BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau Internal Financing (Sartono, 2001). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayar kepada para pemegang saham (Riyanto, 2001). Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yaitu perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Keputusan mengenai jumlah laba yang akan ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (2007), dalam PSAK No. 23, merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan berdampak berupa peningkatan saldo laba ditahan (retained earnings) perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan kepada pemegang saham. Sebagaimana definisi dividen yang telah diungkapkan Ross et al. (2005 : 606) yang mendefinisikan “dividen sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai”, artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan yang dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan dan bahwa dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend). Bagi perusahaan go public, kebijakan dividen merupakan kebijakan yang penting di dalam semua kebijakan keuangan lainnya. Menurut Bangun et al. (2007), kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan apakah akan membayar dividen atau tidak, meningkatkan atau mengurangi jumlah dividen, atau membayar dividen dengan jumlah yang sama dengan yang dibagikan pada periode sebelumnya. Kebijakan dividen dapat dihitung dengan beberapa cara analisis diantaranya adalah Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend per Share (DPS).
2.1.2 Kebijakan Dividen 1. Pengertian Kebijakan dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan
Universitas Sumatera Utara
dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Perilaku ini diakui oleh Gordon-Lintner sebagai “the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung diudara. Selain itu pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
2. Kebijakan Pembagian Dividen Menurut (Sutrisno, 2003 : 304) ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain : 1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu : a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan Pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun,
dan
kemudian
bila
laba
yang
diperoleh
meningkat
dan
peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatka untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu : (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen Meningkat Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham
dengan
jumlah
yang selalu meningkat
dengan
pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut Dividend Payout Ratio. d. Kebijan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembagian Stock Dividend Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya, pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham. 3. Kebijakan Stock Split Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehinggan harga psar masih dalam trading range tertentu. 4. Kebijakan Repurchase Stock Repurchase Stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Bentuk Kebijakan Dividen Menurut Kieso et al. (2005 : 358), ada beberapa jenis kebijakan dividen yang digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu : 1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Dividen tunai adalah bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen dikirimkan kepada para pemegang saham. 2. Dividen Harta (Property Dividend) Dividen harta adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham yang dibayarkan dengan aktiva selain kas. Seringkali aktiva yang akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa (Carrying Value), jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan. 3. Dividend Likuidasi (Liquidating Dividend) Dividen likuidasi yaitu suatu pembagian yang merupakan pengembalian modal setoran kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan peluang bagi investasi yang dibukukan dengan mengurangi modal setoran.
Universitas Sumatera Utara
4. Dividen Saham (Stock Dividend) Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian stock dividend akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki shareholders. Perusahaan sering kali membayar stock dividend sebagai pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap menggunakan aset bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.
2.1.4 Teori Dividen 1. Residual Dividend Theory Teori dividen yang dinamakan residual dividend theory, seperti yang dikutip dari Keown et al. (2003), menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan seharusnya sejumlah modal yang tersisa dari alokasi pendanaan proyek atau investasi dalam gambaran menguntungkan. Van Horne (2005 : 299), berpendapat bahwa teori ini juga menyatakan bahwa dividen tidak relevan, karena mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen atau yang ditahan perusahaan. Apabila proyek atau investasi yang ditargetkan perusahaan menjanjikan return lebih besar dari pada required return, maka investor lebih senang jika perusahaan menahan kas dari pada memberikannya sebagai dividen. Begitu pula sebaliknya. Lebih lanjut, Keown et al. (2003), memberikan kesimpulan bahwa pada teori ini, kebijakan dividen dipengaruhi oleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Kesempatan investasi perusahaan, 2. Struktur modal, dan 3. Ketersediaan
dari
modal
yang
dihasilkan
sendiri
atau
internal
(
internally generated capital) Menurut Keown et al. (2003), kebijakan dividen adalah pengaruh yang pasif karena tidak memiliki pengaruh langsung pada harga pasar saham. Maka teori diatas menyatakan bahwa dividen akan dibagikan bila perusahaan memiliki dana sisa (residu), dan apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa tersebut maka tidak akanada pembagian dividen. Keputusan dividen adalah residual karena perusahaan lebih cenderung membiayai investasinya dengan pendanaan internal dari laba ditahan (retained earnings) dibandingkan pendanaan eksternal (hutang atau saham). Karena pendanaan internal tentu saja jauh lebih murah, dan tidak akan ada percampuran dari pihak perusahaan lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
2. Clientele Effect Theory Dalam Keown et al. (2003), teori mengenai clientele effect menjelaskan bahwa investor memiliki tipikal serta preferensi yang berbeda-beda atas return dalam investasi saham. Investor individu dan institusional yang kebutuhannya mendesak atau current income akan lebih memilih berinvestasi pada perusahaanperusahaan yang memberikan pembayaran dividen (kas) yang besar. Sedangkan investor lainnya, terutama bagi yang cenderung menghindari pajak, lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dividen yang kecil namun capital gain yang besar.
