BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Konsep Diri 2.1.1 Definisi Konsep Diri Diri (self) adalah hubungan kita yang paling intim, jelasnya salah satu dari aspek terpenting pengalaman hidup kita, namun yang paling sulit didefinisikan. Apa yang kita pikirkan dan rasakan tentang diri kita mempengaruhi perawatan yang kita berikan kepada diri kita secara fisik dan emosional dan perawatan yang kita berikan kepada orang lain ( Potter, 2009). Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan keperawatan orang tua dan lingkungannya ( Tarwoto, 2006). 2.1.2 Komponen konsep diri Terdapat 4 komponen konsep diri yaitu identitas personal , citra diri (body image), harga diri (self esteem), dan performa peran (Kozier, 2010). 1. Identitas personal Identitas personal individu merupakan kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Individu sering memandang identitas mereka dari nama, jenis kelamin, usia, ras, asal etnis atau budaya, pekerjaan atau peran, bakat, dan karakteristiksituasional lainnya. Identitas personal juga mencakup keyakinan, nilai, kepribadian, dan karakter.
1. Citra diri ( body image) Citra tubuh (body image) adalah cara individu mempersepsikan ukuran ,penampilan, fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah pengetahuan mengenai materi tubuh dan kelekatannya, sedangkan aspek afektif mencakup sensai tubuh, seperti nyeri, kesengangan, keletihan, dan gerakan fisik. Citra tubuh adalah gabungan sikap, kesadaran, dak ketiaksadaran, yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya.
2. Harga diri ( self esteem) Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri rendah atau tinggi. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi apabila individu sering gagal maka kesenderungan memiliki harga diri rendah. Terdapat dua jenis harga diri yaitu, harga diri umum dan harga diri spesifik. Harga diri umum adalah respo seberapa besar individu menyukai dirinya sendiri secara keseluruhan. Harga diri spesifik adalah sebarapa besar individu meneriman bagian tertentu dari dirinya. 3. Performa peran ( self role) Sepanjang hidup, manusia menagalami berbagai peran. Peran merupakan sekumpulan harapan mengenai bagaimana individu yang menempati satu posisi tertentu berprilaku.
Performa peran adalah serangkaian pola prilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu
di
berbagai kelompok sosial ( Stuart, 1996). Menurut Sunaryo (2004) , peran diri
adalah pola aprilaku, sikap, nilai, dan asspirassi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasayarakat. Setiap individu disibukkan oleh bebagai macam peran yang terkait dengan posisinya.
2.1.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi konsep diri. Pada perkembangan konsep diri beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang diantaranya adalah sebagai berikut (Tarwoto & Wartonah, 2010). 1) Tingkat perkembangan dan kematangan Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih sayang, sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar. 2) Keluarga dan Budaya Nilai yang dianut anak kecil dipengaruhi oleh keluarga dan budaya. Selanjutnya, teman sebaya mempengaruhi
anak
dan
dengan
demikian
memepengaruhi rasa dirinya. 3) Sumber Daya Individu memiliki sumber daya internal dan sumber eksternal. Contoh sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum semakin besar sumber daya yang dimilki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif.
4) Riwayat keberhasilan dan kegagalan Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan, memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan. 5) Stresor Stresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Dipihak lain stersor yang berlebihan dapat menyebabkan respon maladaptif termaksud penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas. Kemampuan individu untuk menangani stersor sangat bergantung pada sumber daya personal
2.1.4 Faktor risiko gangguan konsep diri Faktor –faktor risiko yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan konsep diri diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Gangguan identitas diri a.
Perubahan perkembangan
b. Trauma c. Jenis kelamin tidak sesuai d. Budaya yang tida sesuai 2) Gangguan citra tubuh a. Hilangkan bagian tubuh b. Perubahan perkembangan c. Kecacatan
3) Gangguan harga diri a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis b. Kegagalan perkembangan c. Kegagalan mencapai tujuan hidup d. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral 4) Gangguan peran a. Kehilangan peran b. Peran ganda c. Konflik peran d. Ketidakmampuan menampilkan peran.
2.2 Proses Keperawatan Konsep Diri 2.2.1
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2008). Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan keluarga atau orang pendukung karena hal ini memberi petunjuk masalah aktual dan potensial. Perawat yang mengkaji konsep diri berfokus pada empat komponen yaitu, identitas diri, citra tubuh, harga diri, dan performa peran. Sebelum melakukan pengkajian, perawat harus membina hubungan saling percaya dan kerja sama dengan klien. Pedoman untuk melakukan pengkajian psikososial meliputi (Kozier, 2010) : 1. Ciptakan lingkunagn yang tenang dan mendukung privasi.
2. Minimalkan gangguan jika mungkin. 3. Pertahankan kontak mata. 4. Duduk berhadapan dengan klien. 5. Tunjukkan ketertarikan terhadap kekhawatiran klien. 6. Tunjukkan
penerimaan
terhadap
klien
dengan
tidak
mengkritik,
mengernyitkan dahi, dan menunjukkan keterkejutan. 7. Untuk mendorong klien bicara , ajukan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaaan tertutup yang cenderung membatasi keinginana klien untuk berbagi. 8. Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu personal. 9. Minimalkan mencatat secara detail selama wawancara karena hal ini dapat membuat klien khawatir bahwa materi rahasia “dicatat” dan mengganggu konsentrasi anda untuk berfokus pada apa yang dikatakan klien. 10. Tentukan apakah keluarga dapat memberikan informasi tambahan. 11. Pertahankan kerahasiaan. 12. Waspada akan prasangka dan ketidaknyamanan anda yang dapat mempangaruhi proses pengkajian. 13. Pertimbangkan bagaimana prilaku klien dipengaruhi oleh budaya. Selain itu, penting juga bagi perawat untuk mengidentifikasi setiap stresor yang dapat memengaruhi aspek konsep diri. Ketika stresor teridentifikasi, perawat perlu menentukan bagaimana persepsi klien terhadap stresor tersebut. Persepsi positif yang berorientasi pada pertumbuhan terhadap kejadian yang penuh tekanan akan menguatkan haga diri sedangkan persepsi negatif, putus asa, dan mudah menyerah menyebabkan penurunan harga diri. Perawat juga harus perlu
mengidentifikasi strategi ini dengan efektif, dengan mengajukan pertanyaan berikut kepada klien. 1. Ketika anda memiliki masalah atau mengahadapi situasi yang penuh tekanan, bagaimanan anda biasanya menghadapinya? 2. Apakah metode ini berhasil?
A. Wawancara pengkajian identitas personal Ketika mengkaji konsep diri, informasi pertama yang dibutuhkan oleh perawat adalah mengenai identitas klien, salah satunya tentang siapa diri klien. Beberapa contoh pertanyaan pengkajian mengenai identitas diri antara lain: 1. Bagaiaman anda mengembangkan karakteristik personal anda? Atau, bagaimana anda memandang diri anda sendiri? 2. Bagaimana pendapat orang lain mengenai diri anda? 3. Apa yang anda sukai dari diri anda? 4. Apa yang bisa anda kerjakan? 5. Apa saja kekuatan, bakat, dan kemampuan personal anda? 6. Apa yang ingin anda ubah pada diri anda apabila anda dapat mengubahnya? 7. Apakah akan sangat mengganggu anda, apabila anda berfikir bahwa ada seseorang yang tidak menyukai anda?
B. Wawancara pengkajian citra tubuh Apabila ada indikasi gangguan citra tubuh, perawat harus mengkaji klien secara hati-hati untuk kemungkinan masalah fungsi atau tidak. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh deformitas atau malfungsi aktual atau antisipasi. Selain respon yang dinyatakan terhadap masalah, penting juga untuk mengkaji prilaku terkait. Beberapa contoh pertanyaan mengenai citra tubuh antara lain : 1. Apakah ada bagian tubuh anda yang ingin anda ubah? 2. Apakah anda merasa nyaman mendiskusikan mengenai pembedahan anda? 3. Apakah anda merasa berbeda atau inferior terhadap orang lain? 4. Bagaimana perasaan anda mengenai penampilan anda? 5. Perubahan seperti apa yang anda harapkan terjadi pada tubuh anda stetelah pembedahan? 6. Bagaimana orang terdekat dalam hidup anda bereaksi terhadap perubahan pada tubuh anda?
C. Wawancara pengkajian harga diri Untuk mengkaji mengenai harga diri perawat dapat mengajukan beberapa pertanyaan ini. 1. Apakah anda puas dengan hidup anda? 2. Apakah yang anda rasakan mengenai diri anda sendiri? 3. Apakah anda mendapatkan apa yang anda inginkan? 4. Tujuan apa dalam hidup anda yang penting bagi anda? Penting bagi perawat untuk mengetahui latar belakang klien terlebih dahulu agar tidak salah interpretasi terhadap prilaku tertentu. Prilaku berikut mencerminkan harga diri rendah atau mungkin salah diinterpretasikan karena latar belakang budaya klien.
1. Menghindari kontak mata 2. Postur tubuh membungkuk dan gemulai. 3. Kurang berhias dan memilki penampilan yang kurang rapi dan bersih. 4. Berbicara ragu-ragu atau terbata-bata. 5. Mengkritik diri secara berlebihan. 6. Mengkritik orang lain secara berlebihan. 7. Tidak mampu menerima ucapan positif mengenai diri sendiri. 8. Sering meminta maaf. 9. Mengatakan perasaan putus asa, tidak berdaya, dan mudah menyerah.
D. Wawancara pengkajian performa peran Perawat mengkaji kepuasan dan ketidakpuasan klien yang berhubungan dengan tanggung jawab dan hubungan peran yang meliputi peran keluarga, peran kerja, peran siswa, dan peran sosial.
Peran keluarga terutama penting bagi
individu karena hubungan anggota keluarga dekat. Hubungan dapat suportif dan menciptakan pertumbuhan atau sebaliknya, dapat menimbulkan tekanan yang sangat besar jika terdapat kekerasan atau penganiayaan. Pengkajian hubungan peran keluarga ini dappat dimulai aspek struktural, seperti jumlah anggota keluarga, usia dan lokasi tempat tinggal. Beberapa contoh pertanyaan dalam mengkaji performa peran. 1. Ceritakan mengenai keluarga anda. 2. Bagaimana situasi rumah anda? 3. Bagaimana hubungan anda dengan pasangan/ partner/ orang terdekat (jika sesuai)?
4. Bagaimana hubungan anda dengan saudara-saudara anda yang lain? 5. Bagaimana pembuatan keputusan yang penting dalam keluarga anda? 6. Apa tanggung jawab anda dalam keluarga? 7. Sebarapa baik anda merasa anda mencapai apa yang diharapkan dari diri anda? 8. Peran atau tanggung jawab apa yang ingin anda ubah? 9. Apakah anda bangga dengan anggota keluarga anda? 10. Apakah anda berfikir anggota keluarga anda bagga terhadap anda? Beberapa pertanyaan mengenai peran kerja dan peran sosial. 1. Apakah anda menyukai pekerjaan anda? 2. Bagaimana anda berbuat ditempat kerja anda? 3. Bagaimana dengan pekerjaan nada, apakah anda ingin mengubahnya apabila anda dapat mengubahanya? 4. Bagamana anda mengahabiskan waktu luang anda? 5. Apakah anda terlibat dalam anggota komunitas? 6. Kapan anda merasa paling nyaman, apakah saat sendiri, dengan orang lain, atau dalam kelompok? 7. Siapa yang paling penting dalam hidup anda? 8. Siapa yang akan anda minta bantuan?
2.2.2 Analisa data Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis
untuk
menentukan
masalah-masalah
serta
keperawatan dan kesehatan. Tipe data dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
kebutuhan
a. Data Subjektif Persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Data ini hanya klien yang dapat
memberikan
informasi.
Data
ini
biasanya
mencakup
perasaan
ansietas,ketidaknyamanan fisik,atau stres mental (Potter & Perry, 2005). b. Data Objektif Data objektif adalah data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik, kemudian mengkaji batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan (Potter & Perry, 2005).
2.2.3 Rumusan masalah Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah apa yang akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat berdasarakan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien. Rumusan masalah pada kubutuhan konsep diri akan di jelaskan melalui skema di bawah ini
Konsep diri Komponen konsep diri
Identitas Diri/ self identity
Citra Tubuh/Bodi Image
Harga Diri/Self Esteem
Peran Diri/ Self Role
faktot- faktor yang mempengaruhi konsep diri
Perkembangan
Keluarga Dan Budaya
Stresor
Sumber daya
Riwayat keberhasilan dan kegagalan
Penyakit
Faktor yang mempengaruhi konsep diri
Citra tubuh:
Harga diri :
Peran Diri :
1. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis 2. Kegagalan perkembangan 3. Kegagalan mencapai tujuan hidup 4. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral.
1. 2. 3. 4.
Identitas Diri : 1. Perubahan perkembangan 2. Trauma 3. Jenis kelamin yang tidak sesuai 4. Budaya yang tidak sesuai.
1.Perubahan ukuran tubuh 2.Perubahan penampilan tubuh 3.Kecacatan 4.Keterbatasan gerak 5.Prubahan perkembangan.
Tanda dan gejala : Tanda dan gejala : 1. Tidak percaya diri 2. Sukar mengambil keputusan 3. Ketergantungan 4. Masalah dalam hubungan interpersonal 5. Ragu dan tidak yakin dalam keinginan 6. Proyeksi yaitu menyalahkan.
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 2. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh 4. Mengungkapkan keputusasaan 5. Mengungkapkan ketakutan
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
1. Gangguan identitas personal 2. Ketidakberdayaan 3. keputusasaan
1. Gangguan citra tubuh 2. Harga diri rendah/ situasional 3. Keputusasaan 4. Ketidakberdayaan 5. Gangguan penyesuaian.
Kehilangan peran Peran ganda Konflik peran Ketidakmampun menampilkan peran.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri dan orang lain 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri dan orang lain. 3. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa 4. Gangguan hubungan sosial seperti , menarik diri,tidak ingin bertemu orang lain 5. Kurang percaya diri. 6. Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram.
1. Mengingkari ketiakmampuan 2. Ketidakpuasan peran 3. Kegagalan menjalankan peran yang baru 4. Ketegangan menjalankan peran yang baru 5. Kurang tanggung jawab 6. Apatis, bosan dan putus asa.
Masalah keperawatan Harga diri : 1. Harga diri rendah situasional 2. Harga diri rendah kronik 3. Keputusasaan 4. Isolasi sosial 5. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain/ diri sendiri
Masalah keperawatan: 1. Ketidakefektifan performa peran 2. Harga diri rendah/ siasional 3. Keputusasaan 4. Ketidakberdayaan.
2.2.4
Diagnosa Keperawatan Konsep Diri Berdasarkan North American Nursing Diagnoses Assocation ( NANDA)
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan konsep diri (Riyadi, 2009) diantaranya yaitu : 1. Gangguan penyesuaian individu. 2. Keputuasaan. 3. Ketidakefektifan koping. 4. Isolasi sosial . 5. Ketidakberdayaan. 6. Sindrom trauma perkosaan. 7. Gangguan pola tidur. 8. Distres spiritual. 9. Harga diri rendah/ situasional. 10. Gangguan identitas pribadi. 11. Gangguan citra tubuh. 12. Hambatan komunikasi verbal. 13. Gangguan perawatan diri. 14. Gangguan performa peran. 15. Ansietas. 16. Gangguan seksualitas. 17. Prilaku kekerasan terhadap orang lain/ diri sendiri.
2.2.5.Perencanaan Perawat menyusun rencana dengan berkolaborasi dengan klien dan orang pendukung jika mungkin, berdasarkan status kesehatan klien, tingkat ansietas, sumber-sumber, mekanisme koping, dan afisilasi sosiokultural dan agama. Tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan dapat bervariasi, bergantung pada diagnosa dan batasan karakterisitk yang berkaitan dengan masing-masing individu.
2.2.6. Kriteria Hasil 1. Defenisi Nursing Outcomes Clasification (NOC) Defenisi Nursing Outcomes Clasification (NOC) adalah hasil keperawatan klien yang senditif yang meliputi individu, keluarga, atau prilaku masyarajat, atau persepsi yang di ukur sepanjang kontinum dalam menanggapi intervensi keperwatan. Nursing outcome classification (NOC) menggambarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan. NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil klien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.
2. Tujuan dari aplikasi Nursing Outcomes Clasification (NOC) Tujuan dari aplikasi Nursing Outcomes Clasification (NOC) ini adalah hal yang akan kita tuju atau capai selama perawatan klien. Dalam penentuan tujuan outcomes inilah perawat dituntut untuk berfikir secara sistematis dan kritis.
Tujuan dari aplikasi ini
dinyatalan dengan prinsip SMART ( Spesifik,
Measureable, Achieveable, Rational, Time Line).
Indikator juga dinyatakan
dalam penilaian skala sebagai berikut: 1. tidak dilakukan 2. jarang dilakukan 3. kadang dilaukan. 4. sering dilakukan 5. selalu dilakukan. Manfaat NOC dalam keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang komprehensif. 2. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan. 3. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada klien dan dapat digunakan perawat-perawat dan disiplin ilmu lain. 4. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum. 5. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan informasi kuantitatif (Bulecheck dan McClokey, 1996) 3. Perumusan Nursing outcomes clasification (NOC ) Perumusan Nursing outcomes clasification (NOC ) perawat dituntut harus dapat berfikir secara sistematis dan kritis. Penentuan noc dengan kriteria hasil yang akan kita capai harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang akan kita capai melalui intervensi keparawatan .
4. Penulisan Nursing outcomes clasification (NOC) Penulisan NOC diawali dengan tujuan yang akan dicapai berdasarkan kriteria hasil dengan skala yang ditentukan dan membuat waktu pencapaian dari pelaksanaan tujuan keperawatan tersebut. Sehingga dengan adanya kriteria hasil dari tujuan yang dicapai, perawat dapat menentukan bagaimana tingkat pencapaian dari intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan.
2.2.7
Intervensi Keperawatan
1. Pengetian Nursing Intervention clasification (NIC) Nursing Interventions Classification (NIC) adalah suatu klasifikasi/ pengelompokan dari tindakan- tindakan yang komprehensif
yang
dilakukan
oleh
sudah terstandarisari secara
perawat.
Nursing
Classification digunakan disemua area keperawatan dan spesialis.
Intervention Intervensi
keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Dibawah ini merupakan beberapa tujuan dari NIC yaitu: 1. Merencanakan sebuah asuhan, 2. Dokumentasi /pencatatan klinis, 3. Pengaturan komunikasi antar asuhan 4. Penyatuan antara data-data sistematis 5. Keefektifan penelitian 6. Pengukuruan produktivitas 7. Evalusai yang kompetetif
8. Penghemat pembiayaan rumah sakit 9. Pengajaran/edukasi 10. Pengaturan perencanaan Pengelompokan/klasifikasi intervensi yang dibentuk di dalam NIC merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat berdasarkan kebutuhan klien, intervensi mandiri dan kolaboratif, asuhan keperawatan langsung dan tidak langsung.
Intervensi
didefenisikan
berdasarkan penemuan klinis dan
sebagai
suatu
perlakuan
(treatment)
pengetahuan yang dilakukan oleh seorang
perawat untuk meningkatkan kemajuan pada kondisi klien.
2. Tujuan Dari Aplikasi Nursing Interventions Classification (NIC) Nursing Interventions Classification (NIC)
dapat ditujukan pada semua
setting / tempat ( dari pelayanan akut sampai unit pelayanan intensif, pelayanan home care , pelayanan komunitas dan pelayanan dasar) dan semua kekhususan (dari asuhan keperawatan jiwa, asuhan, asuhan keperawatan medikal keperawatan kritis ke asuhan keperawatan anak bedah dan keperawatan gerontik). Secara umum Intervensi dalam NIC menyangkut pada dua hal yaitu kebutuhan fisiologis (seperti manejemen asam basa) dan kebutuhan psikologis (seperti penurunan kecemasan).
3. Perumusan Nursing Interventions Classification (NIC) Perumusan NIC berhubungan dengan NANDA–I (North American Nursing Diagnoses Assocation International) sebagai diagnosa keperawatan.
Sebuah
intervensi muncul ketika ditemukan masalah keperawatan. Masalah keperawatan
yang dirumuskan dalam (NANDA) yang mengacu pada hasil pengkajian perawat. Hasil pengkajian berupa data subjektif dan objektif yang tertuang dalam batasan karakteristik (defining characteristic) di buku NANDA.
4. Penulisan Nursing Interventions Classification (NIC) Penulisan NIC diawali dengan tindakan/ intervensi seperti kaji,observasi pantau (assesst, observe, monitoring) yang artinya perawat dalam melakukan perencanaan kegiatan selalu diawali dengan melakukan reevaluasi. Selanjutnya diikuti dengan tindakan mandiri, kemudian tindakan kolaboratif, dan diakhiri dengan edukasi kesehatan. Dalam penentukan intervensi ini juga tetap tidak lepas dari diagnosa yang sudah ditentukan.
2.2.8. Evaluasi Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan feedback terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Langkah langkah evaluasi : 1. Daftarkan tujuan-tujuan klien 2. Lakukan pengkajian apakah klien dapat melakukan sesuatu 3. Bandingkan tujuan dan kemampuan klien 4. Diskusikan dengan klien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, makan perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemuakan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi, (Tarwoto& wartonah 2003).
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Pengkajian dalam laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan format yang telah ditentukan seperti berikut ini. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. MUHAMMAD ILDREM MEDAN
2.3.1 Pengkajian I.
BIODATA INDENTITAS KLIEN Nama
: Tn. V
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 36 Tahun
Status Perkawaninan
: Menikah
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Gambir Raya no 19 Perumnas
Simalingkar
Tanggal Masuk RS
: 5/4/2005
No. Register
: 02.58.10
Ruangan/Kamar
: Singgalang
Golongan Darah
: O
Tanggal Pengkajian
: 18/5/2015
Tanggal Operasi
: -
Diagnosa Medis
: Skizofrenia Paranaoid Berulang
II. KELUHAN UTAMA Tn. V mengatakan ia diantar kerumah sakit karena memukul istrinya karena stres tidak mempunyai pekerjaan yang menetap. Tn. V mengatakan merasa malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh dan kadang tidak bekerja.
Klien juga mengatakan setelah beberapa kali
dirawat dirumah sakit keluarga dan istrinya tidak pernah lagi mengunjunginya semenjak diantar terakhir kali kerumah sakit. Tn V mengatakan ia adalah mantan mahasiswa ITM jurusan tehnik mesin, yang dikeluarkan karena terlibat aksi demo pada semester akhir. Setelah dikeluarkan dari kampus Tn V mengatakan stres dan mengurung diri selama 2 tahun. Klien tidak melakukan aktivitas apapun dan jarang berinteraksi dengan keluarga, orang disekitarnya dan hanya menyendiri. Klien mengatakan merasa tidak beguna dan sulit mendapat pekerjaan yang layak karena ia hanya tamatan SLTA . III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami Klien mengatakan sudah pernah dirawat dirumah sakit jiwa sebelumnya dan klien dibawa pulang oleh keluarga. B. Pengobatan /tindakan yang dilakukan Klien mengatakan mendapat perawatan dari rumah sakit dan pegawai rumah sakit
C. Pernah dirawat/dioperasi Klien mengatakan tidak pernah dioperasi D. Lama dirawat Klien sudah dirawat berulang, mulai masuk rumah sakit mulai tahun 2008 dan sudah beberapa kali dibawa pulang kerumah dan masuk rumah sakit lagi. E. Alergi Klien tidak memiliki riwayat alergi. IV.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua Klien mengatakan orang tuanya tidak memiliki penyakit serius. B. Saudara Kandung Klien tidak memiliki saudara kandung dengan penyakit serius. C. Penyakit keturunan yang ada Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan. D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa. E. Anggota keluarga yang meninggal Ayah klien telah meninggal dunia karena sudah tua, dan 2 adik perempuannya meninggal karena kecelakaan lalu lintas. F. Penyebab meninggal Klien mengatakan ayah klien
meninggal karena sudah tua dan
sedangkan kedua adik perempuannya meninggal karena kecelakan lalu lintas (tabrakan).
V.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi tentang penyakitnya Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami nya saat ini bisa sembuh,namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit menerimanya karena ia sakit jiwa.
VI.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL B. Persepsi tentang penyakitnya Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami nya saat ini bisa sembuh,namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit menerimanya karena ia sakit jiwa.
C. Konsep diri 1. Gambaran diri
: Klien
mengatakan
menerima
seluruh
bagian tubuhnya. : Klien berharap ia dapat sembuh dengan
2. Ideal diri
segera, dan tidak lagi mengalami sakit yang ia alami saat ini, sehingga ia bisa bersama dengan keluarganya. : Klien
3. Harga diri
mengatakan
merasa
sedih,
tidak
berguna, tidak dapat melakukan apa-apa, karena hanya seorang buruh dan dirawat dirumah sakit jiwa. : Klien mengatakan sebelum dirawat dirumah
4. Peran diri
sakit jiwa klien hanya bisa bekerja sebagai buruh bangunan atau kuli bangunan dengan gaji pas-pasan yang bertanggung jawab sebagai kepala keluarga : Klien mampu untuk menyebutkan nama,
5. Identitas diri
alamat, status dan pekerjaaan klien 6. Keadaan emosi
: Labil, klien terkadang tampak sedih, bicara dengan lambat,pelan dan kontak mata kurang.
D. Hubungan sosial 1. Orang yang berarti 2. Hubungan
: Orang tua klien
dengan : Klien
mengatakan
hubungan
dengan
keluarga
keluarganya
baik
tapi
mulai
jarang
terlalu
sering
berkunjung kerumah sakit. 3. Hubungan
dalam : Klien
mengatakan
tidak
berhubungan dengan
berinteraksi dengan orang lain, karena klien
orang lain
lebih suka sendiri karena ia malu berinteraksi dan sering menarik diri.
4. Hambatan
dalam
berhubungan dengan orang lain
: Klien
mengatakan
jarang
berkomunikasi
dengan orang-orang satu ruangannya , karena ia lebih sering menyendiri dan tidak ingin cerita dan memilih untuk tidur
E. Spritual 1. Nilai dan keyakinan
: Klien menganut agama Kristen Protestan dan ia mempercayai agama yang dianutnya : Selama dirawat dirumah sakit klien jarang
2. Kegiatan ibadah
mengikuti
kebaktian
bersama
diruangan
kebaktian, klien mengatakan ia lebih tenang berdoa sendiri di ruanggannya 3. Tingkat kesadaran
: Compos mentis, klien dalam keadaan sadar ketika di beri pertanyaan.
4. Penampilan
: Klien tampak bersih dan rapi.
5. Alam perasaan
: Lesu, saat diajak berbicara klien tampak
tak
bersemangat dan menarik diri 6. Pembicaraan
: lambat,klien menjawab pertanyaan dengan lambat dan singkat.
7. Afek
: tidak sesuai.
8. Interaksiselama
: Kontak mata kurang, klien sering menghindar
wawancara
saat diajak berbicara, dan tidak berani menatap perawat.
9. Persepsi
: Klien mengatakan tidak mengalami gangguan persepsi.
10. Isi pikir
: Rendah diri dibuktikan dengan klien selalu mengatakan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena ia tidak lulus kuliah,dan hanya kuli bangunan
A. Tanda-tanda Vital
1. Suhu tubuh
: 36,5 0C
2. Tekanan darah
: 120/80 mmhg
3. Nadi
: 72x/i
4. Pernafasan
: 22x/i
5. TB
: 160 cm
6. BB
: 58 kg
B. Pemeriksaan Head to Toe Kepala 1.
Bentuk
: Simetris
2.
Kulit kepala
: Bersih,kulit kepala tampak putih.
Rambut 1.
Penyebaran dan keadaan
: Pendek
rambut 2.
Bau
: Tidak berbau
3.
Warna rambut
: Hitam
Wajah 1.
Warna kulit
: Sawo matang
2.
Struktur wajah
: Struktur wajah bulat
Mata 1.
Kelengkapan kesimetrisan
dan : Kedua mata lengkap dan simetris Konjungtiva
tidak
anemis,
2.
Konjungtiva dan sclera
: bewarna putih dan tidaK
3.
Pupil
: Tidak dilakukan pemeriksaan
4.
Cornea dan iris
: Tidak dilakukan pemeriksaan
5.
Visus
: Tidak dilakukan pemeriksaan
6.
Tekanan bola mata
: Tidak dilakukan pemeriksaan
sclera
Hidung 1.
Tulang hidung dan posisi : Hidung dan septum nasI berada dalam septum nasi
2.
Lubang hidung
posisi normal : Tidak ada perdarahan, kebersihan kurang baik
3.
Cuping hidung
: Tidak ditemukan cuping hidung
Telinga 1.
Bentuk telinga
: Normal dan simetris
2.
Ukuran telinga
: Ukuran telinga dalam batas normal
3.
Lubang telinga
: Ada kotoran, tidak ada infeksi
4.
Ketajaman
: Tidak dilakukan Pemeriksaan
pendengaran Mulut dan Faring 1.
Mukosa bibir
: Mukosa bibir kering
2.
Keadaan gusi dan gigi
: Tidak ada perdarahan pada gusi
3.
Keadaan lidah
: Tidak ada lesi dan perdarahan pada lidah
4.
Orofaring
: Tidak dilakukan pemeriksaan.
Leher 1.
Posisi trachea
2.
Thyroid
: Dalam posisi normal : Tidak ada pembesaran thyroid : Bicara dengan nada pelan
3.
Suara
: Tidak ada pembesaran kelenjar : Tidak ada pembesaran
4.
Kelenjar limfe
5.
vena jugularis
: Tidak ada pembesaran
: Tidak ada pembesaran 6.
Denyut nadi teraba Pemeriksaan integumen
1.
Kebersihan
: bersih
2.
Kehangatan
: Kulit hangat
3.
Warna
: Sawo matang
4.
Turgor
: Kulit kembali cepat
5.
Kelembaban
: Lembab
6.
Kelainan pada kulit
: Tidak ada kelainan pada kulit
Pemeriksaan
payudara
dan
ketiak 1.
Ukuran dan bentuk
: Tidak dilakukan pemeriksaan
2.
Warna payudara dan
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Areola
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Kondisi payudara dan
: Tidak dilakukan pemeriksaan
3.
putting Pemeriksaan thoraks/dada : Dada simetris
1. Inspeksi thorak 2. Pernafasan
(frekuensi, : 22x/i,irama reguler/beraturan.
irama)
: Tidak ditemukan
3. Tanda kesulitan bernafas
kesulitan dalam
bernafas,klien dapat bernafas tanda
ada gangguan. Pemeriksaan paru 1. Palpasi getaran suara
: Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak
2. Perkusi
: dilakukan pemeriksaan
3. Auskultasi
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Abdomen 1. Inspeksi
: tidak ada benjolan, dan tidak ada distensi pada abdomen
2. Auskultasi
: Peristaltik 24x/i
3. Palpasi
: tidak ada nyeri tekan dirasakan oleh klien.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya 1. Genetalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Anus dan perineum
: Tidak dilakukan pemeriksaan
X. POLA
KEBIASAAN
SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum 1. Frekuensi makan/hari
: 3x/hari
2. Nafsu/ selera makan
: Kadang klien tidak menghabiskan
3. Nyeri ulu hati
makanannya.
4. Alergi
: Tidak ada nyeri ulu hati
5. Mual dan muntah
: Tidak ada alergi
6. Tampak makan memisahkan : Tidak ada mual dan muntah
diri
: Klien makan bersama dengan teman seruangannya dan kadang menjauh karena
klien
mengatakan
kadang
makanannya diambil oleh teman satu ruangannya 7. Waktu pemberian makan
: Pagi pukul 08.00 wib, siang pukul 12.00 wib, malam pukul 18.00 wib
8. Jumlah dan jenis makanan
: 1 porsi jenis makanan nasi
9. Waktu pemberian minum
: Saat klien merasa haus
10. Masalah makan dan minum
: Tidak ada masalah makan dan minum
II.
Perawatan
diri/Personal
Hygiene 1. Kebersihan tubuh
: Klien tampak bersih,tidak jorok
2. Kebersihan gigi dan mulut
: Pada gigi ada lubang,mulut tidak ada
3. Kebersihan kuku kaki dan
lesi. : Kuku pendek dan bersih
tangan III. Pola kegiatan/aktivitas 1.
Uraian aktivitas klien klien
: Klien melakukan aktivitas
mandi
untuk mandi makan,
secara mandiri, klien mampu makan
eliminasi, ganti pakaian
secara mandiri ketika makanan sudah
dilakukan secara mandiri,
dibagi , untuk aktivitas eliminasi urine
klien
sebagian, atau total.
mampu
mengontrol
sendiri
eliminasinya seperti BAK/BAB,klien mampu mengganti pakaiannya secara mandiri dengan baju yang diberikan oleh perawat. 2.
Uraikan
aktivitas
ibadah : Selama dirawat dirumah sakit klien
klien selama dirawat/sakit
jarang mengikuti kebaktian bersama
diruangan kebaktian, klien mengatakan
ia lebih tenang berdoa sendiri di
ruanggannya
IV. Pola eliminasi BAB 1. Pola BAB
: 1x/hari
2. Karakter feses
: Tidak dilakukan
3. Riwayat pendarahan
: Tidak ada perdarahan
4. BAB terakhir
: Sehari yang lalu
5. Diare
: Tidak pernah diare
6. Penggunaan laksati
: Tidak ada penggunaan laktasi
pemeriksaan
BAK 1. Pola BAK
2. Karakter urine
: 4-5 X /hari : Warna urine kekuningan
3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan : Tidak ada rasa terbakar BAK
V. Mekanisme koping 1. Mekanisme koping yang maladaptif yaitu klien mengatakan apabila ada masalah maka klien lebih memilih untuk merokok. klien jarang membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka menceritakan masalahnya dan lebih baik menyelesaikannya sendiri. Klien juga pernah memukul istrinya karena merasa sangat stres dengan kehidupannya dan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bekerja.
