ANALISIS DESKRIPTIF ALIRAN KAS BEBAS, LEVERGE, DEVIDEN, INVESTMENT OPPORTUNTY SET DAN NILAI PEMEGANG SAHAM Studi Kasus : Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2003 – 2010 Hendro Sasongkoer Azam Achsani, Roy Sembel, Tridoyo Kusumastanto
ABSTRAK Dalam rangka meningkatkan kualitas keputusan bisnis, para pemangku kepentingan membutuhkan suatu parameter keuangan yang dapat diandalkan dan memiliki kandungan informasi. Informasi ini dapat diperoleh dariliran kasbebas, tingkat leverge, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan deviden. Meskipun demikian terdapat pandangan yang berbeda sehingga memunculkan permasalahan baru seperti masalah keagenan terkait dengan struktur kepemilikan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara deskriptif arus kas bebas, leverge, IOS dan kebijakan deviden terhadap niai perusahaan non perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia berdasarkan periode pengamatan, jenis perusahaan BUMN dan non BUMN, dan antar sektor usaha. Penelitian menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan audit terhadap perusahaan dengan sampel 273 perusahaan selama perioda tahun 2003 – 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan yang terjadi antara periode sebelum krisis (2003 -2006) dan setelah krisis (2009-2010) dalam hal pertumbuhan perusahaan dan nila perusahaan dalam periode tersebut. Meskipun struktur kepemilikan berbeda tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara perusahaan BUMN dan Non BUMN. Perbedaan nilai perusahaan yang signifikan dipengaruhi oleh aliran kas bebas, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan deviden. Key word : aliran kas bebas (free cash flow), leverge, Investment opportunity set, nilai pemegang saham, statistik deskriptif
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan suatu entitas bisnis adalah meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Parameter pengukurannya dapat dilihat dari neraca dan laba rugi perusahaan. Sejak satu dekade terakhir, pengukuran nilai perusahaan dan nilai pemegang saham telah bergeser kepada parameter yang berbasis aliran kas bebas (free cash flow) karena parameter ini dipandang lebih transparan dan relatif sulit untuk direkayasa. Meskipun demikian, penggunaan parameter aliran kas bebas juga menimbulkan masalah terutama mengenai kebijakan dan mekanisme distribusinya kepada para pemangku kepentingan. Zingales (2000) menyatakan bahwa pembagian surplus yang dihasilkan perusahaan bergantung pada dua kekuatan utama yaitu prinsipal dan agen.
Beberapa penelitian bahkan memberikan hasil yang berbeda antara hubungan aliran kas bebas dengan nilai perusahaan dan nilai pemegang saham. Penelitian Fernando (1996), Rappaport (1998), Vogt and Vu (2000), Martin and Petty (2000), Morristown (2002) dan Habib (2012) membuktikan aliran kas bebas adalah determinan yang menciptakan nilai pemegang saham. Sebaliknya Penman (2001), Yehuda (2009) dan Jennergren (2011) mendapatkan hasil bahwa aliran kas bebas tidak dapat dijadikan determinan dan tidak relevan dalam menilai perusahaan. Dalam persepektif teori struktur modal (capital structure theory), struktur modal berhubungan erat dengan leverge. Ross (1977) berpendapat bahwa nilai perusahaan meningkat bersama leverge karena adanya persepsi pasar mengenai nilai. Chowdhury (2010) menyimpulkan, nilai perusahaan dan nilai pemegang saham dipengaruhi oleh kombinasi terbaik antara utang dan ekuitas. Dalam tradeoff theory terdapat dua pandangan. Mackie-Mason (1990), Givoly et al. (1992), dan Trezevant (1992) mendukung tradeoff theory dengan mekanisme melalui pemanfaatan pajak, tetapi Myers (1984) berargumen bahwa tradeoff theory gagal memprediksi variasi waktu dan cross-sectional dari rasio-rasio utang yang diobservasi. Dalam prespektif signaling theory, kebijakan deviden berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pernyaan ini didukung oleh penelitian Dong et al. (2005) dan Sulong dan Fauzias (2008). Selain itu, kenaikan nilai perusahaan yang berasal dari kombinasi pilihan investasi di masa yang akan datang disebut sebagai investment opportunity set atau IOS (Myers 1977, Smith dan Watts 1992).
Adanya perbedaan pandangan dan hasil penelitian antara leverge dan nilai perusahaan membuat topik penelitian ini kian menarik untuk dibahas. Menurut Yudianti (2005), hasil tersebut menunjukkan bahwa kandungan informasi yang ada pada aliran kas bebas memiliki makna yang berbeda untuk kelompok aliran kas bebas positif dan negatif. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa variabel seperti aliran kas bebas, leverge, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan deviden memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. P enelitian Penman (2001) menyatakan bahwa variabel set kesempatan investasi relevan sebagai proksi pertumbuhan perusahaan. Dividen dan leverge merupakan dua kebijakan yang dilakukan manajemen untuk menekan biaya agensi (Crutchley and Hansen 1989). La Porta et al. (1999) menyimpulkan bahwa kebijakan dividen dapat menjadi mekanisme substitusi perlindungan hukum, khususnya bagi pemegang saham minoritas Diana pembayaran dividen menjadi sinyal bagi pemegang saham dan pasar bahwa reputasi perusahaan dapat dipercaya. Leverge berpengaruh terhadap masalah agensi karena adanya legal liability manajemen untuk memenuhi kewajiban kepada kreditur sehingga menjadi sinyal positif bagi reputasi perusahaan.
Kandungan informasi ini diperlukan bagi para pelaku bisnis yang berkepentingan terhadap faktor-faktor yang membentuk nilai pemegang saham sehubungan dengan rencana investasi, divestasi, merger atau akuisisi, sehingga membutuhkan informasi yang dapat diandalkan. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai alian kas bebas, leverge, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan dalam hal ini nilai bagi pemegang saham.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kondisi arus kas bebas, leverge, kebijakan deviden dan pertumbuhan perusahaan bepengaruh terhadap nilai perusahaan non perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia selama perioda tahun 2003 – 2010? 2. Bagaimanakah kondisi arus kas bebas, leverge, kebijakan deviden dan pertumbuhan perusahaan bepengaruh terhadap nilai perusahaan BUMN dan non BUMN non perbankan? 3. Bagaimanakah kondisi arus kas bebas, leverge, kebijakan deviden dan pertumbuhan perusahaan bepengaruh terhadap nilai perusahaan di setiap sektor non perbankan selama perioda tahun 2003 – 2010? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara deskriptif arus kas bebas, leverge, kebijakan deviden dan pertumbuhan perusahaan non perbankan yang terdapat di bursa efek Indonesia berdasarkan karakteristik perusahaan yakni BUMN dan non BUMN, dan antar sektor selama perioda 2003 – 2010 sehingga diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku bisnis dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Penelitian ini memiliki kebaruan karena pembahasan diklasifikasikan berdasarkan jenis dan karakteristik industri. Selain itu rentang periode penelitian berkisar antara tahun 2003 – 2010, dimana selama rentang perioda tersebut terjadi beberapa kejadian penting dalam bidang keuangan global yang turut mempengaruhi perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis, sehingga response perusahaan dalam menangapi informasi yang ada akan berbeda menyesuaikan dengan situasi perekonomian yang terjadi. II. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan berawal dari adanya pemisahan pengendalian perusahaan yang berdampak pada munculnya konflik antara agen dan pemilik. Hubungan keagenan didefinisikan sebagai hubungan antara satu orang atau lebih pemilik (principal) dengan agen untuk melakukan tindakan atas nama pemilik dalam bentuk pendelegasian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen (Jensen and Meckling, 1976). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen menimbulkan biaya keagenan (agency cost), berupa biaya pengawasan (monitoring cost), biaya penjaminan (bonding cost) dan kerugian residual (residual loss). 2.2. Nilai Perusahaan dan Nilai Pemegang saham Secara umum definisi nilai perusahaan (firm value) adalah suatu ukuran ekonomis yang mencerminkan nilai pasar bisnis. Nilai perusahaan dipengaruhi yaitu dua hal yaitu aset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk invertasi di masa depan. Nilai perusahaan di masa mendatang akan tercermin dari harga saham, karena
harga saham menceriminkan present value dari arus kas di masa mendatang yang akan diterima investor. Mengacu pada perhitungan nilai perusahaan sesuai formula yang diajukan Klapper dan Love (Khomsiyah 2005), maka nilai pemegang saham pada hakekatnya adalah nilai pasar ekuitas (market value of equity) yang merupakan perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredarnya. Penelitian lain, seperti oleh Masulis (1980) serta Wright dan Ferris (1997) juga menggunakan market value dan total assets sebagai proksi nilai pemegang saham. Fernandez (2007) menyimpulkan bahwa metode arus kas yang didiskonto (discounted cash flow) adalah metode yang paling cocok untuk menilai perusahaan dan didukung oleh Damodaran (2010) yang menjelaskan bagaimana metode tersebut digunakan untuk menghitung nilai perusahaan dan nilai ekuitas. 2.3. Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai aliran kas bebas, leverge, deviden dan pertumbuhan perusahaan dalam menilai hubungan antara nilai perusahaan dan nilai pemegang saham cukup banyak dilakukan dengan berbagai tujuan, beberapa diantaranya terdapat relevansi dengan penelitian ini. Penelitian mengenai pengaruh arus kas bebas, leverge, deviden dan IOS terhadap nilai perusahaan telah diakukan oleh Yulianti (2005) dengan menggunakan sampel pada 158 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data keuangan 1995 – 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran kas bebas positif dapat menjadi determinan bagi nilai pemegang saham, sedangkan aliran kas bebas negatif tidak dapat menjadi determinan bagi nilai pemegang saham, yang berarti bahwa informasi yang terkandung dari aliran kas bebas positif dan negatif tidak sama. Hasnawati 92005), melakukan penelitian mengenai pengaruh keputusan investasi terhadap firm value dan hasilnya terdapat hubungan yang positif. Keputusan investasi dibentuk oleh indikator peluang investasi di masa yang akan datang yang dapat diproksikan dalam IOS. Martini dan Handayani (2007) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh nilai perusahaan da variable IOS dan menyimpulkan bahwa terdapat hubuan positif antara IOS dan nilai perusahaan. Mai (2010) melakukan penelitian mengenai kebijakan deviden dan dihasilkan bahwa peningkatan pembayaran deviden berpegaruh terhadap kenaikan nilai perusahaan. Penelitian serupa jga dilakukan oleh Rahim et al (2008) yang menggunakan sampel perusahaan non finansial yang tercatat di Main Board of Bursa Malaysia periode 2002 – 2007 menunjukkan bahwa kecenderungan manajemen untuk menghindari risiko (risk-averse) dalam investasi berdampak tidak signifikan (positif dan negatif) terhadap investment on value, namun berdampak signifikan positif terhadap dividend payout dan leverge. Berdasarkan kajian dari penelitian terdahulu, maka pada penelitian ini akan dilakukan kajian lebih mendalam antara aliran kas bebas, leverge , deviden dan IOS terhadap nilai pemegang saham dengan perioda penelitian yang terbaru yakni tahun 2003 – 2010.
III. DATA DAN METODE 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan audited yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia, website etrading securities dan website masingmasing perusahaan, ataupun diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Secara spesifik data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jenis Data Yang Dibutuhkan No
Jenis Data
2
Data Sekunder
3
Data Sekunder
Parameter Aliran kas bebas
Data Dibutuhkan
Kas bersih dari aktivitas operasi Modal kerja bersih Investasi Pembayaran utang pokok
Nilai pemegang saham
Harga penutupan saham (closing price) Jumlah saham beredar
4
Data Sekunder
Set Kesempatan Investasi
5
Data Sekunder
Leverge
Total debt to total asset
6
Data Sekunder
Dividen
Ada atau tidak ada distribusi dividen
Market to book value of asset Market to book value of equity Capital expenditure to book value of asset Depreciation to book value of equity Earnings per share Investment on sales
3.2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang membahas tentang siapa, apa, dimana, kapan atau seberapa besar masalah yag ada sehingga apat menghasilkan suatu interpretasi data yang diolah. Penelitian ini menggunakan nilai pemegang saham sebagai variabel yang dipengaruhi, sedangkan arus kas bebas, leverge, deviden dan investment opportunity set sebagai variabel yang mempengaruhi. 3.3. Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan emiten saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2003 – 2010 yaitu sebanyak 426 perusahaan. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu sampel dipilih hanya pada perusahaan non finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2010 yang secara konsisten menerbitkan laporan keuangannya sejak tahun 2003 sampai dengan yakni sebanyak 273 perusahaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Aliran Kas Bebas, Leverge, Deviden dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Periode Tahun 2003–2010 Dalam meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham, para pelaku bisnis diharuskan membuat keputusan bisnis yang dapat menjembatani kepentingan diantara keduanya. Hal inilah yang digambarkan oleh teori keagenan. Teori keagenan berkaitan langsung dengan pengaruh aliran kas bebas, leverge, deviden dan IOS terhadap nilai pemegang saham melalui skema hubungan antara prinsipal dan agen. Sejalan dengan teori pensinyalan menunjukkan kandungan informasi yang terdapat pada aliran kas bebas melalui dengan mempertimbangkan faktor leverge, deviden dan IOS sebagai faktor kontekstual yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham. Adapun statistik deskriptif aliran kas bebas dan leverge setiap perioda pada tahun 2003 – 2010 dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Statistik Deskriptif Periode Tahun 2003 – 2010 PERIODE 2003 s.d. 2006
2007 s.d. 2008
Mean Median Minimum Maximum Variance Std. Deviation N Mean Median Minimum Maximum Variance Std. Deviation N Mean
2009 s.d. 2010
Median Minimum Maximum Variance Std. Deviation N
LEV 0.5887 0.54
FCF 0.18622 0.05519
IOS 4.04032 0.971
DEV 2270.075 0.3317
SHV 3.4533 0.963
0.01 4.37 0.162
-1.0796 11.1916 0.521
0.007 1011.604 1623.373
-4710.93 993089.4 1491.39914
0 1011.09 1.48921
0.4022 732 0.7887 0.55 0 72.73
0.72166 732 0.47176 0.06732 -1.7815 93.9217
40.2911 732 8.62848 1.088 0.046 1171.55
40350.5471 732 7048.227 0.4990 -58911.7 2631349
40.2913 732 7.8408 0.988 0 1171.11
14.409
25.032
5578.561
7191.6784
3.89238
3.7959 366
5.00324 366
74.68977 366
137584.909 366
74.4655 366
1.0278 0.51 0 163.23 72.531 8.5165 366
1.91051 0.09562 -17.0765 458.006 661.34 25.7165 366
18.94644 1.013 0.008 2395.111 30105.14 173.5083 366
112.123 0.4505 -6126.29 23094.85 74.36402 1422.6674 366
18.263 0.9173 0 2394.74 8.95326 171.052 366
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata rata setiap tahunya terjadi peningkatan aliran kas bebas (FCF) yang diikuti oleh peningkatan leverge (LEV), deviden (DEV) dan IOS. Hal ini turut mempengaruhi kenaikan nilai perusahaan (SHV), dengan nilai standar deviasi yang juga turut meningkat setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa beberapa perusahaan non perbankan senantiasa meningkatkan porsi hutangnya untuk mendukung pertumbuhan perusahaan yang digambarkan dari peningkatan rata rata IOS.
Peningkatan LEV juga diikuti oleh peningkatan aliran kas bebas dimana pada perioda 2009-2010 meningkat hampir empat kali lipat menjadi 191,05%. Hasil ini menunjukkan bahwa utang dapat digunakan sebagai mekanisme pegawasan dengan demikian biaya keagenan yang muncul dapat ditekan sehingga peningkatan LEV diikuti oleh peningkatan FCF yang semakin positif. Pada kondisi leverge yang tinggi, pengaruh positif aliran kas bebas terhadap nilai perusahaan akan semakin kuat ketika perusahaan juga turut meningkatkan pembagian deviden. Pada perioda tahun 2009-2010 juga terjadi penurunan deviden, hal ini dikarenakan periode tersebut adalah periode pasca krisis. Hasil ini membuktikan bahwa krisis memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan, akibat dari krisis mulai dirasakan pada periode ini yang ditunjukkan dari penurunan deviden bagi pemegang saham. Adapun analisis varian untuk periode tahun 2003 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Anova Perioda Tahun 2003 – 2010 Sum of Squares Leverge * Periode
FCF * Periode
IOS * Periode
Between Groups
2
23.908
Within Groups
31851.378
1461
21.801
Total
31899.194
1463
748.413
2
374.207
Within Groups
250906.617
1461
171.736
Total
251655.030
1463
Between Groups
Between Groups Total
SHV* Periode
Mean Square
47.815
Within Groups DEV* Periode
Df
Between Groups
54254.682
2
27127.341
14211236.207
1461
9727.061
14265490.889
1463
9432234562.078
2
4716117281.039
Within Groups
8100235235332.140
1461
5544308853.752
Total
8109667469894.220
1463
Between Groups
53498.687
2
26749.344
Within Groups
13860828.599
1460
9493.718
Total
13914327.286
1462
F
Sig.
1.097
.334
2.179
.114
2.789
.062
.851
.427
2.818
.060
Pada tabel 3 terlihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai perusahaan dan pertumbuhan perusahaan yang digambarkan dari sigifikan F < α 5%. Hal ini disebabkan semakin tinggi investasi suatu perusahaan memberikan sinyal positif bahwa perusahaan sedang mengalami pertumbuhan, informasi ini akan ditanggapi positif oleh investor sehingga nilai perusahaan akan meningkat begitu juga dengan nilai pemegang saham. Pengaruh yang signifikan terjadi antara periode sebelum krisis dan setelah krisis, hal ini menunjukkan bahwa terjadinya krisis pada tahun 2007 – 2008 telah mempengaruhi keputusan perusahaan dalam hal peningkatan pertumbuhan perusahaan dan nilai pemegang saham. Hasil ini menujukkan bahwa dampak krisis cukup mempengaruhi perusahaan. Saat krisis sebagian besar negara maju dan berkembang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, kondisi ini berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4.2. Aliran Kas Bebas, Leverge, Deviden dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan BUMN dan Non BUMN Perusahaan BUMN adalah perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Menurut Wahyudi dan Hartini (2006) menunjukkan struktur kepemilikan dengan adanya konsentrasi kepemilikan memiliki implikasi negatif terhadap nilai perusahaan melalui keputusan keuangan yang mempengaruhi keputusan bisnis seperti tingkat leverge, pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden dan aliran kas bebas. Adapun hasil statistic deskriptif antara perusahaan BUMN dan non BUMN dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Statistik Deskriptif Antara Perusahaan BUMN dan Non BUMN NON BUMN LEV
FCF
IOS
BUMN
DEV
SHV
LEV
FCF
IOS
DEV
SHV
Mean
0.76
0.70
9.18
3024.22
8.51
0.40
0.39
0.99
1.98
0.59
Median
0.54
0.07
1.01
1. 638
0.384
0.39
0.13
0.90
0.00
0.429
Minimum
0.00
-17.08
0.01
-58911
0.00
0.18
-0.23
0.31
0.00
0.02
Maximum
163.23
458.01
2395.
2631349
2394.74
0.71
11.19
3.16
8.60
2.96
Variance
22.54
177.76
10079
2011.78
2.64
0.02
2.61
0.33
0.28
0.09
std. dev
4.75
13.33
100.40
75702.80
99.19
0.14
1.62
0.58
1.95
0.62
N
1416
1416
1416
1416
1416
48
48
48
48
48
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa rata rata LEV, FCF, DEV, IOS perusahaan non BUMN lebih besar dibandingkan dengan perusahaan BUMN, demikian juga dengan standar deviasinya. Hal ini disebabkan perusahaan non BUMN memiliki keleluasaan dalam menentukkan tingkat leverge untuk mendukung peningkatan pertumbuhan perusahaan, sehingga FCF cenderung fluktuatif mulai dari FCF negatif sampai positif dengan nilai yang cukup besar. Nilai FCF ini mencerminkan pertumbuhan yang telah dicapai perusahaan sehingga berpengaruh pada nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham yang data dilihat dari rata rata DEV yang lebih tinggi. Berbeda dengan perusahaa BUMN, adanya intervensi pemerintah membuat pasar memberikan respon yang tidak fluktuatif, karena dianggap BUMN adalah perusahaan yang tidak terlalu beresiko dan BUMN dibatasi oleh peraturan yang telah ditetapkan sehingga rata rata LEV, IOS, FCF dan DEV lebih rendah. Hasil penguian analisis varian dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 5 tabel, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan BUMN dan non BUMN yang ditunjukkan dari nilai F lebih besar dari α 5% atau tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai perusahaan diantara keduanya. Meskipun secara umum, perusahaan BUMN memiliki fluktuasi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan non BUMN, tetapi pasar tidak hanya menilai suatu perusahaan berdasarkan status perusahaan, melainkan kinerja perusahaan yang telah dicapai, hal ini dikarenakan nilai perusahaan merupakan cerminan dari pencapaian kinerja suatu perusahaan.
Tabel 5. Anova Perusahaan BUMN dan Non BUMN Sum of Squares Leverge * Status Perusahaan
Between Groups
FCF * Status Perusahaan
Within Groups
31893.332
1462
21.815
Total
31899.194
1463
4.511
1
4.511
Within Groups
251650.519
1462
172.128
Total
251655.030
1463
3114.514
1
3114.514
Within Groups
14262376.375
1462
9755.387
Total
14265490.889
1463
Between Groups
424052992.499
1
424052992.499
Within Groups
8109243416901.710
1462
5546678123.736
Total
8109667469894.210
1463
2911.102
1
2911.102
Within Groups
13911416.184
1461
9521.845
Total
13914327.286
1462
Between Groups SHV* Status Perusahaan
F
5.862
Between Groups
DEV* Status Perusahaan
Mean Square 1
Between Groups
IOS * Status Perusahaan
df
5.862
Sig.
.269
.604
.026
.871
.319
.572
.076
.782
.306
.580
4.3. Aliran Kas Bebas, Leverge, Deviden dan Pertumbuhan perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Antar Sektor Non Perbankan Setiap sektor memiliki karakteristik dan risiko usaha yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat aliran kas bebas, leverge .tingkat pertumbuhan perusahaan dan kebijakan deviden masing masing sektor berbeda. Pertumbuhan suatu perusahaan bukan hanya dipegaruhi oleh manajemen perusahaan tetapi juga kondisi persaingan dalam satu industri. Adapun hasil deskriptif antar sektor non perbankan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Statistik Deskriptif Antar Sektor Non Perbankan
Mean Median Minimum Maximum Variance Std. Dev N
LEV 0.508 0.535 0.000 1.080
FCF 0.080 0.000 -0.458 1.773
0.077 0.278 80
0.132 0.364 80
LEV Mean Median Minimum Maximum Variance Std. Dev N
Agribisnis IOS DEV 1.551 62.463 1.096 0.00 0.446 -0.820 5.873 3070.0 1.540 1.241 80
44.555 398.51 80
Industri Dasar & Kimia FCF IOS DEV
Pertambangan IOS DEV 2.695 2.342 1.223 0.812 0.313 0.000 30.473 5.680
SHV 1.043 0.577 0.000 5.680
LEV 0.353 0.290 0.010 0.980
FCF 6.328 -0.06 -1.78 458.0
0.157 1.401 80
0.060 0.246 72
2914. 53.98 72
SHV
LEV
Industri Lainnya FCF IOS DEV
SHV
23.665 4.865 72
12.997 4.887 72
SHV 0.971 0.000 -21.01 12.170 0.425 3.605 72
1.167 0.530 0.040
0.757 25.591 0.029 1.040 -17.077 0.111
212.299 0.4678 -6126.0
24.48 0.48 0.000
0.675 0.620 0.010
0.208 0.040 -1.08
1.537 0.958 0.007
36.260 0.000 -4710.9
0.862 0.275 0.000
163.23 74.739 8.645 424
180.126 2395 98.256 33281 9.912 182.43 424 424
31080.0 103.670 2134.69 424
2394 8.769 180.4 424
6.290 0.236 0.486 360
11.71 1.171 1.082 360
21.489 3.934 1.983 360
16125.9 46.744 886.903 360
21.110 0.105 1.987 360
LEV
Consumer Good FCF IOS DEV
SHV
LEV
FCF
Infrastruktur IOS DEV
SHV
Mean
0.422
0.141
0.914
10.939
0.491
0.509
0.266
1.475
20028
1.502
Median
0.375
0.065
0.520
0.315
0.091
0.490
0.076
0.850
0.00
0.268
Minimum
0.070
-0.377
0.071
0.000
0.000
0.010
-0.87
0.008
-438.08
0.000
Maximum
1.930
1.307
4.138
92.190
3.310
2.220
4.759
23.997
263134
90.660
Variance
0.165 0.406 32
0.157 0.396 32
1.109 1.053 32
4.178 23.632 32
0.147 0.831 32
0.151 0.388 208
0.803 0.896 208
6.574 2.564 208
13658 196972 208
0.480 6.927 208
Total IOS
DEV
SHV
Std. Dev N
LEV
FCF
Transportasi IOS DEV
SHV
LEV
FCF
Mean
0.600
0.314
3.443
27.852
2.843
0.749
0.689
8.914
2925
8.246
Median
0.550
0.204
1.141
0.00
0.527
0.540
0.066
1.009
0.000
0.387
Minimum
0.010
-1.537
0.179
-58912
0.000
0.000
-17.077
0.007
-58912
0.000
Maximum
4.010
4.676
61.971
36445
61.47
163.23
458.06
2395.11
263134
2394
Variance
0.137
0.353
56.811
253.992
0.441
21.80
172.01
9750.85
1946
2.551
Std. Dev
0.371 0.600
0.594 0.314
7.537 3.443
4310.39 288
7.492 2.843
4.669 1464
13.115 1464
98.746 1464
74453 1464
97.55 1464
N
Pada tabel 7 terlihat bahwa terdapat perbedaan LEV, FCF, IOS, DEV dan SHV diantara sektor usaha non perbankan. Sektor yang memiliki rata rata LEV paling kecil adalah pertambangan yakni 35,28% tetapi rata rata nilai FCFnya paling tinggi 632,8%. Hasil ini menunjukkan tingkat leverge rendah di sektor pertambangan dikarenakan risiko ketidakpastian yang tinggi sehingga pembiayaan dari perbankan terhadap sektor ini relatif kecil yaitu sekitar 2,44% dari total kredit perbankan (Bank Indonesia, 2009). Selain itu, rata rata SHV sektor pertambangan paling kecil yakni 0,971, hal ini dikarenakan sektor pertambangan seringkali bersinggungan dengan isu lingkungan dan sosial masyarakat. Pengelolaan yang tidak baik dapat menimbulkan isu negatif yang dapat mempengaruhi kredibilitas perusahaan, yang pada akhirnya akan turut berdampak pada nilai perusahaan. Perusahaan manufaktur seperti industri dasar dan kimia, memiliki rata rata LEV yang tinggi. Adanya tambahan utang dipergunakan oleh perusahaan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pembagian deviden yang membuat nilai perusahaan turut meningkat. Meskipun demikian, standar deviasi sektor ini juga paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal ini menunjukkan bahwa sektor ini sangat fluktutif. Kondisi ini dimungkinkan karena perusahaan manufaktur memproduksi barang barang yang sangat beragam. Sektor yang memliki nilai standar deviasi paling kecil adalah consumer good. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi pada sektor ini paling rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Consumer good adalah sektor yang memproduksi barang yang dibeli oleh hampir semua orang untuk dikonsumsi, sehingga sifatnya cepat diserap oleh masyarakat. Adapun hasil analisis varian antara sektor non perbankan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Anova Antar Sektor Non Perbankan Sum of Squares Leverge * Sektor Usaha
Between Groups
113.643
6
18.941
31785.551
1457
21.816
Total
31899.194
1463
2492.026
6
415.338
Within Groups
249163.004
1457
171.011
Total
251655.030
1463
IOS * Sektor Usaha Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total SHV* Sektor Usaha
Mean Square
Within Groups
FCF * Sektor Usaha Between Groups
DEV* Sektor Usaha
df
Between Groups
166817.393
6
27802.899
14098673.496
1457
9676.509
14265490.889
1463
70928873993.265
6
11821478998.877
8038738595900.950
1457
5517322303.295
8109667469894.220
1463
157524.993
6
26254.165
Within Groups
13756802.293
1456
9448.353
Total
13914327.286
1462
F
Sig.
.868
.518
2.429
.024
2.873
.009
2.143
.046
2.779
.011
Dari tabel 7, hanya variabel LEV yang tidak berpengaruh signifikan yang ditunjukkan dengan nilai lebih besar dari α 5%,. Hal iini dikarenakan karakteristik antar sektor mempengaruhi karakteristik struktur modal perusahaan, sehingga setiap sektor pasti akan memiliki standar leverge yang berbeda tergantung jenis industrinya. Pengaruh yang signifikan terdapat pada variabel FCF, IOS dan DEV. Menurut Penman (2001), aliran kas bebas dipengaruhi oleh nilai investasi. Setiap sektor memiliki keputusan investasi yang berbeda. Perusahaan yang sedang tumbuh cenderung meningkatkan nilai investasinya. Adanya peluang pertumbuhan dimasa yang akan datang akan berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan yang tergambar dari peningkatan pembagian deviden bagi pemegang saham. Nilai perusahaan yang diwakili oleh SHV juga memiliki pengaruh yang signifikan, hal ini dikarenakan nilai perusahaan merupakan cerminan dari pencapaian kinerja perusahaan. Hasil ini mendukung signaling theory yang menjelaskan bahwa untuk mengurangi asimetri informasi di pasar, perusahaan dapat memberikan signal informasi kepada pihak luar. FCF merupakan aliran kas diskrosioner yang dapat digunakan untuk tambahan investasi (IOS), melunasi utang dan menambah likuiditas perusahaan. sehingga dapat menjadi signal positif atas keberhasilan manajemen mengelola perusahaan. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Adapun hal yang dapat disimpulkan dari analisis deskriptif leverge dan aliran kas bebas terhadap nilai perusahaan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan yang terjadi antara periode sebelum krisis (2003 -2006) dan setelah krisis (2009-2010) dalam hal pertumbuhan perusahaan dan nilai pemegag saham pada setiap perusahaan dalam periode tersebut. 2. Perusahaan Non BUMN cenderung memiliki nilai leverge, aliran kas bebas, pertumbuhan perusahaan dan deviden yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan BUMN tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara keduanya. 3. Pada perbandingan antar sektor, faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan adalah aliran kas bebas, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan deviden. 5.2. Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan. Untuk itu, perlu adanya dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap faktor faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham dengan pendekatan metode penelitan yang lain seperti ekonometrika. DAFTAR PUSTAKA Chowdhury A, SP Chowdhury. 2010. Impact of Capital Structure on Firm’s Value : Evidence from Bangladesh. Business and Economic Horizon 3 (3): 111 – 122. http://academicpublishingplatform.com. Jensen MC, CW Smith Jr. 1986. The Modern Theory of Corporate Finance. McGraw-Hill Book Company. Singapore. Morristown. 2002. Tying Free Cash Flows to Market Valuations. Financial Executive May. http://search.proquest.com. Myers S. 1984. The Capital Structure Puzzle. Journal of Finance : 575 – 591. http://search.proquest.com Penman SH. 2001. Financial Statement Analysis and Security Valuation. International Edition. McGraw-Hill Irwin. Singapore. Penman S H, N Yehuda. 2009. The pricing of Earnings and Cash Flows and an Affirmation of Accrual Accounting. Review of Accounting Studies 14(4) : 453-479. Rahim RA, M Hasimi, Norazlan, Fauzias. 2008. Investment, Board Governance and Firm Value: A Panel Data Analysis. Unpublished Paper. Graduate School of Business, National University of Malaysia Vogt SC, JD Vu. 2000. Free Cash Flow and Long-Run Firm Value; Evidence from the Value Line Investment Survey. Journal of Managerial Issues 12 (2) Summer: 188 – 207. http://search.proquest.com.
Wahyudi U, Hartini. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Working Paper pada Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23 – 26 Agustus. Yudianti, FN. 2005. The Effect of Investment Opportunity Set and Earnings Management to the Relationship between Free Cash Flow and Shareholder Value. International Conference on Business and Management Research. http://pdeb.fe.ui.ac.id. Zingales L. 2000. In Search of New Foundations. The Journal of Finance 55(4). http://search.proquest.com. .