Universitas Sumatera Utara
3. Bird In The Hand Theory Menurut Keown et al. (2003), bird in the hand theory merupakan teori yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih tinggi kepada investor dibandingkan pendapatan capital gain. Karena dividen dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada capital gain. 4. Signaling Theory Selain itu perubahan dalam kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai earnings power. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiraan dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang signifikan di masa depan, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada signaling theory. Wirjokulito et al, (2003) merangkum beberapa penelitian yang memperkenalkan model persinyalan di dalam kebijakan dividen perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa dividen berisi informasi mengenai tingkat keuntungan sekarang maupun di masa yang akan datang. Hipotesis persinyalan menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan dividen untuk memberikan sinyal adanya informasi asimetris, yang artinya bahwa dividen tersebut dapat mengubah ekspektasi perusahaan atas keuntungan di masa yang akan datang dan membuat perubahan atas harga saham biasa. Penelitian Aharony dan Swary (1980) yang dikutip oleh Wirjokulito et al. (2003) yang memusatkan perhatian pada hubungan antara sinyal dan pergerakan saham, bahwa penggunaan dividen sebagai sinyal
Universitas Sumatera Utara
akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen (harga saham meningkat) dan negatif terhadap pemotongan dividen (penurunan harga saham). Dalam signaling theory ini juga mengatakan bahwa penurunan dividen terlihat manajemen yang tidak optimis terhadap kemajuan perusahaan dan akan memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya, peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar. 5. Tax Preference Theory Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki nilai pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Sebaliknya, jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian karena pajak atas capital gain akan dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antar pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi dari pada saham dengan yield yang rendah. Berdasarkan teori tax preference, investor mungkin menyetujui menahan laba dari pada menerima pembagian dividen karena alasan yang berkaitan dengan pajak. Perlakuan yang menguntungkan dari capital gain melebihi dividen akan
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan investor untuk lebih memilih pembayaran yang lebih rendah dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi. Berdasarkan POH (Pecking Order Hypothesis), yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984), perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana internal dapat dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana eksternal dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang dari pada ekuitas. Ide dasar POH sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan dana eksternal yang lebih diutamakan adalah utang daripada emisi saham. Myers dan Majluf (1984) menyatakan
bahwa
asimetri
informasi
menyebabkan
perusahaan
lebih
mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal karena asimetri informasi tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan. Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada internal funds karena ingin memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang sudah ada. Penjualan saham baru bukan kepentingan dari pemegang saham yang sudah ada tetapi hanya akan mengakibatkan penurunan nilai saham yang sudah ada. Perusahaan akan memilih hutang dibanding external equity, apabila memerlukan dana eksternal. Dengan penerbitan hutang bebas risiko (risk free debt) tidak punya dampak terhadap nilai saham yang sudah ada ataupun dengan penerbitan hutang yang berisiko mempunyai pengaruh lebih sedikit terhadap nilai saham yang sudah ada dibandingkan dengan menerbitkan saham baru.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis pecking order menurut Myers (1984). Didasarkan pada empat asumsi, yaitu : 1. Dividend policy bersikap konstan (sticky), 2. Lebih baik dana internal dibanding eksternal, 3. Bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko, 4. Jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari risk free debt, risk debt, convertible security, saham preferen, common stock.
2.1.5 Return on Equity Return on Equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi Return on Equity menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono, 2001 : 124).
2.1.6 Debt to Equity Ratio Rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur (Syamsuddin, 2007 : 71). Rasio utang ini dikenal juga salah satu dari leverage ratio yang juga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar risiko perusahaan (financial risk). Semakin besar hutang yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, maka semakin besar kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang ataupun membayar bunga atas hutang yang dimiliki secara periodik. Hal ini dapat mengurangi jumlah dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham.
2.1.7 Growth Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan total aset perusahaaan dan merupakan
variabel
yang
dipertimbangkan
dalam
keputusan
dividen.
Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik (Saxena, 1999). Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang, 1997). Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan pembagian dividen apakah akan membagikan dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan (growth) perusahaan.
2.1.8 Collaterizable Assets Perusahaan sebagai kreditur menggunakan aset tetap sebagai jaminan pinjamannya. Besarnya aset tetap yang digunakan kreditur sebagai jaminan disebut collaterizable assets (Taswan, 2003). Penjaminan aset tetap adalah aset dalam bentuk property, surat berharga, atau harta lain yang telah terikat sebagai jaminan untuk mendukung penerbitan obligasi, surat utang, atau pinjaman. Semakin besar collaterizable assets, semakin besar dana perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil dividen yang dibagikan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut :
No .
Peneliti (tahun)
1.
Sakir dan Fadli (2014)
2.
3.
4.
Ahmad dan Wardani (2014)
Zurigat dan Khaled (2013)
Islamiyah (2012)
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Teknik Penelitian Penelitian Analisis Data Influence of Manager Ownership, Debt Policy, Profitability, Firm Size, and Free Cash Flow on Dividend Policy
Dependen : Kebijakan Dividen
The Effect of Fundamental factor to Dividend Policy
Dependen : Kebijakan Dividen
The effect of ownership structure on dividend policy
Dependen : Kebijakan Dividen
Pengaruh free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen
Regresi Linier Berganda
Independen : 1. Managerial Ownership 2. Debt Policy 3. Profitability 4. Firm Size 5. Free Cash Flow
Logit Regression
Independen : 1.Profitability 2.Liquidity 3.Leverage 4.Growth 5.Firm Size
Independen : Institusional ownership (firm size, growth, free cash flow, leverage) Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. free cash fow 2. profitabilitas 3. likuiditas 4. leverage 5. growth 6. dividend payout ratio
1.Full Adjustment Model 2. Partial Adjustment Model
Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian 1. Arus Kas dan Kepemilikan Manajerial secara signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen 2. Profitabilitas, kebijakan hutang, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen 1.Likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 2.Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen 1. kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan 2. kepemilikan managerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijkan dividen. 1. free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan growth secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti Judul (Tahun) Penelitian 5.
6.
5.
8.
Santoso dan pratiwi (2012)
Margaretha dan Putra (2010)
Latiefasari (2010)
Lestanti (2009)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruh i kebijakan dividen, studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
The Determinant Factor of Dividend Policy at Non Finance Listed Company
Variabel Penelitian Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. leverage 2. growth 3. collaterizable assets 4. kepemilikian institusional 5. ukuran perusahaan 6. dividend payout ratio Dependen : Kebijakan Dividen
Teknik Analisis Data Regresi Linier Berganda
1. leverage, growth, dan coll. Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen 2. kepemilikian institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividden 3. ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kebijkakan dividen
Regresi Linier Berganda
1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio, 2. Arus kas dan Pajak berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio 3. Pertumbuhan Penjualan, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. 1.Collaterizable Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR 2. CR dan ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR 3. DER dan Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR 1. ROCE memiliki hubungan positif dan signifikan 2. DER memiliki hubungan negatif dan signifikan 3. CURR tidak berpengaruh signifikan
Independen : 1. Profitability 2.Cash Flow 3.Tax 4. Sales Growth - Debt to Equity Ratio
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Kebijakan Dividen
Dependen : Kebijakan Dividen
Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Hutang, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan
Independen : Kebijakan Dividen
Regresi Linier Berganda
Independen : 1. Current Ratio 2. DER 3.Collaterizable Assets 4. Growth 5. ROE
Independen : 1.ReturnCommo n on Equity 2. DER = Debt to Equity Ratio 3. CURR = Current Ratio
Hasil Penelitian
Regresi Linier Berganda
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
7.
Sanjaya (2009)
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Publik di Indonesia
Dependen : Kebijakan Dividen
7.
Fira (2009)
Analisi FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio ( Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20052007)
Independen : 1.Kepemilikan Manajerial 2.Kepemilikan Institusional 3.Ukuran Perusahaan 4.Tingkat Pertumbuhan - Kebijakan Hutang Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. Cash Ratio 2. Growth 3. Firm Size 4. Return on Asset 5. Debt to Total Asset 6. Debt to Equity Ratio
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Regresi Berganda
1. Kepemilikan Institusional dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap DPR 2. Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Hutangtidak berpengaruh
Regresi Linier Berganda
1. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersamasama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian sekarang menggunakan populasi perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan menggunakan data keuangan tahun 2011-2014, sementara penelitian terdahulu menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan data keuangan tahun 2008-2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual 2.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio Sumarto (2007) mengungkapkan pada kebijakan pembayaran dividen yang berfluktuasi, besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan cenderung tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga cenderung rendah. Return on equity mengukur kemampuan perusahan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001 :124). Tingkat return on equity perusahaan menunjukkan kemampuan dari modal untuk menghasilkan keuntungan, semakin besar return on equity semakin tinggi kemungkinan jumlah dividen yang dibayarkan karena ekuitas telah dapat menghasilkan laba.
2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio Rasio leverage ialah rasio yang menggunakan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2001 : 120). Salah satunya ialah rasio utang terhadap ekuitas juga dapat dinilai sebagai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Jika perusahan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau pembiayaan lainnya, maka terdapat tanggung jawab untuk melunasi pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan memutuskan untuk melunasi utangnya, maka biasanya laba ditahan yang akan dipergunakan, hal ini mengurangi tingkat pembagian dividen. Semakin tinggi debt to equity ratio maka dividen yang dibayarkan akan semakin sedikit (Sutrisno, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada
dibayarkan
sebagai
dividen.
Wahyudi
dan
Baidori
(2008)
mengungkapkan pertumbuhan pada total aset yang besa akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total aset akan mengakibatkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen. Tingkat pertumbuhan (growth) perusahaan menjadi gambaran perusahaan yang memiliki keputusan investasi yang baik. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan menurunkan tingkat dividen yang didapatkan oleh investor sebagai dividen (Higgins, 2007 : 118).
2.3.4 Pengaruh Collaterizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan kerap kali melakukan pinjaman menggunakan aset tetap sebagai jaminan (collaterizable assets). Wahyudi (2008) mengungkapkan semakin tingginya collaterizable assets yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga perusahan dapat membayar dividen dalam jumlah besar, sebaliknya semakin rendah collaterizable assets yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membiayai dividen dalam jumlah besar kepada pemegang saham karena
Universitas Sumatera Utara
takut piutang mereka tidak terbayar. Semakin besar aset tetap yang digunakan sebagai jaminan, semakin banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan pemakaian aset tetap tersebut, sehingga akan menurunkan nilai dividen dan dapat merugikan para pemegang saham. Adapun kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut : Return on Equity Debt to Equity Ratio
Kebijakan Dividen
Growth
Collaterizable Assets Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritis, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa : Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth, dan Collaterizable Assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara