BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di Negaranegara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yang dapat kita lihat sebagai berikut : •
Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk
dari
sektor pertanian, bukan
saja untuk
kelangsungan
pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor non pertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti
industri-industri
makanan
dan
minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit dan farmasi. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi produk. •
Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi
di sektor pertanian (daerah pedesaaan)
membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik
untuk
barang
produsen
maupun barang-barang
konsumen. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi pasar. •
Karena
relatif
pentingnya
pertanian
bila
dilihat
dari
sumbangan
outputnya terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja tanpa bisa dihindari menurun
Universitas Sumatera Utara
dengan
dengan
pertumbuhan
atau
semakin
tingginya
tingkat
pembangunan ekonomi, sektor ini bisa dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian. Sama juga, seperti di dalam teori penawaran tenaga kerja tak terbatas dari Arthur Lewis, dalam proses pembangunan ekonomi panjang terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke
industri dan sektor-sektor non pertanian lainnya (perkotaan). Kuznets
menyebut ini sebagi kontribusi faktor-faktor produksi. •
Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik
lewat ekspor
hasil-hasil
pertanian
atau peningkatan
produksi
komoditi-komoditi pertanian menggantikan impor(substitusi impor). Ini disebut kuznets sebagai kontribusi devisa. Jika dilihat dari penjelasan diatas, pentingnya pertanian di dalam perekonomian nasional tidak
hanya diukur dari kontribusinya terhadap pembentukan atau
pertumbuhan PDB atau pendapatan nasional, kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber devisa Negara, tetapi potensinya juga bisa dapat dilihat sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan output atau NT dan diversifikasi produksi di sektor-sektor lainnya. Dalam hal ini pertanian disebut sebagai sektor “pemimpin” artinya semakin besar ketergantungan daripada pertumbuhan NT di sektor-sektor lain terhadap pertumbuhan NT di sektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1
Peranan Sektor Pertanian di Indonesia Peranan
penting
Indonesia adalah
dari
terutama
sektor
pertanian
dalam bentuk
di
dalam
penyediaan
perekonomian
tenaga
kerja
dan
kontribusinya terhadap pembentukan PDB dan ekspor. Dalam hal kesempatan kerja, selama periode 1982-1989 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mengalami sedikit peningkatan, namun setelah itu jumlahnya berkurang. Sedangkan jumlah pekerja di sektor industri pengolahan sejak tahun 1984 terus bertambah (tabel 1). Secara relatif, pangsa dari pertanian di dalam total kesempatan kerja menunjukkan suatu tren perubahan jangka panjang yang negatif, sementara dari industri pengolahan positif. Pada tahun 1982 kontribusi pertanian terhadap total kesempatan kerja sekitar 54,7% dibandingkan dengan industri pengolahan 10,4%.
Tabel 1 Distribusi kesempatan kerja menurut beberapa sektor di Indonesia *) Periode
Pertanian
Industri
Pertambangan
Lainnya
Total
pengolahan 1982
31593
6022
391
19797
57803
1984
33079
5565
411
21029
60084
1989
41284
7335
449
24357
73425
1991
41206
7946
565
26706
76423
1993
40072
8784
653
29691
79200
1995
35233
10127
643
34107
80110
1997
35849
11215
897
39089
87050
1999
38378
11516
726
38197
88817
Catatan: *) jumlah dalam ribu orang Sumber: Bank Dunia Database
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, berkurangnya pangsa tenaga kerja dari suatu sektor dapat disebabkan oleh dua perubahan, yakni penurunan secara absolut : jumlah orang yang bekerja di sektor tersebut berkurang, atau penurunan secara relatif : laju pertumbuhan tenaga kerja di sektor tersebut lebih kecil dibandingkan dengan sektor-sektor lain atau tidak ada perubahan, sementara di sektor-sektor lain jumlah tenaga kerja meningkat. Kasus Indonesia menunjukkan bahwa turunnya pangsa tenaga kerja dari sektor pertanian tersebut disebabkan oleh berkurangnya jumlah tenaga kerja di sektor itu sejak pertengahan hingga menjelang akhir tahun 1990an. Walaupun tidak ada data agregat yang dapat mendukung, namun diduga kuat bahwa selama periode tersebut telah terjadi transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain khususnya industri pengolahan, angkutan, restoran dan jasa lain. Dalam hal pembentukan PDB, selama periode 1997-2001 pangsa sektor pertanian tidak lebih dari 20%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi output dari pertanian jauh lebih kecil dibandingkan kontribusinya terhadap total kesempatan kerja. Sektor industri pengolahan diperkirakan pada tahun 2001 menyumbang hampir
26%
terhadap
pembentukan
PDB
sedangkan
sektor
pertanian
menyumbang sekitar 16%. Laju pertumbuhan rata-rata per tahun di sektor pertanian juga kecil, dibawah 2%, dan pada tahun 1998 pada saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, pertumbuhan negatif, seperti juga yang dialami sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Distribusi PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor 1997-2001 (dalam %) Sektor
1997
1998
1999
2000
2001
1. pertanian
16,09
18,08
19,54
16,92
16,44
2. pertambangan dan penggalian
8,85
12,59
9,91
12,91
13,62
3. industri pengolahan
26,79
25,00
25,92
26,04
25,84
4. listrik, gas dan air bersih
1,25
1,18
1,21
1,17
1,16
5. bangunan
7,44
6,46
6,71
7,14
7,04
6. perdagangan,hotel dan restoran
15,86
15,35
15,92
15,19
15,04
7. pengangkutan dan komunikasi
6,14
5,43
4,97
5,00
5,11
8. keuangan, persewaan dan jasa
8,66
7,31
6,36
6,20
6,30
8,92
8,59
9,46
9,43
9,44
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Perusahaan 9. jasa-jasa PDB
Sumber : BPS Dalam hal ekspor, jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain terutama industri pengolahan, ekspor komoditi-komoditi pertanian masih sangat kecil. Produk industri pengolahan menyumbang hamper 70% terhadap total ekspor nasional, sedangkan hasil pertanian hanya sekitar 3% lebih: bahkan selama periode 1999-2000, nilai ekspor pertanian menurun. Memang Indonesia hingga saat ini belum bisa mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu sumber penting pendapatan devisa Negara. Hal ini disebabkan dua faktor utama, yakni dari sisi penawaran: kapasitas produksi terbatas dan dari segi permintaan : daya saing komoditi-komoditi pertanian Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan Negara-negara pengekspor pertanian sperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Cina.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Masalah Sebagai Negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah, seharusnya Indonesia bisa menjadi basis produksi pertanian dunia. Prospek investasi di sektor pertanian cenderung meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditas di pasar dunia. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah sepertinya sudah menyadari kegagalannya dalam membangun sektor pertanian. Ini terbukti dengan adanya rencana pemerintah untuk merevitalisasi pertanian. Pada tahun 2005, misalnya, kebijakan revitalisasi pertanian telah digulirkan. Namun demikian, dampak kebijakan tersebut belum begitu signifikan. Padahal dalam revitalisasi pertanian tersebut pemerintah telah merumuskan kebijakan yang amat penting dalam pengembangan sektor pertanian, yaitu bagaimana memecahkan persoalan pembiayaan untuk membangun sektor pertanian, masih terbatasnya prasarana pedesaan, rendahnya kualitas SDM, meningkatnya alih fungsi lahan dan belum mantapnya lembaga petani dan kelembagaan masyarakat secara umum. Dalam hal ini pemerintah belum terlalu serius dalam menggarap sektor pertanian. Meski sektor pertanian rakyat banyak tergantung pada kondisi alam, namun dengan penggunaan teknologi tinggi harusnya hal tersebut dapat dikurangi resikonya. Kemudian, pembangunan prasarana desa yang baik (jalan-jalan desa yang dibenahi agar melancarkan distribusi panen), irigasi yang terkontrol, pemakaian bibit unggul yang menjamin kualitas dan hasil produk pertanian, obatobatan anti hama dan pupuk yang terjamin merupakan beberapa hal yang menjadi perhatian khusus yang harus dilakukan oleh pemerintah. Sesuai dengan visi dan misi pembangunan pertanian 2005-2009, terwujudnya
pertanian
tangguh
untuk
memantapkan
ketahanan
pangan,
Universitas Sumatera Utara
peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani, mendorong pembangunan pertanian menuju pertanian yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan, revitalisasi pertanian di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara diharapkan akan berjalan dengan baik. Dan mengacu pada visi pertanian 2020 untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, modern dan efisien dengan ciri pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal dan berkelanjutan, penerapan diversifikasi, rekayasa teknologi dan peningkatan efisiensi usaha dengan sistem agribisnis diharapkan
mampu
menjadikan petani menjadi pengusaha di usaha taninya sendiri. Untuk di Sumatera Utara sendiri dalam upayanya untuk peningkatan ketersediaan bahan pangan antara lain dengan cara intensifikasi, diversifikasi bahan pangan serta melalui pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara, kawasan agropolitan Dataran Rendah, kawasan agropolitan di Sumatera Utara dan penerapan teknologi di bidang pertanian. Selanjutnya dalam peningkatan diversifikasi produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras. Upaya untuk hal ini telah berjalan yaitu penanaman jagung di areal replanting lahan perkebunan.
2.2
Deskripsi Beras
2.2.1
Deskripsi Tanaman Padi Tanaman padi atau latinnya disebut dengan Oryza Sativa L.diduga berasal
dari Asia. Tanaman padi tradisional di Asia yang beriklim tropis bersifat tinggi dan lemah, dengan daun-daun yang melengkung ke bawah dan masa dormansinya lama. Pengenalan varietas-varietas padi hasil pemuliaan tanaman pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1960an yang dikenal sebagai varietas “revolusi hijau” dengan ciri-ciri tanaman yang agak pendek, tegak dan tidak peka terhadap perubahan-perubahan masa penyinaran matahari, telah mengakibatkan penggantian pembudidayaan varietas tradisional yang meluas, dengan varietas unggul yang lebih produktif dan lebih tahan
terhadap
serangan
hama.
Varietas-varietas
padi
baru
terutama
dikembangkan untuk pembudidayaan padi di daerah rendah, yang hanya meliputi sekitar 28% dari seluruh lahan persawahan di Asia tropis. Pada saat ini, baik Lembaga Penelitian Padi Internasional ( International Rice Research Institute disingkat IRRI) maupun program pengujian padi internasional berupaya mengembangkan varietas khusus yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kekeringan, kebanjiran atau genangan air yang dalam, suhu tinggi maupun rendah dan keadaan–keadaan lahan yang banyak beragam, bersifat alkalin ataupun lahan yang banyak mangandung asam. Kecuali upaya pengembangan varietas padi yang lebih produktif, juga diupayakan pengembangan varietas-varietas yang tahan terhadap kebanyakan penyakit dan serangga-serangga hama.
2.2.2
Varietas Unggul di Indonesia Pada umumnya tanaman padi di Indonesia berdasarkan
tempat
penanamannya dibedakan menjadi padi sawah dan padi ladang. Padi sawah merupakan padi yang ditanam di sawah. Tanaman padi sawah meliputi padi rendengan, padi gogo rancah, padi pasang surut, lebak, padi rembesan dan lainnya. Sedangkan padi ladang merupakan padi yang ditanam di tegal, kebun, ladang ataupun huma. Pada umumnya bibit padi yang digunakan petani di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia adalah varietas IR. Hingga saat ini teknologi benih padi masih terus dikembangkan di Indonesia. Sejumlah varietas lokal padi unggul telah dihasilkan oleh Badan Penelitian Padi (BALITPA) yang karateristik varietas padi dikembangkan sesuai dengan kondisi lahan, dan produktivitasnya cukup tinggi yaitu berkisar antara 5-9 ton.
Varietas padi
unggul yang dihasilkan oleh
BALITPA terdiri dari empat kelompok yaitu sebagai berikut: Kelompok padi sawah yang meliputi varietas Cibodas, Ciherang, Cisantana, Cimelati, Cigeulis, Cibogo, Fatmawati dan lainnya. Kelompok padi hibrida untuk lahan di luar Jawa yaitu Maro dan Rokan. Kelompok padi gogo yang meliputi
varietas Situ Patenggang, Situ
Bagendit dan lainnya Kelompok padi rawa pasang surut untuk lahan di luar Jawa yaitu varietas Banyuasin, Batanghari dan Siak Raya. Selain yang disebutkan diatas masih banyak varietas unggul lainnya yang telah dilepas di berbagai daerah di Indonesia dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2006. Sebut saja seperti varietas Atomita -3 dan Atomita -4 yang dilepas pada periode 1990-1991. Pada tahun 2006 varietas unggul padi hibrida seperti Brang Biji dan dan Bernas Super juga telah dilepas di beberapa daerah.
2.2.3
Varietas Unggul di Sumatera Utara Untuk Sumatera Utara sendiri, daerah-daerah produsen terbesar penyuplai
beras seperti Simalungun, Deli Serdang, Langkat dan Serdang Bedagai sudah mengembangkan beberapa varietas unggul untuk dapat meningkatkan produksi beras lokal. Biasanya petani di Sumatera Utara hanya identik dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan varietas unggul lokal seperti IR 64 dan Ciherang. Penggunaan benih padi hibrida masih tergolong kecil karena harga benih yang sangat mahal dan hanya bisa digunakan untuk satu kali penanaman saja. Padahal pemakaian dua benih varietas unggul ini secara terus menerus justru dikhawatirkan akan menurunkan kadar kemurnian benih. Sehingga dengan keadaan ini pemerintah daerah di Sumatera Utara mulai tahun 2007 banyak melakukan kerja sama dengan balai benih di semua daerah untuk pengembangan padi jenis hibrida ini. Untuk daerah Langkat sendiri, varietas padi unggul yang diperkenalkan pada musim tanam Februari sampai Mei 2008 lalu adalah Mendawak, indragiri, Sei Lalan. Sebelumnya juga sudah ada varietas Mekongga. Untuk Serdang Bedagai sendiri, selain varietas padi sawah dengan jenis padi Ciherang, juga sudah diproduksi seperti jenis padi hibrida yaitu jenis padi SL 8 SHS. Sedangkan untuk kabupaten Simalungun dan Deli Serdang selain varietas IR 64 dan Ciherang yang selama ini mendominasi produksi padi, ada lima varietas unggul dengan label putih yang dikembangkan penelitian Balai Besar Sukamandi Subang Jawa Barat, yaitu Varietas Sibogo, Sarinah, Aek Sibundong, Mekongga dan Pepe.
2.2.4
Pengembangan Produk Olahan Padi Manfaat utama dari tanaman padi terdapat pada beras sebagai sumber
karbohidrat
pangan. Walaupun
demikian, berbagai tanaman padi
memiliki
manfaat dan dapat menghasilkan nilai tambah dari beragam produk olahan yang dihasilkannya. Untuk penyediaan pangan, produk yang dapat dihasilkan dari bahan baku beras meliputi beraneka ragam jenis beras dengan fungsi tambahan, produk olahan untuk konsumsi langsung seperti kue basah edan kering, tepung
Universitas Sumatera Utara
beras yang digunakan oleh industri lain maupun untuk memproduksi pangan olahan serta pati. Sebagai penyedia bahan baku pakan, bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah jerami dan dedak. Sekam yang diperoleh dari pengolahan gabah dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun karbon aktif.
Padi
Jerami
Gabah
Kompos Pakan Bahan bakar Media jamur Kertas Papan artikel
Beras pecah kulit
Sekam
Arang sekam Abu gosok Bahan bakar Silikat Karbon aktif Beras menir
Pangan pokok Beras kepala Beras giling Beras aritmatik Beras instan Beras kristal
Pangan fungsional
Beras yodium Beras IG rendah Beras nutrisi tinggi Beras berlembaga
Penganan
Kue basah Kue kering
Bahan baku industri
Tepung
Dedak
Pakan Pangan Serat Minyak
Pati
Gambar 1. macam-macam produk olahan padi
Universitas Sumatera Utara
2.3
Beras sebagai Pangan Pokok Beras merupakan salah satu dari produk olahan padi. Dalam bahasa jawa
beras berasal dari kata Weas. Bagi orang Indonesia kebiasaan mengkonsumsi beras biasanya dalam bentuk nasi. Beras dipilih menjadi pangan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan cepat pengolahannya, memberikan kenikmatan pada saat menyantap dan aman dari segi kesehatan. Akan halnya nasi, memang menarik untuk disimak, karena nasi mudah membuat masyarakat yang semula berpangan pokok lokal bukan nasi berubah menjadi pemakan nasi yang hampir seluruhnya irreversible. Untuk di Indonesia sendiri, wilayah bagian timur seperti Maluku dan Papua yang tadinya masih mengkonsumsi sagu sebagai pangan pokok mereka, sekarang sudah beralih mengkonsumsi nasi. Hal ini mudah dimengerti karena dibanding makanan sumber karbohidrat lain, nasi lebih mudah disiapkan karena lebih luwes untuk dikonsumsi dengan beragam lauk-pauk dan memberi kenikmatan inderawi yang lebih. Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, diantara bahan pangan berkabohidrat yaitu padi-padian, umbi-umbian dan lain-lain, beras merupakan sumber kalori yang terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbangkan kalori sebesar 60-80% dan protein 45-55% bagi rata-rata penduduk (Juliano,1994) Selain itu, berbeda dengan komoditi-komoditi pertanian lainnya, beras di Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi. Oleh karena itu, tidak heran kalau ketersediaan dan pemerataan
Universitas Sumatera Utara
distribusi beras serta keterjangkauan oleh daya beli masyarakat sejak dulu sampai sekarang merupakan isu sentral yang berpengaruh terhadap kebijaksanaan ekonomi nasional (Surono,2001). Hal ini dapat dilihat jika terjadi hal yang terjadi seperti terjadinya krisis ekonomi pada suatu Negara
yang dapat mempengaruhi
permintaan akan beras.
2.3.1
Mutu Beras Secara umum, mutu beras dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
mutu giling, mutu rasa dan mutu tanak, mutu gizi dan mutu berdasar ketampakan dan kemurnian biji. Dalam usaha pemuliaan padi, penentu mutu beras dikelompokkan menjadi rendeman giling, kenampakan bentuk dan ukuran biji dan sifat-sifat tanak dan ukuran nasi. Berikut ini dikemukakan secara umum kriteria dan pengertian mutu beras ssbagai berikut: •
Mutu pasar dan
: lebih banyak ditentukan secara obyektif oleh kenampakan
sifat-sifat fisik lainnya meliputi ukuran dan bentuk biji, derajat
sosoh, persentase beras pecah, menir, butir kapur, butir bening, benda asing dan sebagainya. •
Mutu tanak
: ciri-ciri umum yang mempengaruhi mutu tanak adalah
perkembangan volume, kemampuan mengikat air, stabilitas pengalengan nasi parboliling, lama waktu penanakan dan sifat viskositas pati. Untuk sifat beras yang digunakan sebagai ciri penentu mutu tanak dan prosesing adalah kadar amilosa, uji alkali untuk menduga suhu gelatinisasi, kemampuan pengikatan air pada suhu 70 ْ C. Di Indonesia sendiri mutu tanak belum dijadikan syarat dalam menentukan mutu beras.
Universitas Sumatera Utara
•
Mutu rasa
: mutu rasa lebih banyak ditentukan oleh faktor subyektif,
yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, lingkungan, pendidikan, tingkat golongan dan jenis pekerjaan konsumen. Pada tingkat pasar, mutu rasa mempunyai kaitan langsung dengan selera dan tingkat kesukaan atau penerimaan konsumen dan dengan harga beras itu sendiri. •
Ukuran dan ketampakan biji : ukuran setiap varietas yang berlainan jenis biasanya berbeda. Misalnya ukuran biji beras di Indonesia adalah sedang sampai panjang dengan rata-rata 6-7 mm. sedangkan ketampakan biji pada umumnya ditentukan berdasarkan keburaman endosperm, yaitu bagian biji yang tampak putih buram, baik pad sisi dorsal biji, sisi ventral maupun tengah biji.
Di Indonesia, tingkatan mutu dan pembakuan mutu didasarkan antara lain pada kesepakatan oleh sebagian besar pedagang beras. Sejak zaman penjajahan Belanda memang sudah dikenal kelompok-kelompok mutu yang berlaku di daerah yang terbatas dan pada kenyataanya tidak resmi. Tingkatan mutu yang berlaku di masyarakat sangat beragam. Berikut ini beberapa ciri yang sering menjadi dasar pengelompokan beras di Indonesia : Asal daerah seperti beras Cianjur, beras Solok, beras Delanggu dan beras Banyuwangi. Jenis atau varietas padi misalnya beras Rojolele, beras Bulu dan beras IR Cara prosesing dikenal sebagai beras tumbuk dan beras giling. Tingkat penyosohan misalnya beras slip I dengan derajat penyosohan 1/1 dan beras slip II dengan derajat penyosohan
Universitas Sumatera Utara
Gabungan antara varietas dengan hasil penyosohan pada derajat yang berbeda, yang berlaku untuk suatu daerah, misalnya di Jawa Tengah dikenal sebagai beras SP, TP dan BP dan di Jawa Barat seperti beras TA, BGA dan TC
2.3.2
Kualitas Beras Lokal di Sumatera Utara. Seperti diketahui, Sumatera Utara termasuk sebagai salah satu daerah yang
penghasil beras terbesar di Indonesia. Rata-rata penghasil beras yang mendominasi berasal dari varietas padi sawah seperti varietas IR 64 dan Ciherang. Daerah yang menjadi penyumbang beras terbesar di Sumatera Utara terdiri dari Simalungun, Deli Serdang, Langkat dan Serdang Bedagai. Kualitas beras yang umum dijual di pasaran setiap daerah seperti beras IR 64 dan beras ramos seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4. Tabel 3 Daftar beras lokal yang dijual di pasaran setiap daerah di Sumatera Utara No 1
Kabupaten / kota Gunung Sitoli ( Nias )
Kualitas beras Ramos no.1
2
Penyabungan ( Mandailing Natal )
Jongkong
3
Tapanuli Selatan
4
Tarutung ( Taput )
Lokal no.1
5
Balige ( Toba Samosir )
Lokal no.1
6
Rantau Prapat ( Labuhan Batu )
Ramos no.1
7
Kisaran ( Asahan )
Leidong
8
Sidikalang ( Dairi )
Angkat
9
Kabanjahe ( Karo )
Condong
10
Sibolga
Silumat
11
Tanjung Balai
Ramos
KKB no.2
Universitas Sumatera Utara
12
Pematang Siantar
Sipisang
13
Tebing Tinggi
14
Medan
KKB no.1
15
Binjai
Sawah biasa
16
Padang Sidempuan
Jongkong IR
Ramos no.1
Sumber : BPS Sumut
2.3.3
Jenis-jenis Beras dan Pengolahannya. Jenis beras yang berbeda digunakan untuk pembuatan jenis makanan
olahan yang berbeda pula, dengan penentu utama perbandingan kandungan amoilosa-amilopektin
bagi
rekstur
nasi
ataupun
olahan-olahan
lainnya.
Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dikelompokkan menjadi beras ketan yang mengandung amilosa 0-2%, beras kering yaitu beras yang berkandungan amilosa rendah yaitu antar 9-20%, beras bekandungan amilosa menengah yaitu 20-25% dan beras berkandungan amilosa tinggi yaitu lebih dari 25%. Beras ketan digunakan untuk membuat olahan manis dan olahan yang mempunyai sifat struktur lunak dan liat misalnya tape ketan dan brem. Beras berkadar amilosa rendah digunakan untuk membuat makanan bayi, sereal sarapan pagi dan roti dengan pengembangan volume menggunakan ragi. Beras amilosa menengah digunakan untuk membuat kue dengan melalui tahap fermentasi dan untuk membuat sop kalengan. Beras dengan kandungan amilosa tinggi merupakan bahan yang baik untuk membuat bihun. Selain hal diatas beras juga digunakan dalam pembuatan bir, anggur beras, sake dan vinegar yang terutama terdiri atas asam cuka. Beberapa puding di Negara timur jauh dibuat dari beras ketan, yang seluruhnya terdiri atas amilopektin pada patinya. Di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Eropa, beras digunakan dalam berbagai
Universitas Sumatera Utara
penyiapan pangan termasuk padian sarapan, permen, campuran tepung paket, craker dan makanan kecil lainnya, sup dan makanan bayi lainnya.
2.4
Teori Permintaan
2.4.1
Defenisi Permintaan Permintaan didefinisikan sebagai berbagai kombinasi harga dan jumlah
komoditi yang ingin dan dapat dibeli oleh individu pada waktu tertentu. Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditi (barang dan jasa) dan juga menerangkan ciri hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan. Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta disebut di dalam hukum permintaan yang berbunyi: semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit barang yang diminta atau semakin murah harga suatu barang maka semakin banyak barang yang diminta, ceteris paribus. Dari penjelasan hukum permintaan ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang terbalik antara jumlah barang yang dibeli dengan harga barang tersebut. Hipotesis ini didasarkan atas asumsi : •
Bila harga suatu komoditi turun, orang mengurangi pembelian atas komoditikomoditi lain dan menambah pembelian pada komoditi yang mengalami penurunan harga tersebut. Penurunan harga suatu komoditi mnyebabkan pendapatan riil para pembeli meningkat, dan itu mendorong konsumen yang sudah membeli komoditi tersebut untuk membeli lagi dalam jumlah yang lebih besar.
•
Bila harga suatu komoditi naik, para pembeli mencari komoditi lain yang dapat digunakan sebagai pengganti atas komoditi yang mengalami kenaikan
Universitas Sumatera Utara
harga. Disamping itu kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Pendapatan riil yang merosot memaksa para pembeli untumengurangi pembeliannya atas berbagai jenis komoditi, terutama atas komoditi yang mengalami kenaikan harga. Terlihat dari hubungan ini antara harga dan permintaan memiliki hubungan yang negatif sehingga pada umumnya kurva permintaan suatu komoditi bersifat negatif terhadap sumbu horizontal yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan sendiri merupakan skedul permintaan yang digambarkan secara grafik.
P Kurva permintaan
Q Gambar 2. Bentuk kurva permintaan 2.4.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu komoditi ditentukan
oleh banyak faktor, antara lain: •
Harga komoditi itu sendiri Harga merupakan nilai sesuatu benda yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga dapat juga sebagai sejumlah uang yang harus dibayarkan pembeli kepada penjual untuk memperoleh suatu barang (benda atau jasa). Jenis-jenis harga terbagi atas dua, yaitu general price dan lokal price. General price merupakan tingkat harga yang berlaku secara umum/ratarata (untuk seluruh barang yang dianggap mewakili dalam satu
Universitas Sumatera Utara
perekonomian), sering dianggap sebagai indeks harga atau menunjukkan keadaan inflasi/deflasi (harga umum). Sedangkan lokal price adalah harga untuk satu produk tertentu dalam satu perekonomian (harga lokal). •
Harga komoditi lain yang berkaitan erat dengan komoditi tersebut Barang substitusi merupakan barang komoditi pengganti dari barang pokok. Komoditi
lain yang mempengaruhi permintaan ada dua jenis.
Yaitu komoditi komplementer dan substitusi. Komoditi substitusi adalah barang yang dapat menggantikan fungsi dari barang lain sehingga harga komoditi pengganti dapat mempengaruhi permintaan komoditi lainnya. Komoditi ini memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan komoditi tersebut Sedangkan komoditi komplementer adalah suatu komoditi yang selalu digunakan bersama-sama dengan komoditi lainnya. Lain halnya dengan komoditi substitusi, komoditi komplementer memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan suatu komoditi. •
Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu Negara pada suatu periode tertentu ( biasanya satu tahun ). Dalam rumus dapat dituliskan sebagai berikut :
Ycap =
dimana :
GNP = total pendapatan masyarakat dalam waktu satu tahun / total produksi barang dan jasa dalam satu tahun. Pendapatan perkapita biasanya dibagi atas dua jenis, yaitu pendapatan perkapita riil dan pendapatan perkapita nominal. Pendapatan perkapita riil
Universitas Sumatera Utara
adalah pendapatan perkapita yang sudah memperhitungkan harga-harga barang dan inflasi, sedangkan pendapatan perkapita nominal adalah pendapatan perkapita yang belum memperhitungkan harga barang dan inflasi. Pendapatan yang biasanya dijadikan tolak ukur adalah pendapatan riil karena sudah memperhitungkan semua faktor. Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pola permintaan atas berbagai jenis barang. Atas dasar sifat perubahan permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi: 1. Barang inferior, dimana barang yang permintaannya justru berkurang apabila pendapatan seseorang semakin tinggi misalnya jagung, ubi dll. 2. Barang esensial., dimana barang yang tidak banyak mempengaruhi permintaan seseorang baik kaitannya terhadap harga maupun pendapatan seseorang misalnya barang kebutuhan pokok seperti beras dan air minum. 3. Barang normal dimana barang yang mengalami kenaikan permintaan seiring dengan naiknya pendapatan seseorang misalnya bahan pakaian, perhiasan wanita dll. 4. Barang mewah dimana barang tersebut dibeli seseorang apabila pendapatan mereka meningkat atau naik misalnya mobil mewah dan emas.
Universitas Sumatera Utara
•
Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat Bila konsentrasi pendapatan berada di kalangan kelas atas, permintaan akan komoditi mewah maupun komoditi sekunder akan meningkat. Bila konsentrasi pendapatan bergeser ke kelas bawah, permintaan akan komoditi-komoditi yang dibutuhkan oleh kelas bawah akan meningkat dan permintaan akan komoditi mewah akan semakin menurun.
•
Selera masyarakat Bila selera konsumen akan suatu komoditi meningkat, permintaan akan komoditi tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika selera konsumen akan komoditi tersebut berkurang, permintaan akan komoditi tersebut akan semakin berkurang.
•
Jumlah penduduk Penduduk adalah seseorang atau sekelompok masyarakat yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Pertambahan jumlah penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut.
•
Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa mendatang dapat mempengaruhi permintaan akan suatu komoditi. Bila prospek suatu komoditi di masa mendatang baik, maka permintaan akan komoditi tersebut akan naik, dan sebaliknya maka komoditi tersebut akan semakin menurun.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3
Perubahan Permintaan Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi:
1. Pergerakan sepanjang kurva permintaan Perubahan permintaan sepanjang kurva permintaan terjadi bila harga komoditi yang diminta berubah (naik atau turun). Penurunan harga komoditi tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga komoditi mengurangi jumlah komoditi yang diminta.
P 2
1
R
1
2
Gambar 3. Pergerakan sepanjang kurva permintaan 2. Pergeseran kurva permintaan Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabakan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga komoditi tersebut. Sebagai contoh, kenaikan pendapatan memungkinkan pembeli untuk menaikkan permintaan pada setiap tingkat harga bila harga komoditi
yang dibeli tidak
berubah sehingga akan menggeser kurva permintaan komoditi tersebut ke kanan.
Universitas Sumatera Utara
P
P1 P2
Q q0
q1
q2
q3
q4
q5
Gambar 4. Pergeseran kurva permintaan Dilihat dari perubahan kurva permintaan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab terjadinya perubahan tersebut karena pendapatan naik, bertambahnya jumlah penduduk, terjadinya substitusi dan faktor lain yang berada di luar faktor harga.
2.5
Teori penawaran
2.5.1
Defenisi Penawaran Untuk mewujudkan transaksi dalam pasar, analisis permintaan belum saja
cukup, untuk itu ada analisis penawaran. Penawaran didefinisikan sebagai sejumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau dijual pada tingkat harga dan waktu tertentu. Teori penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan komoditi yang akan dijualnya. Hukum penawaran mengatakan bahwa apabila harga suatu barang meningkat maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah, sebaliknya apabila harga suatu barang turun maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan berkurang. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan
Universitas Sumatera Utara
memiliki hubungan yang searah atau positif. Di dalam kurva penawaran terlihat bahwa kurva nergerak naik dari kiri bawah ke kanan atas.
2.5.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran Selain harga barang itu sendiri dan juga harga substitusi, faktor lain yang
mempengaruhi penawaran adalah sebagai berikut: •
Biaya produksi Biaya produksi merupakan semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor
produksi
yang
akan
digunakan
untuk
menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. •
Teknologi Teknologi memegang peranan penting dalam menentukan banyaknya jumlah komoditi yang dapat ditawarkan. Kemajuan teknologi dapat mengurangi biaya, mempertinggi produktivitas, mutumaupun menciptakan komoditi-komoditi yang baru.
•
Musim Musim merupakan keadaan cuaca ataupun udara di suatu daerah ataupun wilayah yang tentu saja akan mempengaruhi produksi suatu komoditas.
•
Jumlah produsen Produsen adalah orang ataupun perusahaan yang memproduksi barang mentah menjadi barang setengah jadi setelah itu menjadi barang jadi.
•
Tujuan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
2.5.3
Perubahan Penawaran Perubahan penawaran dapat dibedakan menjadi :
Pergerakan sepanjang kurva penawaran yang diakibatkan oleh perubahan harga komoditi tersebut.
Pergeseran kurva penawaran yang diakibatkan oleh perubahan faktorfaktor lain di luar harga
2.6
Keseimbangan Pasar Keseimbangan diantara permintaan dan penawaran output dinyatakan
sebagai keseimbangan pasar (market equilibrium). Ekuilibrium pasar terjadi apabila pada suatu tingkat harga tertentu jumlah barang yang diminta di pasar sama dengan jumlah barang yang ditawarkan di pasar tersebut. Keadaan ini dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu melalui skedul permintaan dan penawaran, melalui persamaan fungsi permintaan dan penawaran atau melalui kurva permintaan dan penawaran. Dalam hal ini jika permintaannya melebihi penawaran maka akan terjadi excess demand, dan kebalikannya jika penawaran lebih besar daripada permintaan maka akan terjadi excess supply.
2,6.1
Pengaruh perubahan permintaan dan penawaran dalam Ekuilibrium Perubahan karena faktor-faktor lain di luar harga yang mempengaruhi
permintaan
atau
penawaran
akan
menimbulkan
perubahan
keadaaan
keseimbangan. Terdapat empat kemungkinan perubahan/pergeseran kurva permintaan dan penawaran. Empat kemungkinan perubahan atau pergeseran tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
•
Permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan)
•
Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri)
•
Penawaran bertambah (kurva penawaran bergeser ke kanan)
•
Penawaran berkurang( kurva penawaran bergeser kekiri)
Tiap-tiap perubahan tersebut akan menimbulkan akibat yang berbeda terhadap perubahan hargadan jumlah komoditi yang diperjualbelikan. Secara umum perubahan keseimbangan yang terjadi dapat menempati salah satu dari empat kemungkinan berikut (posisi ditunjukkan dalam grafik): •
Harga keseimbangan lebih tinggi dan kuantitas keseimbangan lebih rendah
•
Harga dan kuantitas keseimbangan lebih tinggi
•
Harga dan kuantitas keseimbangan lebih rendah
•
Harga keseimbangan lebih
rendah dan kuantitas keseimbangan lebih
tinggi
P
E
excess supply
Excess demand Q Gambar 5. Grafik keseimbangan
Universitas Sumatera Utara
2.7
Elastisistas Permintaan
2.7.1
Defenisi Elastisitas Permintaan Elastisitas merupakan ukuran kuantitatif yang menunjukkkan seberapa
besar pengaruh perubahan harga maupun faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan atau penawaran suatu komoditi.
Dengan mengetahui
besarnya elastisitas dapat diramalkan perubahan yang akan terjadi di pasar, yaitu bagaimana harga dan jumlah suatu komoditi yang diperjualbelikan berubah. Elastisitas yang akan dibahas disini menyangkut tentang elastisitas permintaan dimana elastisitas ini merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditi. Secara umum penaksiran elastisitas permintaan berguna bagi perusahaan maupun bagi pemerintah. . Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi : •
Elastisitas permintaan terhadap harga ( price elasticity of demand )
•
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan ( income elasticity of demand )
•
Elastisitas permintaan silang ( cross price elasticity of demand )
2.7.2
Elastisitas Permintaan Terhadap Harga Elastisitas permintaan terhadap harga (ηp) mengukur seberapa besar
perubahan jumlah komoditi yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditi yang diminta terhadap perubahan harga komoditi tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi persentase perubahan jumlah komoditi yang diminta dengan persentase
Universitas Sumatera Utara
perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah komoditi yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga. Secara numerik, elastisitas permintaan terhadap harga (ηp) dapat dihitung dengan rumus :
ηp =
ηp =
dalam rumus tersebut harga berubah dari P1 menjadi P2 dan jumlah komoditi yang diminta berubah dari Q1 menjadi Q2. Karena pada umumnya harga dan jumlah komoditi yang diminta mengalami perubahan kearah yang berlawanan, maka nilai elastisitas permintaan terhadap harga akan bernilai negatif.
2.7.3
Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan atas suatu
komoditi sebagai akibat dari perubahan pendapatan pembeli dikenal dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan (ηI). Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupaka suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditi terhadap perubahan pendapatan (income). Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan kategori dari komoditi, apakah termasuk dalam komoditi mewah, normal atau inferior.
Universitas Sumatera Utara
ηI
=
ηI = Acuan umum pengelompokan kategori suatu komoditi adalah sebagai berikut:
ηI
= -
berarti komoditi inferior
ηI
= +
berarti komoditi normal
ηI
> 1
berarti komoditi mewah
ηI
< 1
berarti komoditi kebutuhan pokok
ηI
= 1
berarti konsumen menghasilkan % pendapatan yang sama terhadap
suatu komoditi ketika pendapatannya naik Komoditi normal dan komoditi mewah memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan positif, karena perubahan pendapatan dan perubahan permintaan bergerak searah. Sedangkan komoditi inferior memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan negatif karena perubahan pendapatan dan perubahan jumlah komoditi yang dibeli bergerak ke arah yang berkebalikan.
2.7.4
Elastisitas Permintaan Silang Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu
komoditi apabila terjadi perubahan harga komoditi lain dinamakan sebagai elastisitas permintaan silang (EC). Koefosien elastisitas permintaan silang sering
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai komoditi. Nilai elastisitas permintaan silang berkisar dari negative tak terhingga sampai positif tak terhingga. Rumus perhitungan elastisitas permintaan silang komoditi X terhadap komoditi Y adalah :
ηc
=
ηc =
Tanda dari elastisitas silang akan bergantung pada apakah komoditi yang terkait merupakan komoditi pelengkap atau komoditi pengganti dari suatu komoditi yang sedang menjadi topik pembicaraan. Untuk komoditi pelengkap (komplementer), elastisitas silangnya bernilai negatif (contoh mobil dengan bahan bakar). Dalam hal ini, jumlah komoditi X yang diminta berubah ke arah yang bertentangan dengan perubahan harga komoditi Y. Sedangkan untuk komoditi pengganti (substitusi), elastisitasnya adalah positif, dalam hal ini permintaan atas suatu komoditi berubah ke arah yang bersamaan dengan harga komoditi penggantinya.
2.7.5
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan
Universitas Sumatera Utara
Permintaan akan komoditi yang beragam memiliki elastisitas yang beragam. Permintaan akan komoditi dikatakan elastis jika jumlah komoditi yang diminta peka terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis jika jumlah komoditi yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Terhadap perubahan akan komoditi, nilai elastisitas permintaan terhadap harganya berkisar dari 0 sampai tak terhingga (~). Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut: •
Elastisitas nol (tidak elastis sempurna). Dalam hal ini perubahan harga suatu komoditi tidak akan merubah jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut.berarti nilai koefisiennya sama dengan nol. Dalam hal ini kurva permintaan komoditi sejajar dengan sumbu tegak.
•
Elastis sempurna. Pada suatu harga tertentu, pasar sanggup membeli semua komoditi yang ada di pasar, berapa pun banyaknya komoditi yang dipasarkan oleh para penjual pada harga tersebut semuanya akan dapat terjual. Berarti nilai koefisien elastisitasnya tidak terhingga. Dalam hal ini kurva permintaan komoditi tersebut sejajar dengan sumbu datar.
•
Elasisitas uniter. Untuk komoditi dengan elastisitas uniter, perubahan harga komoditi tersebut dalam suatu persentase tertentu akan diikuti dengan perubahan permintaan komoditi tersebut dalam persentase yang sama (pada umumnya dalam arah yang berlawanan) sehingga nilai mutlak hasil bagi kedua nilai tersebut adalah sama dengan satu.
•
Tidak elastis. Untuk komoditi yang permintaannya tidak elastis, nilai mutlak elastisitas bernilai diantara 0 dan 1. Dalam hal ini persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah yang diminta. Jika perubahan harga sebesar 1% menyebabkan perubahan
Universitas Sumatera Utara
permintaan kurang dari 1% berarti permintaan bersifat inelastis terhadap harga. •
Elastis (nilai mutlak ηp >1). Permintaan akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga. Jika perubahan harga sebesar 1% menyebabkan perubahan jumlah yang diminta lebih 1% berarti permintaan bersifat elastis terhadap harga atau koefisien elastisitasnya lebih besar dari 1.
2.7.6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas
permintaan suatu komoditi : •
Tingkat kemampuan komoditi lain untuk menggantikan komoditi tersebut Suatu
komoditi
yang
mempunyai
banyak
komoditi
pengganti,
permintaannya cenderung untuk bersifat elastisitas. Perubahan harga yang sedikit saja akan menimbulkan perubahan yang besar atas jumlah permintaan perubahan yang besar atas jumlah permintaan akan komoditi tersebut. Dengan demikian komditi-komoditi bersubstitusi cenderung memiliki elastisitas lebih tinggi daripada komoditi-komoditi yang tidak memiliki substitusi. Sebagai contoh: jika harga beras hari ini naik sebesar 20%, kita tidak akan berani berharap bahwa permintaan terhadap beras akan turun. Berarti permintaan beras bersifat inelastis. Permintaan komoditi yang tidak banyak mempunyai komoditi pengganti adalah bersifat inelastis karena :
Universitas Sumatera Utara
1. Kalau harga komoditi tesebut naik, para pembelinya pasti sulit memperoleh barang pengganti dan oleh karenanya
harus tetap membeli barang komoditi
tersebut. Oleh sebab itu permintaannya tidak banyak berkurang. 2.
Kalau harga komoditi tersebut turun, permintaannya tidak banyak bertambah
karena tidak banyak tambahan pembeli yang berpindah dari membeli komoditi yang bersaingan dengan komoditi tersebut. •
Persentase yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditi tersebut. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu komoditi, akan semakin elastis permintaan terhadap komoditi tersebut.
•
Jangka waktu untuk menganalisis permintaan Semakin lama jangka waktu untuk menganalisis permintaan atas suatu komoditi makin elastis sifat permintaan komditi tersebut.
•
Kategori suatu komoditi (kebutuhan pokok, komoditi mewah, dsb) Komoditi-komoditi seperti bahan makanan. BBM, sepatu, alas kaki atau komoditi kebutuhan pokok cenderung bersifat inelastis atau tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan harga. Tetapi komoditi mewah seperti mobil, jika harganya mengalami kenaikan, orang dapat menggantikannya dengan komoditi substitusi.
Universitas Sumatera Utara