28
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian
3.1.1
Objek Penelitian Penelitian
ini
menganalisis
pengaruh
kepemilikan
institusional,
kesempatan investasi set dan aliran kas bebas terhadap dividend payout ratio serta harga saham pada perusahaan manufaktur sektro aneka industri dengan jenis produksi otomotif dan komponen yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007 - 2011. 3.1.2
Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI)
Visi Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Misi : Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui
pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) PERIODE
KETERANGAN
[Desember 1912]
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
[1914 – 1918]
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
[1925 – 1942]
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939]
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 – 1952]
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
[1956]
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977] [10 Agustus 1977]
Perdagangan di Bursa Efek vakum Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat
29
Berharga Syariah Negara [1977 – 1987]
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
[1987]
Ditandai
dengan
hadirnya
Paket
Desember
1987
(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia [1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
[10 November 1995]
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
30
diberlakukan mulai Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG Sumber : www.idx.co.id
3.2
Desain Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode analisis
kausal. Analisis kausal adalah penelitian untuk mengetahui tentang pengaruh satu atau lebih veriabel bebas (independent variables) terhadap variabel terikat (dependent variabel). Tujuan penelitian kausal dalam hal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional, set kesempatan investasi dan arus kas bebas terhadap dividend payout ratio serta harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2007-2011.
31
Aliran Kas Bebas (X1)
Set Kesempatan Investasi (X2)
Dividend payout ratio (Y1)
Harga Saham (Y2)
Kepemilikan Institusional (X3)
Gambar 3.1 Model Penelitian Model penelitian ini menggunakan dua model regresi berganda. Dimana pada model regresi berganda yang pertama variabel dependen adalah dividend payout ratio dengan variabel independen aliran kas bebas, set kesempatan investasi dan kepemilikan institusional. Adapun model regresi berganda yang pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dimana : β
= koefisien parameter
u
= error term
DPR
= dividend payout ratio
FCF
= free cash flow atau aliran kas bebas
MVEBVE
= market to book value of equity
IO
= kepemilikan institusional
Sedangkan model regresi berganda yang kedua variabel dependennya adalah harga saham dengan variabel independen dividend payout ratio aliran kas
32
bebas, set kesempatan investasi dan kepemilikan institusional. Adapun model regresi berganda yang kedua adalah sebagai berikut :
Dimana :
3.3
β
= koefisien parameter
u
= error term
R
= return saham yang mewakili harga saham
DPR
= dividend payout ratio
FCF
= free cash flow atau aliran kas bebas
MVEBVE
= market to book value of equity
IO
= kepemilikan institusional
Hipotesis Hipotesis merupakan pendugaan sementara atas penelitian, berkenaan
dengan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1:
Aliran Kas Bebas berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
H2:
Kesempatan Investasi Set berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
H3:
Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
H4:
Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham.
H5:
Aliran Kas Bebas berpengaruh terhadap Harga Saham.
H6:
Kesempatan Investasi Set berpengaruh terhadap Harga Saham.
H7:
Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Harga Saham
33
3.4
Definsi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya, variable penelitian dapat
dikelompokkan sebagai berikut: 3.4.1 Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang tidak bisa berdiri sendiri, dalam penelitian ini variabel dependennya adalah harga saham dan dividend payout ratio. a.
Harga Saham Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham yang diwakili
oleh return saham. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen. Return saham dihitung dengan rumus (Ross dkk,2003 dalam Michell Suharli, 2005) :
Dimana : Pit = Harga yang diharapkan periode tahun sekarang Pit-1= Harga yang diharapkan tahun sebelumnya Rit = Return saham satu pada periode t b.
Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR). Rasio ini menjelaskan tentang jumlah
pembayaran dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dari laba bersih yang dihasilkan. Diukur dengan perbandingan antara
34
dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat. DPR ini dapat dihitung dengan rumus (Robbert Ang, 1997): 𝐷𝑃𝑅
3.4.2
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Variabel Independen Variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Aliran Kas Bebas Free Cash Flow adalah arus kas yang tersedia untuk didistribusikan
kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan Houston: 2006) FCF = NOPAT - Capital Expentidure Dimana : NOPAT (Net Oprating Profit After Tax) = EBIT (1-T) Capital Expenditure = Operating Capital (t) – Operating Capital (t-1) Operating Capital = Net Fixed Asset + Net Working Capital Net Fixed Asset = Fixed Asset – Depreciation Net Working Capital = Current Asset – Current Liabilities (tanpa bunga) b.
Kesempatan Investasi Set Set kesempatan investasi dapat didefinisikan sebagai kombinasi antara
aktiva riil (asset in place) dengan alternatif investasi di masa yang akan datang yang memiliki nilai bersih sekarang positif. Set kesempatan investasi merupakan 35
variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), sehingga diperlakukan proksi (Hartono 2002). Kesempatan Investasi Set dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan proksi berbasis harga yaitu Market to book value of equity (MVEBVE). 𝑀𝑉𝐸𝐵𝑉𝐸
∑ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Dimana :
c.
∑ Saham yang beredar
= jumlah lembar saham yang beredar
Harga penutupan Saham
= harga penutup saham akhir tahun.
Total ekuitas
= total ekuitas akhir tahun.
Kepemilikan Institusional Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny (dalam Barnae dan Rubin, 2005) bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
∑ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 ∑ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Dimana : ∑ Saham institusional = Jumlah lembar saham yang dimiliki Institusional. ∑ Saham beredar 3.5
= Jumlah lembar saham yang beredar.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara penelitian
kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara
36
mengumpulkan data yang diperlukan melalui sumber-sumber tertulis seperti jurnal, skripsi, buku dan mempelajari modul perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3.6
Jenis Data Penelitian Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data
sekunder dengan jenis data panel periode 2007-2011 yaitu data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tersebut adalah data laporan tahunan yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data panel adalah data yang memiliki jumlah cross section dan jumlah time series. Data dikumpulkan dalam suatu rentang waktu terhadap banyak individu. Secara umum dengan mengunakan data panel kita akan menghasilkan intrsep dan/atau slop koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap priode waktu. 3.7
Populasi dan Sampel
3.7.1
Populasi Populasi merupakan seluruh individu yang akan dijadikan subjek
penelitian. Populasi menurut Sutrisno Hadi (2001:70) adalah keseluruhan dari unit analisis yang diperoleh berdasarkan ciri-ciri yang diduga dari sampel yang hendak digeneralisasikan atau dianalisis secara umum. Tujuan ditetapkannya populasi adalah untuk menghindari kesalahan generalisasi kesimpulan. Pada penelitian ini populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dalam sektor aneka industri dengan jenis produksi otomotif dan
37
komponen yang terdaftar di BEI. Berikut tabel perusahaan dengan jenis produksi otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI. Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Otomotif dan Komponen di BEI No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3.7.2
Nama Perusahaan Astra International Tbk Astra Auto Part Tbk Indo Kordsa Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gajah Tunggal Tbk Indomobil Sukses International Tbk Indospring Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Multistrada Arah Sarana Tbk Nipress Tbk Prima alloy steel Universal Tbk Selamat Sempurna Tbk Sumber : www.idx.co.id
Kode ASII AUTO BRAM GDYR GJTL IMAS INDS LPIN MASA NIPS PRAS SMSM
Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria sampel yang digunakan. Berikut kriteria yang ditentukan peneliti dalam menentukan perusahaan manufaktur yang akan diuji : 1.
Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit setiap tahun selama periode 2007-2011.
2.
Perusahaan membagikan deviden kas secara konsisten selama periode 2007-2011.
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 8 perusahaan. Berikut tabel perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini:
38
Tabel 3.3 Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Perusahaan Astra International Tbk Astra Auto Part Tbk Indo Kordsa Tbk Goodyear Indonesia Tbk Selamat Sempurna Tbk Goodyear Indonesia Tbk Multistrada Arah Sarana Tbk Gajah Tunggal Tbk Sumber : www.idx.co.id
3.8
Metode Analisis Data
3.8.1
Analisis Statistik Deskriptif
Kode ASII AUTO BRAM GDYR SMSM GDYR MASA GJTL
Analisis statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan karakteristik dari informasi deskriptif atas suatu kumpulan data. Statistik yang dipakai meliputi rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimal. Analisis statistik deskriptif ini juga digunakan untuk melihat karakteristik dan persebaran dari sekumpulan data (Sekaran dan Bougie, 2010). 3.8.2
Penentuan Model Panel Dalam analisis model data panel dikenal tiga macam pendekatan estimasi
yaitu pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random effect). Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih satu dari tiga pendekatan yang ada. Pemilihan ini bertujuan agar pendekatan yang dipilih cocok dengan tujuan penelitian dan karakteristik data sehingga proses estimasi memberikan hasil yang lebih tepat. Metode Pooled Least Square terlalu sederhana untuk mendeskripsikan fenomena
39
yang ada, sehingga pilihan selanjutnya adalah memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect (REM). (http://amaluddinunpatti.blogspot.com) Untuk menentukan model yang tepat antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect (REM) perlu dilakukan uji sebagai berikut : a.
Uji Hausman Pengujian ini dilakukan untuk melihat, apakah pada model terdapat efek
individu acak atau tetap, bila terdapat efek individu tetap maka metode estimasi yang digunakan untuk meregresi model menggunakan Metode Fixed Effect sedangkan bila terdapat efek individu acak maka metode yang digunakan Metode Random Effect. Uji Hausman pada penelitian ini menggunakan aplikasi software Eviews 7 dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : random effect H1 : fixed effect Kriteria penerimaan H0 juga dapat juga melihat nilai p-value sebagai berikut :
3.8.3
-
Jika prob.cross section > 0,05 maka H0 diterima
-
Jika prob.cross section < 0,05 maka H0 ditolak
Uji Asumsi Klasik Sebuah model statistik panel harus diuji apakah terdapat permasalahan
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi untuk memenuhi asumsi best, linear, unbiased, estimator (BLUE). Jika terdapat asumsi BLUE yang dilanggar, maka interpretasi hasil regresi menjadi bias atau tidak efisien. Berikut
40
ini adalah pengujian yang dilakukan untuk mengidentifikasi pelanggaran asumsi BLUE: 1.
Uji Multikolinieritas Uji asumsi berganda multikolinieritas digunakan untuk menetukan
korelasi antar dua atau lebih variabel independen dalam multi regresi. Data dikatakan teridentifikasi multikolinearitas apa bila koefisien korelasi antar variabel independen lebih dari 1 atau sama dengan 0,8 (Gujarati,2003). 2.
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah residual variance atau error dari pengamatan tidak konstan. Suatu model regresi linier yang baik, tidak memiliki perbedaan atau varian dari residualnya (homoskedastisitas) pada pengamatan yang berbeda-beda. 3.
Uji Autokorelasi Untuk menguji adanya korelasi antara residual atau error periode tertentu
dengan residual atau error periode sebelumnya, dilakukanlah uji autokorelasi. Jika terjadi korelasi, maka model statistik kurang baik untuk dilakukan regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi, dapat menggunakan uji statistik Durbin-Watson. Nilai Durbin-Watson yang mendekati 2 mengindikasikan tidak terdapat autokorelasi.
41
3.8.4 Uji Hipotesis Berdasarkan model regresi yang telah dibangun dan variabel-variabel yang telah ditentukan, kemudian akan dilakukan pembuatan uji hipotesis seperti dibawah ini : 1.
Hubungan Aliran Kas Bebas (FCF) dengan Dividend Payout Ratio (DPR) Ho1:
tidak ada pengaruh antara Aliran Kas Bebas (FCF) dengan Dividend Payout Ratio (DPR) , jika
Ha1:
ada pengaruh antara Aliran Kas Bebas (FCF) dengan Dividend Payout Ratio (DPR) , jika
2.
Hubungan Kesempatan Investasi (MVEBVE) dengan Dividend Payout Ratio (DPR) Ho2:
tidak ada pengaruh antara Kesempatan Investasi (MVEBVE) dengan Dividend Payout Ratio (DPR), jika
Ha2:
ada pengaruh antara Kesempatan Investasi (MVEBVE) dengan Dividend Payout Ratio (DPR), jika
3.
Hubungan Kepemilikan Institusional (IO) dengan Dividend Payout Ratio (DPR) Ho3:
tidak ada pengaruh antara Kepemilikan Institusional (IO) dengan Dividend Payout Ratio (DPR) , jika
Ha3:
ada pengaruh antara Kepemilikan Institusional (IO) dengan
Dividend Payout Ratio (DPR), jika 4.
Hubungan Dividend Payout Ratio (DPR) dengan Harga Saham (R)
42
Ho4:
tidak ada pengaruh antara Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham (R), jika
Ha4:
ada pengaruh antara Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham (R), jika
5.
Hubungan Aliran Kas Bebas (FCF) dengan Harga Saham (R) Ho5:
tidak ada pengaruh antara Aliran Kas Bebas (FCF) terhadap Harga Saham (R), jika
Ha5:
ada pengaruh antara Aliran Kas Bebas (FCF) terhadap Harga Saham (R), jika
6.
Hubungan Kesempatan Investasi (MVEBVE) dengan Harga Saham (R) Ho6:
tidak ada pengaruh antara Kesempatan Investasi (MVEBVE) terhadap Harga Saham (R), jika
Ha6:
ada pengaruh antara Kesempatan Investasi (MVEBVE) terhadap Harga Saham (R), jika
7.
Hubungan Kepemilikan Institusional (IO) dengan Harga Saham (R) Ho7:
tidak ada pengaruh antara Kepemilikan Institusional (IO) terhadap Harga Saham (R), jika
Ha7:
ada pengaruh antara Kepemilikan Institusional (IO) terhadap Harga Saham (R), jika
3.8.5
Uji Signifikansi Variabel Bebas Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh individual
variabel-variabel bebas dalam model terhadap variabel terikatnya. Dengan melakukan pengujian ini nilai-nilai statistik setiap variabel bebas.
43
H0: H1: Nilai beta menunjukkan slope variabel bebas. Bila nilai statistik beta sama dengan nol maka variabel bebas tidak memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat. Kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :
3.8.6
-
Jika probabilitas (p-value) > 0,05, maka H0 diterima
-
Jika probabilitas (p-value) < 0,05, maka H0 ditolak
Uji Signifikansi Model (Uji F stat) Uji signifikansi model atau disebut juga uji F atau global test atau disebut
juga uji signifikansi serentak. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji F berguna untuk menguji apakah koefisien regresi signifikan (berbeda nyata). Koefisien regresi yang signifikan adalah koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Uji F yang dipakai dalam penelitian ini adalah : H0 : H1 :
(paling tidak ada satu slope yang
)
Beta merupakan slope dari variabel bebas model. Kriteria penerimaan H0 adalah sebagai berikut : -
Jika probabilitas (p-value) > 0,05 maka H0 diterima
-
Jika probabilitas (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak
44
3.8.7 Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinan (R2) mengukur sejauh mana pergerakan atau varian dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai ini menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai R2 berkisar antara 0
45