BAB II PENGATURAN DAN PENGGUNAAN SENJATA DALAM PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER
A.
Pengertian Umum Senjata Dalam perang, setiap masing-masing pihak yang bertikai memiliki alat/senjata
perang.Senjata ini dimaksudkan dengan tujuan untuk mempermudah masing-masing pihak yang bertikai dalam menggapai kemenangan.Senjata sendiri memiliki arti yaitu suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda.Senjata dapat digunakan untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi.Adapun yang dapat digunakan untuk merusak (baik dalam arti merusak psikologi maupun fisik manusia). Senjata juga dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) jenis utama yaitu berdasarkan §§§§§§§§§§§ 1. Siapa yang memakainya Siapa pemakainya merujuk kepada apa yang menggunakannya misalnya : a. Senjata pribadi (senjata ringan) yang dibuat untuk digunakan satu orang b. Senjata kru lebih besar dari senjata pribadi, membutuhkan lebih dari satu orang c. Senjata kendaraan yang dibuat untuk dipasang dan ditembakan dari kendaraan
§§§§§§§§§§§
Diakses dari Wikipedia, senjata, op.cit
d. Senjata udara dibuat untuk dibawa dan di pakai kendaraan udara seperti pesawat daaan helikopter e. Senjata laut yang dibuat untuk ditembakan dari kapal atau kapal selam f. Senjata antariksa yang dibuat untuk ditembakan dari luar angkasa 2. Cara pemakaiannya Cara pemakaian merujuk pada cara pengoperasian senjata yaitu : a. Artileri adalah senjata yang menembak proyektil berhulu ledak ke jarak yang sangat jauh b. Panah adalah senjata yang memakai energi yang dihasilkan seutas tali untuk melemparkan proyektil c. Roket adalah sejenis pesawat yang menggunakan bahan kimia untuk meluncurkan proyektil berhulu ledak d. Misil atau peluru kendali adalah roket yang bisa dikendalikan setelah diluncurkan e. Senjata api menggunakan ledakan mesiu untuk menembakkan proyektil f. Senjata biologi menggunakan agen biologi seperti bakteri untuk menyerang manusia dan hewan g. Senjata kimia menggunakan bahan-bahan kimia untuk menyerang dan meracuni manusia h. Senjata energi menggunakan konsentrasi energi seperti laser, listrik, suhu, atau suara i. Senjata peledak menggunakan ledakan untuk menghancurkan target
j. Senjata pembakar menggunakan bahan yang bisa menghasilkan kerusakan dengan pembakaran k. Senjata tajam adalah alat yang ditajamkan untuk digunakan langsung untuk melukai tubuh lawan l. Senjata nuklir menggunakan bahan radioaktif untuk menghasilkan fusi nuklir atau fisi nuklir yang menghasilkan ledakan dahsyat m. Senjata bunuh diri biasanya adalah bahan peledak yang diledakkan oleh operator dan operatornya tidak akan selamat dari ledakan itu. 3. Apa targetnya Apa targetnya merujuk pada senjata yang dirancang untuk menghancurkan benda tertentu : a. Senjata anti udara adalah senjata yang dirancang untuk menghancurkan pesawat, helikopter, peluru kendali dan benda terbang lainnya b. Senjata anti personel adalah senjata yang dirancang untuk menyerang manusia (infanteri) c. Senjata anti kapal adalah senjata yang menargetkan kapal dan kendaraan air lainnya d. Senjata anti tank adalah senjata yang dibuat untuk menghancurkan kendaraan yang berlapis baja e. Senjata anti kapal selam adalah senjata yang dibuat untuk menghancurkan kapal selam f. Senjata berburu adalah senjata yang digunakan untuk berburu
g. Senjata pendukung infanteri adalah senjata yang dibuat dan digunakan untuk menyerang dan sifatnya mendukung infanteri, misalnya mortir dan senapan mesin. Kategori senjata yang termasuk dalam senjata yang paling mematikan/ senjata pembunuh masal yaitu 1. Senjata nuklir ************ Senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya pemusnah yang dasyat dan bahkan mampu menghancurkan kota 2. Senjata kimia †††††††††††† Senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh.Penggunaan senjata kimia ini berbeda dengan senjata konvensional maupun senjata nuklir karena efek merusak pada senjata kimia ini bukan pada daya ledaknya.Menurut Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention) yang dianggap sebagai senjata kimia adalah penggunaan produk toksik yang dihasilkan organisme hidup (misalnya botulinum, risin, atau saksitoksin).Menurut konvensi ini juga segala jenis zat kimia yang beracun, tanpa memperdulikan asalnya, dianggap sebagai senjata kimia kecuali jika digunakan untuk tujuan yang tidak dilarang (suatu definisi hukum yang penting, yang dikenal sebagai Kriteria Penggunaan Umum, General Purpose Criteron). 3. Senjata Biologis
************
ibid Ibid
††††††††††††
Senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organise penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai atau melumpuhkan musuh. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pengertian yang lebih luas senjata biologi tidak hanya berupa organise patogen tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu. Kenyataannya senjata biologis tidak hanya menyerang manusia tetapi juga tumbuhan dan hewan. 4. Drone Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang lebih dikenal dengan Drone merupakan kendaraan udara tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh oleh manusia sebagai pilotnya atau melalui program yang telah ditentukan.
B.
Pengaturan Penggunaan Alat-alat/Senjata dalam Perang Menurut Hukum Humaniter Hukum Humaniter Internasional hadir untuk berusaha melindungi orang yang
tidak terlibat maupun yang tidak terlibat lagi dalam konflik bersenjata dan juga untuk membatasi alat dan cara dalam berperang dan juga memberikan perlindungan terhadap orang yang terkena dampak dari konflik tersebut. Sebenarnya pengaturan mengenai alat-alat atau senjata perang di atur dalam Konvensi Den Haaq. Hukum Den Haaq terdiri dari serangkaian peraturan yang mengatur mengenai sarana (alat) dan metoda berperang, baik berupa konvensi maupun deklarasi, yang terbentuk dalam Konferensi Perdamaian di Den Haaq pada tahun 1899 dan 1907, yakni yang menghasilkan serangkaian konvensi Den Haaq. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Federation of American Scientists. Introduction to Biological Weapons
Namun sebelum terbentuknya Konvensi Den Haaq 1899 dan 1907 tersebut lebih dulu ada aturan yang mengatur mengenai cara dan alat perang, yaitu diantaranya : - Lieber Code atau Instructions for Goverment of Armies ofthe United States (1863) - St Petersburg Declaration (1868). Sebelum terbentuk Lieber Code dan St Petersburg Declaration, pada tahun 1874 telah diadakan Brussel Conference oleh Tsaar Alexander I guna membahas hukum dan kebiasaan berperang. Brussel Conferencemenghasilkan “Final Protocol” dan “Project of an International Declaration Concerning the Laws and Costume of War” (Proyek dari sebuah Deklarasi Internasional yang berkaitan dengan Hukum dan Kebiasaan Perang), namun karena tidak semua negara mau menerimanya sebagai suatu konvensi yang mengikat, menyebabkan Final Protocol dan Project of and International Declaration Concerning the Laws and Costume of War tidak diratifikasi. Kedua Deklarasi Internasional mengenai hukum dan kebiasaan perang yang batal ini memicu dilakukannya hukum perang. Walaupun Lieber Code dan St Petersburg Declaration bukan merupakan hasil dari Konferensi Perdamaian I (1899) dan II (1907) di Den Haaq, namun kedua instrument ini sangat penting guna bisa memahami perangkat peraturan hukum yang mengatur mengenai sarana dan metoda perang.
Ketentuan dimana para pihak yang berkonflik memiliki hak untuk menggunakan senjata secara tak terbatas untuk tujuan perangnya. Pembatasan ini didasarkan pada dua ketentuan yaitu §§§§§§§§§§§§ 1. Ketentuan mengenai prinsip-prinsip persenjataan yang telah dikembangkan 2.
Masyarakat internasional yang sudah menerima sejumlah larangan khusus atau setiap pembatasan dimana telah disepakati suatu bentuk tertentu dari persenjataan atau metode perperang Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 35 Protokol Tambahan tahun 1977
mengakui bahwa maksud dari melukai musuh dengan tidak terbatas ini dan kemudian menetapkan larangan bagi para personil militer menggunakan materi dan peluru atau metode perang yang secara nyata menyebabkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu. Selain itu penggunaan alat dan senjata perang juga telah di cantumkan dalam Lieber Code. Lieber Code atau Instruksi Lieber adalah sebuah dokumen yang berisi serangkaian peraturan berbentuk instruksi bagi para tentara Amerika Serikat dalam menghadapi Perang Saudara di Amerika (1861-1865). *************Nama lengkap dari Lieber Code adalah Instruction for the Goverment of Armies of the United States in the Field (Instruksi Bagi Pimpinan Tentara Amerika Serikat di Medan Perang).Lieber Code semacam petunjuk lapangan. Kode ini mengatur secara rinci mengenai aspekaspek hukum dan kebiasaan perang di darat antara lain :
§§§§§§§§§§§§
Evans, Malcom D, International Law, Published in The United State by Oxford University Press Inc, New York, 2003, hlm 80 *************
Ambarwati,dkk, op cit, hlm 31
a. Bagaimana perang dilaksanakan ? b. Bagaimana perlakuan yang harus diberikan kepada penduduk sipil, para tawanan perang, mereka yang terluka dan sebagainya. Pasal 14 jo 16 Lieber Code mengatur mengenai hakekat dari prinsip kepentingan militer, yaitu suatu prinsip yang sangat penting dalam hukum perang sedangkan Pasal 170 Lieber Code secara eksplisit memberikan larangan penggunaan senjata beracun †††††††††††††. Pada awalnya Lieber Code ini merupakan dokumennya Amerika Serikat secara nasional, yang diterapkan saat terjadi perang saudara atau Civil War yang sifatnya tidak mengikat negara-negara lain, namun kemudian dalam kenyataanya Lieber Code pada abad ke-19 menjadi model dan sumber inspirasi bagi kodifikasi mengenai hukum dan kebiasaan perang. Menurut Fritz Kalshoven Lieber Code ini ternyata kemudian mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan Hukum Den Haaq. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Selain Lieber Code, ada pula St. Petersburg Declaration (1868)dimana Secara lengkap St. Petersburg Declaration ini berjudul “Declaration Renouncing the Use, in
†††††††††††††
Pasal 14 Lieber Code adalah “kebutuhan militer yang dapat dimengerti oleh masyarakat modern yang beradap, terdiri dari kebutuhan yang dipilih dengan hati-hati yang sangat dibutuhkan guna menjamin akhir dari perang dan tidak melanggar hukum berkaitan dengan hukum modern bagi penggunanya dalam perang”. Pasal 16 Lieber Code adalah “dalam keaadan mendesak militer tidak diizinkan menggunakan tindakan yang kejam.. juga tidak diijinkan menggunakan racun dalam segala cara, maupun dalam keseluruhannya kebutuhan militer tidak memasukkan perilaku permusuhan yang akan membuat kemungkinan untuk damai menjadi sukar”. Pasal 170 Lieber Code adalah “penggunaan racun dalam acara apapun, ataukah itu dengan cara meracuni sumur, atau makanan atau senjata sama sekali harus dicegah dalam suatu perang modern. Mereka yang menggunakan hal itu menempatkan dirinya sendiri diluar batas hukum dan kebiasan perang”. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Fritz Kalshoven, Constraints on the Waging of War, 2nd Edition,ICRC,Geneva,1991,hlm 11-12; vide Dietrich Schindler and Jiri Toman (Eds), hlm 3
Time of Wa, Explosive Projectile Under 400 Grammes Weight” (Deklarasi Yang Tidak Mengakui Penggunaan, Dalam Saat Perang, Projektile Yang Dapat Meledak Dibawah Berat 400 Gram). Ini adalah instrumen yang sangat berbeda sekali dengan Lieber Code. Lieber Code adalah suatu aturan yang sangat rinci dan bersifat nasional, sedangkan St. Petersburg Declaration adalah suatu perjanjian internasional yang hanya mengatur mengenai suatu aspek saja dari peperangan, yaitu mengatur tentang persenjataan khususnya mengenai perkembangan projektil-projektil yang dapat meledak. §§§§§§§§§§§§§ Maksud utama dari deklarasi ini adalah untuk membatasi penggunaan persenjataan yang dikembangkan sehingga mudah menyala dan meledak, yang bilamana senjata ini digunakan terhadap bangunan-bangunan militer akan menimbulkan akibat yang cukup berarti. Fritz Kalshoven menulis bahwa apabila ditunjukan kepada manusia, maka penggunaannya tidak akan efektif ketimbang menggunakan senjata biasa, karena tidak menyebabkan pihak lawan menyandang status horst de combat, karena luka yang disebabkan tembakan projektil tersebut justru bertambah parah dan menambah penderitaan bagi mereka yang mengalaminya. ************** Dalam St. Petersburg Declaration dapat dilihat adanya tiga paragraf operasional yang perlu diperhatikan sehubungan dengan cara berperang : 1. That the progress of civilization should have the effect of alleviating as much as possible the calamities of war (karena adanya kemajuan peradaban manusia §§§§§§§§§§§§§
Arlina pertamasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter, International Committe of the Red Cross, Jakarta,1999,hlm 43 ************** Ibid
maka harus menimbulkan efek mengurangi sedapat mungkin bencana dari perang). Maksudnya, demi kemajuan peradaban manusia harus banyak dicegah bencana dari perang. 2.
That the only legitimate object which States should endeavour to accomplish during war is to weaken to military force of the enemy (yang menjadi objek yang sah yang harus diusahakan dengan keras untuk diselesaikan oleh negaranegara selama peperangan adalah untuk melemahkan kekuatan tentara dari musuh). Maksudnya, dalam setiap pertempuran harus dihindari perusakan atau korban dari mereka yang bukan tentara. Ada klausula dalam St. Petersburg Declaration yang menyebutkan bahwa penggunaan senjata yang bersifat mudah meledak dapat menambah penderitaan pada manusia, penggunaan mana diakui bertentangan dengan hukum kemanusiaan (the laws of humanity)
3. The contracting or Accending Parties reserve to themselves to come hereafter to an understanding whenever a precise proporsition shall be drawn up in a view of future improvment which science may effect in the armemend of troops, in order to maintain the principles which they have established and to conciliate the necessities of war with the laws of humanity. Maksudnya, bahwa dengan menyadari kemungkinan timbulnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang persenjataan yang dapat mempengaruhi angkatan perang, maka tetap harus diutamakan prinsip-prinsip yang telah diakui, yakni prinsip mengenai kepentingan militer dengan hukum kemanusiaan.
Lieber Code dan St. Petersburg Declaration dimana keduanya menjadi faktor penting dalam memahami Konvensi Den Haaq selanjutkan, khususnya yang bersangkutan dengan metode dan sarana berperang. Misalnya paragraf operasional pertama dan kedua didalami secara seksama, nampaknya merupakan bahan pokok mengenai ketentuan yang menyangkut sasaran militer dalam berperang, yang kemudian ditegaskaan kembali dalam Konvensi atau Hukum Jenewa 1949 yang kemudian secara definitif ditegaskan dalam Protokol Tambahan I/1977. Demikian pula dalam klausula St. Petersburg Declaration yang disebut diatas yaitu tentang penggunaan senjata yang bersifat tidak terbatas yang secara berulang kali ditegaskan kembali dalam dalam banyak konvensi (termasuk dalam Protokol Tambahan I/1977).Demikian juga pada pasal 155 Lieber Code †††††††††††††† , yang menentukan klasifikasi mereka yang terlibat dalam peperangan yaitu mereka yang tergolong combatans dan non combatans yang berkembang menjadi prinsip pembela (disriction principles) dalam hukum perang. Lieber Code dan St. Petersburg Declaration adalah cikal bakal terbentuknya Konvensi Den Haaq atau yang lebih sering disebut dengan Hukum Den ††††††††††††††
Pasal 155 Liber Code menyebutkan bahwa “All enemies in regular war are divided into two general classes - that is to say, into combatants and noncombatants, or unarmed citizens of the hostile government. The military commander of the legitimate government, in a war of rebellion, distinguishes between the loyal citizen in the revolted portion of the country and the disloyal citizen. The disloyal citizens may further be classified into those citizens known to sympathize with the rebellion without positively aiding it, and those who, without taking up arms, give positive aid and comfort to the rebellious enemy without being bodily forced thereto.” Artinya: “Semua musuh dalam perang biasa dibagi menjadi dua kelas umum yang mengatakan, dalam kombatan dan warga sipil, atau warga tak bersenjata dari pemerintah yang bermusuhan. Komandan militer pemerintah yang sah, dalam perang pemberontakan, membedakan antara warga negara yang setia di bagian memberontak negara dan warga tidak loyal.Warga setia lebih lanjut dapat diklasifikasikan kedalam warga negara yang dikenal bersimpati dengan pemberontakan tanpa positif membantu, dan orang-orang yang, tanpa mengangkat senjata, memberikan bantuan positif dan kenyamanan bagi musuh pemberontak tanpa tubuh dipaksa padanya”.
Haaq.Konvensi Den Haaq merupakan ketentuan hukum humaniter yang mengatur mengenai cara dan alat berperang, serta menekankan bagaimana cara melakukan operasi-operasi militer. Konvensi ini disebut dengan The Haque Laws, karena pembentukan ketentuan-ketentuan tersebut dihasilkan di kota Den Haaq, Belanda. Hukum Den Haaq terdiri dari serangkaian ketentuan yang dihasilkan dari Konferensi 1899 dan ketentuan-ketentuan yang dihasilkan dari Konferensi 1907.Hukum Den Haaq adalah kelanjutan dari hasil korespondensi Perdamaian I pada tahun 1899. Konvensi Den Haaq terjadi sebanyak dua kali. Dimana konvensi pertama pada tahun 1899 dan yang kedua tahun 1907. Isi dari dua konvensi ini sama yakni mangatur tata cara dan alat yang diperbolehkan dalam perang yang dilakukan oleh negara-negara yang melakukan, hanya saja isi dari konvensi kedua merupakan penyempurnaan dari konvensi pertama. Dalam Konvensi Den Haaq 1899 korespondensi yang dimulai pada tanggal 20 Mei 1899 dan berakhir pada tanggal 29 Juli 1899. Korespondensi Perdamaian I merupakan prakarsa Tsaar Nicholas II dari Rusia yang merupakan usaha mengulangi prakarsa pendahulunya yaitu Tsaar Alexander I yang menemui kegagalan dalam mewujudkan suatu Korespondesi Internasional di Brussel pada tahun 1874 yaitu Final Protocol dan Project of and International Declaration Concerning the Laws and Costume of War. Dasar pemikiran Tsaar Nicholas II untuk menghidupkan kembali gagasan Tsaar Alexander I adalah Rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy Alliance) antara Austria, Prusia dan Rusia pada tanggal 3 September 1815. Sebagaimana diketahui bahwa Aliansi Empat Negara (Quadruple Alliance) yang ditandatangani oleh Austria, Prusia dan Rusia pada tanggal 20 Nopember 1815 yang
merupakan kelanjutan dari Konggres Wina yang diselenggarakan antara bulan September Peristiwa Waterloo (kalahnya Napoleon Bonaparte) pada tanggal 18 juni 1815 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡. Untuk memenuhi ambisi Tsaar Nicholas II, maka pada tahun 1898 Court Mouravieff (Menlu Rusia) mengedarkan surat kepada semua Kepala Perwakilan negara negara yang diakteritasikani St. Petersburg, yang isinya ajakan dari Tsaar Nicholas II untuk secara bersama-sama mempertahankan Perdamaian Dunia dan mengurangi persenjataan. Konferensi ini menghasilkan tiga konvensi dan tiga deklarasi, yaitu : 1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional 2. Konvensi II tentang Hukum dan Kebiasan Perang di Darat 3. Konvensi III tentang Adaptasi Asas-Asas Konvensi Jenewa tanggal 22 Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut
Deklarasi yang dihasilkan adalah 1. Larangan penggunaan peluru-peluru dum-dum (peluru-peluru yang bungkusnya tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat pecah dan membesar dalam tubuh manusia) 2. Peluncuran proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon, selama jangka waktu lima tahun yang berakhir pada tahun 1905, juga dilarang
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Arlina pertamasari dkk,Ibid, hlm 22 mengutip tulisan Marwati Djoned Poesponegoro,Tokoh dan Peristiwa Dalam Sejarah Eropa 1815-1945,Erlangga, Jakarta,1982, hlm 132-282
3. Penggunaan proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas yang beracun yang menyebabkan sesaknya pernafasan , juga dilarang. Pada Bagian I tentang pihak-pihak yang bersengketa terdapat 3 (tiga) Bab dan Bab I membahas mengenai kualifikasi dari pihak-pihak yang bersengketa. Pasal I menerangkan bahwa hukum mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban berperang tidak hanya diterapkan pada tentara tetapi juga pada milisi dan kolompok sukarela yang memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a. Harus dipimpin oleh seseorang yang bertanggungjawab atas bawahannya b. Memakai tanda atau emblem yang dapat dilihat dari jauh c. Memakai senjata secara terbuka d. Melaksanakan gerakan operasinya sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang Pada Bagian II mengenai Permusuhan di Bab I tentang alat-alat untuk melukai musuh, pengepungan dan pemboman tercantum pada pasal 22 dimana didalamnya terdapat bagian terpenting yaitu klausula pokok yang menyatakan bahwa: hak para pihak yang berperang untuk menggunakan alat-alat untuk melukai musuh adalah tidak tak terbatas. §§§§§§§§§§§§§§ Juga dalam pasal 23 *************** berisi tambahan mengenai larangan-larangan yang ditentukan oleh konvensi-konvensi khusus, maka secara khusus dilarang untuk : a. Menggunakan racun atau senjata beracun b. Membunuh atau melukai secara kejam orang-orang atau tentara dari pihak musuh
§§§§§§§§§§§§§§
Pasal 22 Haque Convention IV,1907 Ibid
***************
c. Membunuh atau melukai lawan yang telah meletakkan senjatanya, atau yang tidak lagi memiliki alat pertahanan, atau yang telah menyerah d. Menyatakan bahwa perlindungan tidak akan diberikan e. Menggunakan senjata, proyektil, atau bahan-bahan yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu f. Menyalahgunakan bendera perdamaian, bendera nasional, atau tanda militer dan seragam musuh, dan juga atribut-atribut pembeda dari Konvensi Jenewa g. Menghancurkan atau menyita harta benda milik musuh, kecuali jika penghancuran atau penyitaan tersebut diperlukan bagi kepentingan militer; h. Menyatakan penghapusan, penundaan atau tidak dapat dilaksanakannya hakhak pembelaan warga negara pihak musuh dalam suatu pengadilan. Setelah pada tahun 1899 mennghasilkan Konvensi Den Haaq 1899 pada tahun 1907 dilakukan Konferensi Perdamaian II dan menghasilkan kembali Konvensi Den Haaq 1907 dimana sebenarnya isi dari Konvensi Den Haaq 1899 sama dengan isi dari Konvensi Den Haaq 1907 mengenai tata cara dan alat yang diperbolehkan dalam perang bagi negara-negara yang melakukanya. Konvensi Den Haaq 1907 ini hanya sebagai penyempurnaan dari Konvensi Den Haaq 1899. Konferensi Perdamaian II adalah merupakan gagasan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Hay pada tanggal 21 Oktober 1904 membuat Surat Edaran yang ditujukan kepada wakil-wakil Amerika Serikat yang ditempatkan dinegara yang meratifikiasi Final Act 1899. Pada saat itu Rusia sedang berperang dengan Jepang. Namun demikian Tsaar dari Rusia menyatakan keinginanya untuk menyelenggarakan
konferensi ini, karena ia mendengar bahwa Presiden Theodore Roosevelt mempersilahkan Tsaar untuk bertindak sebagai penyelenggara. Konferensi ini lebih besar memfokuskan dan menitikberatkan masalah perang dilaut, karena pada saat itu ketentuan perang laut belum ditetapkan pada kenvensi sebelumnya.Pada saat itu Inggris mencoba memasukkan putusan mengenai pembatasan persenjataan di perang laut, namun hal ini digagalkan oleh negara negara peserta yang dipimpin oleh negara netral.Putusan mengenai pembatasan persenjataan perang di laut ditolak oleh Jerman karena beranggapan bahwa putusan tersebut merupakan buatan negara Inggris dengan maksud untuk membatasi ruang gerak armada laut Jerman yang pada saat itu sangat kuat dan sulit dikalahkan oleh negara sekutu.Jerman menolak usulan tentang arbitrse wajib.Hasil konferensi tersebut berhasil memperbesar mekanisme untuk arbitrase sukarela dan menetapkan sejumlah konvensi yang mengatur penagihan utang, aturan perang, dan hak serta kewajiban negara netral dan Konferensi Perdamaian II di Den Haaq mengasilkan 13 Konvensi dan sebuah deklarasi. Konvensi-konvensi yang dihasilkan dalam Konferensi Perdamaian II di Den Haaq tahun 1907 adalah sebagai berikut ††††††††††††††† : 1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional 2. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menuntut Pembayaran Hutang yang berasal dari Perjanjian Perdata 3. Konvensi III tentang Cara Memulai Perang 4. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat †††††††††††††††
Haryomatam, op cit, hlm 47
5. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warganegara Netral dalam Perang di Darat 6. Konvensi VI tentang Status Kapal Dagang Musuh pada saat Permulaan Perang 7. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang 8. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau Otomatis di Dalam Laut 9. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkutan Laut di Waktu Perang 10. Konvensi X tentang Adaptasi Azas-Azas Konvensi Jenewa tentang Perang di Laut 11. Konvensi XI tentang Pembatasan Tertentu Terhadap Penggunaan Hak Penangkapan dalam Perang di Laut 12. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang Sitaan 13. Konvensi XIII tentang Hak dan Kewajiban Negara Netral dalam Perang di Laut Konvensi VI sampai dengan konvensi XII Den Haaq 1907 pada umumnya mengatur masalah kapal, kapal perang, jadi menyangkut perang di laut Adapun satu-satunya deklarasi yang dihasilkan dalam Konferensi Perdamaian II tersebut adalah Deklarasi yang melarang Penggunaan proyektil-proyektil atau bahan-bahan peledak dari balon. Mengenai sarana dan metoda berperang adalah berbicara tentang hukum Den Haaq yang bukan hanya terdapat dalam hasil Konferensi Perdamaian I dan II saja.Perkembangannya bahwa ketentuan-ketentuan mengenai sarana dan metoda
berperang tersebut tidak hanya terdapat dalam konvensi-konvensi Den Haaq saja melainkan pada Protokol Tambahan 1977. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ketentuan utama tentang metoda dan sarana berperang terdapat dalam Konvensi Den Haaq ke-IV (1907) §§§§§§§§§§§§§§§ terutama lampiran Annexnya terutama yang berjudul “Regulations respecting the laws and customs of war on land” atau yang biasa disebut Haque Regulations (Peraturan-peraturan Den Haaq). Haque Regulations ini mengatur mengenai hukum dan kebiasaan perang di darat, termasuk ketentuan-ketentuan mengenai metoda dan sarana berperang. Peraturan Den Haaq mengenai sarana (alat) berperang terlebih dahulu diketahui dua peraturan dasar (basic rules) yang melandasinya yaitu 1. In many armed conflict, the right of the Parties to the conflict to choose methods on means of wrfare is not unlimited 2. It is prohibited to employ weapons, projectiles and material and methods of warfare of a nature to cause superfluous injury or unnecessary suffering. Peraturan dasar yang paling utama dalam menggunakan sarana atau alat untuk melakukan peperangan (means of warfare) dalam suatu sengketa bersenjata ialah keterbatasan dalam memilih dan menggunakan sarana atau alat berperang. Prinsip ini tercantum dalam ketentuan Pasal 22 Haque Regulations yang menyatakan bahwa : “hak belligerents untuk menggunakan sarana dalam menghancurkan musuh adalah tidak tak terbatas (is not unlimited).” Prinsip ini ditegaskan kembali dalam Resolusi ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Oleh karena itu, menurut ICRC, protokol Tambahan 1977 juga disebut dengan Hukum Campuran (mixed law) karena tidak hanya mengatur tentang perlindungan terhadap penduduk sipil saja, melainkan juga mengatur tentang metoda dan saran berperang §§§§§§§§§§§§§§§ Karena telah diperbarui, maka pembahasan Lampiran Konvensi II 1899 dilakukan sekaligus dengan Lampiran Konvensi IV 1907. Dengan mengutamakan konvensi yang terakhir, serta membandingkan kedua klausula dalam kedua konvensi dimana dianggap perlu
XXVIII pada Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina (1965) dan juga dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 2444(XXIII). Contoh penggunaan prinsip ini tampak pada konvensi yang dihasilkan dalam Konferensi Perdamaian II, misalnya Pasal 1 Konvensi VIII (Convention relative to the laying of outomatic submarine contact mines) yang melarang penggunaan ranjau dan torpedo, dengan pengecualian yang cukup ketat sebagai berikut : 1. To lay unanchored automatic contact mines, except when they are so constructed as to become harmless one hour at most after the person who laid them ceases to control them 2. To lay unanchored automatic contact mines which do not become harmless as soon as they have broken loose from their moorings 3. To use torpedoes which do not become harmless when they have missed their mark Melihat rumusan pasal 1 diatas, jelas bahwa negara yang bersengketatidak dapat sebebas-bebasnya menggunakan ranjau, namun dibatasi oleh syarat-syarat tertentu.Contoh diatas mencerminkan bahwa penggunaan senjata oleh para pihak yang bersengketa adalah tidak tak terbatas (sangat terbatas).
C.
Penggunaan Senjata yang dilarang dalam Perang menurut Hukum Humaniter Pengaturan mengenai larangan penggunaan senjata tertentu telah diatur dalam
beberapa konvensi internasional.Pada dasarnya perang itu disesuaikan dengan
serangkaian peraturan sebagai suatu sistem hukum tertentu, atau perang dapat dilakukan karena adanya alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Doktrin perang selama abad XIX kurang mendapat pengaruh hukum alam dibandingkan pada abad sebelumnya, konsep keadilan perang muncul lagi setelah perang dunia pertama dalam bentuk suatu doktrin perang yang tidak sah, menyelamatkan dari serangan para agresor. **************** Suatu aturan hukum, yaitu “Hukum Perang” yang terdiri dari sekumpulan pembatasan oleh hukum internasional dalam mana kekuatan yang diperlukan untuk mengalahkan musuh boleh digunakan dan prisip-prinsip yang mengatur perlakuan terhadap
individu-individu
pada
saat
berlangsungnya
konflik-konflik
bersenjata. †††††††††††††††† Pada umumnya dalam suatu konflik atau sengketa yang demikian nilai-nilai kemanusiaan sering terabaikan. Hal ini disebabkan karena disatu pihak Hukum Humaniter Internasional menyerahkan persoalan penuntutan terhadap kejahatan ini pada hukum nasional suatu negara, sementara itu dipihak lain penuntutan terhadap pelanggarannya sangat tergantung pada kemauan politik dari pemerintah suatu negara. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Tujuan
pokok
dari
kaidah-kaidah
hukum
ini
untuk
alasan-alasan
keprimanusiaan guna mengurangi atau membatasi penderitaan individu-individu,
****************
Majid Khadduri, War and Peace in The Law of Islam (Perang dan Damai dalam Hukum Islam), Tarawang Press, Jakarta, 2002, hlm 47 †††††††††††††††† May Rudy, Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm 78. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Lachs, Manfred,Responsibility ForTheDevelopment of Humanitarian Law, and Cristopher Swinarski (Ed), Studies and Essayon International Humanitarian Law and Red Cross Principles,Martinus Nijhoff Publishers, Laiden, 1984, hlm 397.
serta untuk membatasi kawasan di dalam mana kebiasaan konflik bersenjata diizinkan. Naluri berperang ini kemudian membawa keinsyafan bahwa cara berperang yang tidak mengenal batas itu merugikan umat manusia sehingga kemudianmulailah orang-orang mengadakan pembatasan-pembatasan menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur perang antara bangsa-bangsa. Pelanggaranpelanggaran tersebut, dapat berupa pelanggaran dalam bentuk international crimes atau international torts (international deliquencies). §§§§§§§§§§§§§§§§ Beberapa tentang
perjanjian
penggunaan
utama
maupun
dari
pelarangan
Konvensi
Jenewa
penggunaan
yang mengatur
peralatan
atau
alat
perang tertentu dalam suatu konflik dan pengadopsiannya. 1. Deklarasi St. Petersburg 1868 (pelarangan penggunaan proyektil jenis tertentu
pada waktu perang) 2. Protokol Jenewa 1925 tentang pelarangan penggunaan gas pencekik, beracun
ataupun jenis gas lainnya dan juga cara berperang biologis yang menggunakan bakteri untuk kepentingan perang 3. Konvensi 1972 konvensi tentang pelarangan pengembangan, pembuatan dan
penimbunan senjata biologis atau bakteriologis dan beracun, dan tentang pemusnahannya. 4. Konvensi 1980 tentang larangan atau pembatasan penggunaan senjata
konvensional tertentu yang dianggap dapat mengakibatkan luka yang berlebihan atau dapat memberikan efek tidak pandang bulu (Konvensi Senjata
§§§§§§§§§§§§§§§§
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000, hlm 11
Konvensional/Certain Conventional Weapons Conventionl (CCW)), yang termasuk a. Protokol I tentang fragmen (kepingan logam) yang tidak dapat terdeteksi b. Protokol II tentang larangan dan pembatasan penggunaan ranjau darat, dan lain-lain c. Protokol III tentang larangan dan pembatasan penggunaan senjata-senjata pembakar 5. Konvensi
Senjata
Kimia
1993
tentang
larangan
dan
pembatasan
pengembangan, pembuatan, penimbunan dan penggunaan senjata kimia dan tentang pemusnahannya. 6. Protokol 1995 yang berkaitan dengan Senjata laser yang dapat
menyebabkan
kebutaan permanen (Protoko IIV [baru] untuk Konvensi 1980). 7.
Protokol 1996 revisi tentang larangan atau pembatasan penggunaan ranjau darat,dan alat lainnya (Protokol II [telah direvisi] untuk Konvensi 1980)
8. Konvensi tentang larangan penggunaan, penyimpanan, serta pembuatan
dan
pengiriman (transfer) ranjau anti personil dan tentang pemusnahannya 9. Amandemen 2001 terhadap Pasal I dari Konvensi Senjata Konvensional
(CCW). ***************** 10. Konvensi Dublin 2009, Tentang Larangan Pengunaan Bom Cluster/Bom Curah.
*****************
“Hand Book of The International Red Cross and Red Crescent Movement”, Therteen Edition, ICRC, Geneva, 1994, hlm 9-10, dikutip dari jurnal ilmu hukum Mahfud,http://online-journal.unja.ac.id/index.php/jih/article/viewFile/1969/1317 pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 10.00 WIB
Seiring dengan perkembangan konflik yang semakin meluas setelah berakhirnya Perang Dingin, yang ditandai dengan perang-perang baru, baik yang mengatasnamakan perdamaian dunia maupun untuk kepentingan-kepentingan negara tertentu, tidak jarang pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan hukum perang ini dilanggar.Terlebih lagi bila kita melihat kepada kemajuan teknologi yang demikian pesatnya, sehingga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
manusia, tidak
terkecuali terhadap teknologi perang itu sendiri.Tujuannya menghancurkandan melumpuhkan pihak negara lawan dalam waktu
adalah sesingkat-
singkatnya dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien. Untuk itu pada waktu ini diciptakan oleh manusia senjata-senjata mutakhir yang dianggap untuk tujuan tersebut yaitu senjata nuklir, senjata biologi dan senjata kimia. ††††††††††††††††† 1. Senjata Nuklir Kontroversi mengenai senjata nuklir sebenarnya telah muncul sebelum senjata maut ini menjadi kenyataan.Hal ini bermula pada awal Perang Dunia II terwujud dengan kekhawatiran khususnya diantara para ahli fisika di Barat bahwa Hitler telah memiliki kemampuan untuk mengmbangkan senjata nuklir. Atas permintaan temannya Leo Szilard ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat pada saat itu Franklin D. Roosevelt yang intinya menyarankan agar AS mengembangkan bom atom sebelum Nazi
†††††††††††††††††
Pusat Nuklir Biologi dan Kimia Angkatan Darat, Almanak Nuklir Biologi dan
Kimia, 1975 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Leo Szilard adalah ilmuan pertama yang menemukan teori bahwa energi dapat dilepaskan memalui reaksi berantai
membuatnya, dan pada tanggal 6 Desember 1941, 1 hari sebelum Pearl Harbour diserang Jepang, Administrasi Pemerintahan AS memutuskan untuk memulai proyek pembuatan bom atom yang secara resmi disebut Manhattan Project. Bom tersebut digunakan sebagai senjata oleh AS terhadap Jepang dengan membom kota Hiroshima (6 Agustus 1945) dan kota Nagasaki (9 Agustus 1945). Penggunaan bom atom atas Hiroshima dan Nagasaki memang membuat Perang Dunia I berakhir, namun dilain pihak pengalaman itu juga telah mengubah pandangan masyarakat bahwa penggunaan senjata nuklir dalam sangat berbahaya dan membuat banyak terjadi penderitaan yang tidak perlu. Untuk itu dibentuk resolusi pertama yang dihasilkan oleh SMU PBB pada tanggal 24 Januari 1946 No. 1 “Estabilishment of a commission to deal with the problem raised by the discovery of atomkic energy” memberi mandat kepada komisi yang dibentuk untuk memberikan rekomendasi mengenai cara-cara penghapusan senjata nuklir dari sistem persenjataan negaranegara didunia. §§§§§§§§§§§§§§§§§ Senjata nuklir adalah senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya pemusnah yang dahsyat sebuah bom nuklir mampu memusnahkan sebuah kota atau negara. Dampak dari senjata nuklir adalah reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia.Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua. a. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.
§§§§§§§§§§§§§§§§§
Dian Wirengjurit, Kawasan Damai Dan Bebas Senta Nuklir, Penerbit Alumni, Bandung, 2002, hlm 9-11
b. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya.baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya. Organ-organ tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila tercemar radio aktif uraiannya sebagai berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat membunuhnya. Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel yaitu : 1. sel akan mati. 2. terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker, dan 3. kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai proses bayi-bayi cacat. Selain itu, juga menimbulkan luka bakar dan peningkatan jumlah penderita kanker (thyroid dan cardiovascular) sebanyak 30-50% di Ukrania, radang pernapasan, dan terhambatnya saluran pernapasan, juga masalah psikologi dan stres yang diakibatkan dari kebocoran radiasi. Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu dipertimbangkan. Pertama, kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup.Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki hulu
ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg Plutonium.Ketiga, limbah yang dihasilkan (Uranium) bisa berpengaruh pada genetika.Selain itu, tenaga nuklir memancarkan radiasi radio aktif yang sangat berbahaya bagi manusia. Nuklir memiliki 2 tipe yang dasar dimana tipe yang pertama menghasilkan energi ledakannya hanya dari proses reaksi fisi. Senjata tipe ini secara umum dinamai bom atom (atomic bomb, A-bombs).Energinya hanya diproduksi dari inti atom. Pada senjata tipe fisi, masa fissile material (uranium yang diperkaya atau plutanium) dirancang mencapai supercritical mass jumlah massa yang diperlukan untuk membentuk reaksi rantai dengan menabrakkan sebutir bahan sub-critical terhadap butiran lainnya (the gun method), atau dengan memampatkan bulatan bahan sub-critical menggunakan bahan peledak kimia sehingga mencapai tingkat kepadatan beberapa kali lipat dari nilai semula (the implosion method). Metoda yang kedua dianggap lebih canggih dibandingkan yang pertama.Juga penggunaan plutonium sebagai bahan fisil hanya bisa di metoda kedua. Tantangan utama di semua desain senjata nuklir adalah untuk memastikan sebanyak mungkin bahan bakar fisi terkonsumsi sebelum senjata itu hancur.Jumlah energi yang dilepaskan oleh pembelahan bom dapat berkisar dari sekitar satu ton TNT ke sekitar 500.000 ton (500 kilotons) dari TNT. Tipe kedua memproduksi sebagian besar energinya melalui reaksifusi nuklir Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai bom H), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop hidrogen (deuterium dan tritium). Semua senjata tipe ini mendapatkan kebanyakan
energinya dari proses fisi (termasuk fisi yang dihasilkan karena induk neutron dari hasil reaksi fusi). Tidak seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir. ****************** Sedangkan dasar kerja dari nuklir pada bomb hydrogen sebuah bom fisi menghasilkan radiasi yang kemudian mengkompresi dan memanasi butiran bahan fusi pada bagian lain. Senjata termonuklir bisa berfungsi dengan melalui sebuah bom fisi yang kemudian memampatkan dan memanasi bahan fisi.Pada desain Teller Ulam, yang mencakup semua senjata termonuklir multi megaton, metoda ini dicapai dengan meletakkan sebuah bom fisi dan bahan bakar fusi (deuterium atau lithium deuteride) pada jarak berdekatan didalam sebuah wadah khusus yang dapat memantulkan radiasi.Setelah bom fisi didetonasi, pancaran sinar gamma dan sinar X yang dihasilkan memampatkan bahan fusi, yang kemudian memanasinya ke ke suhu termonuklir. Reaksi fusi yang dihasilkan, selanjutnya memproduksi neutron berkecepatan tinggi yang sangat banyak, yang kemudian menimbulkan pembelahan nuklir pada bahan yang biasanya tidak rawan pembelahan, sebagai contoh depleted uranium. Setiap komponen pada design ini disebut stage (atau tahap). Tahap pertama pembelahan atom bom adalah primer dan fusi wadah kapsul adalah tahap sekunder. Dalam bom-bom hidrogen besar, kira-kira separuh dari yield dan sebagian besar nuklir fallout, berasal pada tahapan fisi depleted uranium. Dengan merangkai beberapa tahap-tahap yang berisi bahan bakar fusi yang lebih besar dari tahap
******************
Zubaidah Alatas, Sri Hidayati, dkk, Buku Pintar Nulkir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta, 2008, hlm 28
sebelumnya, senjata termonuklir bisa mencapai yield tak terbatas.Senjata terbesar yang pernah diledakan (The Tsar Bomba dari USSR) merilis energi setara lebih dari 50 juta ton (50 megaton) TNT.Hampir semua senjata termonuklir adalah lebih kecil dibandingkan senjata tersebut, terutama karena kendala praktis seperti perlunya ukuran sekecil ruang dan batasan berat yang bisa di dapatkan pada ujung kepala roket dan misil. Ada juga tipe senjata nuklir lain, sebagai contoh boosted fission weapon, yang merupakan senjata fisi yang memperbesar yield-nya dengan sedikit menggunakan reaksi fisi. Tetapi fisi ini bukan berasal dari bom fusi. Pada tipe boosted bom.neutronneutron yand dihasilkan oleh reaksi fusi terutama berfungsi untuk meningkatkan efisiensi bom fisi. Contoh senjata didesain untuk keperluan khususbomb neutron adalah senjata termonuklir yang menghasilkan ledakan relatif kecil, tetapi dengan jumlah radiasi neutron yang banyak.Meledaknya senjata nuklir ini diikuti dengan pancaran radiasi neutron.Senjata jenis ini, secara teori bisa digunakan untuk membawa korban yang tinggi tanpa menghancurkan infrastruktur dan hanya membuat fallout yang kecil. Membubuhi senjata nuklir dengan bahan tertentu menghasilkan senjata yang dinamai salted bomb. Senjata jenis ini menghasilkan kontaminasi radioaktif yang sangat tinggi. Sebagian besar variasi di disain senjata nuklir terletak pada bedayield untuk berbagai keperluan, dan untuk mencapai ukuran fisik yang sekecil mungkin. Upaya masyarakat internasional untuk mewujudkan larangan uji coba nuklir telah dilakukan sejak tahun-tahun awal pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam perkembangannya, upaya ini telah menghasilkan Partial Nuclear-Test-
Ban Treaty (PTBT) pada tahun 1963 yang melarang uji coba nuklir di udara, di luar angkasa, dan laut. Kemudian, Threshold Test-Ban Treaty (TTBT) pada tahun 1976 yang melarang uji coba nuklir di atas kapasitas 150 kiloton, dan Peaceful Nuclear Explosions Treaty pada tahun 1976 yang melarang uji coba nuklir untuk tujuan militer. †††††††††††††††††† Pelarangan menyeluruh uji coba nuklir merupakan langkah penting dalam upaya mencapai tujuan penghapusan senjata nuklir dengan cara mencegah pencanggihan lebih lanjut senjata-senjata nuklir dan pencegahan proliferasi senjata nuklir kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Usaha untuk menjadikan norma pelarangan uji coba nuklir secara menyeluruh dalam bentuk instrumen hukum terhambat karena situasi dunia internasional yang masih diliputi Perang Dingin serta belum adanya teknologi pemantau uji coba nuklir yang memadai. Upaya itu membuahkan hasil dua dasawarsa kemudian ketika Konferensi
Perlucutan
Senjata pada
tahun
1996
menghasilkan
rancangan
Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT). §§§§§§§§§§§§§§§§§§ 2. Senjata Biologis Senjata
biologis
sering
disebut
sebagai
senjata
nuklir
orang
miskin. ******************* Biaya maupun teknologi yang diperlukan untuk membuat senjata biologis jauh lebih rendah dan mudah dibanding senjata nuklir atau kimia.Walaupun demikian, efek penghancuran massa-nya tidak kalah hebat ††††††††††††††††††
Penjelasan atas UU No. 1 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir(Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty) ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid §§§§§§§§§§§§§§§§§§ Ibid ******************* Gould, 1997
dibanding kedua senjata tadi.Menurut perhitungan Office of Technology Assessment di Konggres Amerika pada tahun 1993, 100 kg spora Basillus Anthracis yang disebarkan diatas ibukota Washington bisa menimbulkan korban 3 juta jiwa. Kenyataannya, penyebaran bakteri serupa dari instalasi pembuatan senjata biologis Rusia di kota Yekaterinburg pada tanggal 2-3 April 1979 telah menelan korban tewas puluhan ribu jiwa di daerah sekitarnya menurut laporan Union for Chemical Safety, walau laporan resmi pemerintah hanya 66 orang. ††††††††††††††††††† Berbeda dengan senjata nuklir, senjata biologis punya banyak jenis. Walaupun senjata kimia juga mempunyai banyak jenis (seperti gas sarin, gas VX, sianida dan sebagainya), karena senjata biologis menggunakan agen hayati seperti virus dan bakteri, jumlahnya cenderung bertambah dengan munculnya berbagai macam penyakit infeksi
fatal
baru
seperti virus
Ebola, virus
Lassa dan lain-
lain. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Namun demikian, agen yang benar telah dipakai sebagai senjata biologis adalah bakteri yang telah lama dikenal manusia, mudah didapatkan di alam dan tidak sulit penanganannya.Bacillus anthracis, penyebab penyakit anthrax adalah pilihan utama dan telah terbukti dipakai dalam kejadian di Amerika baru-baru ini maupun coba dibuat di Rusia serta Irak.Selain itu, bakteri yang mematikan dan tercatat sebagai agen senjata biologis adalah Yersinia pestis penyebab penyakit pes, Clostridium botulinium yang racunnya menyebabkan penyakit botulism, Francisella tularensis (tularaemia) dan lain-lain. Pihak lain, karena bakteri-bakteri patogen itu sudah †††††††††††††††††††
Graeves, 1999 Diakses dari http://www.kamusilmiah.com/biologi/mengenal-senjata-biologisbahaya-dan-larangan-penggunaannya/ pada tanggal 15 Maret 2015 pada pukul 10.35 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
dikenal lama, pengobatannya sudah diketahui dengan berbagai antibiotika dan pencegahannya dapat dilakukan dengan vaksinasi. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Hal lebih mengerikan adalah senjata biologis dengan agen yang telah direkayasa secara bioteknologi sehingga tahan antibiotika, lebih mematikan, stabil dalam penyimpanan dan sebagainya.Paling mudah adalah rekayasa untuk sifat resistensi terhadap antibiotika. Sifat seperti ini biasanya hanya ditimbulkan oleh kumpulan gen sederhana atau bahkan gen tunggal, sehingga mudah dipindahkan dari satu jenis bakteri ke bakteri lain. Teknologi ini juga telah menjadi standar dalam setiap eksperimen biologi molekuler.Bacillus anthracis yang dapat dimatikan dengan antibiotika jenis Penicillin dengan mudah dapat dibuat resisten -lactamase. Biopreparat, jaringan dengan mentransfer gen enzim instalasi pembuatan senjata biologis di Rusia, dikabarkan telah merekayasa bakteri penyebab pes dengan resistensi terhadap 16 jenis antibiotika. ******************** Metode rekayasa lain yang memungkinkan adalah dengan teknologi yang disebut evolusi yang diarahkan (directed evolution). Metode ini dikembangkan pertama kali tahun 1994 oleh Dr. Willem Stemmer peneliti di perusahaan bioteknologi, Maxygen yang berbasis di kota Redwood, California. Metoda yang berdasarkan pada pertukaran fragmen DNA secara acak, atau disebut dengan istilah DNA shuffling, ini pertama kali diterapkan pada gen tunggal yang mengkode sebuah protein. Namun kemudian dikembangkan untuk level yang lebih besar, yaitu kumpulan gen sampai genom. Stemmer yang saat ini menjabat wakil presiden
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid Ibid
********************
perusahaan tersebut telah berhasil merekayasa bakteri Escherichia coli yang memiliki resistensi terhadap antibiotika Cefotaxime, 32 ribu kali lebih tinggi. Pengetahuan saat ini terhadap sekuen lengkap genom berbagai bakteri patogen seperti penyebab TBC, kolera, lepra dan lain-lain, akan lebih memudahkan rekayasa bakteri dengan daya bunuh yang lebih hebat, menggunakan metoda ini. †††††††††††††††††††† Walaupun dua cerita di atas baru sebatas skenario, tapi bukan lagi sebuah impian. Hasil penelitian tim peneliti dari CSIRO Australia yang dipimpin oleh Dr. Ronald J. Jackson yang dipublikasikan di Journal of Virology edisi Februari 2001, memberikan gambaran yang jelas. Tim peneliti itu melakukan rekayasa genetika terhadap virus mousepox untuk mengkontrol fertilitas tikus.Virus ini tidaklah begitu berbahaya, namun ketika keduanya juga mensisipkan gen protein interleukin, mousepox tersebut menjadi sangat mematikan.Padahal tujuannya hanyalah untuk meningkatkan efisiensi virus menurunkan kesuburan tikus dengan memperbanyak produksi antibodi terhadap sel telurnya sendiri.Hasil yang diluar dugaan ini menggemparkan masyarakat ilmiah karena virus mousepox merupakan kerabat dekat virus smallpox penyebab penyakit cacar.Dapat dibayangkan teknologi ini sangat mungkin diterapkan kepada virus cacar yang menduduki peringkat pertama dalam tingkat kebahayaannya sebagai senjata biologis. Perjanjian di tingkat internasional yang melarang penggunaan senjata biologis dimulai sejak Geneva Protocol tahun 1925.Akan tetapi, sejarah memperlihatkan bahwa pengembangan senjata biologis tetap berlanjut.Salah satu contoh yang terdokumentasi adalah penggunaan senjata biologis oleh tentara Jepang dalam Perang ††††††††††††††††††††
Ibid
Dunia ke-2 di Cina.Untuk itu, pada tahun 1972 disepakati perjanjian Biological and Toxin Weapon Convention (BTWC) yang disponsori oleh PBB.Dalam perjanjian ini, lebih ditegaskan lagi mengenai pelarangan dalam pengembangan, pembuatan dan penyimpanan segala jenis senjata biologis. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Sampai saat ini tak kurang dari 140 negara telah menandatangi perjanjian ini, termasuk Indonesia, Amerika, dan Rusia. Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi dan penimbunan dari Bakteriologis (Biologis) dan Senjata Toksin serta pemusnahannya, umumnya dikenal sebagai Konvensi Senjata Biologi (BWC) atau Konvensi Senjata Biologi dan Toksin ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Konvensi Biological and Toxin Weapon Convention (BTWC) adalah perjanjian yang disponsori oleh PBB perihal larangan penggunaan senjata biologis dalam perang. Perjanjian ini berisi 10 artikel yaitu 1. Artikel I: Never under any circumstances to acquire or retain biological weapons (Tidak dalam keadaan apapun untuk memperoleh atau mempertahankan senjata biologis) 2. Artikel II : To destroy or divert to peaceful purposes biological weapons and associated resources prior to joining (Untuk menghancurkan atau mengalihkan ke tujuan damai senjata biologis dan sumber daya terkait sebelum bergabung) 3. Artikel III : Not to transfer, or in any way assist, encourage or induce anyone else to acquire or retain biological weapons (Belum mentransfer, atau dengan cara apapun membantu, mendorong atau membujuk orang lain untuk memperoleh atau mempertahankan senjata biologis) 4. Artikel IV : To take any national measures necessary to implement the provisions of the BWC domestically (Untuk mengambil langkah-langkah nasional yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan BWC negeri) 5. Artikel V : To consult bilaterally and multilaterally to solve any problems with the implemenation of the BWC (Untuk berkonsultasi secara bilateral dan multilateral untuk memecahkan masalah dengan implemenation dari BWC) 6. Artikel VI : To request the UN Security Council to investigate alleged breaches of the BWC and to comply with its subsequent decisions (Untuk meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki dugaan pelanggaran dari BWC dan mematuhi keputusan selanjutnya) 7. Artikel VII : Untuk meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki dugaan pelanggaran dari BWC dan mematuhi keputusan selanjutnya (Untuk meminta Dewan Keamanan PBB UNTUK menyelidiki dugaan pelanggaran dari BWC dan mematuhi keputusan Selanjutnya) 8. Artikel X : To do all of the above in a way that encourages the peaceful uses of biological science and technology (Untuk melakukan semua hal di atas dengan cara yang mendorong penggunaan damai ilmu biologi dan teknologi)
(BTWC), dibuka untuk ditandatangani pada tahun 1972 dan mulai berlaku pada tahun 1975. Itu perjanjian perlucutan senjata multilateral pertama melarang kategori seluruh senjata, sebagai negara pihak pada Konvensi Senjata Biologi melakukan tidak pernah dalam keadaan untuk mengembangkan, memproduksi, menimbun atau memperoleh atau mempertahankan: 1. mikroba atau agen biologi lainnya, atau racun apapun asal mereka atau metode produksi, jenis dan dalam jumlah yang tidak memiliki pembenaran untuk profilaksis, pelindung atau lainnya tujuan damai. 2. senjata, peralatan atau sarana pengiriman dirancang untuk menggunakan agen atau racun tersebut untuk tujuan bermusuhan atau dalam konflik bersenjata. Konvensi secara efektif melarang pengembangan, produksi, akuisisi, transfer, retensi, penimbunan dan penggunaan senjata biologi dan racun dan merupakan elemen kunci dalam upaya masyarakat internasional untuk mengatasi proliferasi senjata pemusnah massa. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Akan tetapi kelemahan utama BTWC adalah tidak adanya kesepakatan bersama untuk pengawasan dan pembuktian, sehingga perjanjian ini mirip “singa tanpa gigi”.Rusia dan Irak terbukti mengembangkan senjata biologis walaupun ikut menandatangani persetujuan tersebut.Hal ini mendorong dibentuknya grup Ad Hoc pada tahun 1995 untuk membuat protokol inspeksi dan pembuktian di lapangan.Pada §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
The Biological Weapons Convention http://www.unog.ch/80256EE600585943/%28httpPages%29/04FBBDD6315AC720C1257180004B1B 2F?OpenDocument diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 10.55
awalnya, Amerika mendukung penuh kerja panitia Ad Hoc itu melalui pernyataan Presiden Clinton tahun 1998. Akan tetapi, di akhir protokol tersebut hampir selesai, sikap Amerika dibawah pemerintahan Presiden Bush berbalik total dengan tidak hanya menolak protokol itu tapi juga mengancam akan keluar dari perjanjian. Sikap ini mengingatkan pada langkah Amerika keluar dari perjanjian Kyoto mengenai pengurangan emisi gas karbon dioksida atau perjanjian peluru kendali antar benua. Alasan utama yang dikemukakan oleh Amerika pada bulan Juli 2001 lalu adalah ketidaksukaan terhadap inspeksi yang bersifat rutin atau mendadak kepada segala instalasi militer, akademik, ataupun industri yang berhubungan dengan persenjataan ini, yang menyebabkan bocornya rahasia perdagangan Selain itu, Amerika khawatir protokol yang ada, dapat membahayakan perdagangan senjata dan teknologi terkait.Seperti dilaporkan jurnal Nature Biotechnology, sampai saat ini Amerika adalah pengekspor teknologi terkait, paling besar di dunia.Pada tahun 1994 saja, ada 531 lisensi yang dijual ke luar negeri.Kebijakan penolakan ini didukung kuat oleh asosiasi industri farmasi Amerika (PHRMA). Amerika Tengah memperkuat kesiapan di dalam negeri terhadap serangan senjata biologis.Terungkapnya program rahasia Rusia dan Irak serta pembuatan dan penyebaran bakteri Bacillus anthracis oleh aliran agama sesat Aum Shinrikyo di Jepang tahun 1995, telah memicu hal itu. Tahun 1999, Konggres Amerika telah mengalokasikan dana 111 juta dolar bagi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk memperkuat sistem pendeteksian dini dan pengobatan terhadap bahaya
senjata biologis. *********************Berkaitan dengan itu pada bulan April 2000, CDC telah mengeluarkan rekomendasi untuk langkah-langkah strategis menghadapi serangan senjata biologis dengan membentuk jaringan laboratorium di seluruh Amerika.Tidak hanya pada tingkat rakyat sipil, Amerika juga telah mempersiapkan diri pada kekuatan militernya.Misalnya dengan pemberian vaksin anthrax pada seluruh personel militernya. ††††††††††††††††††††† Pada akhirnya, pengesahan BTWC yang sedianya akan dilakukan pada pertemuan 5th Review Conference di Jenewa, Swiss pada tanggal 19 November – 7 Desember 2001 yang lalu, gagal. Menurut Presiden dari Konferensi tersebut, Tibor Toth dari Hungaria, sebenarnya sudah 98% jalan menuju penandatangan BTWC dilalui dengan mulus. Banyak pihak, menilai penolakan Amerika adalah penyebab utama kegagalan ini.Pada akhirnya diputuskan untuk mengundur kesepakatan setahuan lagi. 3. Senjata Kimia Senjata kimia adalah senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai dan melumpuhkan musuh.Beberapa jenis senjata kimia terbaru yang berbahaya adalah VX, sulfur mustard, sarin, klorin, hydrogen cydine.Senjata kimia dilarang penggunaanya di dalam perang oleh karena dampak yang dapat ditimbulkan karena dirasa tidak manusiawi.Seorang yang tidak terkena serangan secara langsung pun dapat menjadi korban bahkan menyebabkan kematian karema senjata kimia dapat menyerang dalam beberapa bentuk termasuk dalam
*********************
Khan, 2000 Fidler, 1999
†††††††††††††††††††††
bentuk cairan maupun gas.Senjata kimia ini juga dapat menyebabkan luka permanen maupun penyakit permanen bagi korbannya.Hal ini yang menyebabkan dilarangnya penggunaan senjata kimia. Keseriusan terhadap pelanggaran penggunaan senjata kimia di dalam perang ini yang melahirkan The 1993 Chemical Weapons Concention (CWC), walaupun penggunaan senjata kimia ini dilarang sebelumnya ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ namun dalam prakteknya senjata ini masih dipakai dalam perang. Contoh penggunaan senjata kimia adalah kasus Agent Orange §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§oleh Amerika Serikat terhadap Vietnam pada Perang Vietnam yang mengakibatkan kelaparan di daerah tersebut.Bahkan pada tanah dan air di beberapa daerah memiliki konsentrasi zat kimia yang jauh dari level aman oleh Agen Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (U.S Environmental Protection Agency). Pasal-pasal yang mengatur penggunaan senjata dalam konflik bersenjata terdapat pada Pasal 22 dan 23 Haque Regulation. Pasal 23 Haque Regulations mengatur terperinci tindakan yang melarang dengan menggunakan senjata proyektil ataupun bahan yang dikalkulasikan mampu memberikan penderitaan yang tidak perlu.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pelarangan hukum internasional terhadap penggunaan senjata yang demikian pertama sekali dapat ditemukan pada 1925 Geneva Protocol for the Prohibition of the Use in war of Asphyxiating Poisonous of the Gasses, and of Bacteriological Methods of Warfare, yang merupakan salah satu sumber hukum Humaniter, hlm 51 §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Kasus Agent Orange ialah kasus dimana Amerika Serikat menggunakan senjata kimia terhadap tanaman-tanaman yang ada di Vietnam, terlihat pada The U.S Military Sprayed Millions of Gallons of Agent Orangeand Other herbicides on trees and vegetation during the Vietnam War other yang terdapat pada The U.S. Department of Veteran Affairs Agent Orange Public
Pengaturan mengenai penggunaan senjata kimia tidak saja terdapat pada Konvensi Den Haag, melainkan juga terdapat pada sumber hukum internasional lainnya. Perangkat hukum internasional yang mencakup tentang larangan penggunaan senjata kimia dalam konflik bersenjata adalah dalam bentuk perjanjian internasional diantaranya Haque Declaration concerning Asphyxiating Gases, Chemical Weapons Convention, serta ICC Statute. Secara khusus pengaturan senjata kimia terdapat dalam Chemical Weapons Convention.Chemical Weapons Convention (CWC), yang bernama lengkap Convention on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their Destruction merupakan suatu perangkat
hukum
yang dikelola oleh Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), suatu organisasi mandiri yang bukan berada di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Hubungan antara OPCW dan Perserikatan Bangsa-Bangsa
ialah hubungan
kerjasama yang saling menguntungkan yang berkenaan dengan pelarangan penggunaan senjata kimia demi menjaga perdamaian dunia, seperti yang menjadi tujuan daripada dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hingga saat ini, CWC telah berlaku bagi 190 negara, termasuk di dalamnya Suriah yang baru dinyatakan berlaku pada 14 Oktober 2013. Indonesia juga merupakan negara anggota dari CWC. CWC diratifikasi Indonesia dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling, and Use of Chemical Weapons and Their Destruction (Konvensi Tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta Tentang Pemusnahnya).
Selain dari tiga senjata diatas ada pula yang disebut senjata konvensional yang juga masuk dalam senjata yang dilarang dalam perang menurut hukum humaniter.Sebenarnya keuntungan dari penggunaan senjata konvensional ini adalah harganya yang sangat terjangkau bahkan untuk angkatan militer dari negara miskin sekalipun, namun semakin lamanya penggunaan senjata ini semakin banyak juga korban yang jatuh akibat dari penggunaan senjata ini. Hal inilah yan menjadi alasan penggunaan senjata ini dilarang dalam perang bahkan PBB telah melarang produksi dan penggunaan bom cluster dan ranjau darat dalam perang. Hal termasuk dalam senjata konvensional adalah a. Cluster Bomb Adalah bom yang memiliki mekanisme unik dimana setelah diluncurkan dari pesawat tempur bom akan pecah menjadi ratusan bom yang berukuran kecil berupa kaleng. Awalnya bom ini diciptakan untuk menghancurkan landasan pacu pangkalan udara, konvoi kendaraan lapis baja atau untuk membubarkan konsentrasi pasukan darat.Bom ini dipakai pada perang Irak, Afganistan dan perang Israel. b. Napalm Bomb Secara teknis bom napalm adalah bom bakar yang berisi zat kimia berbentuk pasta tertentu yang akan terbakar begitu bom pecah di darat. Pasta yang cair akan menyebarkan nyala api ke berbagai arah dan bom ini sangat efektif untuk menghancurkan pasukan darat yang bersembunyi di parit-parit atau hutan. c. Peluru DU (Depleted Uranium)
Adalah Peluru depleted uranium adalah jenis peluru yang dikembangkan dari limbah uranium hasil pelucutan bom nuklir. Secara harafiah depleted uranium berarti uranium yang dilemahkan radiasinya. Peluru ini sangat handal dan menjadi standar senjata meriam gatling GAU-8 Avenger yang dibawa pesawat A-10 serta canon bushmaster pada APC Bradley. DU juga digunakan untuk membuat inti peluru anti material pada tank Abrams. Efektifitas senjata ini adalah mampu menembus bahan baja tank setebal apapun dan ini terbukti pada perang Iraq dimana ratusan tank Iran menjadi korban senjata ini. Senjata ini konvensional adalah karena kandungan uranium yang ternyata menurut penelitian masih memancarkan radiasi dalam tingkatan yang membahayakan manusia.Ini tebukti pada kasus di Bosnia saat beberapa tentara Italia menderita leukemia beberapa hari setelah menggunakan peluru tersebut.Salain itu di Iraq tank-tank yang hancur terkena peluru ini ternyata memancarkan radiasi yang membuat tank-tank rongsokan tersebut tidak aman untuk didekati. d. Ranjau darat Ranjau darat adalah alat peledak yang ditanamkan kedalam tanah dan akan meledak apabila disentuh atau diinjak oleh sebuah kendaraan, orang, atau binatang. Ranjau darat digunakan untuk mengamankan daerah yang diperebutkan
dan
untk
membatasi
pergerakan
lawan
dalam
perang. ********************** e.
White Phosporus
**********************
Diakses dari http://menujuhijau.blogspot.com/2012/02/5-senjata-perusak-yangdilarang-dalam.html#ixzz3V6nYeuPfpada tanggal 15 Maret 2015 pada pukul 13.00
Phospotus putih dapat mennghasilkan kebakaran dan asap. Fosfor putih dibuat dari allotrope unsur kimia fosfor. Fungsi utama dari bom fosfor adalah untuk menghasilkan asap pelindung yang akan melindungi gerakan dari pandangan musuh atau agar tembakan tidak terlihat musuh fosfor putih atau White Phosporus(WP) dapat menghasilkan asap dengan cepat begitu meledak. Efek samping dari WP adalah dapat membakar apapun dengan sangat cepat.WP juga dapat digunakan untuk membunuh tentara musuh. WP yang dimasukkan dalam bom, misil jarak dekat apat meledak dan menyemburkan api. Fosfor putih dapat mengakibatkan kematian dengan cara yaitu dengan membakar jaringan otot, jika asapnya terhirup atau tertelan. Akibat paling fatal jika tertelam atau terbakar. †††††††††††††††††††††† DK PBB menyetujui resolusipertama yang melarang perdagangan senjata ringan secara gelap, meskipun Rusia sebagai salah satu dari produser-produser dan ekspoter-eksporter senjata penting dunia, abstain dalam perjanjian senjata itu. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
†††††††††††††††††††††† ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid
Diakses dari http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/09/28/53300/dk-pbb-setujui-resolusi-pertamalarangan-perdagangan-senjata-ringan/#.VQ6jyJhOR-QSabtu, 28 Sep 2013 07:53 WIB pada tanggal 16 Maret 2015 pukul 15.00