BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gel Pengharum Ruangan Gel pengaharum ruangan adalah pengharum ruangan yang berbentuk gel yang mengandung bahan pewangi. Saat ini dipasaran, produk penghrum ruangan berbentuk gel sangat bevariasi dalam hal aroma, bahan aktif maupun kemasannya. Dengan kemasan yang kecil dan penyimpanan yang mudah menjadikan pengharum berbentuk gel ini lebih praktis dibandingkan dengan pengharum ruangan berbentuk cair yang penggunaanya harus dengan penyemprotan (Poerwadi, et al., 2013). Pengharum berbentuk gel biasanya diletakkan dengan cara digantung atau diletakkan di suatu tempat. Pengharum ruangan berbentuk gel memiliki kestabilan aroma yang relatif singkat, mudah terurai sehingga aman terhadap lingkungan, sedangkan bentuk semprot biasanya menggunakan bahan kimia seperti isobutena, n-butana, propana atau campurannya (Cohen, et al., 2007). 2.2 Bahaya Zat Kimia dalam Pengharum Ruangan Berbagai jenis pengharum ruangan banyak kita jumpai di sekitar kita. Penggunaan pengharum ruangan (air freshener) tidak sajadi gunakan di ruang kerja, alat transportasi seperti mobil, bus, dan kereta api, serta rumah-rumah tinggal juga memakainya. Di pasaran terdapat berbagai jenis bentuk pengharum ruangan diantaranya padat, biasanya pengharum ruangan yang digunakan untuk toilet dan lemari, ada yang cair, gel dan ada juga yang semprot. Sementara penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang diletakkan begitu saja, atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin. Namun kita tidak menyadari adanya
6 Universitas Sumatera Utara
racun dalam udara yang kita hirup. Bahaya pengharum ruangan umumnya tergantung pada jenis atau bentuk maupun pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya. Dari segi bentuk, sediaan yang mudah menguap (aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung melalui sistem pernapasan. Namun kontak yang terjadi melalui kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki tubuh (Kariza, 2015). Cohen dan kawan-kawan (2007), melakukan pengujian pada 14 produk pengharum ruangan, termasuk yang berlabel all natural, dan menemukan hampir semua (kecuali duaproduk) mengandung phtalate, yaitu bahan kimia sintetik yang dapat mengakibatkan asma, gangguan endokrin, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Phtalate diketahui mengganggu produksi hormondan testosteron. Anakanak dan bayi rentan terhadap bahan ini. Selain itu pengharum ruangan sintetis justru mengisi rumahdengan bahan kimia berbahaya. Produk pengharum ruangan dapat menutupi aroma tidak sedap tetapi bahan kimia berbahaya masih tetap ada di dalam produk tersebut. Di pasaran terdapat dua jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar3-5 jam). Pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Namun, pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, di antaranya isoparafin, dietil phtalat atau campurannya.
Sementara
jenis
pewangi
yang
disemprotkan
umumnya
7 Universitas Sumatera Utara
mengandung isobutane, n-butane, propane atau campurannya.Untuk bentuk gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti limonene, benzyl acetate, linalool, citronellol, ocimene, dan sebagainya. Semua zat pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zatzat pewangi. Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Association (IFRA) di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek negatif bagi kesehatan. Penggunaan gel pengharum ruangan alami merupakan salah satu solusi yang bias dikembangkan melalui penelitian sehingga lebih aman untuk kesehatan (Kariza, 2015). 2.3 Karagenan Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida hasil ekstraksi dari rumput laut. Sebagian karagenan mengandung natrium, magnesium dan kalsium yang dapat terkait pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan, farmasi, serta kosmetik sebagai bahan pembuat gel dan pengental atau penstabil.
Karagenan
karakteristiknya
yang
dapat
digunakan
dalam
dapat
berbentuk
gel,
industri
bersifat
pangan
karena
mengentalkan
dan
menstabilkan material sebagai fungsi utamanya. Polisakarida tersebut digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya yang dapat digunakan untuk
8 Universitas Sumatera Utara
mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan utamanya, mengendalikan tekstur dan menstabilkan makanan (Rosmawaty dkk., 2014). Karagenan adalah nama umum dari golongan polisakarida pembentuk gel dan pengental yang diperoleh secara komersial melalui proses ekstraksi dari spesies alga merah (Rhodopyceae) tertentu. Beberapa spesies utama yang saat ini digunakan untuk memproduksi karagenan berasal dari genera-genera seperti Gigartina, Chondrus crispus, Iridaea, dan Euchema (Van de Velde dan De Ruiter, 2005). Karagenan dibagi kedalam tiga kelas berdasarkan posisi gugus sulfat nya dan ada atau tidaknya anhidrogalaktosa. Kappa karagenan tersusun atas α-(1,3) Dgalaktosa-4-sulfat
danβ-(1,4)
3,6-anhidrogalaktosa.
Kappa
karagenan
mengandung 25% estersulfat dan 34% 3,6-anhidrogalaktosa. Jumlah 3,6anhidrogalaktosa yangterkandung dalam kappa karagenan adalah yang terbesar diantara dua jenis karagenan lainnya. Iota karagenan tersusun atas α-(1,3)Dgalaktosa-4-sulfat dan β-(1,4) 3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat. Iota karagenan mengandung 32% ester sulfat dan 30% 3,6-anhidrogalaktosa. Lambda karagenan tersusun atas α-(1,3) D-galaktosa-2-sulfat dan β-(1,4) D-galaktosa-2,6-disulfat. Lambda karagenan mengandung 35% esters ulfat dan hanya mengandung sedikit atau tidak mengandung 3,6-anhidrogalaktosa. Kappa karagenan mempunyai sifat dapat membentuk gel yang kuat daripada iota karagenan, sedangkan lambda karagenan tidak dapat membentuk gel (Imeson, 2000). Struktur kimia ketiga jenis karagenan tersebut disajikan pada Gambar 2.1. Gugus
molekul
yang
diberi
lingkaran
merah
merupakan
gugus
9 Universitas Sumatera Utara
3,6anhidrogalaktosa, sedangkan gugus molekul yang tidak diberi lingkaran merah adalah gugus galaktosa.
Gambar 2.1 Struktur kimia kappa, iota, dan lambda karagenan (Bubnis 2000) Selain ketiga jenis tipe karagenan tersebut, terdapat pula dua jenis tipe karagenan lain yaitu, mu (μ) dan nu (ν) karagenan. Komponen penyusun karagenan disajikan secara lengkap pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Komponen penyusun karagenan Jenis karagenan Iota karagenan Kappa karagenan Lambda karagenan Mu karagenan Nu karagenan
Komponen penyusun D-galaktosa-4-sulfat, 3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat D-galaktosa-4-sulfat, 3,6-anhidrogalaktosa D-galaktosa-2-sulfat, D-galaktosa-2,6-disulfat D-galaktosa-4-sulfat, D-galaktosa-6-sulfat D-galaktosa-4-sulfat, D-galaktosa-2,6-disulfat
Sumber : Glicksman (1979)
10 Universitas Sumatera Utara
Mu (µ) karagenan merupakan prekursor dari kappa karagenan sedangkan nu (ν) karagenan adalah prekursor dari iota karagenan (Imeson, 2000). Kedua jenis karagenan ini tidak memiliki gugus 3,6- anhidrogalaktosa tetapi memiliki gugus sulfat yang berikatan dengan C6 dari gugus galaktosa seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur kimia mu (µ) karagenan (Bubnis, 2000) Menurut Bubnis (2000), gugus sulfat yang berikatan dengan C6 dapat menghambat terjadinya proses pembentukan gel. Hal ini disebabkan gugus sulfat tersebut membuat rantai panjang polisakarida menjadi kaku (kink) sehingga tidak bisa membentuk heliks. Adanya enzim ”dekinkase” yang terdapat pada rumput laut dapat memecahikatan gugus sulfat tersebut dan menghasilkan 3,6-anhidro galaktosa seperti disajikan pada Gambar 2.3. Penambahan alkali pada proses ekstraksi rumput laut juga membantu proses pemutusan ikatan pada gugus sulfat. Hal ini menyebabkan berubahnya struktur mu (µ) karagenan menjadi kappa karagenan. Proses yang sama juga terjadi pada struktur nu karagenan yang berubah menjadi iota karagenan.
Gambar 2.3 Proses perubahan struktur µ karagenan menjadi kappa karagenan (Bubnis, 2000)
11 Universitas Sumatera Utara
Aplikasi utama karagenan yaitu pada industri makanan terutama produk susu. Pada industri makanan, karagenan digunakan sebagai penstabil, pemadat, pembuat gel, dan zat tambahan dalam proses pengolahan cokelat, susu, puding, susu instan, dan makanan kaleng (Kiswanti 2009). Pada produk keju dan es krim, karagenan berfungsi sebagai penstabil, pengontrol tekstur produk dan pengikat air. Pada produk cokelat dan susu, selain berfungsi sebagai penstabil, karagenan dapat memberikan kesan lembut pada mulut. Karagenan dapat digunakan pada produk daging. Penggunaan semi refined karagenan terbesar adalah untuk makanan ternak, yaitu 5.500 ton setiap tahunnya. Kappa karagenan yang ditambahkan pada susu cokelat dapat mencegah terjadinya pemisahan lemak dan menstabilkan cokelat (Van de Velde dan De Ruiter, 2005). Saat ini, pemanfaatan karagenan tidak hanya terbatas pada industri makanan saja, tetapi juga pada industri-industri lain seperti farmasi, kosmetika, bioteknologi, tekstil, dan lain sebagainya. Pada industri farmasi, karagenan digunakan sebagai bahan pengental (suspensi), emulsi, dan penstabil pada proses pembuatan pasta gigi, obat-obatan, minyak mineral, dan lain-lain. Menurut Hargreaves (2003), penggunaan karagenan pada formulasi pembuatan gel pengharum ruangan adalah 3%. Selain itu, karagenan juga digunakan dalam industri tekstil, cat, dan keramik. Industri pasta gigi merupakan industri terbesar di Indonesia yang menggunakan karagenan, hal ini dikarenakan kemampuan karagenan sebagai pengental dalam pasta gigi untuk mengikat air secara efektif dan membentuk gel yang lunak yang sangat stabil terhadap degradasi enzimatis (Kiswanti, 2009).
12 Universitas Sumatera Utara
2.4 Gom Xantan
Gambar 2.4 Struktur kimia xanthan gum (Rowe, et al., 1003). Xanthan gum adalah polisakarida alami dan biopolimer industri yang penting. Diproduksi melalui kultur fermentasi murni dengan karbohidrat yang terjadi secara natural, bakteri yang digunakan yaitu Xanthomonas campestris, Xanthomonas malvacearum dan Xanthomonas axonopodis. Xanthan gum adalah asam polimer terbuat dari subunit pentasaccharide membentuk tulang punggung selulosa dengan trisakarida rantai samping terdiri dari mannosa (β 1,4) dan asam glukuronat (β 1,2) (Padmaja, et al., 2013). Xanthan gum memiliki tiga sifat unggul yaitu, memiliki viskositas yang tinggi pada konsentrasi rendah, bersifat pseudoplastik dan tidak peka terhadap temperatur, pH dan konsentrasi elektrolit. Ketiga sifat unggul tersebut menjadikan gom xantan sangat berperan penting dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, kertas, cat, tekstil dan perekat. Selain itu juga berperan dalam industri minyak dan industri gas (Jeeva, et al., 2011). Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang tidak tiksotrofik. Xanthan
13 Universitas Sumatera Utara
gum pada konsentrasi rendah larutannya kental, pada perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya. Xanthan gum dinyatakan aman digunakan dalam pangan sebagai pengemulsi, pengental, dan pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989). Xanthan gum telah digunakan dalam berbagai macam makanan untuk sejumlah alasan penting, termasuk stabilisasi emulsi, stabilitas suhu, kompatibilitas dengan bahan makanan, dan sifat reologi pseudoplastik nya. Karena fungsinya yang dapat digunakan sebagai pendispersi, pengemulsi dan pensuspensi, xanthan gum dapat digunakan dalam formulasi farmasi, kosmetik dan pertanian (Garcia, et al., 2000). Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah (0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film yang liat dan lentur. Xanthan gum ini memiliki banyak kelebihan dengan jenis gum lainnya yaitu memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi gum yang rendah, memiliki viskositas yang relatif stabil pada pengaruh pH dan suhu (Winarno, 1994). 2.5 Minyak Nilam Tanaman nilam telah berkembang di daerah Aceh, Langkat (Sumatera Utara), Pasman (Sumatera Barat), Sukabumi (Jawa Barat) dan Purwokerto (Jawa Tengah). Orang asing menyebutnya patchouly,sedangkan di Indonesia sendiri memiliki beberapa nama daerah dilem, nilam (Sumatera), remi, kawini (Sumba), pisak (Alor), dan ugapa (Timor). Tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropik tanaman ini termasuk family labiatae dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3-1,3 meter. Tanaman nilam berakar serabut,
14 Universitas Sumatera Utara
berbatang lunak dan berbuku-buku. Buku batangnya menggembung dan berair, warna batangnya hijau kecoklatan (Santoso, 1990). Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar di tengah, meruncing ke ujung dan tepinya bergerigi. Tulang daunnya bercabang-cabang ke segala penjuru. Bila daun nilam di remas-remas akan berbau harum. Oleh karena itu masyarakat desa sering menggunakannya untuk mandi atau mencuci pakaian sebagai pengganti sabun dan sekaligus untuk memberi bau wangi. Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga, karena minyak nilam yang baik berasal dari daunnya. Tanaman nilam tidak selalu berbunga, tergantung pada jenisnya. Nilam yang berbunga, bunganya berwarna putih dan tersusun di tangkai. Jenis nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi minyaknya juga jelek (Santoso, 1990). 2.5.1 Jenis nilam 1. Pogostemon cablin, Benth Nilam jenis ini daunnya agak membulat seperti jantung, di bagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya nampak pucat. Nilam jenis ini tidak atau jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya tinggi sekitar 2,5-5% dan komposisi minyaknya bagus (Santoso, 1990). 2. Pogostemon heyneanus, Benth Nilam jenis ini daunnya lebih tipis daripada daun nilam jenis Pogostemon cablin dan ujungnya agak runcing. Spesifikasi nilam jenis ini adalah berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0,5-1,5% dari berat daun kering. Komposisi minyaknya jelek (Santoso, 1990).
15 Universitas Sumatera Utara
3. Pogostemon hortensis, Backer Bentuknya hampir sama dengan Pogostemon heyneanus. Daunnya tipis, ujung daun agak runcing dan tidak berbunga. Kadar minyaknya rendah 0,5-1,5% dari berat daun kering dan komposisi minyaknya jelek (Santoso, 1990). Daun nilam dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya: a. daun nilam dapat dipergunakan untuk pelembab kulit, dengan cara menggosok-gosokkan daun nilam yang segar ke seluruh bagian tubuh. Di samping itu juga dapat dipakai untuk menghilangkan bau badan dan gatalgatal akibat gigitan nyamuk atau semut. b. daun nilam dapat digunakan sebagai pewangi (aroma) masakan atau kue. Caranya melalui proses oksidasi, kemudian kemudian dihidrolisi oleh isogeunolasetat, sehingga daun nilam menjadi tepung berwarna putih yang dapat dipakai penyedap (aroma) masakan. c. daun nilam juga dapat dipergunakan juga untuk obat antiinfeksi. Caranya daun nilam ditumbuk halus dan dipakai untuk kompres bagian badan yang luka. 2.5.2 Manfaat minyak nilam Minyak nilam merupakan bahan baku yang penting untuk industri wewangian dan kosmetika. Minyak nilam mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: sukar tercuci, sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya, dapat larut dalam alkohol dan dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya. Karena sifat-sifat nya inilah minyak nilam dipakai sebagai fiksatif untuk industri wewangian. Kandungan yang terdapat di dalam minyak nilam meliputi patchouli
16 Universitas Sumatera Utara
alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde, dan cadinene (Santoso, 1990). 2.5.3 Mutu minyak nilam Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal dengan nama patchouli oil. Karakteristik minyak nilam menurut patokan Essential Oil Associaton of USA (EOA) sebagai berikut (Lutony, 1994): a. penampilan, warna dan bau: cairan berwarna cokelat kehijauan sampai berwarna cokelat tua kemerahan. Aromanya khas, awet dan sedikit mirip barus atau kamper. b. berat jenis pada 25°C: 0,950-0,975 c. putaran optik: (-48) – (-65)° d. indeks refraksi pada 20°C: 1.5070-1.5150 e. bilangan asam: maksimum 5% f. bilangan ester: maksimum 10% g. bilangan penyabunan: maksimum 20% h. kelarutan dalam alkohol 90%: larut dalam 10 volume Sedangkan standart mutu minyak nilam yang selama ini diberlakukan di Indonesia menurut SP-6-1975 dan revisi bulan Maret 1982 sebagai berikut (Lutony, 1994): a. warna kuning muda sampai cokelat tua b. bobot jenis pada 25°C: 0,943-0,983 c. bilangan asam: maksimum 5% d. bialangan ester: maksimum 10% e. kelarutan dalam etanol 90%
17 Universitas Sumatera Utara
f. bau segar, khas minyak nilam g. putaran optik (-47) – (-66)° 2.6 Minyak Kenanga Kenanga termasuk jenis tanaman sumber minyak atsiri yang berprospek baik untuk dikembangkan. Daerah asal tanaman ini belum diketahui pasti. Hanya beberapa sumber menyebutkan bahwa kenanga berasal dari kawasan Asia Tenggara. Sementara sumber lain lebih menegaskan, kenanga kemungkinan besar merupakan tanaman asli dari Kepulauan Maluku. Tanaman kenanga yang menghasilkan minyak atsiri ini dipustakakan dengan nama latin Canangium odoratum termasuk dalam suku Annonaceae (Lutony, 1994). Kenanga (Canangium odoratum) adalah tumbuhan berbatang besar sampai diameter 0,1-0,7 meter dengan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenanga mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini dapat mencapai 5-20 m. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari enam lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi tiga lembar daun berwarna hijau. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga kenanga beraroma harum dan khas (Armando, 2009). Minyak kenanga adalah jenis minyak atsiri yang diperoleh dari bunga.Warna minyak nya kuning muda sampai kuning tua dengan aroma yang khas, yaitu tajam menusuk hidung. Minyak ini sering digunakan sebagai bahan campuran untuk parfum dan aroma terapi. Bunga kenanga adalah jenis minyak bunga yang diperoleh melalui penyulingan. Kandungan kimia yang terkandung dalam minyaknya harus terekstrak dalam keadaan segar. Bunga kenanga yang
18 Universitas Sumatera Utara
terbaik untuk diambil minyaknya adalah bunga yang telah mekar dan berwarna kuning (Yuliani dan Suyanti, 2012). Bunga kenanga yang baik dan tepat untuk dipanen adalah bunga yang warnanya sudah mulai kuning atau kuning benar.Bunga yang masih berwarna hijau masih kurang wangi sehingga tidak dianjurkan dipanen. Bunga yang berwarna hijau menghasilkan minyak atsiri yang bermutu jelek (Lutony, 1994). Minyak kenanga banyak digunakan dalam industri aromaterapi. Kesan aroma yang dihasilkan dari minyak kenanga adalah floral, manis, dan sedikit kekayuan. Minyak kenanga dimanfaatkan untuk mengurangi rambut berminyak, mengobati gigitan serangga, menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi stres dan depresi, serta mengharumkan ruangan (Fitrah, 2013). Kandungan kimia minyak atsiri bunga kenanga ini adalah golongan aldehid, keton, aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa (metal antranilat), golongan terpen (d-terpen), golongan fenoldan fenol eter (fenol, eugenol, isoeugenol, metil salisilat, benzilsalisilat), alkohol dan ester (metilbenzoat, llinalool, terpineol, benzil alkohol, fenil-etil alkohol, geraniol, fernesol), dan sesquisterpen
(d-caryophyllen,
sesquisterpen-alifatis,
l-sesquisterpen,
dsesquisterpen) (Guenther, 1987). 2.7 Propilen Glikol Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10 (Ditjen, POM., 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan
19 Universitas Sumatera Utara
kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak (Ditjen, POM., 1979). Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, desinfektan, humektan, solven, stabilizer dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Propilen glikol secara luas digunakan sebagai solven, ekstraktan dan pengawet pada beberapa formulasi sediaan parenteral dan non parenteral. Propilen glikol juga digunakan pada industri kosmetik dan makanan sebagai pengemulsi. Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat (Rowe, et al., 2003). 2.8 Natrium Benzoat Natrium benzoat (C7H5NaO2) mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Simpan dalam wadah tertutup baik (Ditjen, POM, 1995). Natrium benzoat digunakan terutama sebagai pengawet pada kosmetik, makanan dan sediaan farmasi. Digunakan pada konsentrasi 0,02-0,5% untuk pengobatan oral, 0,5% untuk sediaan parenteral dan 0,1-0,5% untuk kosmetik (Rowe, et al., 2003).
20 Universitas Sumatera Utara