BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Tujuan Pembagian Dividen dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Pembayaran dividen pada hakikatnya merupakan komunikasi secara tidak langsung kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan. Pembayaran ini diambil dari sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Sedangkan sebagian
lagi akan
diinvestasikan untuk hal yang lebih menguntungkan. Terkait hal ini manajer keuangan sebagai orang dalam perusahaan yang mempunyai jalur informasi monopolistik
tentang
cash
flow perusahaan,
sebaiknya
memilih
untuk
menciptakan isyarat komunikasi yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Salah satu isyarat komunikasi yang baik yaitu melalui pembayaran dividen. 2. Jenis-Jenis Dividen Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang
saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan
bersangkutan. Berikut ini adalah jenis- jenis dividen menurut Brigham (2006;95):
Universitas Sumatera Utara
a. Cash Dividend (Dividen Tunai) Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain. b. Stock Dividend (dividen saham) Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan c. Property dividend (dividen barang) Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. d. Scrip Dividend Scrip dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip. e. Liquidating dividend Liquidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. 3. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (Dividen Policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio
Universitas Sumatera Utara
ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menetukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan. 4. Landasan Teori Kebijakan Dividen a. Dividen Irrelevance ( Ke Tidak Relevanan Dividen) Menurut Miller dalam Sartono (2001 : 282) berpendapat bahwa dalam kondisi keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Miller juga berpendapat bahwa nilai perusahaan dibentuk oleh earning power dari assets perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal yang penting dari pendapat Miller adalah bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam kondisi keputusan investasi yang given, maka apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
apakah laba yang diperoleh dibagikan sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham. Menurut Miller dalam Penelitian Listyantara (2005) memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. Miller menyatakan bahwa, dividen payout ratio (DPR) hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. Dividen Payout Ratio (DPR) tidak mengetahui kekayaan pemegang saham. Miller beragumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi. Jadi dalam rangka membagi laba perusahaan menjadi dividen dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam hal ini Miller berasumsi bahwa adanya pasar modal sempurna di mana tidak ada biaya transaksi, biaya pengambangan (floatation cost) dan tidak ada pajak. b. Bird In The Hand Theory Menurut J, Keown (2000: 611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor dari pada pendapatan modal, sejak dividen lebih pasti dari pada pendapatan modal. Menurut Litner dalam penelitian Listyantara (2005) mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory.
Universitas Sumatera Utara
c. Tax Differential Theory Menurut Brigham (2001: 67) ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu (1) pendapatan dividen dikenakan tarif pajak lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak keuntungan modal. investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham dan menerima sebagian besar dividen yang dibayarkan) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Hal ini disebabkan Karena adanya efek nilai waktu, satu dollar pajak yang dibayarkan dimasa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah dari pada satu dollar yang dibayarkan hari ini. (3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai orang tersebut meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terhutang. Ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar diri dari pajak keuntungan modal. d. Information Content of Dividen Menurut Sjahrial (2007: 265) menjelaskan bahwa pada saat ada kesempatan investasi yang menguntungkan, pembagian dividen akan cenderung besar. Pada saat tidak banyak kesempatan investasi yang menguntungkan pembayaran dividen akan cenderung rendah. Kebanyakan perusahaan cenderung
Universitas Sumatera Utara
membagikan dividen per share yang konstan. Hal ini terletak pada perlakuan dividen sebagai indikator prospek perusahaan. Dividen dianggap mempunyai kandungan informasi (informasi content of dividend). Para investor/ pemodal mempunyai keterbatasan informasi tentang kondisi perusahaan, maka mereka dapat menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator prospek perusahaan. Pada saat perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, maka hal ini bisa ditafsirkan bahwa manajemen memperkirakan prospek perusahaan dimasa yang akan datang membaik. Apabila perusahaan mengurangi pembayaran dividen maka hal ini dapat ditafsirkan sebagai indikator bahwa manajemen meperkirakan prospek perusahaan kurang menguntungkan antara lain karena kesulitan keuangan. Tentu saja hal tersebut belum tentu benar. Ada kemungkinan perusahaan mengurangi pembagian dividen dikarenakan perusahaan dihadapkan pada serangkaian kesempatan
investasi yang
menguntungkan,
sehingga
dampaknya akan mengakibatkan meningkatknya harga saham. e. Clientele Effect Menurut Sartono (2001: 290) bahwa banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pensiun sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi. Namun ada juga investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yang diperoleh, maka investor yang menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Para investor tersebut memperoleh capital gain, tetapi untuk memenuhi kebutuhan para investor tersebut terpaksa menjual sebagian sahamnya. Sementara itu investor yang memilih untuk menginvestasikan kembali pendapatannya menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang rendah, karena bagi mereka pembagian dividen yang besar berarti pajak yang harus dibayar juga semakin besar. Ini terjadi karena mungkin kenaikan dividen mengakibatkan kenaikan tarif pajak pendapatan sehingga pembayaran dividen tidak begitu menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan pajak yang harus dibayar. Dengan demikian paling tidak terdapat dua kelompok investor dengan dua kepentingan yang bertentangan. Dengan adanya dua kelompok tersebut, perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Kemudian perusahaan membiarkan para investor menjual saham, dengan kata lain membiarkan para investor tersebut melakukan pemindahan investasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Hal penting yang perlu diingat bahwa transaksi ini berlangsung secara tidak efisien karena adanya biaya transaksi dan pembayaran capital gain sebagai akibat penjualan saham. kecenderungan perusahaan enggan melakukan
perubahan
kebijakan
dividen,
Karena
perubahan
kebijakan
mengakibatkan bebarapa investor akan menjual sahamnya dan akibatnya dapat menurunkan harga saham. Seperti halnya bidang lain, masih terdapat perbedaan pendapat tentang adanya perbedaan kepentingan ini dan tidak satupun kelompok yang dapat membuktikan kebenarannya.
Universitas Sumatera Utara
5.
Bentuk Kebijakan Pemberian dividen
Menurut Sutrisno (2000) dalam penelitian Cahyati (2006) ada beberapa bentuk pemberian dividen tunai/cash dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah: a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian dividen stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan. Untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen Yang Meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen Dengan Rasio Yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya meliputi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividen payout ratio (DPR).
d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Yang Rendah Ditambah Ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sutrisno (2000) dalam penelitian cahyati (2006) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen diantaranya: a. Posisi Solvabilitas Perusahaan Jika perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya. b. Posisi Likuiditas perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Cash dividen merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividen yang dibagikan kecil sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar. c. Kebutuhan untuk melunasi utang Semakin banyak utang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya utang, berarti dana utang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana utang bisa dengan mencari utang baru, bisa juga dengan sumber intern dengan memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividen yang dibagikan. d. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari utang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh oleh internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividen yang dibagikan. e. Kesempatan investasi Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen. f. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas lebih banyak, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. g. Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari utang resikonya cukup besar. sehingga perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
Universitas Sumatera Utara
7.
Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan bentuk informasi yang paling penting bagi
perusahaan selama satu periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat posisi dan kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Pengaruh rasio keuangan terhadap penelitian ini adalah untuk menentukan rasio yang paling dominan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap Dividend Per Share. Adapun beberapa rasio keuangan yang berhubungan dengan Dividend Per Share yang telah diuraikan pada latar belakang yaitu : Liquiditas, Struktur Modal, Profitabilitas, Pemanfaatan Aktiva dan Ukuran Pasar yang akan dijelaskan sebagai berikut : a. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya harus segera dipenuhi. Sementara itu keuntungan yang besar belum menunjukkan kemampuan untuk membayar. Namun tidak menunjukkan jumlah dana yang benar–benar tersedia dalam kas. Keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut belum menunjukkan jumlah dana yang ada dalam kas, apalagi jika dana tersebut telah diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan perusahaan. Sehingga dalam hal ini posisi likuiditas perusahaan rendah. dividen merupakan cash out flow, sehingga dividen tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan tersebut. Rasio likuiditas dapat diukur dengan current ratio. apabila current ratio tinggi kemampuan dalam pembayaran dividen suatu perusahaan akan tinggi pula. Karena jika current ratio (CR) naik posisi kas dan likuiditas suatu perusahaan semakin besar atau naik. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
Universitas Sumatera Utara
berikut : CR =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
b. Struktur Modal Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban–kewajiban jangka panjangnya. rasio ini sama dengan rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang solvable yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar dari total aktivanya. Rasio ini juga menyangkut struktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka panjang, utang jangka panjang dan modal pemegang saham. Menurut Brigham (2006: 101) ada beberapa hal dalam penggunaan pendanaan melalui utang : a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan b. Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor. c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari pada bunga yang dibayarkan,
Universitas Sumatera Utara
maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau diungkit (leveraged). Rasio leverage dapat diukur dengan bebrapa rasio. Namun, penelitian ini hanya berfokus pada Debt to Total Assets. Debt to Total Assets menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Menurut Brigham (2006: 104) Kreditur lebih menyukai rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Disisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat memperbesar ekspektasi keuntungan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Debt to Total Asset =
Total Kewajiban Total Asset
c. Profitabilitas Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam kontes ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya. Ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Namun, dalam penelitian ini membatasi hanya dengan menggunakan rasio Net Profit Margin. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin besar
Universitas Sumatera Utara
rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang tinggi. Investor dalam hal ini juga dapat memperoleh dividen yang cukup besar seiring dengan meningkatnya laba yang dihasilkan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : NPM =
Laba Bersih setelah Pajak Penjualan Bersih
d. Pemanfaatan Aktiva Rasio ini juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiaptiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan tertekan. Di lain pihak, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang. Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi penelitian ini dengan menggunakan rasio
Total
Asset
Turn
Over.
Total Asset
Turn
Over
menggambarkan efektivitas penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva perusahaan. Perputaran penjualan yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan secara finansial. Semakin tinggi perputaran aktiva perusahaan berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya. Sebaliknya semakin rendah perputaran aktiva perusahaan maka semakin rendah kemampuan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam membagikan dividennya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : TATO =
Pejualan Bersih Total Aktiva
e. Ukuran Pasar Rasio ini menghubungkan antara harga saham pada laba arus kas dan nilai buku persahamnya. Rasio – rasio ini dapat memberikan indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Jika rasio–rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen utang dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka rasio – rasio nilai pasarnya juga akan tinggi dan harga saham kemungkinan juga akan tinggi sesuai dengan harapan. penelitian ini lebih memfokuskan dalam menggunakan rasio Price Earning. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela dikelurakan oleh para investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan. Rasio ini mencerminkan penilaian pemodal terhadap pendapatan perusahaan di masa mendatang. Rasio Price Earning yang tinggi menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba yang tinggi di masa mendatang, sehingga dividen yang dibagikan kepada investor cukup besar seiring tingginya pertumbuhan laba. Rasio ini mencerminkan ekspektasi pemodal menyangkut kinerja perusahaan di masa mendatang. Semakin optimistik ekspektasi ini, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan rasio Price Earning. Keinginan investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui rasio-rasio keuangan seperti rasio Price Earning, dikarenakan adanya keinginan investor atau
Universitas Sumatera Utara
calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Rasio Price Earning ini dapat dirumuskan sebagai berikut : PER =
H arg a Per Lembar Saham Laba Per Lembar Saham
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dividen per share, antara lain : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Arie Subagya Listyantara (2005)
Judul Penelitian ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGAR UHI DIVIDEN PER SHARE PERUSAHAAN MANUFAKTU R YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2001 – 2003
Variabel
Analisis
Regresi Variabel Independen : Linear Current Ratio (CR), Berganda Debt to Equity Ratio (DER), Dividen Per Share tahun sebelumnya DPSmin1, Earning Per Share (EPS), Total Asset Turn Over (TATO) Variabel Dependen : Dividen Per Share (DPS )
Hasil Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Dividen Per Share tahun sebelumnya DPSmin1, Earning Per Share (EPS), Total Asset Turn Over (TATO) Berpengaruh signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Karina Cahyati (2006)
ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGAR UHI DIVIDEN PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTU R YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
Regresi Variabel Independen : Linear Current Ratio (CR), Berganda Debt to Equity Ratio (DER), Dividen Per Share tahun sebelumnya DPSmin1, Earning Per Share (EPS), Total Asset Turn Over (TATO)
Variabel Dependen : Dividen Per Share (DPS)
Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Dividen Per Share tahun sebelumnya DPSmin1, Total Asset Turn Over (TATO)
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Pendapatan Dividen (dividen yield) dan capital gain adalah tujuan Utama investor dalam hal menanamkan dananya pada sebuah perusahaan. dalam kaitannya
dengan
pendapatan
dividen.
para
investor
pada
umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. bagi investor informasi tentang dividen per share menjadi salah satu kebutuhan yang sangat mendasar dalam kebutuhan pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian dan resiko yang mungkin terjadi, sehingga
Universitas Sumatera Utara
keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini akan diungkap pengaruh antara Current Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turn Over (TATO) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Dividen Per Share (DPS). Current Ratio merupakan variabel yang penting yang menjadi pertimbangan menejer dalam kebijakan dividen. perusahaan yang menunjukkan kendala pembayaran (kekurangan likuiditas) mengarahkan manajemen untuk membatasi pertumbuhan dividen. dengan kata lain, meningkatnya posisi Current Ratio juga akan meningkatkan pembayaran dividen. Perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya tidak hanya didanai oleh modal sendiri melainkan didanai oleh hutang yang digunakan untuk membiayai akiva yang digunakannya. Semakin besar rasio Debt to Total Asset menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar pula hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan semakin berkurang dan menyebabkan hak investor (dividen) juga semakin berkurang. Investor juga dapat menilai kinerja menejer suatu perusahaan dengan melihat laba bersih yang dihasilkan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Net Profit Margin dapat memberikan informasi kepada para investor berapa penghasilan bersih perusahaan per satu
Universitas Sumatera Utara
dolar perusahaan. jika Net Profit Margin meningkat, maka investor dapat menilai perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mendapatkan laba yang tinggi. Sehingga dividen yang akan dibagikan kepada investor akan meningkat sesuai jumlah lembar saham yang dimilikinya. Meningkatnya penggunaan hutang oleh perusahaan umumnya juga akan mengakibatkan aktiva operasional meningkat, peningkatan jumlah aktiva mengakibatkan aktivitas operasional juga akan mengalami peningkatan. Tingkat aktivitas operasional perusahaan bergantung pada jumlah aktiva produktif yang dimiliki. semakin banyak aktiva produktif, maka aktivitas operasional juga meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan atau laba bagi perusahaan, serta dividen yang dibagikan kepada para investor. Sedangkan Price Earning Ratio mengagambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini mengindikasikan derajat kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. Semakin optimistik ekspektasi ini, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan Price Earning Ratio-nya. Keinginan investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui rasio-rasio keuangan seperti Price Earning Ratio, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham yang berupa dividen. Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti membuat kerangka konseptual atas penelitian sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Current Ratio (CR)
Ha1
Debt to Total Asset Ratio
Ha2
Net Profit Margin (NPM)
Ha3
Total Asset Turn Over (TATO)
Dividen Per Share (DPS)
Ha4
Ha5 Price Earning Ratio (PER)
Ha6
Gambar 2.1 2. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2008: 29), Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena – fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelesan sementara tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dalam penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Ho1 : Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ha1 :
Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ho2 : Debt to Total Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share
Universitas Sumatera Utara
(DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ha2 : Debt to Total Asset Ratio berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ho3 : Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ha3 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ho4 : Total Asset Turn Over (TATO) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ha4 : Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ho5 : Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ha5 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ho6 : Current Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin (NPM), Total Assets Turn Over (TATO, Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh secara keseluruhan terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ha6 : Current Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin (NPM), Total Assets Turn Over (TATO, Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara keseluruhan terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara