BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kajian Teoritis 1.1 Biro iklan Biro Iklan atau advertising agency adalah suatu lembaga usaha yang memberikan jasa periklanan bagi siapa yang membutuhkan baik perorangan, perusahaan pembuat barang atau pemasok jasa bahkan pemerintah. Mempunyai kapasitas untuk memberi pelayanan di tiga bidang yaitu, konsultasi komunikasi pemasaran, pelayanan perencanaan dan pemesanan media, dan pelayanan kreatif. Asosiasi periklanan di Amerika mendefinisikan biro iklan sebagai sebuah organisasi independen terdiri dari orang-orang kreatif dan pebisnis uang memiliki spesifikasi dalam mengembangkan dan menyiapkan rencana-rencana periklanan, iklan, dan piranti organisasi lain. Agen memesan ruang dan waktu periklanan berbagai media atas nama klien-kliennya guna mendapatkan konsumen pembeli barang atau jasa para klien. Suatu biro iklan adalah sebuah bisnis jasa yang bertujuan membuat, merencanakan dan menangani periklanan (dan biasanya bentuk promosi lain) untuk kliennya. Sebuah biro iklan bebas dari kliennya dan memberikan sudut pandang luar dalam upaya menjual produk atau jasa klien tersebut. Agen juga dapat menangani keseluruhan strategi pemasaran dan merek serta promosi penjualan untuk kliennya.Klien biro iklan umumnya meliputi bisnis dan korporasi, organisasi nirlaba dan badan pemerintah. Agen-agen ini bisa pula disewa untuk membuat suatu kampanye periklanan.1
1
Perkembangan Biro Iklan di Indonesia
1.2 Tipe-Tipe Tugas Biro iklan 1. Above The Line (ATL) Periklanan media above the line adalah jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi kepada biro iklan, misalnya tayangan iklan di media cetak, TV, radio dan sebagainya (Jefkins, 1995). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa media above the line ini sebagai media utama dalam periklanan, yang terdiri dari media TV, radio, surat kabar, majalah dan iklan outdoor pada papan reklame
(billboard)
dimana
sebagian
besar
pengeluaran
periklanan
dibelanjakan untuk kelima media ini (Shimp, 2000). Setiap media dalam ATL memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perusahaan yang ingin beriklan tentu harus pintar dalam memilih media yang cocok untuk keperluannya agar dapat sampai kepada khalayak yang dituju. mengajarkan bahwa media ATL memiliki beberapa ciri yaitu: 1. Jangkauan yang luas 2. Tidak ada interaksi langsung dengan konsumen 3. Ada ongkos untuk sewa media Tiap-tiap media dalam ATL memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Sebab itu maka jarang ada sebuah merek yang berpromosi menggunakan satu media saja kecuali merek tersebut memiliki dana promosi yang sangat sedikit. Pada umumnya mereka menggunakan beberapa media untuk menutupi kelemahan media yang lain. Oleh karena itu pemahaman terhadap kelebihan dankekurangan jenis media ATL menjadi sangat penting (Kotler, 2008).
Iwan Ramelan, 2007, Perkembangan Biro Iklan di Indonesia, Desain grafis Indonesia, http://dgiindonesia.com/perkembangan-biro-iklan-di-indonesia/
2. Below The Line (BTL) Below The Line (BTL) atau yang biasa disebut juga sebagai media lini bawah merupakan bentuk dari promosi selain Above The Line (ATL). Menurut Jefkins (1995) BTL adalah aktifitas promosi diluar media konvensional serta tidak mengharuskan adanya komisi. Pada dasarnya BTL merupakan media promosi yang tidak disiarkan melalui media massa, dan biro iklan tidak memungut komisi atas penyiarannya. Beberapa jenis media promosi yang termasuk dalam BTL adalah brosur, flyer, pamplet, sample produk, event, dan lain sebagainya. Kegiatan BTL sendiri biasanya dilakukan untuk menunjang kegiatan ATL yang telah dilakukan sebelumnya. BTL memiliki jumlah audiensi yang terbatas, tetapi media atau kegiatannya dapat memberikan audiens kesempatan untuk merasakan, menyentuh atau berinteraksi bahkan langsung action membeli misalnya melalui event, sponsorship, sampling, point-of-sale (POS) materials, consumer promotion, trade promotion, dan lain lain. Ada sebuah pendapat mengemukakan bahwa BTL pada dasarnya sebagai alternatif lain selain penjualan langsung, BTL berguna untuk promosi penjualan dan hubungan masyarakat Smith, (2001). Davidson, (2002) juga mengatakan bahwa bahwa adanya karakteristik yang penting dari media BTL yaitu jangka waktu yang pendek dari penggunaannya, seperti promosi akan habis setelah berakhirnya event. 1.3 Departemen Pada Biro Iklan Biro Iklan biasanya terdiri atas sejumlah departemen antara lain: a. Departemen Layanan Klien (Client Service Departement)
Dalam bahasa Inggris disebut juga Account Service Departement. Di dalamnya terdapat Account Executive, Account Supervisor, Account Director berada. Ada juga perusahaan yang menggunakan istilah account manager yang fungsinya (dilihat dari arti katanya) mestinya lebih bersifat administratif dari pada operasional. b. Departemen Kreatif (Creative Departement) Departemen ini dipimpin oleh creative director. Departemen kreatif sering disebut sebagai “dapurnya” periklanan. Di dalamnya terdapat Copywritter (keahlian menulis), Art Director (keahlian menggambar atau merancang tata letak atau layout iklan). Art Director harus memiliki pengetahuan atau berlatar belakang pendidikan rancang grafis (Graphic Design). Profesi dengan keahlian menggambar ini sering disebut Visualizer. Copywritter dan Art Director merupakan tim yangbekerja di bawah Creative Director. c. Departemen Media (Media Departement) Inilah departemen yang mengevaluasi, merencanakan dan memilih di media apa, kapan, dan berapa sering pesan iklan itu harus dimuat atau dipasang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di departemen ini terdapat Media Planner, Media Buyer, dan Media Director atau Media Manager. Mereka bersama-sama Account Director dan Creative Director merancang dan menentukan media strategy. Departemen media ini sesungguhnya merupakan profit center bagi biro iklan, sehingga ada biro iklan yang menjadikan departemen ini sebagai badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. d. Departemen keuangan (Finance department) Bagian ini mengatur lalu lintas pekerjaan dari Client Service Departement ke Creative Departement. Di samping itu, bersama Creative Director harus mampu membagi beban pekerjaan secara merata kepada setiap petugas di Creative Departement.
e. Departemen Research and Monitoring Tidak banyak biro iklan di Indonesia yang memiliki departemen ini. Biasanya mereka meminta bantuan pihak ketiga untuk melakukan riset dan monitoring bagi upaya kampanye periklanannya. Ini bisa dipahami karena biaya untuk pekerjaan riset dan pemantauan (monitoring) ini tergolong mahal dan sistem kerjanya menggunakan metodologi yang melibatkan sumber daya manusia yang terlatih secara khusus. f.
Departemen Produksi (Production Departement) Bagian produksi ada kalanya berada di bawah Departemen keuangan (Finance Departement). Tugasnya tentu saja sebagai kepanjangan tangan dari Departemen Kreatif.
1.4 Inovasi Terdapat banyak pengertian dari parah ahli mengenai inovasi. (Freeman, 2004) menyatakan bahwa inovasi sebagai upaya dari perusahaan melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk yang baru untuk industri. Dengan kata lain inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pervaiz K. Ahmed dan Charles D. Shepherd (2010) berpendapat inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala
aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Inovasi dapat ditunjang oleh beberapa faktor pendukung. Faktor Penunjang Inovasi Menurut (Everett M. Rogers, 2003) antara lain : (1). Adanya keinginan untuk merubah diri, dari tidak bias menjadi bisa dan dari tidak tahu menjadi tahu. (2).Adanya kebebasan untuk berekspresi. (3).Adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreaktif (4). Tersedianya sarana dan prasarana. (5). Kondisi lingkungan/iklim yang harmonis. 1.5 Perilaku Inovatif Pengertian perilaku inovatif menurut (De Jong dan Kemp,2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan,memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. (Brazeal dan Herbert,1997) mengatakan bahwa inovasi adalah implementasi yang berhasil dari ide-ide kreatif . Saat ini tuntutan bagi organisasi agar menjadi inovatif dibandingkan organisasi lain menjadi lebih besar agar organisasi tersebut dapat terus bertahan dan berkompetisi memenuhi kebutuhan pasar atau pelanggannya. Organisasi yang inovatif juga akan lebih mudah menanggapi tantangan lingkungannya dengan lebih cepat dan lebih baik dibandingkan organisasi yang kurang inovatif (Damanpour & Gopalakrishnan, 1998). Dengan adanya inovasi, organisasi akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan lebih mudah berkembang (Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg, 2006). Karena itu, banyak organisasi mulai mempertimbangkan untuk menempatkan inovasi sebagai salah satu visi dan misi yang ingin dicapai atau kompetensi yang harus dipenuhi oleh para karyawannya. 1.6 Iklim Organisasi Secara Bahasa, Iklim tidak hanya memberikan arti yang terbatas pada halhal fisik saja seperti temperature atau tekanan, tetapi juga memiliki arti psikologis
bahwa orang-orang yang berada di dalam organisasi menggambarkan tentang lingkungan internal organisasi tersebut. Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kali dipakai oleh oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological climate). Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Tiaguri mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan perilaku dalam hubungan dengan latar atau tempat (setting) dimana perilaku muncul: lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture), suasana (atmosphere), situasi (situation), pola lapangan (field setting), pola perilaku (behaviour setting) dan kondisi (conditions) Menurut (Lussier, 2005) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya. (Simamora, 2004) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keaneka ragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Sedangkan menurut (Stinger, 2002) mendefenisikan iklim organisasi adalah sebagai suatu koleksi dan pola lingkungan yang menentukan motivasi. (Wirawan ,2008) mendefenisikan iklim secara luas. Ia menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Dari pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa iklim
organisasi merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kualitas lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya. 1.7 Dukungan terhadap Inovasi Sebuah perusahaan yang inovatif harus mendorong karyawan untuk bertindak, berpikir inovatif dan berani mengambil resiko. (Mumford dan Gustafson, 1988;) Mendefinisikan dukungan untuk inovasi sebagai ‘harapan, persetujuan dan dukungan praktis untuk menemukan hal hal baru yang lebih baik di tempat kerja. Sementara itu (Bruce, 1994) mendefinisikan dukungan untuk inovasi adalah kondisi dimana perusahaan. (Kanter, 1983; Siegel & Kaemmerer, 1978) menyatakan bahwa dukungan terhadap inovasi merupakan apresiasi perusahaan terhadap individu perusahaan yang bersikap inovatif dengan mencari ide ide baru juga toleransi perusahaan atas perbedaan ide ide antar individu dalam perusahaan.
1.7.1 Pandangan karyawan atas orientasi perusahaan terhadap kreativitas dan perubahan inovatif. Setiap organisasi atau perusahaan yang inovatif akan mempunyai sebuah pandangan untuk terus melakukan perbaikan secara terus menerus (continues improvement). Untuk itu dibutuhkan pandangan berupa visi untuk mencapai kesuksesannya. Visi adalah apa yang perusahaan inginkan di masa depan. Visi dapat memberikan aspirasi dan motivasi disamping memberikan panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi perusahaan. Pernyataan visi yang efektif adalah menggambarkan secara jelas gambaran dari perusahaan yang ingin dikembangkan. Visi digunakan sebagai pemandu untuk merubah hal–hal yang berhubungan dengan perusahaan. Visi menjelaskan pada karyawan kemana kita akan menuju. Berikut ini dipaparkan definisi visi dari beberapa
pakar atau ahli di bidang organisasi: Definisi visi menurut (Arman, 2008) adalah Visi merupakan pernyataan yang mendefinsikan sesuatu yang ingin dicapai perusahaan/organisasi di waktu yang akan datang. Visi ini perlu untuk di sebarkan agar seluruah anggota perusahan data melakukan pekerjaan sesuai dengan visi tersebut.
1.7.2 Dukungan untuk anggota mereka dalam berfungsi secara bebas dalam mengejar ide-ide baru. Memberkan dukungan inovasi salah satu acaranya adalah memberikan kebebasan pada karyawan untuk menylesaikan pekerjaan secara bebas. Kebebasan dalam bekerja merupakan sebuah cara kerja memberikan kewenangan pada karyawan, sesuai kemauannya, namun bisa memperoleh keuntungan. Berangkat bekerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, namun mampu menyelesaikan tanggung jawabnya (widyarini dan Sugiarto, 2014). Dengan adanya kebebasan tersebut maka karyawan dapat mencari ide ide baru untuk melakukan inovasi yang berguna bagi perusahaan
1.7.3 Toleransi keberagaman di antara karyawan. Keberagaman karyawan merupakan perbedaan individu yang membuat setiap orang memiliki keunikan dan berbeda dari dan sama satu sama lain (Kreitner & Kinicki, 2010; De Beer 2011). Keberagaman terbagi menjadi
dua
jenis
yakni
pertama,
keberagaman
biodemografik,
merepresentasikan karakteristik yang nampak dari diri individu meliputi usia, jenis kelamin, ras atauetnis. kedua, keberagaman task related merepresentasikan atribut yang melekatpada diri individu meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, kompetensi atau keahlian fungsional, dan masa kerja (Miliken & Martins, 1996;Harrison, Price, Horwitz dan Bell, 1998; Horwitz dan Horwitz, 2007). Keberagaman
terkadang
sengaja
diciptakan
dalam
organisasi
bertujuan
untuk
memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi terutama dalam menghadapi era persaingan global (Patrick dan Kumar, 2012; Sayers, 2012). Seperti yang dijelaskan Popescu dan Rusco (2012) bahwa dengan adanya pengelolaan yang aktif dari perusahaan terhadap isu keberagaman yang ada, maka dapat menciptakan perusahaan yang lebih efektif dan efisien
1.7.4 Reward. Penghargaan (reward) adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan. Handoko (2000) mengemukakan beberapa fungsi reward sebagai adalah untuk memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi, memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih, bersifat universal. Adapun tujuan reward seperti yang dikemukakan oleh Taylor (dalam Manullang, 2008) menyatakan tujuan reward adalah menarik (merangsang) seseorang agar mau bergabung dengan perusahaan, mempertahankan karyawan yang ada agar tetap mau bekerja di perusahaan memberi lebih banyak dorongan agar para karyawan tetap berprestasi. Pencapaian tujuan perusahaan agar sesuai dengan yang diharapkan maka fungsi reward harus dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan – penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah dibandingkan dengan tindakan – tindakan reward yang sesudah terjadinya penyimpangan. Oleh karena itu, tujuan reward adalah menjaga hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana, ketentuan – ketentuan dan instruksi yang telah ditetapkan benar – benar diimplementasikan, sebab reward yang baik akan tercipta tujuan reward.
1.8 Pasokan Sumber Daya untuk Inovasi Dukungan Sumber Daya untuk Inovasi berbeda dengan dukungan dukungan terhadap inovasi. dukungan terhadap inovasi merupakan sikap perusahaan yang mendukung atau terbuka dengan adanya pencarian ide ide baru serta menghargai perbedaan pendapat antar individu anggotanya. Pasokan sumberdaya merupakan dukungan langsung atas kebutuhan pencarian inovasi seperti. Pasokan sumber daya untuk inovasi dapat meliputi alokasi waktu untuk menemukan ide ide baru, perlengkapan yang dibutuhkan, serta fasilitas dari perusahaan (Amabile, 1988; Angle, 1989; Taylor, 1963).
