BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ketenagakerjaan Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini adalah
masalah ketenagakerjaan. Persoalan pokok dari ketenagakerjaan bersumber dari kurangnya daya saing tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan angkatan kerja secara nasional. Persoalan ini sesungguhnya tidak berdiri sendiri tetapi merupakan mata rantai yang saling terkait dalam proses pembangunan nasional secara keseluruhan. Jika hendak mengusutnya maka pada awalnya pertumbuhan penduduk, menyusul masalah pendidikan, selanjutnya masalah pertumbuhan ekonomi dan akhirnya bermuara pada pertumbuhan kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jadi sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah
ketenagakerjaan
adalah
faktor
kependudukan,
perkembangan
pembangunan bidang pendidikan, masalah pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan angkatan kerja dan ketersediaan kesempatan kerja. Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi, baik pada instansi pemerintah maupun pada perusahaan, atau pada usaha-usaha sosial dengan mana ia memperoleh sesuatu balas jasa tertentu (Musanef, 1986). Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
Universitas Sumatera Utara
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Semua penduduk yang mampu melakukan pekerjaan kecuali misalnya : 1. Anak-anak beumur 15 tahun ke bawah. 2. Mereka yang berumur di atas 15 tahun ke atas, tetapi masih mengujungi sekolah untuk waktu penuh. 3. Mereka yang karena usia tinggi, cacat jasmaniah, tidak mampu melakukan pekerjaan. Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi tenaga kerja penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya, dan karena manusialah yang menggerakan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang. (Bakir, 1984). Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni : orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa). mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjaannya (pensiunan, penderita cacat yang independen). 2.2.
Produktivitas Tenaga kerja Produktivitas pada dasarnya merupakan pengukuran efektivitas faktor input dalam
menghasilkan output. Banyak pengukuran produktivitas yang di ketahui, misalnya produktivitas
Universitas Sumatera Utara
lahan, tenaga kerja, modal dan lain-lain produktivitas faktor produksi yang selalu dipakai dalam proses produksi. Namun demikian ada satu pengukuran produktivitas yang sangat menarik untuk diperhatikan yaitu output/labor yang di sebabkan dalam pengertian ini telah terkandung kombinasi dari kualitas tenaga kerja. Misalnya pendidikan, keahlian teknis, motivasi, capital dan teknologi. Produktivitas dapat diartikan secara sederhana dengan peningkatan kuantitas dan kualitas, biasa juga diartikan bekerja secara efektif dan efisien. Produktivitas, efektif, efisien, dan kualitas sangat berdekatan artinya. Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunya tingkat hasil guna tinggi. Artinya, hasil atau pun output yang diperoleh seimbang dengan masukan (sumber-sumber ekonomi) yang dioleh. (sinungan, 1995). Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu ukuran sampai sejauh mana manusia atau angkatan kerja dipergunakan dengan baik dalam suatu proses produksi untuk mewujudkan hasil (output) tertentu yang diinginkan. Secara sederhana, produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input), dalam hal ini tenaga kerja. Pembinaan yang baik terhadap penduduk maupun angkatan kerja akan menghasilkan mutu angkatan kerja akan menghasilkan mutu angkatan kerja yang baik pula. Mutu angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat pendidikan dan pelatihan yang mereka ikuti. 2.3.
Upah
2.3.1. Definisi Upah Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yaitu :“ Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
Universitas Sumatera Utara
pengusaha kepada pekerja atas suatu jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undang termasuk tunjangan bagi pekerjaan dan keluarganya.” Sedangkan menurut Iman Soepomo (1987), Upah adalah “pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjan atau di pandang melakukan pekerjaan, pembayaran upah dapat berupa uang maupun berupa barang termasuk pengobatan, perawatan, pengakutan, perumahan, jasa, dan lain sebagainya”. 2.3.2. Upah Minimum Regional (UMR) Berdasarkan konvensi ILO No. 131/1970 pemerintah memberlakukan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR) merupakan salah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam pasar tenaga kerja. Pada kondisi labour surplus, tanpa ada intervensi dari pemerintah, adalah sangat tidak mungkin dapat memperbaiki kesejahteraan tenaga kerja. Kebijakan upah minimum tersebut telah diintroduksikan pula di banyak Negara maju seperti Inggris, perancis, dan Amerika pada awal pembangunan di Negara tersebut. (Effendi, 1995) Besarnya penentuan UMR yang sekarang lazim dikenal dengan Upah Minimum Propinsi (UMR) di dasarkan pada kebutuhan fisik/hidup minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, upah pada umumnya yang berlaku secara regional maupun nasional. 2.3.3. Peranan dan fungsi Upah Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi, dan kelangsungan hidup perusahaan, pengusaha perlu menjamin pemberian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan susuai dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh karyawan, Oleh karenanya kebijaksanaan upah disamping memperhatikan peningkatan produktivitas karyawan dan pertumbuhan produksi, perlu
Universitas Sumatera Utara
diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan dan peningkatan daya beli golongan penerima upah yang rendah. Gagasan upah minimum sudah di kembangkan sejak awal tahun 1970-an bertujuan untuk mengusahakan agar dalam jangka panjang besarnya upah minimum paling sedikit dapat memenuhi Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Usaha menyelaraskan upah minimum dangan KFM ini di harapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarga sekaligus dapat mendorong peningkatan produktifitas kerja karyawan. Karena disadari tujuan tersebut diatas sukar dicapai dalam waktu dekat, maka penerapan upah minimum yang dilaksanakan dewasa ini baru bersifat pencegahan dan stimulasi. Pencegahan artinya supaya tidak terjadi pembayaran upah yang lebih rendah dari upah yang sudah diberikan perusahaan. Sedangkan stimulasi berarti menumbuhan pengertian dan alam fikiran pengusaha mengenai usaha-usaha perbaikan upah. 2.4.
Pendidikan
2.4.1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 2.4.2. Indikator Pendidikan Dalam indikator pendidikan ini diklasifikasikan menurut bentuk pendidikan yaitu pendidikan
umum,
pendidikan
masyarakat
dan
pendidikan
kedinasan,
pendidikan
umummaknanya kurang lebih sama dengan pendidikan formal maka indifikasi indikator iniberlaku untuk semua jenjang pendidikan, meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1.
Pendidikan dasar dimulai dari pendidikan Pra sekolah (TK) penduduk usia 5 – 6tahun dan pendidikan Sekolah Dasar umur 7 – 12 tahun.
2.
Pendidikan menengah yang meliputi pendidikan menegah pertama usia 13 –15tahun baik umum maupun kejuruan dan menengah lanjutan 16 – 18 tahun baik umum maupun kejuruan.
3.
Pendidikan tinggi yang meliputi Universitas, Institut, Sekolah tinggi maupunAkademi dengan usia 19 – 24 tahun.
2.5.
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian 1.
Dewi Andayani Analisis (2007)
yang
Hasil Penelitian
Faktor-Faktor Dari
pengujian
Mempengaruhi disimpulkan
Produktivitas
Tenaga upah
t-statistik
bahwa
tingkat
berpengaruh
positif
Kerja Di Sumatera Utara terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara 2.
Ryan (2012)
Andreas Analisis
Pemgaruh Hasil Analisis dengan metode
Tingkat
pendidikan, Ordinary Least square(OLS)
Tingkat kesehatan, dan Menunjukan bahwa Tingkat Investasi Produktivitas
terhadap Pendidikan,
Tingkat
Tenaga Kesehatan, dan Investasi di
kerja di Kota Medan
Estimasikan
Berpengaruh
Positf Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
2.6.
Kerangka Konseptual Pada penulisan skripsi, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi
dalam bentuk gambar kerangka konseptual dan variabel-variabel lain yang mempengaruhi variabel-variabel lain yang saling mempengaruhi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu ukuran sampai sejauh mana manusia atau angkatan kerja dipergunakan dengan baik dalam suatu proses produksi untuk mewujudkan hasil (output) tertentu yang diinginkan. Secara sederhana, produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input), dalam hal ini tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dalam penelitian ini di pengaruhi oleh dua varibael yaitu tingkat upah dan tingkat pendidikan. Tingkat Upah menurut Iman Soepomo (1987) adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjan atau di pandang melakukan pekerjaan, pembayaran upah dapat berupa uang maupun berupa barang termasuk pengobatan, perawatan, pengakutan, perumahan, jasa, dan lain sebagainya. Tinggi rendahnya tingkat upah
memberikan pengaruh pada
produktivitas tenaga kerja. Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi, dan kelangsungan hidup perusahaan, pengusaha perlu menjamin pemberian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan susuai dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh karyawan, Oleh karenanya kebijaksanaan upah disamping memperhatikan peningkatan produktivitas karyawan dan pertumbuhan produksi, perlu diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan dan peningkatan daya beli golongan penerima upah yang rendah. Produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Tingkat pendidikan akan memberikan pengaruh pada produktivitas tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Upah (X1)
Produktivitas Tenaga Kerja
Pendidikan
(Y)
(X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7.
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian yang memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya. Dari rumusan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah : 1. Tingkat upah berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Binjai. 2. Tingkat pendidikan berpengaruhi positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Binjai.
Universitas Sumatera Utara