BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1
Definisi Laporan Keuangan Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Hasil dari proses akuntansi disebut dengan laporan keuangan (Rudianto, 2012: 4). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2014: 1.3) menjelaskan bahwa: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitias. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajamen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”
2.1.2
Komponen Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan lengkap menurut PSAK 1 tentang Penyajian
Laporan Keuangan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2014: 1.3) terdiri dari: (a) Laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode; (c) Laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) Laporan arus kas selama periode;
9
10
(e) Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain; (ea) Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya; dan (f) Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Penjelasan laporan keuangan dalam Rudianto (2012: 17) adalah sebagai berikut: 1. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position) adalah daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh. 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif (Statement of Comprehensif Income), yaitu laporan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama suatu periode akuntansi atau satu tahun. 3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity) adalah laporan yang menunjukkan perubahan hak residu atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. 4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) adalah laporan yang menunjukkan aliran uang yang diterima dan yang digunakan perusahaan selama satu periode akuntansi, beserta sumber-sumbernya. 5. Catatan atas Laporan Keuangan adalah informasi tambahan yang harus diberikan menyangkut berbagai hal yang terkait secara langsung dengan
11
laporan keuangan yang disajikan entitas tertentu, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, dan berbagai informasi yang relevan dengan laporan keuangan tersebut. 6. Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Komparatif yang disajikan
ketika
entitas
menerapkan
kebijakan
akuntansi
secara
retrospektif (menyajikan kembali pos-pos laporan keuangan) atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.1.3
Pengguna Laporan Keuangan Informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi tersebut harus dapat
menjawab kebutuhan umum para pemakainya. Karena itu, laporan keuangan suatu badan usaha harus memiliki kualitas yang diperlukan oleh berbagai pihak yang membutuhkan informasi keuangan tersebut (Rudianto, 2012: 4). Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2014: 2) pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan inormasi yang berbeda. Bagi investor, mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen.
12
2.2
Dividen Tunai
2.2.1
Dividen Dividen merupakan bagian laba yang didistribusikan kepada pemegang
saham. Pembayaran dividen merupakan mekanisme pengalokasian kesejahteraan kepada pemegang saham. Perusahaan mengeluarkan dividen berdasarkan keputusan yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya, dividen diambil dari saldo laba dan sangat jarang sekali perusahaan membagikan seluruh laba yang diperoleh selama satu periode atau satu tahun kepada pemegang saham (Martani dkk., 2015: 106). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 23 tentang Pendapatan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2014: 23.2) menjelaskan bahwa dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu. Sementara itu, dividen menurut Rudianto (2012: 290) adalah bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai imbalan atas ketersediaan mereka menanamkan hartanya dalam perusahaan. Biasanya, jumlah dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang sahamnya tidak akan melebihi jumlah saldo laba ditahannya. Bahkan, sangat sedikit perusahaan yang bersedia membagikan dividen sama dengan jumlah laba ditahan yang dimilikinya.
13
2.2.2
Kebijakan Dividen Pembayaran dividen pada hakikatnya merupakan komunikasi secara tidak
langsung kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan. Jadi, menurut dugaan, dividen akan dipergunakan investor sebagai alat penduga mengenai prestasi perusahaan di masa mendatang, dividen menyampaikan pengharapan-pengharapan manajemen mengenai masa depan (Halim, 2015: 135). Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang Martono dan Harjito (2005: 253).
2.2.3
Teori Kebijakan Dividen Beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh Dermawan
Sjahrial dalam Mulyawan (2015: 254) adalah sebagai berikut: 1. Teori Dividen Tidak Relevan. Modigliani dan Miller (MM) berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan kelas risiko perusahaan. Jadi, dividen tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller tentang
14
dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan memengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. 2. Teori the Bird in the Hand. Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika dividend payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti daripada capital gains yield. Modigliani dan Miller menentang pendapat Gordon dan Lintner karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. 3. Teori Perbedaan Pajak. Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang menyatakan bahwa adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains menyebabkan para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. 4. Teori Signaling Hypothesis. Teori ini menyatakan bahwa kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya, penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.
15
5. Teori Client Effect. Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
2.2.4
Pertimbangan Manajerial dalam Pembayaran Dividen Berbagai faktor yang dapat dan harus dianalisis perusahaan dalam praktek
ketika melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen menurut Martono dan Harjito (2005: 255) yaitu: 1. Kebutuhan dana bagi perusahaan. Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran dividen. 2. Likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas
16
keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar. 3. Kemampuan untuk meminjam. Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. 4. Pembatasan-pembatasan
dalam
perjanjian
hutang.
Ketentuan
perlindungan (protective convenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. 5. Pengendalian perusahaan. Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertumbuhnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham beredar.
17
2.2.5
Definisi Dividen Tunai Kieso et al. (2008: 321) menjelaskan bahwa pembagian dividen umumnya
didasarkan atas akumulasi laba (yaitu laba ditahan) atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen memiliki jenis sebagai berikut: 1. Dividen tunai 2. Dividen properti 3. Dividen likuidasi 4. Dividen saham Dividen biasanya dibayarkan secara tunai. Harapan umum dari setiap pemegang saham yang menerima dividen adalah bahwa perusahaan telah beroperasi secara sukses dan ia menerima bagian dari laba tersebut. Menurut Rahardjo (2006: 61) dividen tunai (cash dividend) adalah pembayaran dividen dalam bentuk uang tunai kepada para pemegang saham. Besar-kecil pembayaran dividen tunai ditentukan setelah melalui banyak pertimbangan pihak manajemen perusahaan melalui RUPS. Jumlah pembayaran dividen tunai dikenal dengan istilah Dividend Per Share (DPS) atau berapa besar nilai dividen tunai yang akan diterima. Perhitungan Dividend Per Share (DPS) menurut Khan dan Jain (2010: 6.24) sebagai berikut:
18
Rudianto (2012: 290) menjelaskan bahwa: “Dividen tunai yaitu bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika perusahaan memilih untuk membagi dividen tunai, itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup.” Menurut Martani, dkk. (2015: 107) dalam pendistribusian dividen kas terdapat empat tanggal yang relevan untuk diperhatikan oleh pemegang saham. 1. Tanggal pengumuman, biasanya merupakan tanggal dilakukannya RUPS dan diumumkannya pembagian dividen. Pada saat ini, perusahaan melakukan pengakuan atas utang dividen dengan melakukan pendebitan atas saldo laba. 2. Tanggal ex-dividen, merupakan tanggal apabila terjadi peralihan kepemilikan pemilik baru tidak lagi berhak atas dividen, biasanya berlangsung satu sampai dua hari kerja sebelum tanggal pencatatan. Tanggal ini penting untuk menentukan siapa yang berhak atas dividen yang dibayarkan. 3. Tanggal
pencatatan,
merupakan
tanggal
perusahaan
membuat
memorandum pencatatan dividen tunai untuk mengidentifikasi pemegang saham yang berhak atas dividen. Pada saat itu, perusahaan tidak perlu melakukan pencatatan akuntansi berupa penjurnalan, namun membuat catatan yang bersifat administratif. 4. Tanggal pembayaran, merupakan tanggal pembayaran dividen kepada pemegang saham.
19
Mulyawan (2015: 257) menyebutkan ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Beberapa bentuk kebijakan dividen adalah sebagai berikut. 1. Kebijakan pemberian dividen stabil Kebijakan pemberian dividen stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan berikut: a. meningkatkan harga saham sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko yang kecil; b. memberikan
kesan
kepada
para
investor
bahwa
perusahaan
mempunyai prospek yang baik pada masa yang akan datang; c. menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan. 2. Kebijakan dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayar dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. 3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar dividen yang dibayarkan. Demikian pula sebaliknya, apabila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan disebut dividend payout ratio (DPR).
20
4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra Dengan kebijakan ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen apabila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
2.3
Laba Bersih
2.3.1
Laba Laba, (income—disebut juga earnings atau profit) merupakan ringkasan
hasil bersih aktivitas operasi perusahaan dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan paling diminati dalam pasar uang. Pada konsepnya, laba ditugaskan untuk menyediakan, baik pengukuran perubahan kekayaan pemegang saham selama periode maupun mengestimasi laba usaha sekarang, yaitu sampai sejauh mana perusahaan dapat menutupi biaya operasi dan menghasilkan pengembalian kepada pemegang sahamnya. Secara khusus, perannya yang kedua, yakni sebagai indikator profitabilitas perusahaan, sangat krusial bagi seorang analis, karena membantu dalam mengestimasi potensi laba di masa depan, yang tidak diragukan lagi merupakan satu dari tugas yang terpenting dalam analisis usaha (Subramanyam dan Wild, 2010: 109). Belkaoui (2007: 226) menjelaskan bahwa laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks. Laba umunya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, penentu dari
21
kebijakan pembayaran dividen, panduan dalam melakukan investasi dan pengambilan keputusan, dan satu elemen dalam peramalan. 1. Dasar untuk perpajakan dan redistribusi kekayaan di antara individu-individu. Satu versi dari laba yang dikenal sebagai laba kena pajak diperhitungkan menurut aturan-aturan yang ditentukan oleh peraturan fiskal pemerintah. 2. Suatu panduan bagi kebijakan dividen dan retensi perusahaan. Laba yang diakui adalah indikator dari jumlah maksimum yang dapat didistribusikan sebagai dividen dan ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. 3. Panduan umum investasi dan pengambilan keputusan. Secara umum, dihipotesiskan bahwa para investor akan berusaha untuk memaksimalkan pengembalian dari modal yang diinvestasikan, yang sepadan dengan tingkat risiko yang dapat diterima. 4. Suatu sarana prediktif yang membantu meramalkan laba dan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa depan. Pada kenyataannya, nilainilai laba masa lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai saat ini, ternyata dapat bermanfaat di dalam meramalkan nilai di masa depan dari kedua versi laba.
22
2.3.2
Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan Laba Rugi Komprehensif (Statement of Comprehensif Income)
dalam Rudianto (2012: 18) yaitu laporan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama suatu periode akuntansi atau satu tahun. Secara umum, laporan laba rugi terdiri dari unsur pendapatan dan unsur beban usaha. Menurut Subramanyam dan Wild (2010: 24) laporan laba rugi mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk satu periode waktu. Di bagian bawah, laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba di dapat. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran laba dalam laporan laba rugi komprehensif adalah penghasilan dan beban. Martani, dkk. (2012: 115) menjelaskan bahwa penghasilan (income) bisa dikelompokkan menjadi dua unsur, yaitu pendapatan dan beban. Pendapatan (revenue) merupakan penghasilan yang berasal dari aktivitas operasi utama perusahaan. Sedangkan keuntungan (gain) merupakan kenaikan aset neto yang berasal dari transaksi insidental di luar transaksi perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Sementara itu, beban juga bisa dikelompokkan lagi menjadi dua unsur, yaitu beban (expense) dan kerugian. Beban (expense) merupakan beban yang berasal dari aktivitas operasi utama perusahaan. Sedangkan kerugian (loss) merupakan beban yang berasal dari transaksi insidental.
23
2.3.3
Definisi Laba Bersih Laba bersih merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam laporan
laba rugi komprehensif. PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan dalam IAI (2014: 1.2) menjelaskan bahwa laba rugi adalah total penghasilan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen penghasilan komprehensif lain. Penghasilan komprehensif lain berisi pos-pos penghasilan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi sebagaimana disyaratkan atau diizinkan oleh SAK. Fahmi (2013: 101) menyebutkan bahwa: “Laba setelah pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah dikurangkan dengan pajak. Ini desebut juga dengan net income (laba bersih), atau net profit yang diterima oleh perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).” Menurut Soemarso (2004: 234) laba bersih (net income) adalah selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian. Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sementara itu, Martani, dkk. (2012: 118) menjelaskan bahwa hasil neto laba perusahaan selama satu periode merupakan laba tahun berjalan. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa laba bersih/laba setelah pajak/laba tahun berjalan adalah selisih lebih semua penghasilan terhadap semua beban, termasuk beban pajak, tidak termasuk komponen-komponen penghasilan komprehensif lain.
24
2.4
Investment Opportunity Set (IOS)
2.4.1
Investasi (Investment) Investasi menurut Fahmi (2012: 3) dapat didefinisikan sebagai bentuk
pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan. Adapun menurut Tandelilin (2010: 1) investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang. Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset real seperti: tanah, emas, rumah dan aset real lainnya atau pada aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Fahmi (2012: 6) menjelaskan bahwa setiap melakukan keputusan investasi selalu saja memerlukan proses. Secara umum proses tersebut meliputi lima langkah berikut. 1. Menetapkan sasaran investasi. Penetapan sasaran berarti melakukan keputusan yang bersifat fokus atau menempatkan target sasaran terhadap yang akan diinvestasikan. Penetapan sasaran investasi sangat disesuaikan dengan apa yang akan ditujukan pada investasi tersebut. 2. Membuat kebijakan investasi. Tahap ini berkaitan dengan bagaimana perusahaan mengelola dana yang berasal dari saham, obligasi, dan lainnya untuk kemudian didistribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan.
25
3. Memilih strategi portofolio. Ini menyangkut keputusan peranan yang akan diambil oleh pihak perusahaan, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif saja. Pada saat perusahaan melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan dengan cepat tergambarkan di pasar saham. 4. Memilih aset. Disini pihak perusahaan berusaha memilih aset investasi yang nantinya akan memberi imbal hasil yang tertinggi (maximal return). Imbal hasil ini dilihat sebagai keuntungan yang akan mampu diperoleh. 5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja. Tahap ini adalah menjadi tahap reevaluasi bagi perusahaan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama ini telah benar-benar maksimal atau belum.
2.4.2
Definisi Investment Opportunity Set (IOS) Menurut Yudiana dan Yadnyana (2016) istilah Investment Opportunity
Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan investment options (pillihan investasi) di masa yang akan datang. Hartono (2003 : 58) dalam Suardi dkk. (2014) menjelaskan bahwa “Kesempatan Investasi” atau Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Sementara itu, menurut Luluk dan Nia (2014) Investment Opportunity Set (IOS) merupakan
26
bentuk investasi yang dilakukan perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Azis dkk. (2015: 86) menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi dimasa mendatang. Smith dan Watts (1992) juga Graver dan Graver (1993) menggunakan nilai pasar dibagi dengan nilai buku sebagai proksi dari IOS yang merupakan pengukur pertumbuhan perusahaan. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham sedangkan nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan saham emiten. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar daripada nilai bukunya. Rumus perhitungannya sebagai berikut: 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
IO
Dimana:
2.5
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Laba Bersih,
Investment Opportunity Set (IOS), dan Dividen Tunai diringkas dalam tabel sebagai berikut:
27
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
Peneliti dan Judul Tahun Penelitian Penelitian Ifah Masrifah Analisis (2014) Hubungan Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Rups dengan Dividen Tunai pada Industri Manufaktur
Variabel Penelitian Independen: Laba Bersih, Arus Kas Operasional, dan RUPS
Jen Surya (2010)
Independen: Laba Bersih, Arus Kas Operasi, dan Arus Kas Bebas
Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, dan Arus Kas Bebas terhadap Dividen Kas
Hasil Penelitian Dividen Tunai dipengaruhi secara signifikan oleh nilai Laba Bersih
Dependen: Dividen Tunai
Laba Bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Dividen Kas
Dependen: Dividen Kas
3.
Luh Fajarini Indah Mawarni dan Ni Made Dwi Ratnadi (2014)
Pengaruh Kesempatan Investasi, Leverage, dan Likuiditas pada Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Independen: Kesempatan Investasi, Leverage, dan Likuiditas Dependen: Dividen
Kesempatan Investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen
Perbedaan Penulis tidak menggunakan Arus Kas Operasi dan RUPS sebagai variabel independen tetapi menggunakan Investment Opportunity Set (IOS) Penulis tidak menggunakan Arus Kas Operasi dan Arus Kas Bebas sebagai variabel independen tetapi menggunakan Investment Opportunity Set (IOS) Penulis tidak menggunakan Leverage, dan Likuiditas sebagai variabel independen tetapi menggunakan Laba Bersih
28
No. 4.
5.
Peneliti dan Tahun Penelitian Luluk Muhimatul Ifada dan Nia Kusumadewi (2014)
Suardi Yakub, Suharsil, dan Jufri Halim (2014)
Judul Penelitian Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasional, Investment Opportunity Set dan Firm Size terhadap Dividen Kas (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010-2012) Pengaruh Profitabilitas dan Invesment Opportunity Set terhadap Deviden Tunai
Variabel Penelitian Independen: Laba, Arus Kas Operasional, Investment Opportunity Set dan Firm Size Dependen: Dividen Kas
Independen: Profitabilitas dan Investment Opportunity Set Dependen: Dividen Tunai
Hasil Penelitian Laba Bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Kas. Investment Opportunity Set berpengaruh negatif terhadap Dividen Kas
Penulis tidak menggunakan Arus Kas Operasi sebagai variabel independen dan melakukan penelitian pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014
Investment Opportunity Set berpengaruh positif terhadap kebijakan Dividen Tunai
Penulis tidak menggunakan Profitabilitas sebagai variabel independen tetapi menggunakan Laba Bersih
2.6
Kerangka Pemikiran
2.6.1
Pengaruh Laba Bersih terhadap Dividen Tunai
Perbedaan
Dividen menurut Hadi (2013: 74) merupakan keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten mencetak laba bersih dari operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan bersih setelah pajak (net income after tax). Belkaoui (2007: 226) menjelaskan bahwa laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks. Laba dipandang sebagai penentu dari kebijakan pembayaran dividen.
29
Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan emiten, saham perusahaan tersebut akan semakin menguntungkan investor. Sebab kinerja yang baik akan meningkatkan laba. Laba yang tinggi ini akan menyebabkan semakin besar
pula
kemungkinan
mendapat
pembagian
dividen
yang
tinggi
(Widoatmodjo, 2008: 44). Uraian tersebut sesuai jika dikaitkan dengan hasil penelitian dari Ifah (2014) bahwa Dividen Tunai dipengaruhi secara signifikan oleh nilai Laba Bersih.
2.6.2
Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Dividen Tunai Hartono (2003: 58) dalam Suardi dkk. (2014) menjelaskan bahwa
“Kesempatan Investasi” atau Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang. Menurut Azis dkk. (2015: 86)
pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan
Investment
Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi dimasa mendatang. Smith dan Watts (1992) juga Graver dan Graver (1993) menggunakan nilai rasio pasar dibagi dengan nilai buku sebagai proksi dari IOS yang merupakan pengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar daripada nilai bukunya. Ketika peluang perusahaan naik, rasio pembayaran dividen turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan melebihi biaya modal dan dividen yang
30
dikembalikan ke investor (Keown et al., 2010: 214). Uraian tersebut sesuai jika dikaitkan dengan hasil penelitian dari Luluk dan Nia (2014) bahwa set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap kebijakan Dividen Tunai.
2.6.3
Pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Dividen Tunai Dividen tunai (cash dividend) adalah pembayaran dividen dalam bentuk
uang tunai kepada para pemegang saham (Rahardjo, 2006: 61). Dividen merupakan keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten mencetak laba bersih dari operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan bersih setelah pajak (net income after tax) (Hadi, 2013: 74). Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan emiten, saham perusahaan tersebut akan semakin menguntungkan investor. Sebab kinerja yang baik akan meningkatkan laba. Laba yang tinggi ini akan menyebabkan semakin besar pula kemungkinan mendapat pembagian dividen yang tinggi (Widoatmodjo, 2008: 44). Martono dan Harjito (2005: 255) menjelaskan bahwa semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran dividen. Apabila perusahaan akan melakukan investasi, Keown et al., (2010: 214) menyebutkan bahwa ketika peluang perusahaan naik,
31
rasio pembayaran dividen turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan melebihi biaya modal dan dividen yang dikembalikan ke investor. Menurut Hartono (2003 : 58) dalam Suardi dkk. (2014) “Kesempatan Investasi” atau Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang. Berdasarkan uraian tersebut, bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Pendapatan dan Keuntungan Beban dan Kerugian Soemarso (2004: 234) Investment Opportunity Set (IOS) Nilai Pasar Nilai Buku Azis dkk. (2015: 86)
Dividen Tunai
Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa Jumlah lembar saham biasa yang beredar Khan dan Jain (2010: 6.24)
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Keterangan: Pengaruh parsial Pengaruh simutan
32
2.7
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2014: 99) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan. Berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Parsial H1: Laba Bersih berpengaruh signifikan terhadap Dividen Tunai H2: Investment opportunity set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap Dividen Tunai 2. Secara Simultan H3: Laba Bersih dan Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap Dividen Tunai
BAB II ......................................................................................................... 9 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9 2.1 Laporan Keuangan ............................................................................................ 9 2.1.1 Definisi Laporan Keuangan ..................................................................... 9 2.1.2 Komponen Laporan Keuangan ................................................................ 9 2.1.3 Pengguna Laporan Keuangan ................................................................ 11 2.2 Dividen Tunai.................................................................................................. 12 2.2.1 Dividen ................................................................................................... 12 2.2.2 Kebijakan Dividen ................................................................................. 13 2.2.3 Teori Kebijakan Dividen ........................................................................ 13 2.2.4 Pertimbangan Manajerial dalam Pembayaran Dividen .......................... 15 2.2.5 Definisi Dividen Tunai ........................................................................... 17 2.3 Laba Bersih ..................................................................................................... 20 2.3.1 Laba ........................................................................................................ 20 2.3.2 Laporan Laba Rugi Komprehensif ......................................................... 22 2.3.3 Definisi Laba Bersih .............................................................................. 23 2.4 Investment Opportunity Set (IOS) ................................................................... 24 2.4.1 Investasi (Investment)............................................................................. 24 2.4.2 Definisi Investment Opportunity Set (IOS) ............................................ 25 2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 26
9
11
2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 28 2.6.1 Pengaruh Laba Bersih terhadap Dividen Tunai ..................................... 28 2.6.2 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Dividen Tunai ... 29 2.6.3 Pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Dividen Tunai .......................................................................... 30 2.7 Hipotesis Penelitian......................................................................................... 32
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................... 27
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ......................................................................... 31