1.8.1
Perlengakapan Perlengkapan adalah barang bukan produktif yang mendukung
fungsi produktif (Aple, 1990). Perlengkapan Kantor memiliki peranan yang cukup penting bagi pekerjaan instansi, perlengkapan yang baik, cukup jumlahnya, beraneka ragam jenisnya akan semakin mempermudah pekerjaan para pegawainya. Istilah perlengkapan kantor ini dapat meliputi barang-barang kecil yang digunakan sehari-hari seperti penjepit kertas, staples, pelubang kertas, bolpen dan kertas, tetapi juga mencakup perlengkapan mahal seperti komputer, printer, mesin faksimili, mesin foto kopi dan kas register, serta furnitur kantor seperti bilik, lemari arsip dan meja. Kegunaan perlengkapan yaitu: •
Untuk mendukung aktivitas pekerjaan kantor
•
Mempermudah dan mempercepat proses pelaksanaan kegiatan
•
Memperoleh hasil yang lebih maksimal, baik, dan memuaskan
•
Sebagai asset kantor dan pelengkap kantor.
1.8.2 Fasilitas Fasilitas adalah sumberdaya fisik yang ada dalam sebelum suatu jasa dapat ditawarkan kepada pengguna (Tjiptono, 1997). Fasilitas merupakan segala sesuatu yang memudahkan karyawan dalam bekerja, maka segala fasilitas yang ada yaitu kondisi fasilitas, kelengkapan, desain interior, dan eksterior serta kebersihan fasilitas harus diperhatikan terutama yang berkaitan erat dengan apa yang dirasakan atau didapat karyawan secara langsung. Tidak seperti perlengkapan, fasilitas tidak harus berupa barang tetapi dapat juga berupa insentif, asuransi dan lain lain. Menurut Kotler (2005) mendefinisikan fasilitas yaitu segala sesuatu yang disediakan oleh perusahaan untuk mendukung kenyamanan.
1.8.3 Waktu untuk mencari ide kreatif Harrington (2001) mengatakan jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor / perusahaan yang dibebankan
kepadanya,
kemampuan
berkaitan
dengan
keahlian,
pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu , pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang ditetapkan atasan. Waktu kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja (Robbins,2006). Lain halnya dengan mengalokasikan waktu untuk mencari ide ide kreatif. Dengan adanya alokasi waktu tersebut maka karyawan mendapatkan waktu khusus untuk mengembangkan idenya untuk inovasi perusahaan.
2. Pengembangan Hipotesis 2.1 Pengaruh Dukungan untuk inovasi terhadap perilaku inovatif Perusahaan yang menginginkan adanya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada memerlukan lingkungan yang inovatif. Untuk itu perusahaan memberikan dukungan terhadap pencarian ide ide terkait inovasi di segala lini perusahaan. Dukungan ini meliputi terbukanya perusahaan terhadapa pencarian ide ide baru dan toleransinya terhadap perbedaan pandangan pada individu pada perusahaan. (Kanter, 1983; Siegel & Kaemmerer, 1978) menyatakan dukungan terhadap inovasi merupakan karakteristi perusahaan yang kreatif dan berdapatasi dengan inovasi. H1. Dukungan untuk inovasi berpengaruh terhadap Perilaku Inovatif 2.2 Pengaruh pasokan sumber daya untuk inovasi terhadap perilaku inovatif Dalam proses pencarian ide ide untuk inovasi, dukungan nyata dari perusahaan menjadi cukup penting. Dukungan nyata tersebut dapat dilihat dari pasokan sumberdaya untuk inovasi dari perusahaan. Pasokan sumber daya dapat meliputi fasilitas perusahaan dan alokasi waktu. Menurut (Amabile, 1988; Angle, 1989; Taylor, 1963) dukungan pasokan sumber daya yang meliputi fasilitas, perlengkapan dan alokasi waktu dari perusahaan merupakan hal penting untuk menciptakan perilaku inovatif di perusahaan. H2. Pasokan Sumber Daya Untuk Inovasi berpengaharuh terhadap Perilaku Inovatif 3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran menunjukkan beberapa variabel berbeda yang digunakan dan menggambarkan tentang bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, selanjutnya model kerangka
pemikiran pengaruh dukungan terhadap inovasi dan pasokan sumberdaya terhadap perilaku inovatif adalah sebagai berikut:
Dari model diatas dapat bahwa pebelitian ini menguji pengaruh antara iklim organisasi yang terdiri dari dukungan terhadap inovasi dan pasokan sumber daya untuk berinovasi terhadap perilaku inovatif.