BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Dividen Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan atau Retained Earning adalah “laba yang tidak dibagikan sebagai dividen, pemegang saham juga secara tidak langsung menyumbangkan modal baru kepada perusahaan jika laba yang bisa dibayarkan sebagai dividen diinvestasikan kembali kedalam perusahaan” (Brealey, Myers, dan Marcus, 2008 : 388). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah dividen tahunan yang dibagi dengan laba tahunan atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham. “Rasio tersebut menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan” (Van Horne dan Machowicz, 2007 : 270). Menurut (Kamaludin dan Rini Indriani, 2012 : 341) dalam melakukan pembayaran dividen ada beberapa langkah yang harus ditempuh, hal ini bertujuan untuk menentukan siapa sebenarnya yang berhak atas dividen. Jika tidak ada prosedur yang baku, maka akan menjadi masalah pada saat dividen akan dibayar. Perlu anda ingat pemegang saham selalu berpindah dari hari kehari, permasalahan akan terjadi pada saat tanggal pencatatan dan tanggal
9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ex-dividen. prosedur pembagian dividen adalah dimulai langkah-langkah seperti berikut : 1. Tanggal deklarasi, yaitu tanggal saat dividen secara resmi diumumkan dewan direksi. Misalkan tanggal 5 November dewan direksi mengadakan pertemuan, hasil pertemuan tersebut memutuskan bahwa “dividen akan dibagikan pada tanggal 2 Januari 2008” kepada pemegang saham yang tercatat sampai tanggal 12 Desember 2007. 2. Tanggal pencatatan, yaitu menunjukkan kapan buku transfer saham ditutup. perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal tertentu, dan berhak atas dividen. Jika terjadi penjualan saham sampai jam sebelum ditutup bursa pada tanggal 11 Desember 2007, maka pemilik baru berhak atas dividen. Akan tetapi jika pemberitahuan transfer baru diterima tanggal pada atau di atas tanggal 12 desember 2007, maka pemilik lama berhak atas cek dividen. 3. Ex-dividen, yaitu tanggal pada saat hak atas dividen periode befialan tidak lagi menyertai saham tersebut, atau penghilangan hak atas dividen. Biasanya penghilangan hak ini selama hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham. Masalah akan terjadi jika tidak ada jeda waktu penghilangan hak, misalkan jika saham dijual tanggal 10 Desember, 1 hari sebelum pencatatan. Untuk menghindari hal ini, perusahaan pialang serempak menghilanglian hak kepemilikan dividen 4 hari kerja seberum tanggar pencatatan disebut Ex-dividen. 4. Tanggal pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benarbenar mengirim cek dividen kepada setiap pemegang saham. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan deviden merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab jika makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti akan semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian
10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
besar dari pendapatan yang tersedia maka pembayaran dividen akan semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut dividend payout ratio. 2.1.2 Menentukan Kebijakan Dividen Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut dalam (Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, 2012 : 305) : 1) Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-besarnya. Apabila dana yang diperoleh dari operasi perusahaan bisa dipergunakan dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar (bahkan secara teoretis tidak perlu membagi dividen). 2) Karena ada keenganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen kalau laba perusahaan meningkat, dan tidak perlu segera rnenurunkan pembayaran dividen kalau laba menurun. 3) Apabila memang perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang rnenguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pernbayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti dengan penurunan harga saham, tetapi apabila pasar modal efisien harga akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya investasi yang menguntungkan). 4) Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham, sedangkan pembayaran dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya kalau pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains. Karena itulah sekelompok pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur. 5) Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di
11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus segera membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang mempunyai tax brackef tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar.
2.1.3 Teori Preferensi Investor Beberapa pandangan tentang dividend relevance theory yang lain seperti Bird in the Hand Theory, Tax Preference Theory dan Kebijakan Tidak Relevan. Teori akan dijelaskan seperti berikut ini dalam (Kamaludin dan Rini Indriani, 2012 : 333): a. Teori Bird in the Hand Teori ini terinspirasi bahwa investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dibandingkan menunggu capital gains yang belum pasti. Ingat pepatah lama "mengharap burung terbang tinggi punai di tangan dilepaskan", artinya kita hendaknya lebih realistis apa yang ada di depan mata itu lebih pasti. Menurut Myrton Gordon dan John Linter bahwa biaya ekuitas (ke) akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap capital gains dibandingkan seandainya menerima deviden yang lebih pasti. Myfton Gordon dan John Linter juga berpendapat bahwa investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan capital gains, karena pendapatan dividen (D1/Po) risiko lebih kecil dibandingkan komponen ɡ dalam total pengembalian yang diharapkan sebesar, ke = D1/Po + ɡ. b. Teori Preferensi Pajak Dasar berpijak teori ini bahwa bagi investor pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan bersih setelah pajak. Sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan juga adalah pendapatan setelah pajak. Karena dividen dikenakan pajak, maka tentunya keuntungan akan lebih rendah sehingga investor lebih suka menahan laba mereka ke dalam perusahaan, dapat berupa stock dividend. Ada beberapa alasan investor lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah; pertama, di beberapa negara seperti di AS capital gain stidak dikenakan pajak atau hanya 40% dari capital gains yang dikenakan pajak, jika surat berharga ditahan lebih 6 bulan. sementara itu dividen dikenakan pajak saat ini. Jadi investor lebih senang rasio pembayaran dividen
12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang rendah, karena dividen dikenakan pajak. Kedua, pajak atas capital gains tidak mesti dibayar sebelum saham benar terjual. c. Kebijakan Tidak Relevan Menurut MM rasio pembayaran (D) tidak akan mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh daya laba (earning powers), atau kebijakan investasi. MM mengasumsikan pasar modal sempurna. Ingat dalam pasar sempurna dilusi dan ketidakseimbangan di pasar termasuk harga saham hanya bersifat jangka pendek dalam jangka panjang mekanisme pasar membuat saham yang over value atau under value akan kembali ke harga keseimbangan MM mengemukakan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam situasi keputusan investasi given, maka apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, maka perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran-dividen tersebut. Dengan demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Oleh sebab itu, iika dividen dibagi atau ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sjahrial (2007 : 260), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: a. Posisi likuiditas perusahaan; makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan. b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang; apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil. c. Rencana perluasan usaha; makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen. d. Pengawasan terhadap perusahaan. Menurut Van Horne dan M. Machowicz (2007 : 278), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: a. Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan. b. Kebutuhan pendanaan perusahaan.
13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. d. e. f.
Likuiditas. Kemampuan untuk meminjam. Batasan-batasan dalam kontrak utang. Pengendalian.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio 2.1.5.1 Return On Assets (profitability) Perusahaan besar yang mempunyai profitabilitas tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan yang tinggi akan mendapatkan keuntungan yang besar. Besar atau kecilnya ROA menunjukkan baik atau buruk kinerja sebuah perusahaan. Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Menurut Hanafi (2004 : 375) “perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar deviden atau meningkatkan deviden”. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran deviden adalah untuk menghindari
akuisisi
oleh
perusahaan
lain.
Perusahaan
yang
14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempunyai kas yang berlebihan sering kali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan deviden, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.
2.1.5.2 Firm Size Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perusahaan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil. Perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil karena keterbatasan aksesnya ke pasar modal sehingga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas. Oleh karena itu maka mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya di masa mendatang, dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil. Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka kemungkinan dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu
juga
berpengaruh
sebaliknya. positif
Dengan
terhadap
demikian
dividend
ukuran
payout
perusahaan
ratio.
“Ukuran
perusahaan diwakili oleh logaritma natural dari total assets” (Zulkifli, 2008 : 33).
15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.5.3 Debt To Equity Ratio Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa besarkah perusahaan dibayarkan oleh hutang untuk terus berjalan, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban untuk membayar hutang akan lebih diutamakan daripada pembagian dividen yang dianggap kurang mendesak sehingga Debt To Equity Ratio mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio.
2.1.5.4 Cash Ratio Posisi kas perusahaan merupakan salah satu faktor yang penting dimana harus dipertimbangkan dengan baik, sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen sehingga cash ratio mempunyai hubungan positif dengan dividend payout ratio. “Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak” (Stanley dan Geoffrey, 1987 dalam Prihantoro, 2003 : 10).
16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap dividend payout ratio, diantaranya adalah : Atok Risaptoko (2007) melakukan analisis pengaruh cash ratio, debt to total asset, asset growth, firm size dan return on asset terhadap dividend payout ratio, studi komparatif pada perusahaan listed di BEJ yang sahamnya ikut dimiliki manajemen dan yang sahamnya tidak dimiliki manajemen periode tahun 20022005. Dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cash ratio dan DTA berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel growth, size, dan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Efendi (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (Periode 2002-2004)”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Insider Ownership, Shareholder dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position. Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa Insider Ownership, Shareholder dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Shareholder dispersion, Size, Debt to Equity Ratio, Market Risk, dan Cash Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Zulkifli (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta selama periode 2004-2006”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Growth Potential (GP) dan Firm Size (FS). Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel, yaitu Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Growth Potential dan Firm Size mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Firm Size mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth Potential tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Fira Puspita (2009) menguji pengaruh variabel cash ratio, growth, firm size, return on asset, debt to total asset, debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio dengan menggunakan sampel sebanyak 26 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Teknik analisis menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cash ratio, firm size, ROA berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Sedangkan growth berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR. Dua variabel lainnya yaitu DTA dan DER berpengaruh negatif namun tidak signifikan.
