BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana (KB) 2.1.1. Pengertian, Visi dan Misi Program KB Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan per orangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006). Paradigma baru KB Nasional (KBN) telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Paradigma baru program KB ini, menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Visi tersebut dijabarkan ke dalam 6 (enam) misi, yaitu:
1. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas 2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. 4. Meningkatkan
promosi,
perlindungan
dan
upaya
mewujudkan
hak-hak
reproduksi. 5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender melalui program KB 6. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut (Saifuddin, 2006).
2.1.2. Tujuan dan Manfaat KB KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998). Adapun manfaat dari program KB (Mochtar,1998) adalah : 1.
Untuk kepentingan orang tua
Universitas Sumatera Utara
Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batasbatas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anakanaknya sampai menjadi orang
yang berguna. Walaupun manusia dapat
mengharapkan pertolongan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu dan pikiran sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan pikiran sehat tersebut untuk mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada. Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia. 2.
Untuk kepentingan anak-anak Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai
pemberian yang tidak ternilai harganya. Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa. 3.
Untuk kepentingan masyarakat Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat.
Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupakan
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara di mana mereka hidup dan berbakti (Mochtar, 1998).
2.1.3. Pandangan Berbagai Agama tentang KB Ditinjau dari segi agama, tidak ada satu agama pun di Indonesia yang secara pasti menolak program KB, meskipun pada awalnya banyak keraguan akan hukum agama dari program ini. Namun, pada saat ini beberapa agama telah mendukung program ini. Berikut pandangan empat agama besar di Indonesia tentang program KB : 1. Agama Islam Pandangan para ulama di Indonesia tentang KB pada umumnya menyetujui atau sekurang-kurangnya tidak menentang. Bahkan pada masa Nabi Muhammad SAW telah dikenal metode kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan nama azl atau coitus interuptus yang disebut juga dengan senggama terputus. Namun, beberapa pemikir Islam meragukan hukum ber-KB, karena menyamakan program ini dengan larangan membunuh bayi. Pembunuhan bayi sama sekali tidak sama dengan memakai alat kontrasepsi, karena pembunuhan bayi adalah pembunuhan nyata dari anak yang telah lahir sedangkan memakai alat kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan. Oleh karena itu aborsi sebagai metode KB dilarang di Indonesia dan cara KB lainnya diperbolehkan (Ebrahim, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Metode kontap sebagai salah satu alat KB juga diperdebatkan oleh para ulama Islam, karena sifatnya yang permanen dan menganggap cara ini sama dengan pengebirian yang dilarang dalam hukum Islam. Namun belakangan metode ini akhirnya diperbolehkan dengan pertimbangan bila metode KB lain memang tidak sesuai dan alasan kesehatan dari PUS itu sendiri.
2. Agama Kristen Pandangan agama Kristen, dalam hal ini Katolik, pada dasarnya menyetujui program KB dengan batasan-batasan yang telah ditentukan di antaranya adalah : a. Masalah KB misalnya : jenis kontrasepsi yang dipakai, jumlah anak yang diinginkan, dan lain-lain ditentukan oleh suami istri sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain termasuk pemerintah. b. Penentuan tentang keikutsertaan ber-KB harus disepakati bersama antara suami istri. c. Dalam konsili disebutkan bahwa cara-cara KB yang dilarang adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu cara coitus interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak juga dilarang. d. Cara ber-KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala. Mengenai cara ini ensiklik hummanae menolak semua cara ber-KB selain pantang berkala. e. Bila cara pantang berkala telah dicoba dan mengalami kesulitan atau membahayakan kesehatan, maka suami istri dapat meminta nasehat kepada
Universitas Sumatera Utara
imam sebagai Bapak rohani untuk menentukan jalan keluar yang tepat (BKKBN, 1980). 3. Agama Hindu Pandangan agam Hindu terhadap program KB sangat positif bahkan cenderung mendukung karena program ini dianggap sejalan dengan ajaran agama Hindu. Alat kontrasepsi tercipta dari ilmu pengetahuan, dan ilmu yang dipergunakan untuk kesejahteraan manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang. Bahkan penggunaan alat kontrasepsi diatur agar sesuai dengan desa/tempat, kala/waktu,dan patra/keadaan (BKKBN, 1980). Namun demikian metode pengguguran (abortus criminalis) dianggap sebagai dosa besar karena bertentangan dengan ajaran Ahimsa Karma. Pengguguran janin dianggap sama dengan pembunuhan orang suci. Oleh karena itu, metode ini sangat ditentang oleh umat Hindu. 4. Agama Budha Agama Budha menyetujui program KB dan penggunaan metode kontrasepsi apabila : a. Metode kontrasepsi tidak mengandung unsur-unsur pembunuhan. b.
Kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami istri dengan maksud memberikan kesempatan mendidik, merawat, dan mempersiapkan diri buat kehidupan anak-anak yang sudah ada.
c.
Tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari tanggung jawab.
d.
Semua tindakan ber-KB dilakukan atas dasar bimbingan dan pengawasan para ahli yang bersangkutan (BKKBN, 1980).
Universitas Sumatera Utara
Agama Budha memperbolehkan pemakaian kontrasepsi karena pencegahan kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi dianggap sama dengan pencegahan pertemuan sel telur dengan sel sperma yang berarti pula mencegah terjadinya makhluk. Hal ini berarti tidak terjadi pembunuhan, karenaa sel telur dan sel sperma sendiri menurut agama Budha bukanlah makhluk.
2.2. Sistem dan Proses Reproduksi Pria Alat/ organ reproduksi pria terdiri dari dua bagian yaitu : bagian luar dan bagian dalam (Manuaba, 1998).
2.2.1. Bagian luar : 1. Zakar (penis) adalah suatu alat yang berbentuk silindris yang dalam keadaan tidak tegang/ normal panjangnya 6-8 cm, di mana di dalamnya terdapat saluran kencing. 2. Kantong zakar (scrotum) adalah kantong yang terdiri dari jaringan ikat jarang, terletak di belakang zakar, di antara kedua paha, dan berisi dua buah testis (buah zakar).
2.2.2. Bagian dalam : 1. Buah zakar atau testis berjumlah dua buah, yang terletak dalam scrotum, berbentuk bulat telur/ avoid yang merupakan kelenjar seks utama pria.
Universitas Sumatera Utara
2. Epididimis, merupakan saluran berkelok-kelok seperti spiral yang terletak di samping belakang testis. Epididimis dihubungkan dengan testis oleh saluransaluran yang disebut vas deferens. 3. Saluran mani (vas deferens), ada dua buah (kiri dan kanan), berasal dari testis, masuk ke dalam tali mani. 4. Saluran kantung air mani, adalah kelenjar tubuler, terletak di sebelah kanan dan kiri di belakang leher kandung kencing. Saluran dari vesica seminalis (saluran kantong air mani) bergabung dengan ductus deferens untuk membentuk saluran ejakulator. 5. Kelenjar prostat (glandula prostate), terletak di bawah kandung kencing dan mengelilingi saluran kencing. Kelenjar ini terdiri dari kelenjar majemuk, saluransaluran dan otot polos. Bentuknya seperti buah kenari, beratnya kurang lebih 20 gram. 6. Kelenjar cowperi adalah kelenjar yang menghasilkan cairan mukus, bening dan bersifat basa.
2.2.3. Fungsi alat/ organ reproduksi Pria Fungsi alat/ organ reproduksi pria terdiri dari dua bagian (Manuaba, 1998) yaitu : 1. Fungsi alat/ organ reproduksi bagian luar adalah sebagai berikut : a. Penis berfungsi sebagai penyalur sperma melalui proses senggama. b.. Testis berfungsi untuk memproduksi hormon testosteron dan bersama kelenjar adrenal dalam pembentukan sperma. Testosteron memengaruhi metabolisme dalam tubuh, seperti produksi sel darah merah, pembentukan
Universitas Sumatera Utara
massa tulang dan otot, perkembangan kelenjar prostat dan pertumbuhan rambut. 2. . Fungsi alat/ organ reproduksi pria bagian dalam sebagai berikut : 1. Buah zakar mempunyai dua fungsi yaitu : a) Memproduksi spermatozoa (sel mani) yang merupakan sel reproduksi pria. b) Memproduksi hormon adrogenik, khususnya testosteron yang dialirkan ke dalam darah. Hormon ini memberi sifat kejantanan (sifat seks sekunder) kepada pria dewasa, misalnya suara yang besar, pertumbuhan rambut pada dada, ketiak dan kemaluan. 2. Epididimis berfungsi : a. Sebagai saluran penghubung antara testis dengan vas deferens. b. Sebagai lumbung pertama sperma. c. Mengeluarkan getah atau cairan yang berguna untuk perkembangan dan proses pematangan spermatozoa. d. Mengabsorbsi cairan testis yang mengandung sperma. 3. Saluran mani (vas deferens), berfungsi sebagai tempat penyimpanan air mani sebelum disemprotkan. 4. Saluran kantong air mani, berfungsi untuk menyimpan sperma dan menghasilkan cairan yang kaya dengan zat gula. 5. Kelenjar prostat (glandula prostate), berfungsi untuk menghasilkan cairan yang bersifat basa dan berfungsi untuk mempertahankan hidupnya sperma. 6. Kelenjar cowperi, berfungsi untuk menghasilkan cairan mukus, bening dan bersifat basa yang berguna sebagai pelicin pada waktu senggama berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
7. Saluran kencing (uretra), berfungsi untuk menyalurkan air mani dan air kencing. Air mani dan air kencing tidak mungkin keluar secara bersamaan karena secara refleks diatur oleh sebuah klep yang terletak pada muara pertemuan antara saluran kencing dan saluran air mani.
2.3. Proses Reproduksi Pria Menurut Manuaba (1998), sperma normal masuk ke dalam rahim wanita pada masa subur kemungkinan besar akan bertemu dan berhasil membuahi sel telur. Hasil pembuahan ini akan berkembang menjadi embrio. Embrio akan berkembang lebih lanjut menjadi janin yang siap dilahirkan. Produk alat/ organ reproduksi antara lain : 1. Air mani (semen) terdiri atas getah/ cairan berwarna keputih-putihan, agak kental. Pada saat ejakulasi dipancarkan 2-5 milimeter. Setiap milimeternya mengandung 2-120 juta sel mani (spermatozoa). Air mani bersifat basa dan dalam lingkungan ini sperma dapat hidup kurang lebih selama 3 hari. 2. Sel mani (spermatozoa), dibuat di dalam testis melalui proses spermatogenesis. Terdiri dari bagian kepala, leher, badan dan ekor yang panjangnya antara 50 - 60 mikron (1/20 mm). Pada bagian kepala terdapat suatu selubung yang menutupi 2/3 bagian daerah kepala dan disebut akrosom. Selubung ini mengandung enzim yang dipergunakan untuk penetrasi sel telur pada proses pembuahan. Spermatozoa bergerak dengan ekornya seperti berenang dengan kecepatan 2-4 mm/menit sehingga waktu yang dipergunakan untuk bergerak dari mulut rahim sampai ke ujung rahim dari saluran telur adalah 1-2 jam. Di dalam vagina
Universitas Sumatera Utara
spermatozoa tidak dapat hidup lebih dari 8 jam, tetapi dalam uterus untuk sampai kepada tuba dapat hidup 2-3 hari.
2.4. Cara Kontrasepsi Pria Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma (Winkjosastro, 1999). Menurut Siswosudarmo (2001), pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Ada dua pembagian cara kontrasepsi (Winkjosastro, 1999) yaitu : 1. Kontrasepsi Sederhana Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/ obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala. Kontrasepsi dengan alat/ obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom pada pria. 2. Kontrasepsi Modern/ Metode Efektif Cara kontrasepsi modern pada pria yaitu dengan vasektomi (sterilisasi pada pria). Ada beberapa komponen keefektifan, antara lain : 1. Keefektifan teoritis, adalah kemampuan sebuah cara kontrasepsi untuk mencegah kehamilan apabila cara tersebut digunakan sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Keefektifan praktis (pemakaian), adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang memengaruhi pemakaian, seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dan lain-lain. 3. Keefektifan program, adalah keefektifan sebuah cara dalam sebuah program baik di tingkat lokal, propinsi, maupun nasional. 4. Keefektifan biaya (cost effectiveness), adalah perbandingan antara sebuah cara atau program dengan hasil yang diharapkan, baik berupa jumlah akseptor, jumlah yang terus memakai, efek samping, penurunan angka kesuburan, dan lain-lain (Siswosudarmo, 2001). Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Saifuddin, 2006) : 1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan. 2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. 3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. 4. Terjangkau harganya oleh masyarakat. 5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya.
2.4.1. Kondom
Universitas Sumatera Utara
Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi pria yang paling mudah dipakai dan diperoleh, baik melalui apotek maupun toko obat dengan berbagai merek dagang. Kondom terbuat dari karet/ lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma (BKKBN, 2007). Kondom disamping sebagai alat KB juga berfungsi untuk mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
a) Kelebihan dan Keterbatasan Kondom 1. Kelebihan Kondom a. Bila digunakan secara tepat maka kondom dapat digunakan untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual. b. Kondom tidak memengaruhi kesuburan jika digunakan dalam jangka panjang. c. Kondom mudah didapat dan tersedia dengan harga yang terjangkau. 2. Keterbatasan Kondom a.
Kekurangan penggunaan kondom memerlukan latihan dan tidak efisien.
b.
Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau disimpan sesuai aturan.
Universitas Sumatera Utara
c. Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan kondom. d. Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina bila tidak, dapat terjadi kehamilan atau penularan penyakit menular seksual. e. Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi bagi beberapa orang.
2.4.2. Vasektomi Vasektomi berasal dari perkataan : (a) vas = vas deferen = saluran mani = saluran yang menghubungkan testis dengan urethra dan menjadi saluran untuk transpor sel mani, (b) ektomi = memotong dan mengangkat. Jadi vasektomi dalam arti yang murni berarti memotong dan mengangkat saluran vas deferens kanan dan kiri. Akan tetapi, yang dimaksud dengan vasektomi untuk KB adalah bilateral partial vasektomi, yaitu memotong sebagian kecil vas deferens kanan dan kiri masingmasing kurang daripada 1 cm. Dengan demikian vasektomi hanya menghalanghalangi transpor bibit laki-laki (spermatozoa) (Anfasa, 1982). Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006). Menurut Tjokronegoro (2003), vasektomi adalah cara KB yang mantap di mana saluran air mani (vas deferens) diputuskan sehingga sperma dari dalam testis
Universitas Sumatera Utara
tidak akan keluar bersama cairan mani lain pada saat bersetubuh. Vasektomi adalah satu-satunya cara sterilisasi pria yang diterima sampai saat ini. Vasektomi harus dibedakan dengan kebiri (pengambilan kedua testis) karena dengan vasektomi hanya perjalanan sperma dari testis ke dunia luar yang diputus, tepatnya dengan memotong dan mengambil sebagian dari vas deferens. Seseorang yang telah menjalani vasektomi masih mengeluarkan semen tetapi bebas sel sperma (spermatozoa) dan masih memiliki keinginan berhubungan seksual (libido) secara normal, bahkan potensi dan kepuasannya pun tidak berubah. Vasektomi merupakan operasi kecil yang cukup dilakukan dengan anestesi lokal.
Kelebihan dan Keterbatasan Vasektomi (BKKBN, 2007). Adapun kelebihan metode kontrasepsi vasektomi adalah : 1.
Mudah pelaksanaannya dengan pembiusan setempat kurang lebih 15 menit.
2.
Bekas operasi hanya merupakan luka yang cepat sembuh.
3.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
4.
Tingkat kegagalan rendah hanya ± 0,3 dari 100 tindakan vasektomi.
5.
Merupakan metode mantap. Keuntungan vasektomi (Anfasa, 1982) antara lain : (1) tidak ada mortalitas
(kematian), (2) morbiditas (akibat sakit) kecil sekali, (3) tidak perlu mondok di rumah sakit, (4) waktu operasi hanya 15 menit, dan dilakukan dengan pembiusan setempat,
Universitas Sumatera Utara
(5) sangat efektif (kemungkinan gagal tidak ada), karena dapat diperiksa kepastiannya di laboratorium, (6) tidak membutuhkan biaya yang besar. Keterbatasan metode kontrasepsi vasektomi antara lain : 1. Harus dengan tindakan pembedahan. 2. Walaupun merupakan operasi kecil, masih dimungkinkan terjadi komplikasi seperti pendarahan dan infeksi. 3. Tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual. 4. Masih harus menggunakan kondom selama 15 kali ejakulasi agar tidak terjadi kehamilan akibat dari sisa-sisa sperma yang terdapat di saluran vas deferens. 5. Jika istri masih menggunakan alat kontrasepsi disarankan tetap mempertahankan selama 2 bulan sampai 3 bulan sesudah suami menjalankan vasektomi. 6. Klien perlu istirahat total selama 1 hari dan tidak bekerja selama 1 minggu.
2.5.
Persepsi Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang
bermanfaat sebagai penyaring (filter) dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan mekanisme melalui apa stimulus diseleksi, dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu, sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda. Seorang individu tidak bereaksi atau berperilaku dengan cara tertentu, karena situasi yang terdapat di sekitarnya, tetapi karena apa yang terlihat olehnya, atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian persepsi yang menjelaskan suatu objek dikemukakan oleh Yusuf (1991), yaitu persepsi merupakan pemberian makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek. Pendapat ini didukung oleh Sarwono (1997), yang mendefinisikan persepsi sebagai suatu pengenalan objek melalui aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi. Menurut Rakhmat (2005), ada perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. Persepsi tentang objek ditangkap indera melalui benda fisik, hanya bisa menanggapi sifat-sifat luar objek, objek tidak memberikan reaksi terhadap pengamat dan objek relatif tetap sedangkan persepsi interpersonal ditangkap melalui lambang-lambang verbal atau grafis melalui pihak ketiga, tidak hanya menanggapi sifat luar tetapi mencoba mendalami hal yang tidak dapat ditangkap oleh indera, faktor-faktor personal, karakteristik orang yang ditanggapi dan hubungan dengan orang tersebut serta manusia relatif berubah-ubah. Robbins (1996), menyatakan bahwa persepsi sebagai suatu proses individu untuk menyeleksi, mengorganisir dan menginterpretasikan stimulus ke dalam suatu gambaran yang berarti dengan dunia sekitarnya. Proses pembentukan persepsi antara satu individu dengan individu yang lain berbeda-beda. Thoha (1999), menyatakan bahwa pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik, dan hayati dimana seseorang itu bertempat tinggal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kotler yang dikutip oleh Nurazizah (2004), persepsi terhadap kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Mutu pelayanan sangat objektif, tergantung persepsi pelanggan yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan faktor-faktor lainnya.
2.6. Partisipasi Mardikanto (2003), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan seorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Mikkelsen dalam Soetomo (2006), menginventarisasi adanya 6 tafsiran dan makna yang berbeda tentang partisipasi, yaitu : 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan. 3. Partisipasi adalah kemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial. 4. Partisipasi adalah proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
Universitas Sumatera Utara
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengembangkan asumsi teoritik sebagai berikut : 1. Tujuan pembangunan dapat dicapai secara harmonis dan konflik antara kelompok-kelompok masyarakat dapat diredam melalui pola demokrasi setempat. Oleh karena itu partisipasi masyarakat adalah hal yang memungkinkan. 2. Pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat. 3. Pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapatkan partisipasinya karena pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan untuk memaksa pemerintahnya. 4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program. Notoatmodjo (2007), mengatakan metode partisipasi masyarakat adalah : 1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation) Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awareness), tetapi
Universitas Sumatera Utara
ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program. 2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi. Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Margono dalam Mardikanto (2003), menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu :
1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi 2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi 3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong
tumbuhnya
kemauan,
dan
kemauan
akan
sangat
menentukan
kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan setiap kesempatan. 1. Kesempatan untuk berpartisipasi Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat
Universitas Sumatera Utara
mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi juga terasa masih kurang. 2. Kemauan untuk berpartisipasi Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk (turut) membangun. Kemauan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat, yang menyangkut : a. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri. b. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya. 3. Kemampuan untuk berpartisipasi Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah : a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya). b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. c. Kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
yang
dihadapi
dengan
menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
Analisis tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dapat didekati melalui beberapa disiplin keilmuan, sebagai berikut : a. Dalam konsep psikologi, tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, sangat ditentukan oleh motivasi yang melatarbelakanginya, yang merupakan cerminan dari dorongan, tekanan, kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan yang dirasakan. b. Secara sosiologis, tumbuh dan berkembangnya partisipasi dalam masyarakat, akan sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap tingkat kepentingan dari pesan-pesan yang disampaikan kepadanya. Berdasarkan pada konsep diatas, maka tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat diupayakan melalui : 1. Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak saja berupa penyampaian informasi tentang adanaya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, melainkan juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi. 2. Berkaitan dengan dorong dan harapan yang disampaikan, perlu adanya penjelasan kepada masyarakat tentang besarnya manfaat ekonomi maupun non ekonomi yang dapat secara langsung atau tidak langsung dinikmati sendiri maupun yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
2.6.1. Pengaruh Persepsi Pelayanan Kesehatan
Terhadap Partisipasi dalam Memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
Persepsi merupakan hasil pengamatan oleh panca indera terhadap suatu objek sehingga pengamatan yang terjadi menghasilkan persepsi terhadap objek tersebut. Bila persepsi terhadap objek tersebut baik atau memuaskan, maka akan timbul keinginan memanfaatkan pelayanan tersebut, demikian sebaliknya. Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, ada faktor-faktor yang memengaruhinya. Faktor itulah yang menyebabkan mengapa tiap orang dapat memberikan interpretasi yang berbeda terhadap satu hal yang sama. Sehingga persepsi seseorang erat kaitannya dengan pengambilan keputusan untuk bertindak. Menurut pendapat Parasuraman dkk, yang dikutip oleh Nasution (2005), ada 4 faktor yang memengaruhi persepsi pasien terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yaitu : (a) Pengalaman dari teman-teman (words of mouth), (b) Kebutuhan atau keinginan (personal need), (c) Pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experince), dan (d) Komunikasi melalui iklan atau peamasaran (external communication to customer). Dengan demikian persepsi pasien tentang pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap partisipasi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang dapat diukur berdasarkan manfaat alat KB, keterjangkauan harga, dan informasi tentang KB.
2.7. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka maka kerangka konsep penelitian ini adalah :
Karakteristik Suami 1. Umur 2. Suku/Ras 3. Agama 4. Pekerjaan 5. Pendapatan 6. Pendidikan 7. Jumlah anak Universitas Sumatera Utara
Partisipasi dalam ber-KB 1. Ya 2. Tidak Persepsi tentang : (Manfaat KB pria, efek samping, kualitas, dan efektivitas)
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.8. Definisi Konsep 1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri suami yang membedakannya dengan yang lain, meliputi : umur, suku/ras, agama, pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan jumlah anak. 2. Persepsi adalah perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran mengenai apa yang dilihat, dengar, alami atau dirasakan oleh suami tentang suatu objek, meliputi : manfaat, efek samping, kualitas, dan efektivitas. 3. Partisipasi adalah keikutsertaan suami dalam melaksanakan suatu kegiatan atau program.
2.9.
Hipotesis Ada pengaruh karakteristik suami (meliputi : umur, suku/ras, agama,
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, jumlah anak)
dan persepsi (meliputi manfaat
KB pria, efek samping, kualitas, dan efektivitas) tentang KB pria terhadap partisipasi dalam ber-KB.
Universitas Sumatera Utara