BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Agus Sartono (2008:281). Menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa: Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan. Kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167) menyatakan bahwa: Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan.
16
17
Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan, dividen dapat dibedakan atas dua jenis yaitu; dividen tunai (cash dividend) dan dividen saham (stockdividend). Dividentunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsitertentu. Nilai suatu dividen tunai tentunya sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu dividen saham dapat dihitung dengan rumus harga wajar dividen saham dibagi dengan rasio dividen saham. Berdasarkan periode satu tahun buku maka dividen dapat dibagi atas dua jenis, yaitu dividen interm dan dividen final. Dividen interm merupakan dividen yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau antara dividen final satu dengan dividen final berikutnya. Di Indonesia pada umumnya dividen interm hanya dibayarkan satu kali dalam setahun. Dividen final merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku berikutnya.Dividen final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan dividen interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut. Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacammacam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269), macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut: 1) Kebijakan dividen yang stabil Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama
18
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. 2) Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. 3) Kebijakan dividen dengan penetapan Dividend Payout Ratio yang konstan Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan Dividend Payout Ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan Dividend Payout Ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. 4) Kebijakan dividen yang fleksibel Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan Dividend Payout Ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Stock dividendadalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia sahamyang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima stock dividend. Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.. Tujuan perusahaan memberikan
19
stock dividend adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi yang lebih menguntungkan. 2.1.2. Kebijakan Dividen Merupakan salah satu return yang diperoleh oleh pemegang saham dalam kegiatan menanam modal di perusahaan selain capital gain. Kebijakan dividen mengenai keputusan apa yang akan diambil oleh perusahaan terhadap laba yang diperoleh perusahaan apakah akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba perusahaan sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya apabila laba yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai laba ditahan, maka kemampuan pembentukan dana intern perusahaan akan semakin besar(Putri dan Iin, 2012). Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, maka dapat diartikan oleh investor sebagai sinyal harapan manajemen tentang membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda, yaitu pemegang saham dan perusahaan itu sendiri. Dividend Payout Ratio (DPR) menentukan jumlah laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan yang mana menunjukan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan berupa dividen kas, apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar maka laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil
20
(Prapaska, 2012). Menurut Jusriani (2013) menjelaskan Dividend Payout Ratio yaitu persentase dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dari laba bersih setelah pajak. Dividend Payout Ratio dihitung dengan cara membandingkan antara dividen yang dibagi dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk prosentase. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah intern financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya apabila Dividend Payout Ratio semakin kecil maka akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi intern financial perusahaan akan semakin kuat. Aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai antara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan diperusahaan (Prapaska, 2012). 1) Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio atau rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12). Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah
21
modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).Jadi dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Berikut cara untuk menghitung DER/rasio hutang: DER = (Debt to Equity Ratio)
Total Hutang Modal (Equity)
(1)
2) Return on Equity Return on Equity (ROE) adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya tingkat pendapatan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya pula tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang saham/ pemilik perusahaan. Berikut cara menghitung Return on Equity(Syamsuddin, 1996:58):
ROE (Return on Equity)
=
Net Income Equity
x 100%
(2)
22
3) Return on Investment Return on Investment (ROI) atau yang sering juga disebut dengan Return on Total Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah aktiva yang tersedia didalam perusahaan semakin tinggi rasio ini, dapat dikatakan semakin baik pula keadaan perusahaan. Berikut cara menghitung Return on Investment (Syamsuddin, 1996:58):
ROI = (Return on Investment)
Net profit after taxes Total Assets
x 100%
(3)
4) Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan merupakan suatu faktor yang penting bukan hanya sebagai proksi pada biaya keagenan (dimana dapat diharapkan lebih tinggi pada perusahaan dengan ukuran yang lebih besar) tetapi juga disebabkan biaya transaksi yang berhubungan dengan penerbitan saham sehubungan dengan ukuran perusahaan (Smith, 1997 dalam Atok (2007). Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal sehingga mampu memperoleh dana yang lebih besar dan perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi (Michell Suherli dan Sofyan S. Harahap, 2004). Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya
23
adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Abdul Halim, 2007). Adapun perhitungan ukuran perusahaan menurut Yusuf dan Soraya (2004), Hasan dan Bahir (2003), Nugraheni dan Hapsoro (2007), dan Arini(2009) adalah sebagai berikut :
Firm Size = Ln TA
(4)
Ukuran(size) suatu perusahaan dapat di-proxy-kan dengan nilai kapitalisasi sahamnya di pasar modal. Saham-saham dengan nilai kapitalisasi kecil dan besar mempunyai perbedaan sensitivitas terhadap faktor risiko yang merupakan faktor penting untuk memberi pricing asset (Chan, Hamao dan Lakonishok, 1991 dalam Nadjibah (2008).
5) Net Profit Margin Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih (net profit) dengan penjualan (sales). Net profit di sini adalah sisa dari hasil penjualan setelah seluruh biaya-biaya dikurangi termasuk bunga dan pajak. Dengan demikian rasio ini akan mengukur besarnya laba bersih yang dicapai oleh perusahaan dari sejumlah penjualan yang telah dilakukan. Berikut cara menghitung Net Profit Margin(Syamsuddin, 1996:58):
Net Profit Margin
=
Net profit after taxes Sales
x 100%
(5)
24
2.1.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan antara lain oleh : 1) Dwi Purwanti dan Peni Sawitri (2010) Mereka berdua menganalisis dampak rasio keuangan terhadap kebijakan dividen. Dalam menganalisis dampak rasio keuangan terhadap kebijakan dividen, mereka menggunakan lima variabel yaitu: Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) dan Total Asset Turn Over (TATO). Metode yang mereka gunakan dalam penelitian adalah analisis linear berganda.Hasil dari penelitian mereka menyatakan bahwa variabelDER, ROI, dan TATO berpengaruh signifikan terhadap cash dividend. 2) Eka Nurfitriana (2011) Beliau menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan maufaktur yang terdaftar di BEI.Terdapat 5 variabel independen yang beliau gunakan untuk mengukur rasio keuangan yang berpengaruh dominan terhadap kebijakan dividen, 5 variabel tersebut antara lainDebt to Equity Ratio (DER), Debt to Total Asset (DTA), Return on Equity (ROE), Return on Asset, dan Cash Ratio (CR). Beliau menyimpulkan bahwa setelah kelima variabel tersebut diuji secara serentak/simultan maka kelima variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. 3) Isfenti Sadalia dan Nurul Sari Syafitri Saragih (2011) Kedua orang ini menganalisis pengaruh profitability dan investment oportunity set terhadap dividen tunai pada perusahaan terbuka di BEI. Mereka menganalisis
25
profitabilitas yang di-proxy-kan oleh variabel Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity(ROE). Mereka juga menganalisis investment oportunity set dengan diproxy-kan oleh variabel Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Market to Book Value of Equity (MVE/BVA). Dari hasil analisis mereka dengan menggunakan uji-t atau parsial, hanya NPM dan ROE saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan lainya tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap kebijakan dividen. 4) Kartika Nuriningsih (2012) Beliau melakukan penelitian tentang pengaruhkepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Didalam penelitian in,i beliau menerangkan teori yang sudah tidak asing lagi di dunia perekonomian yaitu bird in the hand theory. Didalam penelitianya, hanya variabel Managerial Ownership dan Ukuran perusahaan (Firm Size) yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 5) Febryanno Raissa (2013) Didalam penelitiannya, beliau menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang tercatat di BEI. Di penelitian ini beliau menggunakan empat variabel independen, yaitu free cash flow, profitability, Debt to Equity, dan Asset Growth yang mana pada hasil penelitiannya yang menggunakan uji-t/parsial hanya variabel profitabilitas yang mempunyai pengaruh positif dansignifikan terhadap kebijakan dividen.
26
6) Aggy Eka Ressy dan Anis Chariri (2013) Di dalam penelitianya mereka menganalisis kinerja keuangan, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan pertumbuhan. Perusahaan dan kebijakan hutangdan hasilnya adalah variabel Profitabilitas, Arus Kas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang memiliki pengaruh secara simultan terhadap Kebijakan Dividen. Kelima variable tersebut mampu menjelaskan Kebijakan Dividen sebesar 17,3% saja sedangkan 82,7% diterangkan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hasil analisis parsial ditemukan bahwa hanya Profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap Kebijakan Dividen, namun Arus Kas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen. 7) Isa Febrianti (2014) Disini beliau meneliti tentang pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Firm Size,Current Ratioterhadap kebijakan dividend dan hasil penelitian menunjukkan ROA memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR). Hal ini dapat terjadi karena faktor perhitungan dalam pembayaran dividen adalah berdasarkan laba bersih yang diperoleh perusahaan. Lalu Hasil penelitian menunjukkan DER tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR). Hal ini dapat terjadi akibat dana dari eksternal memiliki sifat tidak mempengaruhi pembayaran dividen, hasil penelitian menunjukkan firm size tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR). Hal ini terjadi karena perusahaan manufaktur sudah merupakan perusahaan dengan skala ukuran yang besar, hasil penelitian menunjukkan current ratio memiliki pengaruh
27
positif terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR). Hal ini terjadi karena kelancaran dividen tunai tergantung pada ketersediaan kas likuid yang dimiliki perusahaan, hasil penelitian menunjukkan growth memiliki pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR). Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka proporsi pembagian dividennya akan semakin rendah karena perusahaan lebih memilih menggunakan dananya untuk membiayai internal perusahaan. 8) Erfan Dwi Rendra Graha(2014) Dalam penelitianya beliau menggunakan variabel Profitabilitas, Cash Flow, Growth, Rasio Pasar, Tax ,Leveragesebagai variabel independen. Hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:Profitabilitastidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Leverage berpengaruh terhadapkebijakan dividen. Arus kas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Pertumbuhan (Growth) tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen..Pajak (Tax) tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen.. Rasio pasar berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 9) Eva Larasati (2011) Didalam penelitianya beliau menggunakan variabel independen Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Intitusional. Dan hasilnya adalah Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusionalberpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan Dividen.Terakhir, kebijakan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan.
28
10) Anggit Satria Pribadi dan R. Djoko Sampurno (2012) Kedua orang tersebut melakukan penelitian dengan mengggunakan Cash Position (CP), Firm Size, Growth Opportunity Ownership, Return on Asset (ROA) sebagai variabel yang hasilnya sebagai berikut: Variabel cash position mempunyai pengaruh yang negatif serta signifikan terhadap variabel DPR.Variabel firm size mempunyai pengaruh yang negatif serta signifikan terhadap variabel DPR.Variabel growth opportunity mempunyai pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap variabel DPR.Variabel ownership mempunyai pengaruh yang positif serta signifikan terhadap variabel DPR.Variabel Return on Asset (ROA) mempunyai pengaruh
yang
positif
serta
signifikan
terhadap
variabel
DPR.
TABEL T 2.1 PENELITIIAN TERDAHU ULU
No 1.
JJudul Dampak Rasio R Keuangan n terhadap Kebijakan Dividen (Dwi Purw wanti dan Peni Sawiitri, 2010)
Variabell Debt To Equityy Ratio (DER) Return on OI) Investment (RO Total Asset Turrn Over (TATO) Earning per Sh hare (EPS) Price Book Vallue (PBV)
Alat SPSS
Hasil Pada uji regrresi secara parssial, diketahui bahwa DER, RO OI dan TATO berpeengaruh signifik kan terhadap ca ash dividend ddengan tingkat signiffikan sebesar 5% % (0,05). Pada uji reggresi secara berrsama sama (sim multan), dimanaa uji-f kelima variiabel tersebut: EPS, DER, PBV, ROI, T TATO berpengaruh signifikan terh hadap cash diviidend dengan tiingkat signifikan sebbesar 5% (0,05). Tidak ada vvariabel yang berpengaruh dom minan pada Divvidend Payout Ratioo. Hal ini dikaren nakan adanya ko ondisi krisis ekonnomia global
2.
h Rasio Pengaruh Keuangan n terhadap Kebijakan Dividen pada Peru usahaan Manufakttur yang Terdaftarr di Bursa Efek Indo onesia (BEI). (Eka Nurrfitria, 2011)
Debt To Equityy Ratio (DER) A Debt to Total Asset (DTA) Return on Equiity (ROE) Return on Asseet (ROA) Cash Ratio (CR R)
SPSS
Dari hasil annalisis secara serentak (simultaan), diketahui bbahwa kelima rasio tersebut berpen ngaruh signifikaan terhadap kebijakan D Payou ut Ratio. dividen yangg diukur dengan Dividend Dari analisiss secara parsial, yang berpengaaruh signifikan hanya DER dan RO OE. Dari peneliitian tersebut variabel yan ng paling dom minan mempengaruuhi DPR adalah ROE. R
3.
Analisis Pengaru A uh K Kepemilikan M Manajerial, K Kebijakan Utang, R ROA, dan Ukuran P Perusahaan terh hadap K Kebijakan Divid den. (K Kartika Nuringgsih, 20 012)
4.
Pengaruh P P Profitability dan In nvestmentOpporrtunit yS Set Terhadap D Dividen Tunai p pada P Perusahaan Terb buka di Bursa Efek In ndonesia. (Isfen nti Sadalia dan Nurrul Sari Syafitri Sarragih, 20 011)
Kepemiilikan Manajerrial (Manag gerial Ownersship) Kebijak kan Utang (Debt Policy) P Profitab bilitas (ROA). Ukuran Perusahaan (Firm Size) S Return on o Equity (ROE) Net proffit Margin (NPM) Market to Book Value off Assets (MVA/B BVA) Market to Book Value of Equity (MVA/B BVE) Capital Addition to Book Va alue of Assets (CAP/BVA) ( Property ty, Plant & Equipm ment to The Book Va alue of Assets (PPE/BVA) (
SPSS
Variabeel Managerial Ownership O tidak membuktikan ppengaruh negatiff terhadap kebijak kan dividen. Variabeel kebijakan utang u membuktikan pengaruh negatif terhadaap kebijakan diviiden. Variabeel ROA mem mbuktikan pengaruh negatif tterhadap kebijakkan dividen. Variabeel Firm Size membuktikan m pen ngaruh positif tterhadap kebijakkan dividen, tetap pi tidak signifikaan.
SPSS
Hasil uj uji secara serentaak atau uji simu ultan (uji-f) mennunjukan bahwa ROA, NPM, MVA/BVA, M PPE E/BVA secara bbersama sama m mempunyai peng garuh yang sign nifikan terhadap dividen tunai. Hasil uuji individual atau a secara parssial (uji-t) mennunjukan bahwa hanya variabeel ROA dan NPM yangmem mpunyai pengaruuh positif dan n signifikan teerhadap dividenn tunai sedangkkan variabel MVA/BVA dan d PPE/BVA A tidak mempuunyai pengaruh yang y signifikan terhadap t dividenn tunai.
5.
Faktor-faktor yaang F M Mempengaruhi K Kebijakan Divid den pada Perusahaan n ya ang Tercatat dii B Bursa Efek In ndonesia. (Febrryano R Raissa, 2013)
ash Flow Free Ca Profitab bility Debt to Equity Asset Growth G
6.
Pengaruh Kinerj P rja K Keuangan Terhaadap K Kebijakan Divid den D Bursa Efek Di In ndonesia. (Aggyy Eka R Ressy dan Anis C Chariri, 2013)
Kinerja Keuangan Profitab bilitas Arus Ka as Ukuran Perusah haan Pertumb buhan. Perusah haan Kebijakkan Hutang
Berdasaarkan hasil uji seecara simultan (u uji-f) dapat disim mpulkan bahwa ffree cash flow, profitability, Deebt to Equity, daan Asset Growthhberpengaruh signifikan s terhaadap Dividend Payout Ratio. s parsial (u uji-t) dapat disim mpulkan Berdasaarkan hasil uji secara bahwa hanya variabel Debt D to Equity yang y berpengaruuh positif dan signifikan terhadap p Dividend Payo out Ratio sedanggkan free free ccash flow, pro ofitability, dan Asset Growthh tidak berpenggaruh signifikan n terhada Dividen nd Payout Ratio.
SPSS S
Hasil annalisis, variabel Profitabilitas, Arus A Kas, Ukuraan Perusahhaan, Pertumbu uhan Perusahaan n dan Kebijakann Hutang memilikki pengaruh secaara simultan terh hadap Kebijakann Dividenn. Kelima variab ble tersebut mam mpu menjelaskann Kebijakkan Dividen sebeesar 17,3% saja sedangkan 82,7% diteranggkan oleh variab bel lain yang tidaak termasuk dalaam penelitiian ini. hasil annalisis parsial dittemukan bahwa hanya Profitabilitas yang beerpengaruh secarra signifikan terh hadap Kebijakann Dividenn, namun Arus Kas, K Ukuran Perrusahaan, Pertum mbuhan Perusahhaan dan Kebija akan Hutang terb bukti tidak mem miliki pengaruuh terhadap Keb bijakan Dividen.
7.
Analisis Pengaru A uh R Return On Asset, Debt T Equity Ratio, F To Firm Si Current Ratiio, Size, D Growth Terh Dan hadap P Pembayaran D DividenPada P Perusahaan M Manufaktur Yan ng T Terdaftar Di Burrsa E Efek Indonesia T Tahun 20 009-2012. (Isa F Febrianti, 2014)
Return On O Asset Debt to Equity Ratio Firm Sizze Currentt Ratio
SPSS S
1.Hasil penelitian menu unjukkan ROA memiliki m pengarruh positif tterhadap kebijak kan pembayaran dividen (DPR). Hal ini dapat teerjadi karena fak ktor perhitungan dalam pembayyaran dividen ad dalah berdasarkaan laba bersih yanng diperoleeh perusahaan. 2. Hasill penelitian men nunjukkan DER tidak t memiliki pengaruuh terhadap kebiijakan pembayarran dividen (DPR R). Hal ini dapaat terjadi akibat dana dari eksternal memiliki siffat tidak mempeengaruhi pembay yaran dividen. 3. Hasill penelitian men nunjukkan firm size tidak memiliiki pengaruuh terhadap kebiijakan pembayarran dividen (DPR R). Hal ini terjaadi karena perusahaan manufaktu ur sudah merupaakan perusahhaan dengan skala ukuran yang besar. b 4. Hasill penelitian men nunjukkan curren nt ratio memilikki pengaruuh positif terhad dap kebijakan pem mbayaran divideen (DPR). Hal ini terjadi karena k kelancaraan dividen tunai tergantuung pada keterseediaan kas likuid d yang dimiliki perusahhaan. 5. Hasill penelitian men nunjukkan growtth memiliki penggaruh terhadaap kebijakan pem mbayaran dividen n (DPR). Semakkin tinggi ppertumbuhan perrusahaan maka proporsi p pembaggian dividennnya akan semak kin rendah karen na perusahaan lebbih memilihh menggunakan dananya untuk membiayai interrnal perusahhaan.
8.
Analisis Pengaru A uh R Return On Asset, Debt T Equity Ratio, F To Firm Si Current Size,
Profitab bilitas Cash Fllow Growth Rasio Pasar P
SPSS S
Hasil annalisis dan pemb bahasan yang tellah dilakukan daalam bab sebelum mnya maka dapaat diambil kesimp pulan sebagai beerikut: Profitabbilitastidak mem miliki pengaruh terhadap kebijakan dividenn.
Ratio, Dan Grow R wth T Terhadap P Pembayaran Divviden P Pada Perusahaaan M Manufaktur Yan ng T Terdaftar Di Bu ursa E Efek Indonesia T Tahun 2009-2012. (E Erfan Dwi Rend dra G Graha, 2014) 9. Pengaruh P K Kepemilikan M Manajerial, K Kepemilikan In nstitusional T Terhadap K KebijakanDivide en P Perusahaan. (Evva L Larasati, 2011) 10. Analisis A Pengaru uh C Cash Position, F Firm S Size, Growth O Opportunity, O Ownership, Dan R Return On Asset T Terhadap Divideend P Payout Ratio. (Anggit Satria Pribadi daan R.
Leveragge berpengaruh terhadapkebijak kan dividen. Arus kaas tidak memilik ki pengaruh terhaadap kebijakan ddividen. Pertum mbuhan (Growth)) tidak memiliki pengaruh terhaddap kebijakkan dividen.. Pajak (T Tax) tidak memiiliki pengaruh teerhadap kebijakaan dividenn.. Rasio ppasar berpengaru uh terhadap kebijjakan dividen.
Tax Leverag ge
Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan Intitusio onal.
SPSS S
Kepem milikan manajeriaal dan kepemilik kan institusionalberpengaru uh secara simultaan terhadap kebiijakan hutang perusahaan. Kepem milikan institusion nal mempunyai pengaruh p positiff dan signifikkan terhadap keb bijakan Dividen. Terakhiir, kebijakan maanajerial berpeng garuh negatif dann signifikkan terhadap keb bijakan dividen perusahaan. p
Cash Po osition (CP), Firm F Size Growth Opportu unity Ownersship. Return on o Asset (ROA)
SPSS S
Variabeel cash position mempunyai pen ngaruh yang negaatif serta siggnifikan terhadaap variabel DPR. Variabeel firm size mem mpunyai pengaruh h yang negatif serta signifikkan terhadap varriabel DPR. Variabeel growth opporttunity mempuny yai pengaruh yanng negatiff namun tidak sig gnifikan terhadap p variabel DPR. Variabeel ownership meempunyai pengarruh yang positiff serta signifikkan terhadap varriabel DPR. Variabeel Return on Assset (ROA) memp punyai pengaruhh yang
Djoko Sampurnoo D (2 2012)
positif serta signifikan terhadap variabeel DPR.
2.2. Kerangka Konsseptual Berrdasarkan dari d latar beelakang massalah, perum musan masaalah, tujuan penelitian serta setelah menelaah m berbagai b daaftar pustakka dan penelitian terdahulu makaa variabel yang mempenggaruhi kebijaakan dividennakan dijelasskan sebagaii berikut: 1) Hubuungan antaraa Debt to Eqquity Ratio teerhadap kebiijakan divideen Maartin Petty Scott S JR (20002) Financial Leveragee adalah penggunaanSuumber dana yang memilikii beban tetaap dengan harapan bahhwa pengguunasumber dana itu akkan membeerikan tambahann keuntungaan yang lebihh besar darippada beban tetapnya, t sehhingga akann menguntunngkan bagi pem megang saaham.Leveragge yang menguntung m kan terjadii ketika peerusahaan dapat d menghasilkanpendap patan yang lebih tinnggi dengann menggunnakan danaa yang diddapat dalambenntuk biaya tetap t tersebuut atau danaa yang didaapat dengan menerbitkaanhutang berrsuku bunga tettap atau sah ham preferenn dengan tinggkat dividenn yangkonstaan daripada biaya pendaanaan tetap yanng harus dib bayar. Leverrage yangtiddak mengunntungkan terjjadi ketika perusahaan p tidak memilikii hasil sebany yakbiaya pendanaan tetaapnya. Financiaal Leverage mengungkappkan seberaapa efisien sebuahperusa s ahaan memaanfaatkan ekkuitas pemilik dalam rang gka menganntisipasihutanng jangka panjang dann jangka pendek, p sehiingga perusahaaan tidakterrganggu dallam operassi perusahaaan secara keseluruhann. Hutang yang besarmennyatakan raasio leveragge yang bessar dan meengakibatkann resiko sem makinmeninngkat. Sehinggaa akan berrdampak tuurunnya miinat investoor untukmeenanamkan modalnya pada perusahaaan.Debt to Equity E Ratioo (DER) meerupakan keemampuan perusahaan p d dalam memeenuhi seluruh kewajibanny ya, yang ditunjukkan d oleh seberrapa besarbbagian moddal sendiri yang digunakaan untuk mem mbayar hutaang. Riyantoo(2000) mennyebutkan saalah satu rasiio yang term masuk dalam raasio solvabilitasatau leeverage adaalah Debt to t Equity Ratio. R Rasioo ini digunnakan
untukmenngetahui beerapa bagiaan dari setiap modal sendiri yang dijadikaan jaminanuuntuk keseluruhhan hutang perusahaan atau untuk menilai bannyaknya huttangyang diipergunakan oleh perusahaaan. Kebijakan hutaangdapat dippengaruhi oleh o karakterristik-karakteristikperusaahaan yang akan mempenggaruhi kurvaa permintaann dari hutanggyangditawaarkan kepadaa perusahaann atau perminntaan perusahaaan akan hu utang.Perusahhaan-perusahhaan yang profitable p m mempunyai banyak earnnings yangterseedia untuk investasi i dann karenanya, akan cendeerung membbangun ekuiitasmereka relatif r terhadap hutang. Oleeh karena ituu, semakin rendah DER R maka akannsemakin tinnggi kemam mpuan perusahaaan untuk meembayar selluruhkewajibbannya (Angg, 1997). Semakin besarr proporsi huutang yang diggunakanuntu uk struktur modal suaatu perusahhaan, maka akan semaakin besar pula jumlahkeewajibannyaa. Peningkataan hutang paada akhirnyaa akan memppengaruhi beesarkecilnyaa laba bersih yaang tersediaa bagi para pemegang p s saham termaasukdividen yang akan diterima, kaarena kewajibaan tersebut lebih l diutam makandaripadda pembagian dividen. Jika beban hutang sem makin tinggi, maka m kemam mpuan perusahaan untukk membagi dividen akaan semakin rendah, r sehiingga DER mem mpunyai pen ngaruh negaatif dengan Dividend D Payyout Ratio. Debt D to Equiity Ratio dihhitung dengan total t hutang dibagi denggan total ekkuitas (Jenseen et al., 1992). Sartonoo (2001) Deebt to Equity Ratio dihitung g dengan rassio total hutaangdibagi deengan total ekuitas. e Rasio ini meruppakan n dalam mem menuhi selurruh kewajibaannya yang ditunjukan d o oleh kemampuuan perusaan beberapaa bagian mod dal sendiri yang y digunakkan untuk membayar huttang, semakiin tinggi rasio ini mencerm minkan gejalla yang kurrang baik dalam d perusahaan. Peniingkatan huutang pada suatu perusahaaan akan mempengaruhi besar kecilnnya dividen yang akan dibagikan kepada k pemeegang saham. Rasio R ini dih hitung dengaanmembanddingkan totall hutang denngan modal sendiri. (Suuharli dan Oktoorina,2005).
2) Hubuungan antaraa Return on Equity terhaadap kebijakkan dividen Retturn on Equity (ROE) adalah perrbandingan antara jumllah laba yanng tersedia bagi pemilik modal send diri di satu pihak denggan jumlah modal senddiri yang meenghasilkan laba tersebut di d lain pihak k atau dengaan kata lain profitabilitas p s modal senddiri adalah kemampuan k suatu perusahaaan dengan modal senddiri yang beekerja didalaamnya untukk menghasilkan keuntuungan (Riyanto, 2008). Pennelitian Micchell Suharlii (2005) meenghasilkan kesimpulan bahwa variiabel indepeenden yang diggunakan mem mberikan hasil yang positif signiffikan yaitu Return R on Equity. E Sehiingga semakin besar jumllah return yang dihassilkan makaa semakin besar b jumlaah dividen yang dibagikann dan sebaliiknya semakkin rendah reeturn yang dihasilkan d seemakin kecill pula pembaagian dividennyya. 3) Hubuungan antaraa Return on Investment terhadap t kebbijakan dividden Retturn on Investm ment (ROI) mengukur me kemaampuan perusaahaan menghaasilkan laba beersih berdasaarkan tingkat aset a tertentu u. Return onn Investment (ROI) yang tinggi menunnjukkan efisieensi dan efekktivitas pengelolaaan aset, yan ng berarti seemakin baik.. Jadi perusaahaan atau terlebih lagi seorang maanajer keuangann harus benaar-benar bijakk dalam menngelola laba atau keuntuungan perusaahaan. 4) Hubuungan Ukuraan Perusahaan (Firm Sizze) terhadap kebijakan dividen Ukkuran(size) merupakan m s simbol ukurran suatu peerusahaan. Suatu S perusaahaanyang sudah s mapan akkan memilik ki akses yangg mudah mennuju pasar modal m untuk meeningkatkan dana dengaan biaya yangg lebih renddah, sementaara perusahaaan yang baruu dan yang massih kecil akaan mengalam mi banyak kesulitan untuuk memilikii akses ke paasar modal. Studi empiris yang y dilakuk kan oleh Hoomfair, et all a (1994) daan Moh’d, et e all (1998)) mengemukkakan
bahwa peerusahaan yaang berukurran besar akaan lebih muddah mengakkses pendanaaan melalui pasar modal. Ukuran U perussahaan digam mbarkan denngan besar tootal aktiva attau total penjjualan bersihh. Guugler dan Yu urtoglu (20007) menemuukan bahwaa ukuran peerusahaanberrpengaruh positif p terhadap kebijakan dividen, d menuunjukkan peerusahaan beesar cenderunng memberikkan dividen yang lebih bessar dibanding gkan perusahhaan yang berskala b keciil. Perusahaaan-perusahaaan kecil mem miliki kecenderrungan untu uk lebih seddikit dalam menghasilkaan laba (Faama and Freench,1995 dalam d Nadjibahh (2008). Perrnyataan terssebut serupaa dengan yanng diungkapkkan oleh Nisshat danBilgrrami (1994) serta Eriotis (22005) dan Al-Malkawi A (2007) dalaam Imran (22011) yang menyatakan m dengan sem makin tingginyaa pendapatan n perusahaann, besarnya ukuran peruusahaan dengan kepemillikan asing, akan lebih
m memilih
un ntuk
mendiistribusikan
jumlah
d dividen
lebbih
tinggi
dan
konssisten
dalampem mbayaran seesuai dengaan pendapataan dan ukuran perusahhaan. Namunn hal sebaliiknya dikemukakan oleh Nadjibah N (20008) dan Fajrriyah (2011)) yang menggungkapkan adanya penggaruh d Firm Sizee. negatif dari Haal tersebut dikarenakan d perusahaan kecil lebih mengandalkkan teori siggnal dengann cara peningkaatan dividen n untuk mennarik hati innvestor, yanng mana perrusahaan deengan size tinggi t sudah tiidak terlalu u membutuhhkannya laggi. Menurutt Badan Sttandarisasi Nasional dalam d Sulistionno (2010) kattegori ukurann perusahaann ada 3 yaituu : (1) Peruusahaan Keciil Perrusahaan daapat dikategoorikan perussahaan kecil apabila memilikikeka m ayaan bersihh dari Rp50.0000.000,00 deengan palingg banyak Rp500.000.00 R 00,00 tidak termasuk bangunan b teempat usaha, attau memilikii hasil penjualan tahunann lebih dari Rp300.000.0 R 000,00 samppai dengan paling p banyak Rp2.500.000 R .000,00
(2) Peruusahaan Men nengah Perrusahaan dik kategorikan perusahaann menengahh apabila memilikikekayyaan bersihh dari Rp500.0000.000,00 saampai dengan paling banyak Rp100.000.000.0000,00 tidak termasuk teempat usaha, attau memilik ki hasil penj njualan tahunnan lebih dari d Rp2.5000.000.000,000 sampai deengan paling baanyak Rp50,000.000.0000,00 (3) Peruusahaan Besaar Perrusahaan dissebut besar apabila meemiliki kekaayaan bersihh dari Rp100.000.000.0000,00 tidak terrmasuk ban ngunan temppat usaha atau a memiliiki hasil peenjualan tahhunan lebih dari Rp50.0000.000.000,00 0. Perusahaaan besar dengan akses pasar yang baik seharuusnya membbayar dividen yang tinggi kepada pemegang p sahamnya, sehingga s anntara ukurannperusahaann dan pembayaaran dividen memiliki huubungan yanng positif (Clleary,1999 dalam d Farinhha,2002). 5) Hubuungan antaraa Net Profit Margin terhaadap kebijakkan dividen Meenurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Marrdiastuti (2006) yang meenyatakan bahwa secara paarsial Net Prrofit Margin memiliki peengaruh yanng signifikann terhadap keebijakan divviden. Net Proffit Margin merupakan salah satuu rasio proffitabilitas yang y menguukur kemam mpuan perusahaaan
menghaasilkan
labba
bersih
berdasarkann
tingkat
penjualan
(Brigham
dan
Houston,,2001: 89). Hasil H penelittian ini menndukung pennelitian sebellumnya yangg dilakukan Alex (2010) yang y menyaatakan bahw wa secara paarsial Net Profit P Marggin memilikii pengaruh yang signifikann Dividend Payout Rattio. Maka keerangka pem mikiran teoriitis pada pennelitian ini dapat d dilihat paada Gambar 2.1 dibawahh ini:
KER RANGKA PEMIKIRAN N TEORITIS S
Deebt to Equity Ratio (DER R) H1 R Return on Eq quity (ROE) Return on Inveestment (ROII)
H2
Y
H3
Kebijakkan Dividen
Gambar 2.1 G Sumber: Faktor-Fak ktor yang Berpengaruh teerhadap Kebbijakan Dividden (Puspitaasari, N.A. 20014)
2.3. Hippotesis Peneelitian Berrdasarkan pada p latar belakang b maasalah, rum musan masallah, tujuan penelitian, serta kerangkaa pemikiran teoritis t diataas, maka hipotesis alternnatif yang akkan diajukan dalam peneelitian ini ialah sebagai berikut: 1) Debtt to Equity Ratio R merupaakan perbanddingan antarra total hutanng (hutang lancar dan huutang jangkka panjang)) dan modall yang menuunjukkan keemampuan perusahaan p u untuk memeenuhi kewaajibannya dengan d mennggunakan modal yangg ada. Mennurut hasil penelitian Dwi Purw wanti (2009)),Debt to Equity E Ratio berpengaruuh positif signifikan terrhadap kebijjakan dividden. karena semakin renndah DER, maka akan semakin tinnggi suatu perusahaan p u untuk mem mbayar seluru uh kewajibanya. Dari peernyataan terrsebut, hipottesis yang peenulis ambil yaitu Hipootesis 1: Deb bt to Equity Ratio berpeengaruh posiitif signifikann terhadap kebijakan k divviden kass. 2) Retuurn on Equiity (ROE) adalah a suatuu rasio yangg digunakann untuk menngukur besaarnya tingkkat pendapaatan (incomee) yang terseedia bagi paara pemilik perusahaan (baik pemeegang sahaam biasa maaupun pemeggang saham m preferen) atas a modal yang y merekaa investasikan di dalam m perusahaaan.Menurutt hasilpenellitian Riyannto (2008), ROE adaalah kemam mpuan peruusahaan deng gan modal seendiri yang bekerja b didallamnya untuuk menghasilkan keuntunngan. Sem makin tinggi rasio ini menunjukkan m n semakin tiingginya puula tingkat penghasilan p yang diperroleh para pemegang p saham/ pemiilik perusahaaan. Dari peernyataan teersebut, hipootesis yangg penulis am mbil yaitu Hipootesis 2: Retturn on Equiity berpengaaruh positif signifikan terrhadapkebijaakan dividenn kas. 3) Retuurn on Invesstment (ROII) adalah raasio yang digunakan d unntuk menguukur kemam mpuan peruusahaan secara keseluruhhan dalam menghasilkan m n keuntungann dengan jum mlah aktiva yang
m perusahaann semakin tinggi t rasio ini, dapat dikatakan d seemakin baik pula terseedia didalam keaddaan perusaahaan. Mennurut hasil penelitian Purwanti D. D dan Saw witri P. (2010), menemukan hasil bahwa seccara parsial ROI berpenggaruh signiffikan terhadaap cash dividdend. Darii pernyataan tersebut, hippotesis yangg penulis ambbil yaitu Hipootesis 3: Retturn on Investment beerpengaruh positif siggnifikan terhhadap kebijjakan div viden kas. 4) Firm m Size meru upakan suattu faktor yanng penting bukan b hanya sebagai proksi pada biaya b keaggenan (diman na dapat dihharapkan lebih tinggi padda perusahaaan dengan ukuran u yang lebih besaar) tetapi jug ga disebabkaan biaya trannsaksi yang berhubungaan dengan penerbitan p saaham sehuubungan den ngan ukurann perusahaann (Smith, 19997 dalam Atok A (2007). Menurut studi empiiris yang dilakukan olehh Homfair, et all (19944) dan Moh’’d, et all (19998), perusaahaan yangg lebih besarr lebih mudaah mengakses pendanaaan melalui pasar p modal. Dari pernyataan terseebut, hipotessis yang penuulis ambil yaaitu Hipootesis 4: Uk kuran
Perrusahaan(Firrm
Size)
berpengaaruh
positif
signiifikan
terh hadapkebijakkan dividen kas. 5) Net Profit Marg gin adalah rasio r untuk mengukur besarnya b labba bersih yaang dicapai oleh peruusahaan dari sejumlah peenjualan yanng telah dilaakukan. Mennurut hasil peenelitianBriggham dan Houston (2 2001:89), NP PM merupaakan salah satu s rasio profitabilitas p yang menggukur kemampuan perrusahaan menghasilkan m n laba berssih berdasarrkan tingkatt penjualann dan peneelitian terseb but mendukkung hasil penelitian p y yang dilakukkan oleh Allex (2010) yang menyyatakan bah hwa secara parsial NP PM memilikki pengaruhh yang signnifikan terhhadap Dividdend Payoutt Ratio. Darii pernyataann tersebut, hippotesis yangg penulis am mbil yaitu Hipotesiss 5:
Net Prrofit Marginn berpengaruuh positif siggnifikan terhadap kebijakkan dividen kas k