BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamu Gendong Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu gendong adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong merupakan industri rumah tangga yang dibuat dan diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya cukup mudah dan bahan baku banyak tersedia di pasar-pasar atau di toko bahan baku jamu (Suharmiati dan Handayani, 2005). Usaha jamu gendong terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang banyak menggunakannya sebagai minuman penyegar atau obat penyakit ringan. Konsumen jamu gendong banyak tersebar, baik di pedesaan maupun di perkotaan dan diperkirakan semakin meningkat dari hari ke hari. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah penjaja jamu gendong. Menurut data Departemen kesehatan, peningkatan jumlah penjual jamu gendong cukup pesat, yaitu dari 13.128 orang pada tahun 1989 menjadi 25.077 orang pada tahun 1995. Angka tersebut barangkali masih di bawah angka sebenarnya, mengingat sangat banyak penjual jamu gendong sehingga besar kemungkinan banyak yang tidak terdata (Suharmiati, 2003). Penggunaan jamu gendong bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama karena ramuannya terdiri dari bahan alami dan pemakaiannya bertujuan untuk menjaga kesehatan. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi penjual jamu, karena dengan demikian konsumen akan memanfaatkan jamu yang dikehendaki
Universitas Sumatera Utara
dalam waktu yang relatif lama. Hal demikian sesuai dengan tradisi yang berkembang di masyarakat, bahwa minum jamu sudah menjadi kebiasaan seperti halnya orang minum teh. Karena itu para pembuat jamu gendong perlu diberi kesadaran untuk menjaga konsistensi, baik takaran maupun komposisi jamu yang diraciknya, sehingga kepercayaan masyarakat atau konsumen tetap terjaga (Suharmiati, 2003). 2.1.2 Sejarah Jamu Gendong Kata jamu berasal dari kata jampi (dalam krama Jawa kuno). Jampi berarti ramuan ajaib. Jampi-jampi berarti mantera oleh dukun, sedangkan kata menjampi berarti menyembuhkan dengan magis/mantera. Artinya saat dukun membuat jamu, dia harus berdoa meminta restu dari Tuhan (Tilaar, 2010). Pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah, dari kerajaan Mataram yang selanjutnya pecah menjadi Keraton Ngayogjokarto dan Surokarto, penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dilakukan sampai pelosok desa. Hal ini disebabkan sistem transportasi belum maju seperti saat ini. Pusat kesehatan milik kerajaan yang disebut Dinas Kesehatan Kerajaan berkedudukan di ibukota kerajaan. Rumah sakit untuk pengobatan modern yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda juga berada di ibukota. Hal ini mendorong masyarakat untuk berupaya mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang ada. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan oleh “orang pintar”, dukun atau wiku sebagian besar menggunakan ramuan (jamu), sebagian menggunakan ilmu kebatinan dan ada yang menggabungkan kedua cara tersebut. Orang pintar itulah yang pertama kali membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Pembuatan ramuan itu biasanya berdasarkan wangsit atau wahyu. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
demikian ada pula yang berdasarkan ketajaman daya nalarnya untuk mengenal tumbuhan (Suharmiati, 2003). Masyarakat yang tinggal jauh dari rumah orang pintar tersebut, tentunya mengalami kesulitan untuk pergi berobat jika sedang menderita sakit. Keadaan ini mendorong berkembangnya sistem distribusi jamu tersebut. Distribusi jamu pertama kali dilakukan oleh seorang laki-laki atas suruhan dukun berdasarkan pesanan konsumen. Sistem yang dilakukan berupa barter, yakni jamu ditukar dengan
bahan
makanan atau
barang
lainnya.
Hal
ini
dirasa
sangat
menguntungkan, baik oleh sidukun maupun masyarakat pemakai, sehingga kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan pada akhirnya pengiriman jamu dilakukan secara teratur. Pada perkembangan berikutnya penjualan jamu ke desadesa dilakukan secara berkeliling. Penjual jamu laki-laki membawa jamu dengan cara memikulnya dan kaum perempuan melakukan dengan cara menggendongnya (Suharmiati, 2003). Selanjutnya, karena tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk usaha pertanian, penjualan jamu lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Jamu yang dijual pada saat itu banyak dibuat oleh dukun bayi, sehingga jenis jamu yang dijual hanyalah untuk perempuan, terutama yang sedang mengandung atau baru melahirkan. Setelah mengetahui usaha tersebut menguntungkan, penjual jamu mulai menjual jamu buatannya sendiri. Bahkan banyak menarik minat perempuan lain untuk berjualan. Resep-resep jamu yang diperoleh dari para dukun bayi tersebut mulai ditularkan dari mulut ke mulut, sehingga semakin banyak orang yang mengetahuinya (Suharmiati, 2003). Sesudah masa kemerdekaan, banyak penduduk desa yang pindah ke kota untuk mengadu nasib dengan cara menjadi buruh atau berdagang, demikian juga
Universitas Sumatera Utara
para penjual jamu tersebut. Mengingat konsumen yang dilayani berbeda-beda, jenis jamu yang dijual akhirnya berupa jamu-jamu yang mempunyai khasiat lebih umum, seperti cabe puyang, beras kencur dan daun pepaya. Saat ini jenis jamu yang dijual oleh penjual jamu semakin banyak. Meskipun demikian mereka tetap mengembangkan resep-resep yang diturun oleh leluhurnya (Suharmiati, 2003). 2.1.3 Jenis-Jenis Jamu Gendong Jenis jamu gendong yang biasa dijual oleh penjual jamu gendong sangat bervariasi. Hal tersebut tergantung dari kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman tentang jamu yang diminati dan pesanan yang diminta konsumen. Jenis-jenis jamu ini mudah dibuat sendiri di rumah. Beberapa jenis jamu yang dimaksud di antaranya beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci siruh, uyupuyup atau gepyokan, kunir asam, pahitan dan sinom (Suharmiati, 2003). 2.1.4 Pengolahan Jamu gendong Jamu gendong biasanya dibuat dalam jumlah kecil untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau kepentingan keluarga. Namun tidak tertutup kemungkinan jamu gendong dibuat dalam jumlah besar, misalnya untuk dijual atau yang dibuat berdasarkan pesanan. Pembuatan jamu gendong secara umum dibedakan menjadi dua macam, yakni dengan cara merebus seluruh bahan atau mengambil (memeras sari) yang terkandung di dalam bahan baku, kemudian mencampurnya dengan air matang. Beberapa bahan ramuan yang akan direbus dan diperas biasanya diirisiris atau dihancurkan lebih dulu (Suharmiati, 2003). Rasa ramuan sangat bervariasi, tergantung dari ramuannya. Ada yang mempunyai rasa pahit, asam atau segar. Untuk mengurangi rasa yang kurang disukai, dapat ditambahkan bahan-bahan seperti jeruk nipis. Rasa pahit dapat
Universitas Sumatera Utara
dikurangi dengan menambahkan madu, gula merah, gula batu, gula pasir. (Suharmiati, 2003). 2.1.5 Jamu Beras Kencur Jamu beras kencur dapat digunakan untuk menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul setelah bekerja keras. Selain itu jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan menjadi meningkat dan tubuh menjadi sehat (Suharmiati, 2003). Ada beberapa variasi bahan yang digunakan untuk membuat jamu beras kencur. Meskipun demikian, ada dua bahan pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah asam kawak, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulaga, buah asam, kunci, kayu manis, kunir, jeruk nipis dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula pasir dan ditambah sedikit garam (Suharmiati, 2003). Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu air bersama gula merah dan asam kawak dipanaskan hingga mendidih dan dibiarkan sampai dingin. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain saringan. Sari perasan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol (Suharmiati, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sterilisasi Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi yaitu: a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya. Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja. b. Sterilisasi kering, digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri, tabung reaksi. Cara ini cocok untuk alat-alat gelas karena tidak ada pengembunan dan tetes air. c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 1210 C selama 15 menit. d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut melalui lubang saringan yang sangat kecil. e. Incenerasi, yaitu sterilisasi dengan pemanasan atau pembakaran pada api langsung. Misalnya untuk sterilisasi jarum ose dan pinset (Beisher, L, 1991).
Universitas Sumatera Utara
2.3 Bakteri 2.3.1 Uraian Umum Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena materi genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebut dengan sel prokariot. Secara umum, sel bakteri terdiri atas beberapa bentuk, yaitu bentuk basil/ batang, bulat atau spiral. Dinding sel bakteri mengandung kompleks karbohidrat dan protein yang disebut peptidoglikan. Bakteri umunya bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut dengan pembelahan biner. Untuk nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan kimia organik yang dapat diperoleh secara alami dari organisme hidup atau organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri dapat membuat makanan sendiri dengan proses biosintesis, sedangkan bakteri yang lain memperoleh nutrisi dari substansi organik (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003). Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh: 1. Zat makanan (nutrisi) Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya. 2. Keasaman dan kebasaan (pH) Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5 namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau basa.
Universitas Sumatera Utara
3. Temperatur Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 030oC, temperatur optimum adalah 10-20oC. b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 50-60oC, temperatur optimum adalah 25-40oC. c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 50-100oC, temperatur optimum adalah 55-65oC. 4. Oksigen Beberapa spesies bakteri dapat hidup dengan adanya oksigen dan sebaliknya spesies lain akan mati. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Aerobik
yaitu
bakteri yang
membutuhkan
oksigen untuk
pertumbuhannya. b. Anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. c. Anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen. d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen. 5. Tekanan osmosa Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis terhadap isi sel bakteri.
Universitas Sumatera Utara
6. Kelembaban Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya (Pelczar et al, 1988). 2.3.2 Morfologi Bakteri Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: a. Bentuk basil Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun berbentuk rantai pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas: •
Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul.
•
Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
•
Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung tajam.
Contoh: Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella dysenteriae. b. Bentuk kokus Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas: •
Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.
•
Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
•
Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu untaian.
Universitas Sumatera Utara
•
Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai.
•
Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis, Staphylococcus aureus, Sarcina luten. c. Bentuk spiral Dapat dibedakan atas: •
Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan.
•
Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.
•
Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam kemampuannya
melenturkan dan
melengkukkan
tubuhnya
sambil
bergerak. Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida (Volk and Wheeler, 1989). 2.3.3 Fase Pertumbuhan Bakteri Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu: 1) Fase penyesuaian (lag phase) Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian pada lingkungan baru setelah pemindahan untuk menyeimbangkan pertumbuhan. 2) Fase pembelahan (log phase) Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya aktivitas metabolisme sel. 3) Fase tetap (stationary phase)
Universitas Sumatera Utara
Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi tetap. 4) Fase kematian Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial (Lee, J, 1983).
Kurva Fase Pertumbuhan Bakteri (Anonim, 2011) 2.3.4 Media Pertumbuhan Bakteri Pembiakan bakteri di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen, ke dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
I. Berdasarkan asalnya, media dibagi atas: 1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat. 2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, BW, 1994). II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi: 1) Media selektif Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi, contohnya: MSA, PDA, Saboaraut Agar (SA). 2) Media diferensial Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar, contohnya: EMB, SSA. 3) Media diperkaya Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit, beberapa zat organik yang mengandung zat karbon dan nitrogen (Irianto, K, 2006).
Universitas Sumatera Utara
III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas: 1) Media padat/solid 2) Media semi solid 3) Media cair (Irianto, K, 2006) 2.3.5 Bakteri Escherichia coli Berikut sistematika bakteri Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1985): Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat anaerob fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-400 C, optimum pada 370C (Dwidjoseputro, 1985). Escherichia coli merupakan merupakan flora normal yang terdapat pada saluran pencernaan manusia. Flora tetap yang hidup di bagian tubuh manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Flora normal dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya (Brooks, 2001). Bakteri patogen dalam saluran cerna merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri yang paling
Universitas Sumatera Utara
sering menyebabkan infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup dalam usus besar manusia dan hewan, dalam tanah dan dalam air. Karena hidup dalam usus besar manusia, bakteribakteri ini sering disebut bakteri enterik (Radji, 2011). Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan. Sebagian besar penyakit yang disebabkan Escherichia coli ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang terkontaminasi. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam lambung dan enzim-enzim di lambung atau oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menyebabkan penyakit. Mikroorganisme patogen ini selanjutnya dikeluarkan melalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya melaui air, makanan atau jari-jari tangan yang terkontaminasi (Pratiwi, 2008). Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan biasanya terjadi di tempat yang kurang memiliki sanitasi lingkungan yang bersih (Radji, 2011). Organisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran pada air adalah Escherichia coli dan kelompok koliform secara keseluruhan. Escherichia coli, tidak diragukan lagi berasal dari kotoran manusia dan adanya Escherichia coli harus dianggap sebagai petunjuk adanya polusi kotoran yang memerlukan tindakan secepatnya (Buckle, 2007). Hampir semua hewan berdarah panas dapat dikolonisasi oleh Escherichia coli hanya dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah dilahirkan. Kolonisasi pada bayi dapat terjadi oleh bakteri yang ada dalam makanan atau air atau dengan kontak langsung melalui pengasuh bayi. Kolonisasi dalam saluran cerna manusia biasanya terjadi setelah 40 hari dilahirkan. Escherichia coli dapat melekat pada
Universitas Sumatera Utara
usus besar dan bertahan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Perubahan populasi bakteri Escherichia coli terjadi dalam periode yang lama, hal ini dapat terjadi setelah infeksi usus atau setelah penggunaan kemoterapi atau anti mikroba yang dapat membunuh flora normal (Radji, 2011). Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia, seperti infeksi saluran kemih. Infeksi Escherichia coli seringkali berupa diare yang disertai darah, kejang perut, demam dan terkadang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal (Radji, 2011). 2.3.6. Staphylococcus aureus Berikut sistematika bakteri Staphylococcus aureus (Dwidjoseputro, 1985): Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat. Memiliki diameter 0,4 sampai 1 mikron, dengan diameter 0,4 – 1,2 mikrometer. Tidak bergerak dan tidak berspora. Koloni mikroskopik cenderung berbentuk menyerupai buah anggur. Dapat tumbuh pada suhu 20-400 C dan suhu optimum 350 C dan dalam NaCl 15 % (Radji, 2011). Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang terdapat pada kulit manusia. Merupakan jenis bakteri patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan kelainan pada kulit (Radji, 2011). Secara ekologis, Staphylococcus aureus erat sekali hubungannya dengan manusia terutama pada bagian kulit, hidung dan tenggorokan. Dengan demikian makanan dan minuman kebanyakan tercemar
Universitas Sumatera Utara
melalui pengelolaan oleh manusia. Secara keseluruhan organisme ini tidak kuat bersaing dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran penting pada bahan-bahan pangan yang tidak dimasak. Akan tetapi, dalam bahan pangan yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme yang ada telah rusak oleh pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh konsentrasi garam, sel-sel Staphylococcus aureus dapat terus berkembang mencapai tingkat yang membahayakan. Keracunan karena bahan pangan yang tercemar Staphylococcus aureus kebanyakan berhubungan dengan produk bahan pangan yang telah dimasak terutama yang dikelola oleh manusia. Gejala-gajala dari bahan pangan yang tercemar Staphylococcus aureus bersifat
intoksikasi. Pertumbuhan
organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun enterotoksin, dimana apabila termakan dapat mengakibatkan serangan mendadak, yaitu kekejangan pada perut dan muntah-muntah yang hebat. Diare dapat juga terjadi (Buckle, 2007).
Universitas Sumatera Utara