksanaan pelayanan menurut Mulyadi (2010 : 211) adalah sebagai berikut: “Auditor internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan tanpa ada batasnya ruang lingkup, sehingga tidak hanya terbatas pada
audit atas catatan-catatan akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan pemeriksaan dan penilaian terhadap kualitas pelaksanaan pelayanan yang efektif dengan biaya yang minimum” Dengan demikian, bahwa tidak ada suatu bidang yang tidak bisa dilakukan audit oleh para auditor internal. Namun bahwa dengan tidak adanya pembatasan ruang lingkup audit ini, berarti tuntutan atas kinerja auditor internal semakin besar. Maka tugas auditor internal tidak lah mudah dan ringan, diperlukan auditor yang independen dan kompetensi yang mampu mengkomunikasikan kewenangan ruang lingkup audit ini kepada segenap audit untuk memperlancar pelaksanaan operasional terhadap pelayanan serta meningkatkan kualitas pelaksanaan pelayanan yang di pengaruhi oleh auditor internal. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, penulis merumuskan suatu hipotesis adalah bahwa kompetensi dan independensi auditor internal , berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaksanaan pelayanan. Secara singkat, paradigma penelitian yang dapat digambarkan sesuai kerangka pemikiran di atas adalah sebagai berikut Independensi (X1)
Kompetensi (X2)
Kualitas Pelaksanaan Pelayanan (Y)
Hipotesis tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: H1 : Independensi Auditor Internal berpengaruh positif terhadap Kualitas Pelaksanaan Pelayanan Air Minum. H2 : Kompetensi Auditor Internal berpengaruh positif terhadap Kualitas Pelaksanaan Pelayanan Air Minum.