18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dyah Handayani (2010) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007 yang berjumlah 22 perusahaan. Variabel independen yang digunakan adalah ROA, DER, CR, dan firm size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ROA dan firm size yang berpengaruh signifikan positif terhadap DPR. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No . 1.
Nama Peneliti
Variabel
Atok Risaptoko (2007)
Cash ratio, DTA, growth, ROA, firm size,DPR terhadap dividend payout ratio Insider Ownership, Shareholder dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position terhadap dividend payout ratio
2.
Efendi (2007)
3.
Zulkifli (2008)
Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Growth Potential (GP) dan Firm Size
Hasil Penelitian
Periode Penelitian
Hasilnya variabel cash 2002-2005 ratio dan DTA berpengaruh postif terhadap DPR. Variabel lain tidak berpengaruh signifikan Uji Parsial (Uji t) 2002-2004 menunjukkan bahwa Shareholder dispersion, Size, Debt to Equity Ratio, Market Risk, dan Cash Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan Growth mempunyai tidak pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Uji Secara Parsial (Uji t) 2004-2006 menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Firm Size mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(FS) terhadap Sedangkan variabel bebas Dividend Payout lainnya, yaitu Growth Ratio (DPR) Potential tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 4. Fira cash ratio, Hasil penelitiannya 2005-2007 Puspita growth, firm menunjukkan bahwa cash (2009) size, return on ratio, firm size, ROA asset, debt to berpengaruh positif total asset, debt signifikan terhadap DPR. growth to equity ratio Sedangkan terhadap berpengaruh negatif dividend payout signifikan terhadap DPR. ratio Dua variabel lainnya yaitu DTA dan DER berpengaruh negatif namun tidak signifikan. 5 Dyah Return On Asset, Hasil penelitian 2005-2007 Handayani Debt to Equity menunjukkan bahwa (2010) Ratio, Current hanya ROA dan firm Ratio, dan Firm size yang berpengaruh Size terhadap signifikan positif dividend payout terhadap DPR ratio. Sumber: Data diolah oleh penulis (2012)
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun penelitian perusahaan yang akan diteliti dari tahun 2008 hingga 2011 yang memiliki jarak waktu yaitu empat tahun terakhir. Penelitian ini juga lebih terfokus menggunakan data populasi dan jumlah sampel perusahaan dari perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sedangkan tidak semua penelitian terdahulu meneliti perusahaan manufaktur. Dengan perbedaan tersebut diharapkan dengan hasil penelitian yang akan dilakukan ini memberikan manfaat kepada peneliti selanjutnya dan pihak-pihak yang membutuhkan.
20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Kerangka Konseptual “Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan oleh perusahaan kepada pemilik saham atau tetap ditahan sebagai laba ditahan. Dividend payout ratio menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan” (Van Horne dan Machowicz, 2007 : 270). Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio (DPR) antara lain: Return on Assets (ROA), Firm Size (FS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Cash ratio (CR). “Return on Assets (ROA) menunjukkan berapa banyak laba bersih setelah pajak dapat dihasilkan dari rata-rata seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan” (Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, 2012 : 76). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar. “Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perbankan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal” (Sundjaja dan Barlian, 2003 : 389). “Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas” (Kasmir, 2008 : 158). Semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan manufaktur tersebut, yang berarti kemungkinan persentase pembagian dividen juga semakin kecil.
21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Return on Assets (X1)
Firm Size (X2) Debt to Equity Ratio (X3)
Dividend Payout Ratio (Y)
Cash Ratio (X4)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Van Horne dan M. Machowicz (2007 : 270), Kasmir (2008 : 158), Sundjaja dan Barlian ( 2003 : 389), Efendi (2007 : 45), diolah oleh penulis
2.4 Hipotesis Penelitian “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul” (Sugiyono, 2010 : 306). Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: “Return on Assets (ROA), Firm Size (FS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Cash Ratio (CR) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend
22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Payout Ratio (DPR) pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. H1 : Return On Asset memiliki pengaruh yang positif terhadap dividend payout ratio. H2 : Firm Size memiliki pengaruh yang positif terhadap dividend payout ratio. H3 : Debt To Equity Ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap dividend payout ratio. H4 : Cash Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap dividend payout ratio. H5 : Return on Assets, Firm Size, Debt to Equity Ratio dan Cash Ratio memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA