PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara lain adalah sebagai sumber devisa negara, sebagai penyedia lapangan kerja yang ekstensif, penyedia bahan baku industri, dan dalam penyedia pangan penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari juta jiwa. Perubahan lingkungan stratregis seperti globalisasi ekonomi, otonomi daerah, dan tuntutan masyarakat dunia akan produk hortikultura yang aman konsumsi serta kelestarian lingkungan menuntut adanya perubahan kebijakan pengembangan agribisnis yang berdaya saing. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan semakin terintegrasinya berbagai aspek perekonomian suatu negara dengan perekonomian dunia. Dalam kontek pasar komoditas globalisasi mendorong terintegrasinya pasar komoditas baik antar wilayah maupun antar negara serta meningkatnya persaingan antar pelaku usaha agribisnis. Sementara itu, kebijakan desentralisasi tersebut diperkirakan akan mendorong setiap daerah, baik provinsi maupun kabupaten, untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian dalam kerangka swasembada di tingkat daerah, atau paling tidak mengurangi ketergantungan terhadap daerah lain. Kebijakan semacam ini bisa menjadi tidak menguntungkan baik ditinjau dari penggunaan sumberdaya domestik maupun perdagangan antar wilayah. Untuk bersaing di era globalisasi maka sektor pertanian memerlukan penerapan ilmu keteknikan pertanian agar bisa bersaing di masa globalisasi. Keteknikan pertanian merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
Universitas Sumatera Utara
pertanian
melalui
pendekatan
keteknikan/rekayasa
dengan
melakukan
transformasi sumber daya alam secara efisien dan efektif untuk kebutuhan manusia. Ilmu keteknikan pertanian menitikberatkan pada beberapa disiplin keilmuan antara lain adalah dasar perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi dan penerapan unsur-unsur kesatuan sistem produksi seperti manusia, mesin dan peralatan, serta sumber daya pertanian.. Cakupan bidang keteknikan pertanian tidak terbatas pada penggunaan traktor, sistem pengairan dan pengolahan hasil pertanian saja, akan tetapi pada seluruh proses dan berbagai aspek dalam budidaya tanaman maupun ternak dan proses pengolahan hasilnya. Bidang-bidang yang termasuk dalam cakupan keteknikan pertanian adalah: 1.
Bidang Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, yang menelaah persoalanpersoalan penggunaan tenaga dan alat untuk budidaya pertanian seperti penggunaan traktor, pengolahan tanah, pemeliharaan tanah, pemberantasan hama dan penyakit, dan sebagainya.
2.
Bidang Mesin-mesin Pengolahan Hasil Pertanian yang menelaah persoalan penggunaan mesin-mesin dalam usaha menyiapkan hasil pertanian untuk digunakan, disimpan, memperbaiki mutu dan mencegah kerusakan hasil pertanian balk tanaman pangan mapun non pangan.
3.
Bidang Teknik Tanah dan Air, yang menelaah persoalan yang timbul dalam usaha menciptakan keadaan tanah dan air termasuk irigasi dan drainase dan konservasi tanah dan air, sedemikian rupa sehingga efisiensi yang maksima! dapat dicapai baik dalam hal waktu maupun tenaga.
4.
Bidang Bangunan Pertanian dan Lingkungan, yang menelaah persoalan pemakaian gedung-gedung bangunan dan perlengkapan untuk memperbaiki
Universitas Sumatera Utara
keadaan lingkungan yang diperlukan oleh perusahaan pertanian dan rumah petani. 5.
Bidang Energi dan Elektrifikasi pertanian, menelaah persoalan energi, pemakaian/ penggunaan listrik untuk pertanian, baik merupakan tenaga listrik di rumah, di perbengkelan dan di dalam bangunan pertanian.
6.
Bidang Manajemen Alat dan Mesin Pertanian menelaah persoalan manajemen alat dan mesin pertanian terutama yang berhubungan dengan menghitung biaya operasional dan pemeliharaan alat dan mesin pertanian. Seperti kita ketahui, pembangunan pertanian adalah pembangunan sistem
dan usaha agribisnis yang memiliki empat ciri pokok yaitu, berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi. Keempat ciri tersebut harus didukung oleh ketersediaan teknologi yang memadai pada tingkat usaha tani dengan skala ekonomi yang berbeda beda. Ketersediaan teknologi tersebut akan terealisasi bila kita menerapkan ilmu keteknikan pertanian. Keteknikan pertanian atau agricultural engineering, pada saat ini sudah memiliki gatra (aspect) yang sangat beragam, berkembang dan bertumbuh secara dinamis memenuhi perkembangan sosial budaya masayarakat. Aspek-aspek yang sangat mendasar sekarang ini bukan hanya pada tingkat hasil (yield), tetapi lebih kepada pendapatan usaha tani, yang pada akhirnya pada pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat pengguna teknologi menjadi faktor penentu pertama bagi penelitian dan pengembangan mekanisasi pertanian. Pengembangan mekanisasi pertanian, yang melengkapi tugas rekayasa dan rancang bangun alat dan mesin pertanian. Tugas tersebut akan lebih memacu kontribusi keteknikan pertanian dalam usaha peningkatan kualitas pembangunan pertanian dalam proses
Universitas Sumatera Utara
produksi pangan dan non pangan, sehingga diharapkan akan mempercepat dan menjamin pencapaian hasil lebih tinggi dan efisien, dengan penggunaan sumber daya yang rasional. Masalah istilah keteknikan pertanian, enjiniring pertanian dan mekanisasi pertanian mungkin masih menjadi silang pendapat di Indonesia, namun lebih baik kita tidak perlu mempersoalkan istilah, karena substansi yang dikerjakan tetap sama, yaitu aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pertanian dalam arti yang lebih luas, yang pada akhirnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Tantangan yang dihadapi pembangunan pertanian pada saat sekarang ini adalah penyediaan pangan bergizi yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Kecukupan pangan ini kemudian diperluas wacananya bukan hanya dari segi produksi saja, namun juga bagi ketahanan pangan (food security) dalam arti yang luas serta keamanan dan kesehatan pangan (food safety dan food healthy). Sehingga masalah yang berhubungan dengan standar produk juga harus diperhatikan. Persaingan dalam hal memproduksi bahan pangan pertanian memerlukan praktek-praktek yang menjamin mutu dan keamanan, seperti Good Farming Practises (GFP), Good Handling Practises (GHP) dan Good Manfacturing Practises (GMP). Kecenderungn kearah hal tersebut memerlukan keahlian keteknikan yang perlu terus ditingkatkan, sehingga sistem usaha pertanian kita mampu bersaing di pasar internasional. Ditinjau dari aspek permintaan, prospek permintaan domestik maupun global terus meningkat baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan, sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta berkembangnya pusat kota, industri dan pariwisata. Sementara itu, ditinjau dari aspek produksi, potensi pengembangan komoditas pertanian
Universitas Sumatera Utara
masih terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan lahan maupun teknologi budidaya, pasca panen, maupun pengolahannya. Salah satu strategi kebijakan pengembangan yang dipandang relevan dalam merespon berbagai perubahan tersebut adalah pengembangan agribisnis dengan pendekatan kawasan. (BPS, 1999, hasil identifikasi Ditjenhort, 2001). Salah satu kawasan agribisnis di kawasan Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo, Kabupaten Karo merupakan dataran tinggi Karo dengan ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Propinsi Sumatera Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 120 sampai 1600 meter di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut Tanah Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 15 sampai 26 derajat celcius. Di dataran tinggi Karo kita bisa menemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dengan ciri khas daerah buah dan sayur. Di sini kita juga bisa nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut.
Dilihat dari
geografi, Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 % dari luas Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak di antara 2o50‘ Lintang Utara sampai 3o19‘ Lintang Utara dan 97o55’ Bujur Timur sampai dengan 98o38’ Bujur Timur. Karena letaknya yang berada di daerah perbukitan sebagian besar dan merupakan
salah
satu
faktor
limitasi
perkembangan
Kabupaten
Karo.
Universitas Sumatera Utara
Aksesibilitas yang memegang peranan penting dalam hal hubungan baik internal maupun eksternal wilayah dirasakan sangat kurang, terutama dalam hal kualitas jalan. Selain itu, masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, kurangnya kemampuan keuangan lokal, dan minimnya sarana dan prasarana berdampak pada lambatnya perkembangan Kabupaten Karo, seperti yang dirasakan saat ini. Berkaitan dengan kondisi demikian, optimalisasi potensi wilayah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan di Kabupaten Karo. Berdasarkan analisis dari data BPS Kabupaten Karo, kontribusi pertanian terhadap perekonomian wilayah sangat tinggi, Hal ini menunjukkan potensi pertanian dalam menyangga ekonomi wilayah masih cukup besar, namun demikian, kondisi wilayah yang masih termasuk daerah tertinggal mengindikasikan potensi tersebut belum
mensejahterakan
masyarakatnya
maupun
pemerataan
kesempatan
memperoleh manfaatnya, padahal potensi tersebut seharusnya dapat menjadi penggerak pembangunan wilayah yang merata. Salah
satu
komoditas
pertanian
yang
masih
berpeluang
untuk
dikembangkan sehingga menjadi penggerak perekonomian masyarakat adalah komoditas hortikultura, terutama sayur sayuran dan buah-buahan. Kedua komoditas tersebut tergolong komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity), sehingga harus diproduksi secara efisien untuk dapat bersaing di pasar. Komoditas tanaman hortikultura yang merupakan komoditas unggulan di Tanah Karo ialah buah-buahan, sayur-sayuran, dan bunga. Buah-buahan yang unggul di Tanah Karo antara lain ialah jeruk, markisa, terong belanda, dan tomat, sedangkan sayuran yang menjadi unggulan di Tanah Karo ialah kubis, wortel. kentang, dan bawang prei (bawang daun). Tanaman-tanaman menjadi unggulan di
Universitas Sumatera Utara
Tanah Karo dikarenakan potensi wilayah, topografi iklim, serta keadaan alam yang sangat mendukung dengan syarat tanam tanaman tersebut. Dari aspek produksi, potensi pengembangan komoditas hortikultura masih dapat ditingkatkan ditinjau dari aspek ketersediaan lahan dan peluang peningkatan adopsi teknologi. Komoditas hortikultura secara intrinsik memiliki sifat cepat busuk, rusak, dan susut besar. Hal ini merupakan masalah yang dapat menimbulkan risiko fisik dan harga. Permasalahan pokok pengembangan agribisnis hortikultura adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut nampak nyata pada produk hortikultura untuk tujuan pasar konsumen institusi dan ekspor. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya penguasaan teknologi, baik teknologi pembibitan, budidaya, maupun penanganan pasca panen, serta kurangnya koordinasi antar pelaku agribisnis, sehingga struktur kelembagaan agribisnis hortikultura menjadi sulit bersaing secara kompetitif. Komoditas hortikultura merupakan komoditas perdagangan (Soekartawi, 1996). Sebagai komoditas perdagangan, pengembangannya memegang peran strategis dalam menunjang peningkatan perkembangan ekonomi wilayah. Hingga saat ini belum banyak penelitian yang berorientasi kepada explorasi potensi unggulan tanaman hortikultura daerah dalam konteks pengembangan wilayah. Pengembangan berbasis potensi wilayah berguna dalam memberikan gambaran kondisi dari berbagai cara pandang atau aspek yang terkait maupun dalam distribusi keruangan sehingga dapat terlihat keunggulan komparatif maupun kompetitifnya. Berkaitan dengan upaya peningkatan ekonomi wilayah yang merupakan salah satu target pembangunan di daerah tertinggal khususnya, perlu
Universitas Sumatera Utara
upaya menemukenali komoditas unggulan hortikultura. Penelitian ini berguna dalam menggali potensi pertanian khususnya komoditas hortikultura yang diteliti dalam menunjang alternatif komoditas pengembangan usaha tani dan peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan ekonomi wilayah, dan masyarakat petani khususnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi keteknikan pertanian digunakan dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura berbasis potensi wilayah yang menunjang pengembangan wilayah di Kabupaten Karo. Kegunaan Penelitian 1.
Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2.
Sebagai bahan pengembangan penelitian pertanian khususnya berdasarkan potensi wilayah.
3.
Sebagai sumber informasi komoditas unggulan dan distribusinya dalam ruang wilayah, sehingga dapat menjadi masukkan bagi pengambilan keputusan oleh pemerintah daerah maupun investor dan pihak yang berminat dalam pengembangan pertanian ataupun bidang bidang pengembangan teknologi pertanian lainnya.
4.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara