BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 MATERIAL BAJA 2.1.1 Jenis Baja Menurut SNI 2002, baja struktur dapat dibedakan berdasarkan kekuatannya menjadi beberapa jenis, yaitu BJ 34, BJ 37, BJ 41, BJ 50, dan BJ 55. Besarnya tegangan leleh (fy) dan tegangan ultimit (fu) berbagai jenis baja struktur sesuai dengan SNI 2002, disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Kuat tarik batas dan tegangan leleh Kuat Tarik Batas (fu)
Tegangan Leleh (fy)
MPa
MPa
BJ 34
340
210
BJ 37
370
240
BJ 41
410
250
BJ 50
500
290
BJ 55
550
410
Jenis Baja
Sumber : SNI 2002 2.1.2 Profil Baja Terdapat banyak jenis bentuk profil baja struktural yang tersedia di pasaran. Semua bentuk profil tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Beberapa jenis profil baja menurut AISCM bagian I diantaranya adalah profil IWF, tiang tumpu (HP), O, C, profil siku (L), dan profil T struktural.
Universitas Sumatera Utara
Profil W dan Profil M
Balok Standard Amerika (S)
Tiang Tumpu (HP)
Profil O
Profil Siku (L)
Profil C
Profil T
Gambar 2.1 Profil Baja Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom. Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak aplikasi. Profil M mempunyai penampang melintang yang pada dasarnya sama dengan profil W, dan juga mempunyai aplikasi yang sama. Profil S adalah balok standard Amerika. Profil ini memiliki bidang flens yang miring, dan web yang relative lebih tebal. Profil ini jarang digunakan dalam konstruksi, tetapi masih digunakan terutama untuk beban terpusat yang sangat besar pada bagian flens. Profil HP adalah profil jenis penumpu (bearing type shape) yang mempunyai karakteristik penampang agak bujursangkar dengan flens dan web yang hampir sama tebalnya. Biasanya digunakan sebagai fondasi tiang pancang. Bisa juga digunakan sebagai balok dan kolom, tetapi umumnya kurang efisien.
Universitas Sumatera Utara
Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang mempunyai kemiringan permukaan dalam sekitar 1 : 6. Aplikasinya biasanya digunakan sebagai penampang tersusun, bracing tie, ataupun elemen dari bukan rangka (frame opening). Profil siku atau profil L adalah profil yang sangat cocok untuk digunakan sebagai bracing dan batang tarik. Profil ini biasa digunakan secara gabungan, yang lebih dikenal sebagai profil siku ganda. Profil ini sangat baik untuk digunakan pada struktur truss.
2.1.2.1 Sumbu Utama Sumbu utama adalah sumbu yang menghasilkan inersia maksimum atau minimum. Sumbu yang menghasilkan inersia maksimum dinamakan sumbu kuat, dan yang menghasilkan inersia minimum disebut sumbu lemah. Sumbu simetri suatu penampang selalu merupakan sumbu utama, namun sumbu utama belum tentu sumbu simetri (Padosbajayo, 1994).
(A) Profil I
(B) Profil Siku
Gambar 2.2. Sumbu Utama
Universitas Sumatera Utara
Sumbu X-X dan Y-Y untuk profil I gambar 2.2 adalah sumbu simetri, karenanya sumbu-sumbu tersebut meruapakan sumbu utama. Sumbu X-X dan Y-Y. Untuk profil siku gambar 2.2 bukan sumbu simetri dan bukan sumbu utama. Sumbu – sumbu utama profil siku adalah sumbu A-A (sumbu kuat) dan sumbu B-B (sumbu lemah). 2.1.2.2 Sumbu bahan dan sumbu bebas bahan Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen bahan, sedangkan sumbu bebas bahan adalah yang sama sekali tidak memotong elemen bahan atau hanya memotong sebagian elemen bahan. Sumbu X-X untuk gambar 2.3 adalah sumbu bahan. Sedangkan sumbu Y-Y adalah sumbu bebas bahan. Pada profil siku ganda yang disusun saling membelakangi, inersia arah sumbu Y (Iy) dipastikan akan selalu bernilai lebih besar (lebih dominan) daripada inersia arah sumbu X (Ix), berapapun jarak antara dua profil tersebut.
sb max
sb min
Gambar 2.3. Sumbu Bahan dan Sumbu Bebas Bahan
2.2 SIFAT BAHAN BAJA Sifat baja yang terpenting dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi , dibandingkan dengan bahan lain seperti kayu, dan
Universitas Sumatera Utara
sifat keliatannya, yaitu kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan, dalam regangan maupun dalam kompresi sebelum kegagalan, serta sifat homogenitas yaitu sifat keseragaman yang tinggi. Baja merupakan bahan campuran besi (Fe), 1,7% zat arang atau karbon (C), 1,65% mangan (Mn), 0,6% silicon (Si), dan 0.6% tembaga (Cu). Baja dihasilkan dengan menghaluskan bijih besi dan logam besi tua bersama-sama dengan bahan tambahan pencampur yang sesuai, dalam tungku temperatur tinggi untuk menghasilkan massa-massa besi yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk menghilangkan kelebihan zat arang dan kotoran-kotoran lain. Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut : a) Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel) yakni lebih kecil dari 0.15% b) Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel) yakni 0,15% 0,29% c) Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel) yakni 0,3% 0,59% d) Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel) yakni 0,6% 1,7% Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arang yang ringan (mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di dalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a) Modulus elastisitas (E) berkisar antara 193000 Mpa sampai 207000Mpa. Nilai untuk design lazimnya diambil 210000 Mpa. b) Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan : G = E/2(1+µ) Dimana : µ = angka perbandingan poisson Dengan mengambil µ = 0,30 dan E = 210000 Mpa, akan memberikan G = 810000 Mpa. c) Koefisien ekspansi (α), diperhitungkan sebesar : α = 11,25 x 10-6 per °C d) Berat jenis baja (γ), diambil sebesar 7,85 t/m3. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja dapat dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan menghasilkan bentuk hubungan tegangan dan regangan seperti gambar 2.4 di bawah ini : σ A’
M
A B
0
C
ε
Gambar 2.4. hubungan tegangan untuk uji tarik pada baja lunak (sumber : Charles G. Salmon,1986) Keterangan gambar: σ = tegangan baja ε = regangan baja
Universitas Sumatera Utara
A = titik proporsional A’= titik batas elastis B = titik batas plastis M = titik runtuh C = titik putus Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan tegangan dengan regangan masih liniear atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke. Kemiringan garis OA menyatakan besarnya modulus elastisitas E. Diagram regangan untuk baja lunak umumnya memiliki titik leleh atas (upper yield point), σyu dan daerah leleh datar. Secara praktis, letak titik leleh atas ini, A’ tidaklah terlalu berarti sehingga pengaruhnya sering diabaikan. Titik A’ sering juga disebut sebagai titik batas elastis (elasticity limit). Sampai batas ini bila gaya tarik dikerjakan pada batang baja maka batang tersebut akan berdeformasi. Selanjutnya bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali ke bentuk semula. Dalam hal ini batang tidak mengalami deformasi permanen. Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan regangan tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang disebut sebagai keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis tidaklah pasti tetapi sebagai perkiraan dapat ditentukan yakni terletak pada regangan 0,014. Daerah BC merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan regangan akan diikuti dengan sedikit pertambahan tegangan. Disamping itu, hubungan tegangan dengan regangan tidak lagi bersifat liniear. Kemiringan garis setelah titik B ini didefiniikan sebagai Ez. Di titik M, yaitu regangan berkisar antara 20% dari panjang batang, tegangannya mencapai nilai maksimum yang disebut
Universitas Sumatera Utara
sebagai tegangan tarik batas (ultimate tensile strength). Akhirnya bila beban semakin bertambah besar lagi maka titik C batang akan putus. Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat mulai meleleh. Sehingga dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab perubahan dari elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak tetap.
2.3 TYPE STRUKTUR PENYANGGA ATAP BAJA (BERUPA STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA)
(a)
(b)
(c)
(d)
pp Gambar 2.5. Type Struktur Rangka Baja (konstruksi Rangka Kap)
Gambar a diatas disebut rangka batang dengan diagonal turun. Teoritis batang-batang diagonal ini akan mengalami gaya tarik sehingga dimensinya bisa kecil. Batang vertikal akan merupakan batang tekan dan didimensi terhadap gaya tekan yang sangat dipengaruhi oleh lk = panjang tekuknya. Teoritis pula dibandingkan dengan type b maka penurunan (deflection) pada rangka kuda-kuda
Universitas Sumatera Utara
type a akan lebih besar, tetapi sebaliknya dimensi batang tekan akan lebih kecil karena lk lebih kecil. Gambar b diatas merupakan gambar kuda – kuda yang menggunakan profil I sebagai batang utamanya. Sehingga sangat diperlukan penggunaan profil yang cukup besar untuk menghindari deflection yang besar. Gambar c diatas merupakan rangka batang yang menggunakan profil silinder biasa pada bagian tengahnya dengan rangka batang naik turun, pada batang atas dan bawah menggunakan profil CNP double. Gambar d diatas merupakan gambar kuda – kuda profil castella atau honey comb, di mana pada bagian tengah atau di badan profil tersebut dilubangi. Gambar e diatas disebut type polencieau atau rasuk prancis. Rangka batang terdiri dari dua bagian, yang ditinggikan ditengah, dihubungkan oleh batang tarik (batang t) batang-batang tekan relatif kecil panjang tekuknya sehingga dimensi lebih kecil. Rangka – rangka anak memikul beban setempat sehingga dimensi batang sangat hemat. Sebaliknya batang h dalam gambar e memerlukan dimensi yang cukup besar. Seperti diterangkan dimuka, type rangka ”polencieau” sangat tepat untuk konstruksi aula sederhana serta gudang. (Inti sari Kuliah Konstruksi Baja II, Ir. Patar M. Pasaribu, Dipl Trop, 1992)
2.4 PEMBEBANAN STRUKTUR 2.4.1 Kombinasi Beban Rencana
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan SNI 2002, struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan dibawah ini : a) 1,4 D b) 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) c) 1,2 D + 1,6 (La atau H) + ( γLL atau 0,8 W) d) 1,2 D + 1,3 W + γLL + 0,5 (La atau H) e) 1,2 D ± (1,3 W atau 1,0 E) D
adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L
adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut.
La
adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H
adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
W
adalah beban angin.
E
adalah beban gempa, yang ditemukan menurut SNI 03 – 1726 – 2002, atau penggantinya.
γL
γL = 0,5 bila L < 5 kPa, dan γL = 1 bila L ≥ 5 kPa
2.4.2 Faktor Reduksi Ø Untuk Keadaan Kekuatan Batas
Universitas Sumatera Utara
Untuk berbagai pertimbangan keamanan, nilai daya dukung nominal komponen struktur (Nn) harus dikalikan suatu faktor reduksi. Nilai faktor reduksi ini untuk setiap kondisi struktur. Menurut SNI 2002, nilai – nilai faktor reduksi Ø disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.2 Faktor reduksi Ø untuk keadaan kekuatan batas Sumber SNI 2002 Kapasitas Rencana Untuk Komponen yang memikul lentur : • Balok • Pelat badan yang memikul geser • Pelat badan pada tumpuan • pengaku Komponen yang memikul gaya tekan aksial : • Kuat penampang • Kuat komponen struktur Komponen yang memikul gaya tarik aksial : • Terhadap kuat tarik leleh • Terhadap kuat tarik fraktur Komponen yang menerima aksi – aksi kombinasi : • Kuat lentur atau geser • Kuat tarik • Kuat tekan Komponen yang menerima aksi – aksi kombinasi : • Kuat tekan • Kuat tumpu beton • Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastik • Kuat lentur dengan distribusi tegangan elastik Sambungan baut : • Baut yang memikul geser • Baut yang memikul tarik • Baut yang memikul kombinasi tarik dan geser • Lapis yang memikul tumpu Sambungan las : • Las tumpul penetrasi penuh • Las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian • Las pengisi
Faktor Reduksi ø 0,9 0,9 0,9 0,9 0,85 0,85 0,9 0,75 0,9 0,9 0,85 0,85 0,6 0,85 0,9 0,75 0,75 0,75 0,75 0,9 0,75 0,75
2.5 BATANG TARIK
Universitas Sumatera Utara
Batang tarik adalah batang yang mendukung tegangan tarik yang diakibatkan oleh bekerjanya gaya tarik pada ujung-ujung batang. Kestabilan batang ini sangat baik sehingga tidak perlu lagi ditinjau dalam perencanaan. Batang tarik biasa digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording, dan penggantung balkon. Pemanfaatan batang tarik juga telah dikembangkan untuk sistem dinding, struktur atap gantung, dan batang prategangan struktur rangka batang bentang panjang. 2.5.1 Tipe Batang Tarik Terdapat beberapa tipe batang tarik yang biasa digunakan, seperti tali kawat, batang bulat dengan ujung bandul berulir, batang mata, dan plat sambungan pasak. Batang – batang tersebut merupakan batang tarik efisiensi tinggi namun tidak dapat mendukung beban tekan. Selain tipe diatas, terdapat juga profil – profil struktural dan profil tersusun yang dapat dilihat pada gambar 2.6. Batang tarik tipe ini terutama dipakai dalam struktur rangka batang (truss). Batang tarik tersusun digunakan bila : a. Kapasitas tarik tunggal tidak memadai b. Kekakuan profil tunggal tidak memadai c. Detail sambungan memerlukan bentuk tampang lintang tertentu
Batang Bulat
Kanal
Plat Strip
Kanal Ganda
Siku
Siku Ganda
Kanal Tersusun
Universitas Sumatera Utara
Penampang W (sayap lebar)
Penampang S (standar Amerika)
Penampang Boks Tersusun
Gambar 2.6. Bentuk tampang batang tarik Sumber : Padosbajayo, 1994. 2.5.2 Pembatasan Kelangsingan Menurut SNI 2002, pembatasan kelangsingan untuk batang – batang yang direncanakan terhadap tarik dibatasi sebesar 240 untuk batang primer, dan 300 untuk batang sekunder. 2.5.3 Penampanag Efektif Luas penampang efektif Ae pada komponen yang mengalami gaya tarik ditentukan pada SNI 2002 sebagai berikut : Ae = An . U Dengan An = Luas tampang netto U = nilai faktor 2.5.3.1 Sambungan Baut Untuk batang tarik yang penyambungannya dilakukan dengan alat sambung baut, profil baja perlu dilubangi. Lubang – lubang tersebut bagi batang tarik merupakan suatu perlemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan. Adapun besarnya luas tampang netto (An) suatu profil baja yang berlubang menurut SNI 2002 dapat dihitung dengan rumus – rumus sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
hg
g
S
Gambar 2.7 Sambungan baut zig - zag s2 hn = h g − ∑ d + ∑ 4g
Dengan d adalah diameter lubang baut, dengan ketentuan : a) d > db + 2 mm, untuk db < 24 mm. b) d < db + 3 mm, untuk db > 24 mm. db adalah diameter nominal baut. Luas tampang netto An = hn . t , dengan nilai hn diambil yang terkecil dari kemungkinan keretakan plat, dan t adalah tebal plat. Yang perlu diperhatikan dalam sambungan baut adalah bahwa dalam suatu potongan, jumlah luas lubang tidak boleh lebih dari 15 % dari luas penampang utuh. Sedang nilai faktor U menurut SNI 2002 dihitung sebagai berikut :
= e
L
Gambar 2.8 Sambungan baut.
Universitas Sumatera Utara
U =1−
x ≤ 0,9 L
Dengan :
x = eksentrisitas sambungan L = Panjang sambungan antara batang tarik dengan komponen sambungan.
2.5.3.2 Sambungan Las Menurut SNI 2002, a. Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh pengelasan memanjang ke komponen struktur yang bukan plat, atau oleh pengelasan memanjang atau melintang : A = Ag = luas penampang kotor komponen struktur (mm2). b. Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh pengelasan melintang. A = jumlah luas dari penampang – penampang bersih yang dihubungkan secara langsung (mm2). U = 1,0 c. Bila gaya tarik disalurkan ke sebuah komponen plat oleh pengelasan sepanjang dua sisi pada ujung plat, dengan ℓ ≥ w dan : ℓ ≥ 2w
U = 1,0
2w > ℓ ≥ 1,5 w
U = 0,87
1,5w ≥ ℓ ≥ w
U = 0,75
W
L
Gambar 2.9 Sambungan Las.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Kuat Tarik Rencana Pada SNI 2002, komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor Nu, harus memenuhi persyaratan : Nu ≤ Nn Dengan Nn adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai harga terkecil diantara perhitungan dibawah ini: Ag = An = Ag . U Dengan :
Ag
= luas penampang kotor ( mm2)
An
= luas netto penampang (mm2)
U
= koefisien reduksi
σpr
= tegangan profil (Mpa)
Untuk batang tarik yang mempunyai lubang, misalnya untuk penempatan baut, maka luas penampangnya tereduksi, dan dinamakan Luas Netto (An). Lubang pada batang menimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja. Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil daripada untuk kondisi leleh, sebab kondisi fraktur lebih getas/berbahaya, dan sebaiknya tipe keruntuhan jenis ini dihindari.
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Perencanaan Batang Tarik Mulai
Input : Nu, mutu baja Pilih Profil Data profil tunggal A Pilih siku ganda Agab = 2A
KL ≤ 240 (batang primer) rmin
tidak
KL ≤ 300 (batang sekunder) rmin
Ya Tidak
Sambungan Baut
ℓ ≥ 2w → U = 1,0 2w > ℓ ≥ 1,5 → U = 0,87 1,5w ≥ ℓ ≥ w → U = 0,75
Ya hn = hg -
+
An = hn . t U = 1 - ≤ 0,9 An = Ag . U
An = Ag . U Nn =
Nu ≤ Nn Profil aman
Selesai Tidak
Gambar 2.10 Bagan alir perencanaan batang tarik
Universitas Sumatera Utara
2.6 BATANG TEKAN Batang tekan (compression member) adalah elemen struktur yang mendukung gaya tekan aksial. Batang tekan banyak dijumpai pada struktur bangunan sipil seperti gedung, bangunan, dan menara. Pada struktur gedung, batang tekan sering dijumpai sebagai kolom, sedangkan pada struktur rangka batang (jembatan atau kuda – kuda) dapat berupa batang tepi, batang diagonal, batang vertikal, dan batang – batang pengekang (bracing). Berdasarkan kelangsingannya, batang tekan atau kolom dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu kolom langsing (slender column), kolom sedang (medium column), dan kolom gemuk/pendek (stoky column). Berbeda dengan batang tarik, kestabilan batang tekan kurang baik dan perlu diperhitungkan dalam perencanaan. Batang akan mengalami kegagalan akibat tekuk (buckling). Batang gemuk akan mengalami kegagalan akibat tekuk dengan tegangan normal cukup besar, sedang tegangan lenturnya masih kecil. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada batang langsing. Tampak di sini bahwa kuat tekan kolom dipengaruhi oleh kelangsingan. Semakin langsing suatu kolom, kuat tekannya semakin kecil. 2.6.1 Bentuk – Bentuk Penampang Batang Tekan Batang tekan dapat dirancang dengan profil tunggal maupun profil tersusun. Jika beban yang didukung relatif kecil dan kapasitas profil tunggal yang tersedia memenuhi, umumnya dipilih profil tunggal. Namun apabila beban yang didukung relatif besar, sedang kapasitas profil tunggal yang tersedia tidak memenuhi, dapat digunakan profil tersusun. Beberapa bentuk penampang yang dapat digunakan untuk batang tekan ditunjukkan pada gambar 2.11.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 Bentuk – bentuk tampang penampang tekan Sumber : Padosbajayo, 1994 2.6.2 Profil Siku Ganda Profil siku ganda adalah gabungan dua buah profil siku, di mana antara profil yang satu dengan profil yang lain dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan. Untuk membentuk profil siku ganda diperlukan penghubung yang berupa pelat kopel. Hubungan profil dengan penghubungnya dapat dilaksanakan dengan baut, paku keling, atau las. Profil siku ganda sering digunakan pada konstruksi kuda – kuda. Nilai – nilai yang terdapat pada tabel profil baja, seperti A, IX, dan IY merupakan data untuk profil tunggal. Pada penggabungan dua profil tunggal, maka nilai – nilai tersebut tidak berlaku lagi. Nilai karakteristik profil siku ganda didapat dengan rumus berikut : Agab = 2A Ix gab = 2 Ix
Universitas Sumatera Utara
Iy gab = 2 (Iy + A( a)2 ). a = x +2e
;
dengan x = jarak diantara dua profil e dan h diperoleh dari tabel profil tunggal baja
2.6.3 Faktor Panjang Tekuk (Kc) Kuat tekan batang dapat diketahui setelah kelangsingan batang tersebut diketahui, sedangkan kelangsingan batang dapat diketahui setelah faktor tekuknya diketahui. Menurut Padosbajayo (1994), secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor panjang tekuk untuk kolom portal yang tidak bergoyang lebih kecil atau sama dengan 1 (Kc ≤ 1), sedangakan faktor panjang tekuk untuk kolom yang bergoyang lebih besar dari 1 (Kc > 1). Kolom ideal adalah kolom yang berdiri sendiri dengan ujung – ujung kolom bebas, sendi atau jepit sempurna. Kolom ideal jarang dijumpai pada struktur sesungguhnya. Keadaan yang umum dijumpai pada struktur sesungguhnya, ujung – ujung kolom dihubungkan dengan batang – batang lain menggunakan alat sambung berupa baut, paku keling, atau las. Tentu saja sifat sambung tidak persis suatu anggapan untuk keadaan sesungguhnya. Untuk tujuan perancangan anggapan kolom ideal umum digunakan. Faktor panjang tekuk kolom ujung – ujung ideal disajikan dalam tabel dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Nilai Kc untuk kolom dengan ujung – ujung yang ideal Sumber : SNI 2002 (a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
0,5
0,7
1,0
1,0
2,0
2,0
0,65
0,8
1,2
1,0
2,1
2,0
Garis terputus menunjukkan diagram kolom tertekuk
Nilai Kc teoris Nilai kc yang dianjurkan untuk kolom yang mendekati kondisi ideal
Jepit
Rol tanpa putaran sudut
Kode ujung Sendi
Ujung Bebas
Sistem rangka batang (truss) adalah struktur yang terbentuk dari elemen – elemen batang lurus, dimana sambungan antar ujung – ujung batang diasumsikan sendi sempurna. Struktur seperti ini dapat dipandang sebagai struktur pada gambar, dimana nilai Kc adalah 1. 2.6.4 Kelangsingan Batang 2.6.4.1 Pembatasan Kelangsingan Menurut SNI 2002, batang – batang yang direncanakan terhadap tekan angka perbandingan kelangsingan λ dibatasi sebesar 200.
Universitas Sumatera Utara
Dengan L = panjang batang Kc = faktor panjang tekuk (bernilai 1 untuk truss) imin = jari – jari girasi terkecil Untuk batang – batang yang direncanakan terhadap tarik, angka perbandingan kelangsingan dibatasi sebesar 300 untuk batang sekunder dan sebesar 240 untuk batang primer. Batang – batang yang ditentukan oleh gaya tarik, namun dapat berubah menjadi tekan yang tidak dominan pada kondisi pembedaan yang lain, tidak perlu memenuhi batas kelangsingan batang tekan (Sumber : SNI 2002). 2.6.4.2 Faktor Tekuk (ω) dan kelangsingan Nilai faktor tekuk bergantung kepada nilai λ. Menurut SNI 2002, didefinisikan : → Nn = faktor tekuk ω mempunyai nilai yang diambil dari tabel peraturan baja. 1) Melentur ke sumbu x Ix gab = 2 Ixo λx =
→ ix =
2) Melentur ke sumbu y Iy gab = 2 { Iyo + A . a2} λy =
→
iy =
3) Melentur ke sumbu ideal λiy =
Universitas Sumatera Utara
Batang Tekan dengan Koppel Balik sb max
a e
sb min e b
Gambar 4.12 Profil balik 1)
Melentur ke sumbu x Ix gab = 2 { Ixo + A . (a/2 + ey)2}
Nn = 2)
λx =
:
λy =
→ ix =
→
Melentur ke sumbu y Iy gab = 2 { Iyo + A . (b/2 + ex)2} Nn =
3)
;
→
iy =
→
Melentur ke sumbu ideal ; tgn2α =
Iext =
Imax =
Imin =
;
Imin =
λmin =
λomin = λimin =
Universitas Sumatera Utara
2.6.5 Kuat Tekan Rencana Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentrik akibat beban luar terfaktor Nu menurut SNI 2002 harus memenuhi persamaan : Nu ≤ Nn Dengan
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur. Nn
=
Ag
=
ω = 1,5 s/d 5.
2.6.6 Perencanaan Batang Tekan Batang tekan merupakan batang yang lemah pada struktur baja. Batang ini lemah karena rawan akan terjadinya kegagalan struktur akibat tekuk (buckling). Kestabilan batang tekan ini kurang baik sehingga harus benar – benar diperhatikan pada saat perencanaan. Pada umumnya, luas penampang yang dibutuhkan cukup besar sehingga ukuran profil yang tersedia tidak mencukupi lagi, maka dibuat dari gabungan beberapa profil, yang diikat oleh pelat koppel.
Pelat kopel
Gambar 2.13 Pelat Kopel
Universitas Sumatera Utara
nilai λ1 ≤ 50, sehingga digunakan λi maks = 50 λi = dimana :
,
n=
n = jumlah medan, ganjil Lk = panjang batang
Kestabilan Pelat Kopel . dimana :
a
= jarak sumbu element batang tersusun
ip
= momen inersia pelat kopel
imin
= inersia momen min batang tunggal terhadap sb. Minimum
L1
= jarak kopel pelat batang tersusun
Universitas Sumatera Utara
Bagan alir untuk perencanaan batang tekan disajikan pada gambar di bawah ini : Mulai
Input : Nu, mutu baja
Pilih Profil Data profil tunggal A, rx, ry Pilih siku ganda Agab = 2A
KL ≤ 200 rmin
Tidak
Nn = Agab . σpr / ω
Tidak
Nu ≤ Nn
Profil aman
Selesai
Gambar 2.14. Bagan Alir Perencanaan Batang Tekan
Universitas Sumatera Utara
2.7 Sambungan Struktur Baja Sambungan dalam struktur baja merupakan bagian yang penting yang harus diperhitungkan secara cermat dalam perencanaannya, karena kegagalan pada struktur sambungan dapat mengakibatkan kegagalan pada keseluruhan struktur. Pada prinsipnya, struktur sambungan diperlukan apabila: a) Batang standar tidak cukup panjang b) Sambungan yang dibuat untuk menyalurkan gaya dari yang satu ke bagian yang lainnya, misalnya pada sambungan antara balok dan kolom c) Sambungan pada struktur rangka batang, dimana batang – batang penyusun saling membentuk keseimbangan pada satu titik d) Pada tempat dimana terdapat perubahan dimensi penampang lintang batang, akibat perubahan besarnya gaya batang Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat penyambung (baut pengencang dan las). Adapun perencanaan sambungan struktur baja harus memenuhi syarat – syarat yang harus diperhatikan, seperti : a. Kuat, aman dan ekonomis b. Mudah dilaksanakan, baik saat pabrikasi maupun saat pemasangan c. Sebaiknya dihindari pemasangan beberapa alat sambung yang berbeda pada satu titik sambungan, dikarenakan kekakuan yang berbeda dari berbagai macam alat sambung d. Gaya dalam yang dialurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya – gaya yang bekerja pada sambungan
Universitas Sumatera Utara
e. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kapasitas deformasi sambungan f. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya – gaya yang bekerja padanya (Padosbajayo, 1994) Pada struktur rangka batang, sambungan diperlukan pada joint – joint pertemuan antar batang. Komponen struktur yang menyalurkan gaya – gaya pada sambungan, sumbu netralnya harus direncanakan untuk bertemu pada satu titik. Bila terdapat eksentrisitas pada sambungan, komponen struktur dan sambungannya harus dapat memikul momen yang diakibatkannya. Berdasarkan sifat sambungannya, sambungan dapat diklasifikasikan menjadi sambungan kaku, sambungan semi kaku, dan sambungan sendi. Sedangkan berdasarkan jenis alat penyambungannya, sambungan baja dapat dibedakan menjadi sambungan baut dan sambungan las (SNI 2002). 2.7.1 Sambungan Baut Jenis baut yang biasa digunakan di Indonesia adalah baut hitam dan baut mutu tinggi. Menurut SNI 2002, sambungan baut berdasarkan tipe keruntuhannya dapat direncanakan sebagai : a. Sambungan tipe tumpu, adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan atau baut mutu tinggi yang dikencangan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya dialurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian – bagian yang disambungankan b. Sambungan tipe friksi, adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut
Universitas Sumatera Utara
minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya – gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak 2.7.1.1 Pengurangan Luas Akibat Lubang Baut Untuk keperluan pemasangan baut, maka profil baja perlu dilubangi. Lubang – lubang tersebut bagi profil baja merupakan suatu perlemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan. Adapun besarnya luas tampang netto (An) suatu profil baja yang berlubang, menurut SNI 2002 dapat dihitung dengan rumus berikut :
hg
g
S
Gambar 2.15. Sambungan Baut Zig – Zag hn = hg – dengan d adalah diameter lubang baut, dengan ketentuan : a) d > db + 2 mm, untuk db < 24 mm b) d < db + 3 mm, untuk db > 24 mm db adalah diameter nominal baut Untuk penampang seperti siku dengan lubang pada satu kaki, nilai g diambil sebagai jumlah jarak tepi ke tiap lubang, dikurangi tebal kaki.
Universitas Sumatera Utara
3d 1,5d
1
1
d2 g2
h
g1 d1
g = g1 + g2 - t
t
Gambar 2.16 Nilai g pada penampang siku Luas tampang netto An = hn . t, dengan nilai hn dipilih dari irisan penampang yang menghasilkan pengurangan luas yang maksimum, hn = h – d1, d1 > d2 dan t adalah tebal plat. Alub ≤ 15 % Ag Yang perlu diperhatikan dalam sambungan baut adalah bahwa dalam suatu potongan, jumlah luas lubang tidak boleh lebih dari 15% dari luas penampang utuh.
2.7.1.2 Tata Letak Baut Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter nominal baut. Sedangkan jarak minimum dari pusat baut ke tepi pelat atau pelat sayap profil tidak boleh kurang 1,5 kali diameter nominal baut (SNI 2002) Pemasangan baut dilakukan pada sumbu berat profil, sehingga tidak menimbulkan momen pada struktur. Apabila pemasangan baut tidak terdapat pada satu baris, maka harus diatur sehingga menghasilkan momen yang minimal.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1.3 Kekuatan Baut a) Baut dalam geser → lihat gambar 2.17 Kuat geser rencana dari satu baut dihitung sebagai berikut : Tunggal → Vd = Ab . τb = Ab . 0,6 . σb
; τb = 0,6 . σb
Ganda → Vd = 2 . Ab . τb = 1,2 . Ab . σb dengan Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir σb adalah tegangan baut. t1
t2
t
t1
t2
ganda
Tunggal
Gambar 2.17 Baut dalam geser
b) Baut yang memikul gaya tarik Kuat tarik rencana satu baut dihitung sebagai berikut : Td = Ab . σt dengan Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir σt = σb adalah tegangan baut.
Universitas Sumatera Utara
t1
t1
t
t2 t2 t1 < t2 Tunggal
t1 < t2 < t ganda
Gambar 2.18 Baut tumpu
c) Kuat Tumpu Apabila persyaratan tentang tata letak baut terpenuhi, dan ada lebih dari satu baut dalam arah kerja gaya, maka kuat rencana tumpu dapat dihitung sebagai berikut : ; σds → 1,2 σpr →1,5d ≤ s < 2d (antar baut)
Rd = d .tp .σds
→ 1,5 σpr → s1 ≥ 2d (baut ke tepi) dengan d adalah diameter nominal baut tp adalah tebal plat
; yang terkecil antara ti dan t2 atau t dan (ti + t2)
σpr adalah tegangan profil.
2.7.2 Sambungan Las Selain menggunakan alat sambung baut, baja dapat pula disambungkan dengan menggunakan las. Alat sambung las ini cukup banyak digunakan, karena mudah dalam penggunaannya, serta tidak memerlukan perlubangan baja, sehingga kekuatan baja tidak berkurang. Perencanaan alat sambung las ini meliputi penentuan tebal dan panjang las.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2.1 Tebal Las Penentuan
tebal
las
didasarkan
pada
dimensi
profil
baja
yang
disambungkan. Tebal las (a) harus memenuhi ketentuan di bawah ini :
S1
a = 0,707 . s
a s
s S2
Gambar 2.19 Tebal Las (sumber : Padosbajayo, 1992) Tabel 2.4 Ukuran Minimum Las Sudut (Sumber : SNI 2002) Tebal bagian paling tebal, t (mm)
Tebal minimum las sudut, tw (mm)
t≤ 7
3
7 < t ≤ 10
4
10 < t ≤ 15
5
15 < t
6
2.7.2.2 Panjang Las Pengertian panjang las meliputi dua pengertian, yaitu panjang las total (L) dan panjang las netto (Ln). Panjang total adalah panjang yang sebenarnya dari sambungan las tersebut Sedangkan yang dimaksud dengan panjang netto adalah panjang yang diperhitungkan kekuatannya sebagai struktur las, berupa panjang las total yang
Universitas Sumatera Utara
direduksi. Pengurangan panjang ini diakibatkan oleh adanya perlemahan las pada saat pelaksanaan. Menurut SNI 2002, didefinisikan : Ln = L – 3a Sedangkan struktur las harus memenuhi syarat panjang netto antara 10 sampai 40 kali tebal las, atau 10a ≤ L n ≤ 40a.
2.7.2.3 Luas Penampang (A) Luas penampang las adalah perkalian antara panjang las netto (Ln) dan bidang geser las (a). Menurut SNI 2002, luas penampang las ini harus lebih besar atau sama dengan dari pembagian antara gaya yang bekerja (P) dan tegangan geser (τa). A = Ln . a ≥ 2.8 Castella Beam Profil Castella ini merupakan profil IWF standard yang bagian badan nya di potong sedemikian rupa. Dapat dilihat pada gambar 2.20, dua bagian balok IWF yang dipotong pada bagian tengahnya dilas bersama – sama, sehingga membentuk 1,5 D dari Balok IWF yang dibentuk. Peningkatan biaya atas fabrikasi pemotongan dan terjadi pengurangan berat dibandingkan dengan balok solid IWF . Balok castella dapat digunakan pada rentang yang panjang, seperti pada atap. Void pada bagian badan balok ini berguna untuk pemasanngan instalasi listrik serta untuk saluran AC pada gedung. Sehingga sangat ekonomis bila menggunakan balok castella (The Construction of Building, Wiley Blackwell jilid 4)
Universitas Sumatera Utara
Balok
castella
yang
biasa
digunakan
dalam
pembangunan
bangunan dan sejenisnya, dari tipe umum memiliki web antara dua flens, di mana web tidak kontinyu tetapi biasanya heksagonal lubang di dalamnya. secara tradisional terbuat dari standard universal IWF. balok IWF memiliki kedalaman web yang dua pertiga web yang diinginkan ketinggian Castella. Web kemudian dipotong, misalnya menggunakan burner oxy-acetylene, di baris yang terus-menerus mendefinisikan serangkaian garis-garis yang sama berlubang pada sisi lain, sama jarak sejajar dengan centreline dari web, masing-masing pasangan yang berdekatan memiliki garis yang sama bergabung dengan garis yang lebih lanjut adalah dua kali panjang garis yang sama dan cenderung ke centreline dari web, alternatif garis lebih lanjut berada di sudut yang sama dan berlawanan dengan centreline dari web. Kedua bagian balok kemudian dipisahkan dan bergerak relatif terhadap satu sama lain dengan jarak cukup untuk mendekatkan garis yang sama, dan setelah itu berdekatan garis sama bagian dari web yang dilas kembali bersama lagi. Hal ini menghasilkan berkas satu setengah kali kedalaman asli balok universal, tetapi memiliki bobot yang sama karena kenyataan
bahwa
sekarang
ada
sejumlah
lubang
1.08 D
heksagonal
di
web.
0.25D
0.25 D
1.5 D D
0.83 D
Gambar 2.20 Castella beam
Universitas Sumatera Utara
Castella dikenal hanya dibuat dengan castellations heksagonal atau persegi. Bentuk square dihindari struktural kinerja yang kurang baik daripada castellations heksagonal. Bahkan tiang-tiang castella tradisional dengan castellation heksagonal memiliki batas struktural yang lebih rendah karena adanya sudut-sudut yang berdekatan bentuk heksagonal atas dan bawah flens. Menurut penemuan yang sekarang ada disediakan metode menghasilkan balok castella yang terdiri dari langkah-langkah untuk mengambil berkas universal, membuat kontinu pertama dipotong sepanjang web, membuat memotong kedua web di sepanjang garis tengah berbeda dari garis memotong pertama, seperti untuk menentukan bagian-bagian bujursangkar berbaring di sisi lain dari web centreline dan setidaknya sebagian bergabung lengkung bagian ujung yang paling dekat berbatasan bujursangkar bagian, memisahkan bagian memotong batang, dan pengelasan pada bagian garis tengah bersama-sama di daerah yang dibentuk oleh bujursangkar penjajaran dari dua bagian. Pemotongan adalah lebih baik dicapai dengan menggunakan oxy-acetylene pembakar seperti produksi tradisional castella berseri-seri. Penggunaan pendekatan pemotongan ganda penemuan bentuk memungkinkan untuk diproduksi yang sampai sekarang tidak mungkin. Secara khusus, balok castella dapat diproduksi dengan lingkaran atau lubang berbentuk oval. Hal ini penting untuk alasan aesthic sejak banyak bangunan tiang tersebut tidak tercakup oleh langit-langit palsu tetapi yang tersisa pada tampilan. Harus ditunjukkan bahwa lubang melingkar dapat diproduksi dalam berkas universal hanya dengan memotong yang sama keluar dari balok web. Namun, berkas mendalam pada kasus ini akan ada lebih besar daripada yang asli berkas universal
Universitas Sumatera Utara
dan akan diperlemah oleh materi hilang. Metode penemuan lubang tersebut memungkinkan dapat dihasilkan dari balok universal mengarah ke castella lebih mendalam daripada yang asli balok universal IWF, dan begitu kuat daripada berkas aslinya. Memotong
kedua
mungkin
akan
terus-menerus
atau
discontinous.
Ketika memotong kedua kontinu maka dipotong desirably pertama terdiri dari pluralitas bagian bujursangkar dengan panjang yang sama secara substansial berlubang pada salah satu sisi centreline dari web dan pluralitas bagian lengkung serupa masing-masing bergabung dengan ujung terdekat bujursangkar yang bersebelahan melintasi bagian dan dua kali yang centreline dari web, pusat dari semua bagian bujursangkar yang secara substansial sama ditempatkan di sepanjang berkas universal oleh jarak tertentu, dan yang kedua adalah cermin memotong gambar dipotong pertama sehubungan dengan centreline batang tetapi pengungsi longitudinal dari pertama dipotong dengan jarak yang sama dengan setengah jarak tertentu. Bagian yang lengkung mungkin kemudian lebih baik berupa setengah lingkaran atau semi-elips. (US Patent 4894898 – Method of making castellated beams)
Universitas Sumatera Utara