Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Pentingnya peranan ini menyebabkan bidang ekonomi diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pada pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industry dalam negeri, meningkatkan ekspor, merningkatkan pendapatan petani, memperluas kesmpatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai keunggulan komperatif hal itu disebabkan oleh karena: 1. Indonesia terletak di daerah katulistiwa sehingga perbedaan musim menjadi jelas dan periodenya agak lama. 2. Karena lokasinya di khatulistiwa maka tanaman cukup memperoleh sinar matahari untuk keperluan fotosintesisnya. 3. Curah hujan umumnya cukup memadai 4. Adanya politik pemerintah yang sedemikian rupa sehingga mendorong tumbuah dan berkembangnya sektor pertanian. (Soekartawi,1993;3) Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini
Universitas Sumatera Utara
menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Menurut Heru A. Muawin (dalam www.herumuawin.blogspot.com),visi pembangunan pertanian adalah membangun petani melalui bisnis pertanian yang modern, efisien, dan lestari yang terpadu dengan pembangunan wilayah. Ciri-ciri dari visi ini adalah : 1. Membangun petani mengandung pengertian prioritas pembangunan pertanian harus mendahulukan kesejahteraan petani dalam arti luas sehingga mampu menumbuh kembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial-ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar. 2. Bisnis pertanian mengandung pengertian pertanian harus dikembangkan dalam suatu sistem agribisnis pertanian mulai dari bisnis input produksi, hasil produksi pertanian, deversifikasi usaha pertanian, serta bisnis hasil olahannya yang mampu akses ke pasar internasional. Melalui aktifitas agribisnis pertanian yang lebih luas ini diharapkan mampu lebih meningkatkan peran pertanian terhadap pembangunan nasional baik terhadap penyerapan tenaga kerja, pendapatan nasional, perolehan devisa, maupun peningkatan gizi masyarakat 3. Modern mengandung pengertian menggunakan teknologi yang dinamis dan spesifik lokasi pengembangan sesuai dengan tutuntan zaman. 4. Efisien mengandung pengertian mampu berdaya saing di pasar internasional yang dicirikan pada pengembangan yang didasarkan sumberdaya yang mempunyai keunggulan komparatif dan berkualitas tinggi
Universitas Sumatera Utara
5. Lestari mengandung pengertian menggunakan sumberdaya yang optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya pertanian. 6.
Terpadu
dengan
pembangunan
wilayah
mengandung
pengertian
pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan
infrastruktur
maupun
pembangunan
sosial
ekonomi
kemasyarakatan. 2.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian Pembangunan
merupakan
suatu
proses
yang
berkelanjutan
dan
berkesinambungan. Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian meletakkan petani sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional. Karena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya memberdayakan ekonomi petani, merupakan inti dari upaya pembangunan pertanian. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran Pemerintah adalah sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat petani dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Pembangunan pertanian yang berhasil harus memiliki langkah-langkah kebijakan yang diambil yaitu meliputi usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi, yang intinya tercakup dalam pengertian Trimarta Pembangunan pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu, komoditi terpadu, dan wilayah terpadu. Di samping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian, dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung, pembinaan terhadap petani
Universitas Sumatera Utara
diarhkan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan komoditi hasil pertanian diarahkan benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor, dan bahan baku bagi industry. Pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembanngunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. 2.3 Perdagangan Internasional 2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional Perdagangan antara negara atau yang lebih dikenal perdagangan internasional, sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat (dalam negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter (penukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing- masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara partner dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, di antaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, pendududk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional. Pada awalnya proses perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang (saat terjadi
Universitas Sumatera Utara
transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara/ internasional dengan aset- aset yang mengandung risiko seperti saham, valuta asing, dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak, bahkan semua Negara yang terkait di dalamnya sehingga memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Adapun sebab-sebab umum terjadinya perdagangan internasional adalah (Halwani, 2002;17): 1. Sumber daya alam (natural resources) 2. Sumber daya modal (capital resources) 3. Tenaga kerja (human resources) 4. Teknologi Perdagangan antar negara berlangsung atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual beli antara para pedagang (traders) dari berbagai belahan wilayah hingga di luar batas negara. Keunggulan khusus yang dimiliki oleh masing- masing negara, dijadikan basis dalam meningkatkan perdagangan yang saling menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Teori Perdagangan Internasional Beberapa teori perdagangan internasional adalah sebagai berikut: 1. Merkantilisme Aliran merkantilisme lahir di kawasan Eropa Timur dan salah satu tokoh
yang paling berpengaruh adalah Thomas Munn (1571-1641). Merkantilisme mengatakan untuk mencapai kesejahteraan diperoleh melalui proses akumulasi pengumpulan logam mulia atau emas. Untuk itu memperoleh emas yang lebih banyak daripada emas yang dikeluarkan maka dalam perdagangan internasional harus surplus. Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa proses keuntungan perdagangan internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih besar daripada impor). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Upaya yang perlu dilakukan melalui peningkatan produksi domestik dengan menggali sepenuhnya sumber daya yang tersedia.(Syahrir, 2008;10) Dua kebijakan merkantilisme adalah: 1. Kebijakan merkantilisme dalam usaha untuk memperoleh monopoli perdagangan, monopoli perdagangan ini dapat diperoleh dengan memiliki armada perdagangan yang kuat. 2. Kebijakan lanjutan berupa usaha untuk memperoleh daerah-daerah jajahan. Hal ini dilakukan melaui ekspansi perdagangan dan penaklukan dan penundukan daerah-daerah baru di Amerika, Asia, dan Afrika. Negara-negara atau daerah-daerah jajahan ini dijadikan sumber langsung
Universitas Sumatera Utara
logam muli. Negara jajahan menjadi sangat sangat tergantung pada Negara jajahan. 2. Teori keunggulan absolute (Adam Smith) Smith berpendapat bahwa dengan perdagangan bebas, setiap Negara dapat berspesialisasi dalam produksi komoditi yang memepunyai keunggulan absolute (atau dapat memproduksi yang paling efisien dari Negara lain) spesialisasi internasional dari faktor- faktor produksi ini akan menghasilkan pertambahan produksi dunia yang dapat dimanfaatkan bersama- sama melalui perdagangan antar Negara. Contoh teori ini adalah seperti pada tabel di bawah, Tabel 2.1. Distribusi Hasil Produksi Gandum dan Kain Amerika Serikat dan Inggris. Barang
Amerika Inggris Serikat Gandum(karung/jam t.kerja) 6 1 Kain (yard/ jam t.kerja) 1 2 Sumber: Salvatore, Dominick.1995. Ekonomi Internasional. Tabel menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai keunggulan absolut terhadap Inggris dalam produksi gandum, dan Inggris mempunyai keunggulan absolute dalam produksi kain. Jika Amerika Serikat berspesialisasi dalam produksi gandum dan Inggris dalam produksi kain, maka produksi gabungan gandum dan kain dari Amerika Serikat dan Inggris akan lebih besar, dan baik Amerika Serikat maupun Inggris sama-sama membagi keuntungan dalam pertambahan ini melalui pertukaran (sukarela).
Universitas Sumatera Utara
3. Teori Kunggulan Komparatif (David Ricardo) Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu Negara mengalami kerugian atau ketidak ungulan (disadvantage) absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi menpunyai keunggulan komparatif (comparative advantage). Di pihak lain, negara tersebut sebaliknya mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar. Dari komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif. Contoh teori ini adalah seperti pada table di bawah, Tabel 2.2. Distribusi Hasil Produksi Gandum dan Kain Amerika Serikat dan Inggris Barang
Amerika Inggris Serikat Gandum (karung/ jam t.kerja) 6 1 Kain (yard/ jam t.kerja) 3 2 Sumber: Salvatore Dominick.1995. Ekonomi Internasional Tabel 2.2 menunjukkan bahwa Inggris mempunyai kerugian absolut dibanding Amerika Serikat dalam produksi gandum maupun kain. Akan tetapi kerugiannya lebih kecil dalam kain dibanding dengan gandum. Untuk Amerika Serikat, berlaku hal yang sebaliknya, yaitu Amerika Serikat mempunyai keunggulan absolute atas Inggris dalam kedua komoditi tersebut, akan tetapi keunggulan ini lebih besar dalam gandum (6:1) daripada dalam kain (3:2). Dengan kondisi ini, Amerika Serikat dapat berspesialisasi dalam gandum dan
Universitas Sumatera Utara
Inggris berspesialisai dalam kain dan akan saling menguntungkan pada kedua belah pihak. 4.
Teori H-O (Heckscher-Ohlin) Teori H-O menekankan pada perbedaan relatif faktor pemberian alam
(faktor endowments) dan harga faktor produksi antar negara sebagai determinan perdagangan yang paling penting (dengan asumsi bahwa teknolgi dan selera sama). Ide dasar model H-O adalah negara yang melimpah tenaga kerja, secara relative akan memanfaatkan dirinya untuk memproduksi barang dengan faktor produksi padat karya yang relative lebih murah. Dengan demikian Negara ini akan mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi barang tersebut. Bagi negara yang produksinya lebih padat modal, maka pengorbanan yang diperlukan lebih ringan disbanding dengan barang- barang hasil produksi padat karya. Heckscher- Ohlin mengemukakan konsepsinya yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa perdagangan internasional/ antar negara tidaklah banyak berbeda dan hanya merupakan kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah. Perbedaan pokoknya terletak pada masalah jarak. Atas dasar inilah Ohlin melepaskan anggaran (yang berasal dari teori klasik) bahwa dalam perdagangan internasional ogkos transport dapat diabaikan. 2. Bahwa barang- barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan
atas
keuntungan
alamiah
atau
keuntungan
yang
diperkembangkan akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor-
Universitas Sumatera Utara
faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.(www.scribd.com) 2.3.4 Kebijakan Perdagangan Internasional Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan pada penciptaan dan pemantapan kerangka landasan perdagangan yaitu dengan meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri dengan tujuan lebih memeperluas arus barang danh jasa, mendorong pembemtukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan dan memeratakan pendapatn rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi. Kerangka kebijakan yang ingin dicapai meliputi unsur-unsur sebagai berikut. 1. Penciptaan struktur ekspor non-migas yang kuat dan tangguh yang tidak terganggu oleh gejolak dengan melakukan
diversifikasi baik produk,
pasar, maupun pelakunya. 2. Penciptaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan daya saing produk-produk ekspor, mempertahankan tingkat harga yang stabil di dalam negeri dan pengembangan produksi dalam negeri menuju struktur ekonomi yang lebih berimbang dengan industry yang makin kuat dan didukung oleh pertanian yang tangguh. 3. Peningkatan daya saing dunia usaha sebgai pelaku dalam kegiatan ekonomi perdagangan, baik dalam negeri maupun ekspor dengan
Universitas Sumatera Utara
memupuk kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar dunia yang semakin ketat persainganya. 4. Transparansi pasar dan pengolahan kegitan perdagangan. Untuk itu kegiatan informasi perdagangan akan lebih diintensifkan agar para pengusaha dengan mudah memperolehya. 5. Kemantapan bekerjanya lembaga-lembaga perdagangan. Berfungsinya secara baik lembaga-lembaga perdagangan sangat penting dalam memperlancar arus pengadaan dan penyaluran barang. 6. Kemantapan bekerjanya sektor penunjang perdagangan. Untuk itu secara terus-menerus dibina kerja sama berbagai instansi terkait agar dapat persamaan persepsi dan langkah dalam rangka meningkatkan ekspor khususnya
dan
terbinanya
perdagangan
yang
lancar
pada
umumnya.(Halwani, 2002) 2.4 Ekspor 2.4.1 Pengertian Ekspor Menurut Amir M. S (Amir M.S,2004), ekspor adalah mengeluarkan barangbarang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing ataupun ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan bayaran dengan valuta asing. Menurut
Michael
P.
Todaro,
ekspor
adalah
kegiatan
perdagangan
internasional yang memberikan rangsangan guna menambah permintaan dalam
Universitas Sumatera Utara
negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri- industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain ekspor menggambarkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang memiliki kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negaranegara yang lebih maju. 2.4.2 Tujuan Ekspor Adapun tujuan ekspor antara lain (Amir M.S,2004;101): 1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba) 2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestic (membuka pasar ekspor) 3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity) 4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat. 2.4.3 Ciri-Ciri Komoditi Ekspor Suatu komoditi yang memiliki potensi untuk ekspor memiliki cirri-ciri antara lain(Amir M. S,2004;89): 1. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksi belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
2. Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah, mutu, unik atau lainnya, bila dibandingkan dengan komoditi serupa dengan yang diproduksi Negara lain. 3. Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor (outward looking industries) atapun industri yang pindah lokasi (relocation industries). 4. Komoditi ini memperoleh izin pemerintah untuk diekspor. Adapun faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi ekspor adalah: 1. Faktor langsung, yang terdiri dari: a. Mutu komoditi Mutu komoditi ditentukan antara lain oleh: 1) Desain atau bentuk dari komoditi bersangkutan, atau spesifikasi teknis dari komoditi tertentu. 2) Fungsi atau kegunaan komoditi tersebut bagi konsumen. 3) Durability atau daya tahan dalam pemakaian. b. Biaya produksi dan penentuan harga jual Harga jual pada umumnya ditentukan oleh salah satu dari pilihan berikut: 1) Biaya
produksi
ditambah
mark-up
(margin
keuntungan). 2) Disesuaikan dengan tingkat harga pasar yang sedang berlaku (current market price). 3) Harga dumping (plus/minus subsidy) c. Ketepatan waktu penyerahan (delivery time).
Universitas Sumatera Utara
d. Intensitas promosi. e. Penentuan saluran pemasaran (marketing channel). f. Layanan purna jual (after sales service). 2. Faktor tidak langsung, yang terdiri dari: a. Kondisi sarana pendukung ekspor seperti: 1) Fasilitas perbankan 2) Fasilitas transportasi 3) Fasilitas birokrasi pemerintahan 4) Fasilitas surveyor 5) Fasilitas bea cukai dan yang lain-lain b. Insentif atau subsidi pemerintah untuk ekspor c. Kendala tariff dan non tarif d. Tingkat efisiensi dan disiplin nasional e. Kondisi ekonomi global seperti: 1) Resesi dunia 2) Proteksionisme 3) Restrukturisasi perusahaan (modernisasi) 4) Re-groupage global (kerja sama ekonomi global) 2.4.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Menurut Darmansyah (dalam Soekartawi, 1991;128), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain: 1. Harga internasional. Semakin besar selisih antara harga di pasar internasional dengan harga domestic akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.
Universitas Sumatera Utara
2. Nilai tukar (exchange rate). Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu Negara maka harga ekspor negara itu di pasar internasional akan menjadi lebih mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai mata uang suatu negara, harga ekspor Negara itu di pasar internasional menjadi lebih murah. 3. Quota ekspor-impor yakni kebijakan perdagangan internasional berupa pembatasan kuantitas barang ekspor dan impor. 4. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor. Menurut Sukirno (Sukirno, 2000;110), faktor-faktor penentu ekspor adalah: 1. Daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain. Dalam suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuna suatu negara menjual ke luar negeri tergantung kepada kemampunnya menyaingi barangt-barang yang sejenis di pasaran internasional. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan menentukan tingkat ekspor yang akan dicapai suatu negara. Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara-negara lain. Apabila ekonomi dunia mengalami resesidan pengangguran di berbagai negara meningkat, permintaan dunia ke atas sesuatu barang akan berkurang. Sebaliknya kemajuan yang pesat di berbagai Negara akan meningkatkan ekspor sesuatu Negara. 2. Proteksi di negara-negara lain. Proteksi di negara-negara lain aken mengurangi tingkat ekspor sesuatu negara. Negara-negara sedang
Universitas Sumatera Utara
berkembang akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan hasil-hasil pertanian dan hasil-hasil industry barang-barang konsumsi (misanya pakaian dan sepatu) dengan harga yang lebih murah dari berbagai Negara maju.
Akan
tetapi
kebijakan
proteksi
di
negara-negara
maju
memperlambat perkembangan ekspor seperti itu dari negara-negara sedang berkembang. Contoh ini member gambaran tenytang bagaimana proteksi perdagangan akan mempengaruhi ekspor. 3. Kurs valuta asing. Seorang pengusaha di Bandung memikirkan untuk mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat. Berdasarkan kepada ongkos produksinya, pakaian itu baru menguntungkan apabila dijual sebesar Rp.50.000. berapakah harganya di Amerika Serikat? Ia tergantung kepada kurs valuta asing. Apabila US$1 = Rp.10.000, pakaian jadi itu harganya adalah US$5, dan harga barang itu akan menjadi US$10 apabila kurs di antara dolar AS dan Rupiah adalah US$1 = Rp.5.000. oleh karena permintaan sesuatu barang ditentukan oleh harganya, dengan kurs pertama (US$1 = Rp.10.000,-) permintaan akan bertambah dan niali ini menambah ekspor. 2.4.5
Cara Pemasaran Barang ke Luar Negeri
Dalam melaksanakan pemasaran barang- barang ke luar negeri dapat ditempuh berbagai cara antara lain: (Djamin, 1993;102): 1. Ekspor Biasa Dalam hal ini barang-barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
2. Barter Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal ini berarti yang mengirimkan barang tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing tetapi dalam bentuk barang. Barang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayarannya dalam mata uang rupiah. 3. Konsinyasi (Consignment) Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang-barng ke luar negeri untuk dijual, sedangkan hasil penjualannya diperlakuakn sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang-barang dikirimkan ke luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa. 2.5 KURS (Exchange Rate) 2.5.1 Pengertian Kurs Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Kurs ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase. Arbirase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bilamana harganya tinggi. (Dominick, 1995;140). Menurut Abimanyu, kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. (Abimanyu, 2004;6).
Universitas Sumatera Utara
Terdapat dua cara dalam menyatakan kurs yaitu (Abimanyu,2004): 1. Model Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote. Model ini merupakan cara yang palin umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antar bank di seluruh dunia. Penetapan kurs nya dilakukan berdasarkan pada berapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli berapa unit mata uang dalam negeri. 2. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote. Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Kurs ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia. 2.5.2 Kurs Beli dan Kurs Jual Kurs yang di-quote menunjukkan kesediaan untuk membeli aatu menjual mata uang asing pada harga atau rate yang ditetapkan. Secara umum terdapat dua macam kurs, yaitu kurs beli (bid) dan kurs jual (offer). Kurs beli adalah harga dimana dealer yang terdiri dari bank dan money changer bersedia memebeli mata uang asing. Kurs jual adalah harga dimana dealer bersedia menjual mata uang asing. Selisih kurs jual dan kurs beli merupakan keuntungan dealer tersebut. 2.5.3 Sistem Nilai Tukar Valuta Asing Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu system nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan system nilai tukar mengambang (flexible exchange rate). Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahan kan kurs pada sisitem tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gillis et al (dalam Abimanyu, 2004;9), berdasarkan besarnya intervensi
bank
sentral
dan
cadangan
devisa
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan berbagai system tersebut, terdapat enam system nilai tukar yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu: 1. Sistem fixed (pegged), dimana otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa yang relative besar. Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang biasanya
bersumber
dari
defisit
neraca
perdagangan,
cenderung
menghasilkan kebijakan devaluasi. 2. Sistem
Adjustable
peg,
dimana
otoritas
moneter
terikat
untuk
mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan. 3. Sistem Crawling peg, dimana otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing dalam system ini diubah secara periodik dan berangsurangsur dalam persentase yang kecil. 4. Sistem Managed float, dimana otoritas moneter tidak terikat untuk memepertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namun, otoritas moneter secara kontinyu mengintervensipasar berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu, misalnya karena cadangan devisa menipis. Contoh lain, otoritas moneter dapat mengintervensi pasar agar nilai mata uang Rupiah melemah untuk mendorong peningkatan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
5. Sistem Wider band, dimana otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta asing mengambang atau berfluktuasi di antara dua titik tertinggi dan terendah, misalnya di antara Rp. 4.000,- - Rp.3.000,- per 1US Dollar. Jika keadaan perekonomian menyebabkan kurs bergerak melampaui dua titik tersebut, otoritas moneter akan mengintevensi pasar dengan cara memebeli atu menjual Rupiah atau US Dollar. Intervensi tersebut menjaga nilai tukar Rupiah tetap berada di antara kedua titik tersebut. 6. Sistem Free floating, berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam system ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga system ini tidak memerlukan cadangan devisa.
Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating exchange rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap menitikberatkan unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997, dimana jika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band sebagai guidance atas pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi band sebagai acuan nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah
Universitas Sumatera Utara
nilai tukar rupiah sepenuhnya dilepas ke pasar ( free floating) atau masih akan dilakukan intervensi oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari sistem free floating serta dikaitkan dengan kondisi/struktur perekonomian Indonesia selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan. Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan managed floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan pada timing yang tepat.(www.stie-stikubank.ac.id/web.jurnal)
2.5.4
Arbitrasi
Adapun arbitrasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Locational arbitrage
Perdagangan valas atau arbitrase dapat terjadi bila ada perbedaan kurs jual atu beli antar bank atu antar money changer. Perbedaan itu akan memberi peluang kepada arbitrageur (pedagang valas) untuk mencari keuntungan dari selisih kurs jual dan kurs beli dari bank yang berbeda. Perbedaan kurs jual dank us beli dari beberapa bank pada lokasi atau kota yang sama dapat terjadi karena adanya perbedaan penawaran dan permintaan yang dihadapinya.
2. Trianguler Arbitrage
Trianguler arbitrage ini adalah jenis arbitrage atau perdagangan valas yang dilakukan oleh para arbitrageur dengan membandingkan cross exchange rate antara tiga lokasi atau tempat yang berbeda. Hamper sama halnya dengan locational arbitrage, arbitrase ini juga harus dilakukan secara cepat. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu, biasanya hanya dapat dilakukan oleh para arbitrageur yang mempunyai terminal computer yang mempunyai link atau dapat akses ke bursa valas internasional.
3. Covered Interest Arbitrage (CIA)
Aktivitas arbitrageur atau pedagang valas untuk mencari keuntungan dari perbedaan antara selisih tingkat bunga dan forward rate premium atau forward rate discount. Yang dikenal sebagai covered interest arbitrage (CIA).
CIA dilakukan dengan cara menginvestasikan dana dalam sekuritas luar negeri karena terdapat perbedaan selisih antara tingkat bunga dengan perubahan kurs valas atau tingkat premium/ discount.
2.5.5 Perubahan Kurs Valuta Asing Terdapat beberapa macam kurs valuta asing, yaitu devaluasi,revaluasi, depresiasi, dan apresiasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan pasar, maupun disebabkan oleh kebijakan pemerintah, yaitu: 1. Devaluasi, merupakan penurunan nilai tukar satu mata uang domestik, misalnya rupiah, relative terhadap mata uang asing tertentu, misalnya US Dollar, yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Devaluasi hanya dapat terjadi jika nilai Rupiah dikaitkan terhadap US Dollar dan pemerintah dengan sengaja mengubah nilai Rupiah relative terhadap US Dollar. Jika pemerintah tidak mengaitkan Rupiah terhadap US Dollar dan perubahan nilai tukar terjadi dengan sendirinya, istilah ini tidak berlaku
Universitas Sumatera Utara
lagi. Jadi istilah devaluasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar tetap dimana suatu mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing tertentu. 2. Revaluasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik terhadap satu mata uang asing tertentu. Sama dengan devaluasi, istilah revaluasi hanya berlaku pada system nilai tukar tetap. 3. Depresiasi, penurunan nilai tukar satu mata uang domestik, misalnya Rupiah, relative terhadap mata uang asing, misalnya US Dollar, yang disebabkan gerakan permintaan dan penawaran terhadap rupiah dan US Dollar di pasar valuta asing. Istilah depresiasi ini berlaku dalam system nilai tukar mengambang dimana pemerintah tidak mengaitkan mata uang domestik dengan mata uang asing tertentu. Pemerintah juga tidak dapat mengubah nilai relative mata uang domestik terhadap mata uang asing tertentu. 4. Apresiasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik relative terhadap mata uang asing tertentu. Sama dengan depresiasi, istilah apresiasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar mengambang. Berkaitan dengan perubahan kurs valuta asing, dikenal istilah soft currency dan hard currency. Suatu mata uang dikategoriakn soft currency jika mata ung tersebut diperkirakan akan mengalami devaluasi atau depresiasi relative terhadap mata uang asing utama. Pengecualian terjadi dalam kasus bank sentral mempertahankan nilai kurs pada tingkat yang tidak riil. Suatu mata unag dapat dikaegorikan hard currency jika mata uang tersebut diperkirakan akan mengalami revaluasi atau apresiasi relative terhadap mata uang
Universitas Sumatera Utara
asing utama. Dalam praktinya, terhadap beberapa mata uang asing yang dianggap sebagai hard currency meskipun nilainya selalu berubah-ubah. Mata uang tersebut di antarany, US Dollar, Yen, DM, Swiss Franc, dan Poundsterling. 2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu (Sadono Sukirno,2006): 1. Perubahan dalam Cita Rasa Masyarakat Cita masyarakat memepengaruhi corak konsumsi mereka atas barangbarang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat juga meningkatkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor lebih besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan pada valuta asing. 2. Perubahan Harga Barang Ekspor impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relative murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga impor akan menaikkan jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Demikian perubahan haga barang-
Universitas Sumatera Utara
barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang tersebut. 3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini wujud disebabkan efek inflasi yang berikut: (i) inflasi menyebabkan harga-harga barang di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-harga barang-barang ekspor lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang: maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang Negara yang mengalami inflasi merosot). 4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke Negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke sesuatu Negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang sesuatu Negara akan merosot apabila lebih banyak modal Negara
Universitas Sumatera Utara
dialirkan ke luar negeri karena tingkat suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi di Negara-negara lain. 5. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akn disebabkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan iti terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang itu naik. Akan tetapi apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor , penawaran mata uang Negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang tersebut akan merosot 2.5.7 Teori-Teori Kurs Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing: 1. Balance of payment approach Pendekatan ini berpendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan adalah balance of payment (BOP). BOP dapat menunjukkan aliran dana masuk dan keluar Negara. Sebagai contoh apabila BOP suatu Negara mengalami deficit dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil dari pengeluaran (arus uang keluar) maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna memebayar deficit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
dan sebaliknya. Jadi pendekatan ini berusaha untuk menggunakan BOP sebagai faktor yang menentukan nilai tukar valuta. 2. Purchasing Power Parity Theory (PPP Theory) Teori ini dikenalkan oleh pakar ekonomi dari Swedia, Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi (barang dan jasa) pada masing-masing negara. Terdapat dua versi dalam teori PPP, yaitu: 1) Teori Purchasing Power Parity Interpretasi Absolute Teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang Negara lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga pada masing-masing Negara. PPP absolute hanya berlaku dalam jangka panjang. PPP juga hanya berlaku untuk Negara yang memiliki tingkat inflasi tinggi dan pasar modal yang belum begitu berkembang. 2) Teori Purchasing Power Parity Arti Relatif Maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada perubahan harga. Bila terjadi perubahan di kedua Negara yang bersangkutan maka kurs juga harus mengalami perubahan. 3. Fisher Effect Menurut teori Irving Fisher ini, tingkat bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah dengan tingkat inflasi di Negara
Universitas Sumatera Utara
itu. Dari persamaan tersebut dapat digambarkan dalam persamamaan matematika seperti di bawah ini: Suku Bunga Nominal = Suku Bunga Riil + Tingkat Inflasi Menurut Fisher Effect, tingkat suku bunga nominal di dua Negara dapat berbeda Karen tingkat inflasi mereka berbeda. 4. International Fisher Effect (IFE) Teori ini didasarkan pada teori Fisher Effect yang menggunakan perbedaan tingkat bunga untuk menerangkan mengapa terjadi perubahan kurs. Teori ini menyatakan bahwa spot rate (SR) akan berubah dengan persentase (%) yang sama, tetapi arah berlawanan dengan perbedaan atau selisih tingkat bunga antar dua Negara. Selanjutnya menurut teori IFE bahwa actual or effective return dari investasi pada pasar surat berharga di pasar uang luar negeri bergantung pada foreign interest dan persentase perubahan nilai kurs valas. (Hady, 2001;68) 2.6 Inflasi 2.6.1 Pengertian Inflasi Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus-menerus. Jadi kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi. Inflasi adalah ciri yang pada umumya dirasakan dan ditandai dengan adanya suasana harga barang yang tinggi secara mayoritas, dimana seolah-olah kita kehilangan keseimbangan antara daya beli dibandingkan dengan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
sampai pada periode tertentu, biasanya dirasakan masyarakat secara keseluruhan . harga barang- barang yang tinggi tersebut justru adalah barang yang diperlukan sehari-hari. Orang mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan budget yang semula telah disusun agar biaya-biaya pengeluaran tertutup oleh pendapatn yang biasanya diterima. Inflasi bukan suatu gejala yang khusus berkaitan dengan ekonomi luar negeri. Namun merupakan gejala umum yang dapat terjadi di dalam tubuh perekonomian nasional suatu Negara maupun internasional. Suatu ekonomi nasional yang perdagangan luar negerinya merupakan proporsi cukup besar di dalam GNP-nya, sudah tentu terpengaruh oleh keadaan-keadaan di luar negeri, terutama apabila impornya terdiri atas barang-barang esnsiil (Y=C+I+G+(X-M)). Inflasi di Negara pengimpor suatu produk dengan demikian mudah diekspor juga ke Negara pengimpor produk. Dalam hal ini, sering terjadi juga bahwa karena inflasi ekspor Negara yang bersangkutan terhambat.(Amalia;2007,144). 2.6.2 Jenis-Jenis Inflasi Inflasi dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu (Abimanyu, 2004;12): 1. Inflasi ringan, biasanya bernilai satu digit per tahun. 2. Inflasi sedang, biasanya bernilai antara sekitar 10% s/d 30% per tahun. 3. Inflasi berat, biasanya bernilai antara sekitar 30% s/d 100% per tahun. 4. Hiperinflasi, biasanya bernilai di atas 100%. Menurut Amalia (Amalia;2007,149), atas dasar besarnya laju inflasi, atau inflasi menurut sifatnya terdapat empat kategori, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Sangat rendah (lower inflation), inflasi yang sangat rendah di antara 2-5%. Negara yang dapat mencapai ini masih sangat jarang. 2. Merayap (creeping inflation), ditandai dengan inflasi di bawah dua digit (<10%) pertahun. Kenaikan harga barang-barang yang lambat , dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relative lama. 3. Menengah (galloping inflation), ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (double digit bahkan ada yang triple digit), kadang-kadang berjalan dalam waktu yang cukup pendek, jenis inflasi ini mempunyai efek yang lebih berat bagi negara dibandingkan dengan creeping inflation. 4. Tinggi (hyper inflation), merupakan jenis yang paling parah dampaknya bagi perekonomian. Harga barang-barang naik hingga 6 sampai 10 kali lipat. Masyarakat toidak lagi memiliki kemampuan untuk menabung atau menyimpan uangnya. Nilai uang merosot tajam, sehingga ada hasrat untuk ditukarkan dengan barang. Perputaran uang cepat, harga naik secara akselerasi. Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull inflation), yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa. Inflasi tarikan-permintaan timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat.(Samuelson, 1992; 324)
Universitas Sumatera Utara
S
Harga
D2 D1 0
Output
Gambar 2.2 Kurva inflasi tarikan permintaan (Demand-pull inflation) Sumber : Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing.
Kenaikan permintaan barang dan jasa menyebabkan kurva permintaan D 1 bergeser menjadi kurva permintaan D 2 . Naiknya permintaan tersebut, pada umumnya, disebabkan oleh: 1) Defisit anggaran belanja pemerintah yang berusaha ditutup dengan pencetakan uang. 2) Peningkatan pembelian oleh sector swasta karena adanya kredit rumah. 2. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation), yaitu inflasi yang disebabkan penurunan penawaran barang dan jasa. Menurut Samuelson (Samuelson, 1992; 325), inflasi dorongan biaya diakiabatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang aktif.
Universitas Sumatera Utara
Harga
S2 S1
D 0
Output
Gambar 2.3 Kurva Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation) Sumber : Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing.
Penurunan penawaran barang dan jasa menyebabkan kurva penawaran S 1 bergeser ke kiri menjadi kurva penawaran S 2 . Penyebab penurunan penawaran tersebut, di antaranya: 1) Kenaikan harga input di dalam negeri 2) Kenaikan harga barang impor Dilihat dari segi efek yang ditimbulkan, Demand Pull Inflation menyebabkan peningkatan output atau total jumlah barang dan jasa. Sebaliknya, Cost Push Inflation menyebabkan penurunan output atau total jumlah barang dan jasa. Besarnya peningkatan atau penurunan tersebut tergantung dari nilai pengganda. Dari segi proses, kedua jenis ini juga memiki perbedaan. Pada Demand Pull Inflation, harga output naik lebih dulu dan kemudian didikuti oleh kenaikan
Universitas Sumatera Utara
harga input. Pada Cost Push Inflation, harga input naik lebih dulu dan baru didikuti harga output. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat dibedakan menjadi:(Abimanyu,2004; 14) 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri. Salah satu sumber inflasi jenis ini adalah deficit anggaran belanja pemerintah. Pencetakan uang untuk membiayai deficit anggaran tersebut akan menyebabkan inflasi. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri. Salah satu sumber inflasi jenis ini adalah imported inflation. Kenaikan harga barang impor, yang merupakan salah satu komponen Indeks Harga Konsumen, akan meningkatkan biaya produksi dan kemudian menyebabkan inflasi. 2.6.3
Penyebab Inflasi
Berbagai penyebab inflasi antara lain adalah: (Amalia;2007,144-155): 1. Defisit financing Diadakannya
pengeluaran-pengeluaran
memperbesar kapasitas produksi
dalam
rangka
untuk
(investasi) yang tidak cepat-cepat
menghasilkan tambahan produk (output) dengan memakai tabungan atau defisit financing. Pendapatan masyarakat bertambah, sedangkan output masih belum bertambah atau tidak bertambah karena scarce factor, dan situasi demand > supply. 2. Terjadinya surplus ekspor (X>M) Dengan terjadinya surplus ekspor maka pendapatan bertambah sedangkan sedangkan jumlah barang berkurang. Ini mengakibatkan demand
Universitas Sumatera Utara
terhadap
barang-barang
bertambah,
sedangkan
supply
barang-barang
berkurang. Disamping effective demand meningkat terhadap barang-barang jadi, juga permintaan yang cepat pada waktu yang bersangkutan. Disini bukan laju kenaikan tingkat harga yang merupakan esensi, melainkan tingkat harga yang tinggi, karena permintaan yang kuat dan supply yang relative berkurang. 3. Inflasi yang diimpor dari luar negeri Jika kita sangat bergantung pada impor barang-barang atau bahan baku dari luar negeri, dimana barang atau bahan baku tersebut kita impor dari Negara yang sedang dilanda inflasi, maka kita terpakasa harus juga mengimpor dengan harga-harga yang tinggi. Karena sebetulnya harga-harga di luar negeri berubah jika dihitung dengan valuta luar negeri, sedangkan valuta dalam negeri dengan valuta asing tetap, maka harga-harga di dalam negeri umumnya cenderung naik. Hal ini inflasi di dalam negeri bisa terjadi Karena kurs valuta sendiri merosot tersebut diikatkan kepada valuta asing yang kuat,maka valuta sendiri dapat mempertahankan kursnyadengan syarat agar valuta asing yang dipakai untuk meningkatkan valuta dalam negeri itu merupakan valuta asing yang sangat kuat. Sehingga karena diikatkan kepada valuta yang sangat kuat, maka kurs valuta dalam negeri tersebut dapat tertolong dan tidak merosot terus kursnya. 4. Jika terjadi surplus impor (M >X) Dalam hal ini, suatu Negara memerlukan devisa untuk membayar kelebihan impor tersebut ke luar negeri. Dengan demikian akan memperbesar demand negara tersebut terhadap valuta asing. Permintaan yang besar terhadap
Universitas Sumatera Utara
devisa itu umumnya akan meningkatkan kurs valuta asing. Dengan kurs valuta asing yang naik maka harga barang-barang di luar negeri menjadi tinggi. Dan apabila impor tersebut sulit dihindarkan karena sudah merupakan program pembangunan atau misalnya sangat urgent untuk keperluan sehari-hari, maka tingkat harag dalam negeri menjadi lebih tinggi. Kurs valuta asing yang bisa menjadikan valuta sendiri turun kurs nya, yang berarti akan membuat semua barang impor naik harganya dan untuk selanjutnya harga-harga di dalam negeri secara otomatis akan naik. 2.6.4
Dampak atau Efek Inflasi
Inflasi dapat menimbulkan efek atau dampak terhadap tiga hal, yaitu: (Sukirno, 2000) 1. Efek terhadap Distribusi Pendapatan (Equity Effect) Efek terhadap pendapatn umumnya tidak merata, ada pihak yang dirugikan, tetapi ada pihak yang diuntungkan. Pihak yang dirugikan adalah mereka yang memperoleh income tetap, misalnya para pensiunan. Pihak yang diuntungkan mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentasi yang lebih besar dengan laju inflasi. 2. Efek terhadap Efesiensi (Efficiency Effect) Inflasi juga dapat mengubah pola alokasi factor-faktor produksi. Perubahan ini dapat dirasakan bahwa permintaan barang-barang tertentu mengalami kenaikan dengan adanya inflasi. Hal ini akan mendorong produsen untuk memperbanyak produksinya. Kenaikan produksi barang ini, pada
Universitas Sumatera Utara
akhirnya akan merubah pola alokasi factor-faktor produksi yang telah ada sebelumnya. 3. Efek terhadap Output (Output Effect) Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya adalah bahwa dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah, sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan usaha inilah yang akan mendorong naiknya produksi. Tetapi untuk kasus hyper inlation, justru sebaliknya, bahwa dengan hiper inflasi akan mendorong penurunan output. 2.6.5
Pengukuran Inflasi
Ada 3 (tiga) indeks yang biasanya digunakan untuk pengukuran inflasi: 1. Indeks Biaya Hidup / Indeks Harga Konsumen Indeks biaya hidup/ Indeks Harga Konsumen mengukur pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluasan hidupnya. 2. Indeks Perdagangan Besar Indeks Perdagangan Besar menitikberatkan pada sejumlah barang tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.
Universitas Sumatera Utara
3. GDP Deflator GDP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa masuk dalam perhitungan GDP yang diperoleh dengan membagi GDP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GDP riil (atas dasar harga konsumen). GDP Deflator =
GDP nominal
x 100%
GDP riil Inflasi yang terjadi di Indonesia sebagai akibat munculnya surplus anggaran (karena digunakan system anggaran berimbang maka berarti pula terjadi deficit anggaran domestic pemerintah), yang hampir seluruh devisanya dibeli oleh Bank Indonesia sehingga terjadi proses moneterisasi anggaran belanja luar negeri pemerintah menjadi penyebaba utama cepatnya pertambahan jumlah uang beredar, sehingga menyebabkan tekana inflasi bagi perekonomian. 2.7 Produksi 2.7.1 Defenisi Produksi Produksi merupakan suatu pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia dan hasil yang dimilikinya akan lebih besar dari pengorbanan yang sudah terjadi. Ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan suatu komoditi yang dapat diperdagangkan.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Faktor- Faktor Produksi Suatu bangsa harus berproduksi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Produksi harus dilakukan dalam keadaan apapun, oleh pemerintah atau swasta. Produksi tentu saja tidak akan dilakukan kalau tidak ada bahan-bahanyang memungkinkan proses produksi itu sendiri untuk melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsure-unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of productions). Jadi semua unsure yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor produksi. Seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terdiri atas: 1. Tanah Hal yang dimaksud dengan tanah (land) di sini bukanlah sekedar tanah untuk ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk juga di dalamnya segala sumber daya alam (natural resources). Itulah sebabnya faktor produksi yang pertama ini sering kali disebut dengan natural resources di samping juga sering disebut land. Dengan demikian istilah tanah ini maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal atau tersedia di alam mini tanpa usaha manusia, yang antara lain meliputi: a. Tenaga penumbuh yang ada di dalam tanah, baik untuk pertanian, perikanan, maupun pertambangan.
Universitas Sumatera Utara
b. Tenaga air, baik untuk pengairan, pengaraman, maupun pelayaran, termnasuk juga di sini adalah, misalnya air yang dipakai sebagai bahan pokok oleh Perusahaan Air Minum c. Ikan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala, dan sebagainya) d. Tanah yang di atasnya didirikan bangunan e. Living stock, seperti ternak dan binatang-binatang lain yang bukan ternak f.
dan lain- lainnya, seperti bebatuan dan kayu-kayuan.
Pendek kata, yang dimaksud dengan istilah tanah (land) di sini adalah segala sumber asli yang tidak berasal dari kegiatan manusia, dan bisa diperjual belikan. 2. Tenaga Kerja Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan istilah tenaga kertja manusia (labor) bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk mencangkul, menggeergaji, bertukang, dan segala kegitatan fisik lainnya, tetapi lebih luas lagi, yaitu human resources (sumber daya manusia). Jadi, pengertian human resources adalah semua atribut atau kemampuan manusiawi yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya proses produksi barang dan jasa. 3. Modal Faktor produksi modal ini sering juga disebut dengan real capital goods (barang- barang modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat
Universitas Sumatera Utara
untuk menunjang kegiatan produksi barang- barang lain serta jasa. Modal juga mencakup arti uang yang tersedia di dalam perusahaan untuk membeli mesinmesin serta faktor produksi lainnya. 4. Kecakapan Tata Laksana Kecakapan (skill) atau disebut dengan entrepreneurship. Entrepreneurship ini merupakan faktor produksi yang intangible (tidak dapat diraba), tetapi sekalipun demikian peranannya justru sangat menentukan. Seorang entrepreneur mengorganisir ketiga faktor produksi di atas, agar dapat dicapai hasil terbaik. Dalam
proses
produksi
pertanian/perkebunan,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya. b. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan,tingkat pendapatan,risiko dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya (Soekartawi, 1994:4). 2.7.3 Fungsi Produksi. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input, dalam kondisikeahlian dan pengetahuan teknis tertentu atau dapat dikatakan juga bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y)dan variabel yang menjelaskan (X). variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembahasan teori produksi, maka telaahan tentang fungsi produksi ini dianggap penting disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:(Soekartawi, 1994) a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antar faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabelyang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y= f(X1,X2,…,Xn) Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1…Xn dan X lainnyajuga dapat diketahui. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus: Q= f(K,L,R,T) K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalahjumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagaai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Deskripsi Tanaman Karet 2.8.1 Definisi dan Jenis Karet Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis (rubberines). Namum bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya. Misalnya kekuatan tensil, daya ukur maksimum, daya lentur (resilence) dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai bahan jadi. Terdapat beberapa macam karet alam yang kebanyakan merupakan bahan olahan baik setengah jadi ataupun barang jadi. Jenis-jenis karet alam antara lain bahan olah karet, karet konvensional, lateks pekat, karet bongkah (block rubber), karet spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap olah (tyre rubber) dan karet reklim (reclaimed rubber).(www.rubber.blogspot.com) 1. Bahan Olah Karet Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet. Yang termasuk bahan olah karet adalah lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar yang dibagi berdasarkan pengolahannya. a. Lateks kebun merupakan cairan getah yang dihasilkan dari proses penyadapan pohon karet dan belum mengalami pengolahan sama sekali. b. Sheet Angin merupakan bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut. Jenis ini berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
Universitas Sumatera Utara
c. Slab Tipis merupakan bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan. d. Lump Segar merupakan bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. 2. Karet Konvensional Jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong karet konvensional adalah Ribbed Smoked Sheet, White and Pale Crepe, Estate Brown Crepe, Compo Crepe, Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket Crepes Ambers, Flat Bark Crepe, Pure Smoked Blanket Crepe dan Off Crepe. Jenis karet konvensional yang banyak diproduksi adalah Ribbed Smoked Sheet atau disingkat RSS. Karet ini berupa lembaran sheet yang mendapatkan proses pengasapan dengan baik. RSS ini memiliki beberapa macam antara lain XRSS, RSS 1 hingga RSS 5. 3. Lateks Pekat Lateks pekat berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang ada di pasaran dibuat dengan pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses sentrifugasi. Lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. 4. Karet Bongkah (Block Rubber) Karet bongkah merupakan karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran tertentu. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Masing-masing negara memiliki standar mutu karet bongkah. Standar mutu karet bongkah untuk Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber)
Universitas Sumatera Utara
yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 184/Kp/VI/88 Tanggal 25 Juni 1988. 5. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku. Crumb Rubber dibuat agar dapat bersaing dengan karet sintetis yang biasanya menyertakan sifat teknis serta keistimewaan untuk jaminan mutu tiap bandelanya. Crumb Rubber dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam, ada sertifikast uji laboratorium, dan ditutup dengan lembaran plastik polythene. 6. Tyre Rubber Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam sehingga dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber memiliki beberapa kelebihan dibandingkan karet konvensional. Ban atau produk produk karet lain jika menggunakan tyre rubber sebagai bahan bakunya memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan jika menggunakan bahan baku karet konvensional. Selain itu jenis karet ini memiliki daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet sintetis. 7. Karet Reklim (Reclimed Rubber) Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk dalam acuan serta
Universitas Sumatera Utara
daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan pengunyahan (mastication) dan pencampuran yang lebih cepat. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai. Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh karena itu kerat reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban. 2.8.2 Kebijakan Pengembangan Agribisnis Karet Strategi pengembangan agribisnis karet nsional yang dipilih adalah bagaimana meningkatkan manfaat secara optimal melalui perolehan nilai tambah dan peningkatan daya saing secara adil dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan aset-aset perkebunan yang sudah ada sehingga strategi tersebut hendaknya didasari dari penelitian-penelitian yang inovatif, kreatif, proporsional sehingga efektif dalam implementasinya. Agar diperoleh manfaat yang optimal dari pembangunan agribisnis perkaretan nasional, maka kebijakan pengembangan agribisnis diarahkan kepada kebijakan peningkatan produktivitas dan mutu karet. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta mutu karet secara bertahap, baik yang dihasilkan oleh petani maupun perkebunan besar. Penerapan kebijakan peningkatan produktivitas dan mutu karet ditempuh dengan: 1. Peremajaan dan rehabilitasi tanaman karet secara bertahap (5%/tahun) dengan menggunakan klon unggul generasi ke-4 penghasil lateks dan kayu dengan penerapan teknologi secara tepat sehingga selama kurun waktu 2 tahun tanaman karet di Indonesia sudah dapat mencapai tingkat produktivitas yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengembangan industri benih karet yang berbasis teknologi dan pasar dengan peran serta swasta dan masyarakat melalui model waralaba benih. 3. Perbaikan mutu bahan olah melalui reward and punishment. 4. Optimasi pelaksanaan pengurangan produksi karet melalui koordinasi denan pemerintah daerah. 5. Diversifikasi usaha melalui optimasi pemanfaatan lahan secara optimal sampai tahun ke-3 dapat diusahakan tanaman berupa tanaman semusim. Dengan mengatur pola tanam dapat diusahakan ternak dan tanaman hijauan dan pada batas kebun juga dapat diusahakan tanaman jati. 6. Pelaksaan peremajaan karet rakyat baik proyek maupun swadaya diusahakan secara berkelompok dalam satu hamparan sehingga lebih memudahkan dan efisien dalam pengolahan kayu karetnya, terutama dalam penjadwalan pembukaan lahan oleh pabrik mitra yang membeli kayu. 7. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani dan usaha melaui berbagai bentuk pelatihan. 2.9 Penelitian Sebelumnya 1. Penelitian oleh Ajeng Wulandari (2005), mengenai analisis faktor yang mempengaruhi ekspor karet dari Indonesia ke Amerika. Faktor yang digunakan adalah harga karet alam dunia, harga karet sintesis, GDP Amerika, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Dari analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik yang mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke Amerika adalah GDP Amerika, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, sedangkan harga karet tidak mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
ekspor karet Indonesia ke Amerika secara nyata. Hal ini terjadi karena konsumen menggunakan bahan karet tidak memperhitungkan harga karet di pasar. 2. Penelitian oleh Vina Lubis (2006) mengenai analisis faktor yang mempengaruhi ekspor karet Sumatera Utara. Variabel- variabel yang digunakan adalah harga karet ekspor dan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hasil penelitian yang diperoleh adalah harga dan kurs memberikan pengaruh yang signifikan dan bernilai positif terhadap ekspor karet Sumatera Utara. 2.10 kerangka Konseptual Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual. Dalam konsep pertama , produksi merupakan variabel Y 2 yang disebut sebagai variabel endogenus atau variabel terikat, kurs sebagai variabel X 1 dan inflasi sebagai variabel X 2,
dan harga sebagai X 3 yang merupakan variabel
eksogenus. Dimana variable eksogenus (X 1 , X 2, X 3 ) mempengaruhi variabel produksi (Y 1 ). Konsep kedua, volume ekspor karet alam merupakan variabel Y 1 yang disebut sebagai variabel endogenus atau terikat. Kurs sebagai variabel X 1, inflasi sebagai variabel X 2, dan harga sebagai variabel X 3 yang merupakan variabel eksogenus mempengaruhi ekspor karet alam (Y 1 ) melalui variabel produksi (Y 2 ).
Universitas Sumatera Utara
KURS X1
INFLASI X2
PRODUKSI KARET ALAM Y2
EKSPOR KARET ALAM Y1
HARGA X3
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
2.11 Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan kerangka konseptual, diperoleh hipotesis sebagai berikut: 1. Kurs, inflasi, harga berpengaruh terhadap produksi karet alam Sumatera Utara. 2.
Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor berpengaruh terhadap ekspor karet alam sumatera Utara melalui produksi karet alam Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara