I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan
jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian agraris, dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang tidak kalah pentingnya dalam memenuhi kebutuhan dan pendapatan masyarakat yaitu sektor tanaman pangan. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan untuk itu pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi. Berdasarkan kenyataan tersebut masalah pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintah suatu negara (Suryana, 2005) Di Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di beberapa tempat, jagung merupakan bahan makanan pokok utama pengganti beras atau sebagai campuran beras. Kebutuhan jagung di Indonesia cukup besar yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun (Khalik, 2010). Produksi jagung dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan gandum yaitu sebesar 612,5 juta ton. Distribusi penanaman jagung terus meluas di berbagai negara di dunia karena tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah subtropik ataupun tropik. Indonesia merupakan negara penghasil terbesar di kawasan Asia Tenggara, maka tidak berlebihan bila Indonesia mencanangkan swasembada jagung (Rukmana, 2008).
1
2
Jagung (Zea mays. L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di Indonesia jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Jagung sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, disamping itu jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar (Siregar, 2009). Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang cocok untuk dibudidayakan dan memiliki prospek yang baik. Hal ini karenakan dalam usahatani jagung modal yang diperlukan tidak terlalu besar, tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh yang sulit seperti hanya dengan memanfaatkan lahan yang kecil, sempit dan terbatas, mudah di tanam, relatif murah dalam penyediaan biaya usahataninya, dan cepat tumbuh tanpa pemeliharaan yang serius. Jagung juga sangat digemari oleh masyarakat sehingga tidak sulit dalam pemasarannya. Bila diusahakan secara besar-besaran akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung diantaranya adalah penggunan input produksi yang optimum. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan sehingga dalam peningkatan produksi jagung diperlukan pemahaman untuk mengelolanya agar bersinergis sehingga diperoleh hasil yang tinggi (Suwardi, 2009). Jagung merupakan salah satu bahan makanan substitusi karbohidrat yang banyak dikonsumsi masyarakat Sumba Barat Daya. Selain itu jagung juga dapat
3
dimanfaatkan masyarakat Sumba Barat Daya sebagai pakan ternak. Menurut data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumba Barat Daya pada tahun 2014 produksi jagung sebesar 111.259 ton pipilan kering dari areal panen seluas 30.255 hektar dengan produksi rata-rata per hektar 36,81 kw/ha. Kabupaten Sumba Barat Daya terdapat dua Kecamatan yang mempunyai produksi jagung terbesar yaitu Kecamatan Wewewa Barat dan Kecamatan Kodi Utara. Kecamatan Wewewa Barat merupakan wilayah kedua terbesar pengahasil jagung yang mempunyai luas panen sebesar 4.296 hektar dan produksi 16.325 ton dari seluruh produksi yang ada di Sumba Barat Daya seperti pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Luas Panen, Rata-Rata Produktivitas dan Produksi Tanaman Jagung per Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2014 Kecamatan
Kodi Bangedo Kodi Bhalagar Kodi Kodi Utara Wewewa Selatan Wewewa Barat Wewewa Timur Wewewa Tengah Wewewa Utara Loura Kota Tambolaka Sumba Barat Daya
Luas panen (ha) 2.449 2.225 2.316 4.807 2.966 4.296 2.846 2.414 1.480 1.997 2.426 30.222
Rata-rata produktivitas (kw/ha) 38,00 38,00 36,00 38,00 36,00 38,00 36,00 36,00 34,00 36,00 36,00 36,55
Produksi (ton) 9.306 8.455 8.338 18.267 10.678 16.325 10.246 8.690 5.032 7.189 8.734 111.259
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumba Barat Daya, 2015
Produksi jagung di Kecamatan Wewewa Barat berfruktuatif. Terlihat dari tahun 2009 produksi mengalami kenaikan, turun di tahun 2010, produksi jagung turun di tahun 2011 dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 dan menurun pada tahun 2013 s.d 2014. Pada tahun 2009 produksi jagung naik menjadi 29.959
4
ton/tahun, dengan rata-rata produktivitas sebesar 2,6 ton/ha. Pada tahun 2010 produksinya turun hingga mencapai 16.012 ton/tahun, tetapi produktivitas ratarata per hektarnya naik menjadi 2,8 ton/ha. Tahun 2012 produksinya naik cukup tajam lagi menjadi 19.129 ton/tahun, dengan produktivitas rata-rata 3,7 ton/ha, bila dibanding dengan rata-rata produksi jagung di tahun 2009. Produksi jagung rata-rata per hektar selama delapan tahun berturut-turut menunjukkan fluktuatif, akan tetapi rata-rata produktivitas per hektar menunjukkan trend yang selalu meningkat seperti terlihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Luas Panen, Rata-Rata Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2007 s.d 2014 di Kecamatan Wewewa Barat Tahun
Luas panen (ha)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
3.454 2.285 9.777 5.657 3.941 5.170 4.785 4.296
Rata-rata produktivitas (ton/ha) 2,90 2,00 2,60 2,80 3,60 3,70 3,80 3,80
Produksi (ton) 10.064 4.570 29.959 16.012 14.187 19.129 18.138 16.325
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Barat Daya, 2015
Kecamatan Wewewa Barat, khususnya di Desa Waimangura merupakan daerah yang masyarakatnya kebanyakan megusahatanikan tanaman jagung. Berdasarkan Tabel 1.2 di atas luas panen yang mengalami sedikit penurunan dari 4.785 hektar di tahun 2013 menjadi 4.296 hektar di tahun 2014. Demikianpun halnya dengan jumlah produksi yang menurun dari 18.138 ton ditahun 2013 menjadi 16.325 ton ditahun 2014. Hal ini terjadi karena tingkat curah hujan yang rendah
yang
dapat
menyebabkan
penurunan
hasil
produksi,
kesulitan
5
mendapatkan sumber air yang mengakibatkan kekeringan sehingga banyak terjadinya gagal panen, selain itu penggunaan input yang berpengaruh terhadap produksi jagung. Pada usahatani jagung ini, input produksi yang digunakan adalah lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Lahan untuk pertumbuhan yang baik pada jagung ini memerlukan tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik. Lahan di lokasi tempat peneliti merupakan lahan yang terbilang kurang subur (lempung berpasir) dan memiliki iklim yang cukup panas. Lahan yang digunakan adalah lahan sewa, namun ada juga yang milik sendiri. Pemilihan benih yang baik akan mempengaruhi produksi karena benih yang baik akan lebih tahan terhadap penyakit dan hasilnya akan lebih baik. Benih dapat diperoleh di toko-toko pertanian, pada saat ini petani jagung di Desa Waimangura membuat benih jagung sendiri untuk menghemat biaya pengeluaran dan juga benih yang dipakai petani hasilnya juga sama dengan yang dijual di tokotoko pertanian. Petani jagung di Desa Waimangura banyak menggunakan benih jagung varietas lokal dengan alasan bahwa kesamaan atas hasil produksi benih lokal dan benih unggulan serta kebutuhan konsumen yang biasa mengkonsumsi jagung lokal. Untuk penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jagung di daerah penelitian lebih banyak berasal dari dalam keluarga. Menggunakan tenaga kerja dalam keluarga bertujuan untuk mengurangi biaya pengeluaran usahatani tersebut. Dalam usahatani jagung, petani juga menggunakan pupuk dan obatobatan. Pupuk yang biasanya digunakan yaitu pupuk anorganik (Urea, dan NPK) serta pupuk organik cair (M-8 dan Super ACI). Dari hasil-hasil penelitian diketahui bahwa produksi jagung sebenarnya dapat mencapai tiga sampai dengan
6
empat ton pipilan kering. Apa yang menyebabkan petani belum mencapai produksi tersebut perlu diteliti. Produksi yang tinggi akan tercapai apabila inputinput produksi tersebut optimal penggunaannya. Perlu juga diteliti apakah dalam penggunaan input produksi sudah dilakukan secara optimal atau tidak. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana pengaruh input produksi dalam usahatani jagung di Desa Waimangura?
2.
Bagaimana tingkat optimasi penggunaan input produksi dalam usahatani jagung di Desa Waimangura?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Untuk mengetahui pengaruh input produksi terhadap hasil produksi usahatani jagung di Desa Waimangura.
2.
Untuk menganalisis tingkat optimasi penggunaan input pada usahatani jagung di Desa Waimangura.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai
berikut: 1.
Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam upaya hal meningkatan produksi melalui optimasi penggunaan input produksi.
7
2.
Sebagai bahan informasi bagi para petani, untuk dapat meningkatkan optimasi penggunaan input dalam upaya meningkatkan produksi komoditi jagung.
3.
Sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan optimasi penggunaan input pada sektor pertanian.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini terbatas untuk mengetahui pengaruh input produksi dalam usahatani jagung terhadap hasil produksi, dan tingkat optimasi penggunaan input produksi dalam usahatani jagung di Desa Waimangura, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya.