12
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah pertumbuhan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain, negara satu dengan negara lainnya. Menurut Simon Kuznets (1971) dalam Jhingan (2000), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: 1.
Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terusmenerus persediaan barang
2.
Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk
3.
Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Dengan bahasa lain, Boediono (1999) menyebutkan pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian tersebut
13
mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Jadi, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono
menyebutkan secara lebih lanjut bahwa
pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Menurut Todaro (2000), pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan hasil (output) masyarakat yang disebabkan oleh makin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat. Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, antara lain: 1.
Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal manusia atau sumber daya manusia.
2.
Pertumbuhan
penduduk,
yang
beberapa
tahun
selanjutnya
akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja. 3.
Kemajuan teknologi. Secara umum pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan pada
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan peningkatan output dan
14
pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya sasaran kebijakan terutama di negara-negara berkembang, namun kebijakan ekonomi menaikkan tingkat pertumbuhan output memang perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan alasan, karena pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu syarat yang sangat diperlukan untuk perbaikkan kesejahteraan masyarakat dan mencapai tujuantujuan pembangunan lainnya seperti peningkatan pendapatan dan kekayaan masyarakat, ataupun penyediaan fasilitas dan sarana-sarana sosial lainnya.
2.2.
Pengertian Degradasi Lingkungan Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sumber daya lingkungan, seperti udara, air, lahan, dan biota, dapat menyediakan barang dan jasa yang secara langsung maupun tidak langsung mendapatkan manfaat ekonomis. Mengingat bahwa daya dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak terdegradasi. Degradasi lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah serta kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Menurut Wardhana (1995), Secara umum degradasi lingkungan disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dimana degradasi lingkungan berasal dari dalam bumi atau alam itu sendiri, dan faktor eksternal dimana degradasi lingkungan berasal dari ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.
15
Menurut Thomas (2000), salah satu cara untuk mengidentifikasi polutan sebagai pencemar udara yang menyebabkan kerusakan lingkungan yaitu dengan membedakan polutan itu berasal. Ada 2 sumber polutan itu berasal sebagai faktor penyebab degradasi lingkungan, yaitu: 1.
Polutan alami Polutan alami muncul dari proses nonartifisial di alam, seperti gas yang dikeluarkan oleh hewan dan partikel dari letusan gunung berapi.
2.
Polutan anthropogenic Polutan yang berasal dari pegaruh kegiatan manusia dan mencakup semua residu yang berhubungan dengan konsumsi dan produksi. Contohnya gas dan partikel dari proses industri manufaktur tertentu.
2.3.
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Degradasi Lingkungan: Environmental Kuznets Curve (EKC) Orientasi pertumbuhan ekonomi telah memacu permintaan terhadap
sumberdaya
alam
yang
semakin
besar.
Metode
produksi
yang
tidak
memungkinkan adanya substitusi input tersebut berdampak terhadap eksploitasi sumberdaya tersebut sehingga ketersediaannya semakin menipis. Simon Kuznets (1955) peraih penghargaan Nobel membuat suatu hipotesis mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dengan lingkungan yang dikenal dengan hipotesis Environmental Kuznets Curve. Berdasarkan
hipotesis
Environmental
Kuznets
Curve,
kerusakan
lingkungan yang parah rawan terjadi di negara-negara berkembang yang mayoritas merupakan negara-negara yang berpenghasilan per kapita rendah. Hal
16
ini karena pada fase awal ini, pertumbuhan industrialisasi sangat besar fokusnya pada bagaimana ekonomi berkembang pesat dan banyak menyerap tenaga kerja. Isu lingkungan belum menjadi agenda utama dan pemerintah belum banyak terlibat dalam upaya perbaikan sistem pasar. Pada fase ini terjadi korelasi positif antara degradasi lingkungan karena banyak bahan polutan di udara dengan pertumbuhan ekonomi. Emisi Bahan Polutan
EKC Konvensional EKC Revisi Pendapatan per kapita
Sumber: Kahuthu, 2006 Gambar 2.1. Hipotesis Environmental Kuznets Curve Namun, pada tingkat pendapatan tertentu terjadi titik balik. Pada fase ini kesadaran pentingnya kualitas lingkungan sudah mulai berkembang. Public goods seperti kualitas lingkungan serta kesehatan telah menjadi bagian permintaan masyarakat. Tekanan atas kebutuhan tersebut baik terpaksa maupun tidak, industri melakukan kebijakan perubahan metode produksi. Pada fase ini terdapat income yang cukup untuk melakukan usaha-usaha perbaikan lingkungan. Penjelasan lebih jelasnya mengenai terjadinya inverted U pada kurva Kuznets adalah sebagai berikut :
17
1.
Terjadinya pergeseran transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri karena adanya dorongan investasi asing. Pada tingkat pendapatan rendah di negara berkembang, pendapatan industri masih rendah dan akan meningkat seiring peningkatan pendapatan. Peningkatan sektor indutri ini menyebabkan polusi di negara sedang berkembang juga akan mengalami peningkatan dan ketika terjadi transformasi dari sektor industri ke sektor jasa, polusi akan menurun seiring peningkatan pendapatan.
2.
Permintaan akan kualitas lingkungan akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan. Hal ini bermula ketika pendapatan masih rendah, sulit bagi pemerintah negara berkembang untuk melakukan proteksi terhadap lingkungan. Ketika pendapatan mulai meningkat, masyarakat mulai mampu untuk membayar kerugian lingkungan akibat dari kegiatan ekonomi. Pada tahap ini masyarakat mau mengorbankan konsumsi barang demi terlindunginya lingkungan (Andreoni & Levinson, 2001). Menurut Copeland dan Taylor (2003) dalam Hutabarat (2010) menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi lingkungan melalui mekanisme kausal: 1.
Efek skala (aktivitas ekonomi meningkatkan polusi, cateris paribus)
2.
Efek komposisi (bentuk industri yang bersih atau kotor, jika industri kotor menurun maka polusi juga menurun, cateris paribus)
3.
Efek teknologi (teknologi yang maju dan bersih akan mengurangi polusi, cateris paribus) Mekanisme ini dapat menjelaskan mengapa degradasi lingkungan pada
awalnya meningkat kemudian menurun seiring dengan pertumbuhan tingkat
18
ekonomi yang disertai dengan kebijakan atau regulasi yang berhubungan dengan degradasi lingkungan. Ketika pendapatan meningkat, skala ekonomi cenderung semakin besar. Negara yang sedang berkembang membutuhkan peningkatan output sehingga dibutuhkan lebih banyak input dan sumber daya alam. Dengan semakin meningkatnya output berimplikasi pada meningkatnya sisa buangan dan emisi sebagai hasil dari aktivitas ekonomi yang mana akan memperburuk kualitas lingkungan. Ini disebut dengan efek skala (scale effect). Struktur ekonomi juga cenderung berubah seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Panayotou (1993) dalam Hutabarat (2010) mengatakan bahwa degradasi lingkungan cenderung meningkat ketika struktur ekonomi berubah dari desa ke kota, dari pertanian ke industri (composition effect). Namun degradasi lingkungan ini akan menurun ketika struktur yang berikutnya berubah dari industri berat yang berfokus pada energi ke industri yang berfokus pada jasa dan teknologi. Pada akhirnya kemajuan teknologi akan mengarah pada penggunaan alat-alat yang dapat mengurangi pengeluaran emisi yang juga meningkatkan kualitas lingkungan. Hal ini disebut efek teknologi (technology effect). Ketika efek teknologi dominan terhadap efek skala, maka tingkat polutan akan meningkat selama periode pertama dari perubahan struktur ekonomi, dan kemudian menurun selama perubahan struktural tahap kedua.
2.4.
Penelitian-Penelitian Terdahulu Kahuthu (2006) melakukan penelitian yang menganalisis hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan di 84 negara pada tahun 1960 sampai tahun 2000. Indikator lingkungan yang dipakai yaitu CO2 dan tutupan
19
hutan. Menggunakan analisis panel data dengan model Fixed Effect Model (FEM). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan pada model Environmental Kuznets Curve antara emisi CO2 dengan pendapatan perkapita dan sebaliknya, tidak ada hubungan yang signifikan antara tutupan hutan dengan pendapatan per kapita. Dalam penelitian ini dimasukkan pula efek globalisasi yaitu tingkat integrasi ke dalam analisis. Hasilnya, semakin terintegrasi suatu negara dengan pasar internasional, semakin tinggi pula tingkat emisi CO2 yang dihasilkan dan lebih cepat proses deforestasi pada negara tersebut. Hutabarat (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh PDB sektor industri terhadap kualitas lingkungan yang ditinjau dari emisi CO2 dan sulfur di 5 negara ASEAN periode 1980-2000. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan model Fixed Effect Model (FEM) dengan metode Fixed Effect Model Fixed Cross Section. Hasil penelitian ini membuktikan pada tahap awal, emisi sulfur dan CO2 mengalami peningkatan seiring dengan pembangunan ekonomi. Namun setelah melewati titik balik pertama, dimana kesadaran akan lingkungan semakin meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan membawa dampak yang baik bagi lingkungan, yaitu penurunan tingkat emisi sulfur dan CO2. Namun ternyata dampak positif pertumbuhan ekonomi ini tidak berlangsung lama. Segera setelah itu, pembangunan yang dilaksanakan kembali memperburuk lingkungan seiring dengan peningkatan emisi sulfur dan CO2. Amiri dan Mehrara (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan antara polusi, energi, dan pertumbuhan ekonomi pada negara India, Cina, dan Brazil pada periode 1960-2006. Penelitian ini menerapkan model non linier yaitu panel smooth transition regression (PSTR) model dan memperhitungkan bias
20
endogenitas. Hasil penelitian ini menunjukkan konsumsi energi semakin mengarah pada kerusakan lingkungan. Selain itu, konsumsi energi yang tinggi adalah konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang pesat dan perdagangan internasional yang terkait dengan komoditas industri.
2.5.
Kerangka Pemikiran Tahap awal pembangunan yang umumnya terjadi pada negara-negara
berkembang yang pertumbuhan ekonominya berorientasi pada pembangunan sektor pertanian dengan harapan dapat memacu lebih lanjut perubahan struktural dalam distribusi lapangan kerja. Sedangkan, negara-negara maju yang pertumbuhan ekonominya berorientasi pada pembangunan sektor industri dengan harapan dapat mengakumulasikan kekayaannya. Sehingga peran pertanian dan industri dalam pembangunan selalu menjadi topik diskusi politik dan kebijakan pembangunan yang hangat di negara-negara berkembang maupun maju. Orientasi pertumbuhan ekonomi terutama dalam sektor pertanian dan industri telah memacu permintaan terhadap sumberdaya alam yang semakin besar. Metode produksi yang tidak memungkinkan adanya substitusi input tersebut berdampak terhadap eksploitasi sumberdaya tersebut sehingga ketersediaannya semakin menipis. Selain itu, metode produksi yang tidak efisien pada aktivitas produksi di sektor pertanian dan industri akan mengakibatkan terjadinya peningkatan bahan polutan yang dihasilkan seperti emisi gas rumah kaca. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dan industri pada negara berkembang dan maju diukur dengan besaran nilai GDP pertanian dan GDP industri masing-masing negara tersebut. Apabila adanya asumsi yang mendasari
21
kerangka pemikiran teoritis ini adalah bahwa metode produksi yang digunakan adalah metode produksi yang tidak ramah lingkungan, maka pada satu sisi aktivitas produksi pada sektor pertanian dan industri akan menimbulkan degradasi lingkungan. Degradasi lingkungan di dalam penelitian ini mengandung arti adanya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari sektor pertanian dan industri.
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi (GDP Riil) (GDP riil)
Memacu Peningkatan Permintaan SDA (ekspolitasi SDA)
Sektor Pertanian
Sektor Industri
Metode Produksi yang tidak ramah lingkungan Sektor Industri: - Pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan dalam proses produksi industri Sektor Pertanian: - Sawah-sawah tergenang - Penggunaan pupuk - Pembakaran sisa-sisa tanaman
Degradasi Lingkungan (Emisi gas Rumah Kaca) Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran penelitian
22
2.6.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu serta variabel-variabel
yang dijelaskan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis, yaitu: 1.
Dampak pertumbuhan ekonomi di sektor industri dan pertanian terhadap kualitas lingkungan hidup yang diukur dengan emisi gas rumah kaca di Negara Berkembang dan Negara Maju signifikan dengan konsep Environmental Kuznets Curve.
2.
Pertumbuhan ekonomi dalam sektor industri dan pertanian akan mendorong penurunan kualitas lingkungan hidup dengan meningkatkan emisi gas rumah kaca di Negara Berkembang dan Negara Maju.
3.
Besaran nilai emisi gas rumah kaca yaitu melalui emisi Karbondioksida, Metana, dan Nitrogen Oksida yang dihasilkan di Negara Maju lebih besar daripada Negara Berkembang.