2.3.2 Analisa Data No Data 1.
Diagnosa Keperawatan
DS: Tn. V mengatakan merasa sangat malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja. -
klien selalu mengatakan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa, tidak mampu, hanya mantan mahasiswa yang tidak lulus kuliah karena dikeluarkan dari kampus.
-
Klien mengatakan ia hanya seorang tamatan SLTA dan hanya sebagai buruh dan tidak bisa menjadi apa-apa selain buruh.
Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan merasa tidak mampu, malu hanya seorang tamatan SLTA, hanya mantan seorang mahasiswa yang tidak lulus kuliah, klien hanya bekerja sebagai buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja, sehingga membuat klien merasa malu dan rendah diri didepan saudara dan keluarga istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh.
DO: pada waktu menceritakan masa lalu dan pengalamannya klien tampak menunduk,menarik diri, kadang terdiam, tidak bersemangat.
2
Ds : klien mengatakan mengurung diri Isolasi sosial berhubungan selama 2 tahun setelah dikeluarkan dari dengan sumber personal yang kampus. tidak adekuat ditandai dengan klien mengatakan bahwa istri - Klien mengatakan setelah dan keluarganya mulai jarang beberapa kali dirawat dirumah mengunjunginya kerumah sakit sakit, keluarga dan istrinya semenjak dirawat pada tahun sudah mulai jarang 2008 hingga saat ini. Klien mengunjunginya semenjak ia merasa tidak diperhatian dan dirawat pada tahun 2008 hingga tidak dipedulikan oleh istri dan saat ini. keluarganya,klien juga tampak menyendiri disudut ruangannya. Do : Klien tampak menarik diri, sering duduk meyendiri disudut ruangan tanpa melakukan interaksi dengan orang lain.
3
DS: Klien mengatakan selalu merasa Resiko kesepian berhubungan sendiri, merasa tidak diperhatikan dan dengan isolasi sosial ditandai tidak dipedulikan lagi oleh dengan klien mengatakan selalu
keluarganya. -
Klien juga mengatakan bahwa keluarganya jarang mengunjunginya dirumah sakit semenjak diantar terakhir kalinya.
-
Klien juga jarang berinteraksi dengan satu ruangannya, tidak melakukan kegiatan apapun, lebih sering menyendiri.
merasa sendiri,merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya, klien juga mengatakan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien sering duduk di sudut ruangan menyendiri, tidak melakukan kegiatan apapun dan hanya terdiam dan menarik diri.
Do : sering duduk menyendiri di sudut ruangan,jarang berinteraksi dengan orang lain, menarik diri. 4.
Ds: Klien mengatakan keluarganya mulai jarang mengunjunginya dirumah sakit semenjak diantar kerumah sakit terakhir kalinya. Klien merasa keluarganya akan sulit menerimanya dengan keadaanya karena sudah dirawat berulang dirumah sakit jiwa semenjak tahun 2008 hingga sekarang.
Penurunan koping keluarga berhubungan dengan sedikitnya dukungan yang diberikan kepada klien ditandai dengan keluarga klien mulai jarang mengunjungi klien dirumah sakit, semenjak tahun 2008, hingga saat ini.
Do: klien tampak sedih dan menarik diri. 5
Ds: klien mengatakan apabila sedang ada masalah klien jarang membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka menceritakan masalahnya. Klien malah mengatakan ia memilih untuk merokok , karena klien merasa dengan merokok klien dapat memikirkan masalahnya dan mencari solusi.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan merokok ditandai klien mengatakan jika klien memilki masalah maka klien lebih memilih untuk merokok untuk memikirkan masalahnya. Klien jarang membicarakan dan menceritakan masalah nya kepada orang lain, pada jari tangan klien tampak bekas Do: tampak pada jari2 tangan klien ada terbakar yang menghitam akibat bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok. sering merokok.
2.3.3 Rumusan Masalah 1. Harga diri rendah kronik 2. Isolasi sosial 3. Resiko kesepian 4. Penurunan koping keluarga 5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
2.3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan malu hanya seorang tamatan SLTA, hanya mantan seorang mahasiswa yang tidak lulus kuliah, bekerja sebagai
buruh bergaji pas-pasan
dan kadang tidak bekerja, sehingga
membuat klien merasa malu dan rendah diri didepan saudara dan keluarga istrinya mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh. 2. Isolasi sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai dengan klien mengatakan bahwa istri dan keluarganya mulai jarang mengunjunginya kerumah sakit semenjak dirawat pada tahun 2008 hingga saat ini. Klien merasa tidak diperhatian dan tidak dipedulikan oleh istri dan keluarganya, klien juga tampak menyendiri disudut ruangannya. 3. Resiko kesepian berhubungan dengan isolasi sosial ditandai dengan klien mengatakan selalu merasa sendiri, merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya, klien juga tampak jarang berinteraksi dengan satu ruangannya, dan sering duduk di sudut ruangan menyendiri.
4. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan sedikitnya dukungan yang diberikan kepada klien ditandai dengan keluarga klien mulai
jarang
mengunjungi klien dirumah sakit, semenjak tahun 2008, hingga saat ini. 5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai klien mengatakan jika klien memilki masalah maka klien lebih memilih untuk merokok untuk memikirkan masalahnya. Klien jarang membicarakan dan menceritakan masalah nya kepada orang lain, pada jari tangan klien tampak bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok. 2.3.5 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/tang No.Dx gal Selasa/19 1. mei 2015 Harga diri rendah kronik
Perencanaan Tujuan dan kriteria hasil: Dalam waktu 1x6 jam klien akan menunjukkan self esteem/ harga diri dengan indikator : 1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan skala 3 2. Mempertahanakan kontak mata dengan skala 3 3. Menerima kritik yang membangun dari orang lain dengan skala 3 4. Melatih perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri skala 3 Rencana tindakan : Nic: self-esteem enchancement/ Peningkatan harga diri 1. Pantau pernyataan klien tentang harga diri. 2. Bantu klien untuk menemukaan penerimaan diri. 3. Dorong klien untuk mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang. 4. Bantu klien menggunakan kemampuan positif yang dimiliki klien.
Rasional 1. Pernyataan klien tentang pandangan harga diri klien mengidentifikasi kepada penyebab harga diri. 2. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien. 3. Kemampuan positif yang dimilki klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. 4. Mengembangkan kemampuan klien dengan kemampuan yang
Selasa/19 mei 2015
2.
5. Fasilitasi lingkungan dan dimilkinya. aktivitas yang akan 5. Mempermudah klien untuk meningkatkan harga diri. meningkatkan harga diri. 6. Beri penghargaan atau 6. Pujian dan penghargaan pujian atas kemajuan klien yang diberikan memberikn dalam mencapai tujuan rasa percaya diri kepada yang tercapai. klien. Tujuan dan kriteria hasil
Isolasi sos Klien akan menunjukkan social involvement / keterlibatan sosial ial dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator : 1. Berinteraksi dengan teman dekat dengan skala 3 2. Berinteraksi dengan tetangga dengan skala 3 3. Berinteraksi dengan anggota keluarga dengan skala 3
Perencanaan Nic: enhancement sosialisasi:
Rasional socialization Nic: peningkatan sosialisasi: /peningkatan 1. Hubungan interaksi dengan orang lain akan membantu klien untuk menghindari 1. Motivasi klien untuk rasa kesepian. meningkatkan hubungan. 2. Kemampuan klien dalam berkomunikasi dapat 2. Gunakan tehnik bermain meningkatkan rasa percaya peran dalam diri klien dalam berinteraksi mempraktekkan tehnik dengan oran lain. dan keterampilan komunikasi. 3. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok , akan 3. Dukung klien untuk mengurangi rasa kesepian terlibat dalam aktivitas yang dialami klien. kelompok atau individu. 4.
Anjurkan pasien untuk 4. Dengan pasien diskusi dan cerita bersama temannya , berdiskusi tentang klien akan bisa mengurangi masalah-masalah yang rasa stres yang dirasakan. dialaminya dengan orang lain.
5. Rujuk klien ke kelompok komunikasi 5. Meningkatkan kemampuan ketrampilan dalam interpersonal dimana berkomunikasi. pesien bisa memahami dan memingkatkan
kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi. Nic: support system support system enchancement / enchancement / peningkatan peningkatan sistem dukungan. sistem dukungan: 1. Identifikasi respon psikologi terhadap situasi dan kemampuan sistem pendukung. 2. Identifikasi tingkat dukungan keluarga,dukungan keuangan,dan sumber lainnya 3. Dorong klien untuk memiliki hubungan dengan orang-orang yang memilki minat dan hobi yang sama. 4. Libatkan keluarga,orang yang terdekat, dan teman-teman dalam perawatan dan perencanaan. 5. Jelaskan kepada orang disekitar bagaimana mereka bisa membantu
1. Perubahan respon psikologis memungkinkan perubahan terhadap kemampuan mendukung kesehatan klien. 2. Mengidentifikasi sumber-sumber dukungan yang dapat membantu klien dalam mencapai keberhasilan pengobatan. Adanya keluarga /orang terdekat membantu klien dalam proses penyembuhan. 3. Membantu klien untuk mengembangkan hubungan bersama dengan orang-orang disekitar. 4. Keikutsertaan keluarga,orang terdekat akan meningkatkan rasa dicintai ,dihargai pad klien yang pada akhirnya akan meningkatkan harga diri klien. 5. Meningkatkan partisipasi orang terdekat dalam upaya membantu motivasi kesembuhan klien.
Rabu, 20 3 mei 2015 Resiko
Tujuan dan kriteria hasil Klien akan mampu melakukan keterampilan interaksi sosial/ social
kesepian
interaction skills/ dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator : 1. pasien mampu menunjukkan penerimaan denga skala 3 2. menunjukkan sikap yang tenang dengan skla 4 3. Bekerja sama dengan orang lain dengan skala 3 4. Rileks dengan skala 5 5. kompromi dengan skala dengan skala 3
Perencanaan Rasional Nic : behavior modification : 1. Masalah interpersonal dapat mempengaruhi social skills/ Modifikasi prilaku: keterampilan dan interaksi keterampilan sosial klien dalam melakukan 1. Bantu klien aktivitas. mengidentifikasi masalah interpersonal 2. Mempermudah klien untuk mengenali masalah yang yang dihasilkan dari mengakibatkan klien sulit kurangnya kemampuan untuk melakukan sosial. keterampilan sosial. 2. Dukung pasien untuk mengungkakan perasaan 3. Mempermudah klien untuk melakukan keterampilan yang berhubungan sosial. dengan masalah 4. Umpan balik yang positif interpersonal. meningkatkan rasa percaya 3. Bantu klien untuk diri dan harga diri klien. mengidentifikasi langkah –langkah 5. Semakin banyak orang terlibat maka klien akan prilaku untuk termotivasi untuk keterampilan sosial yang berinteraksi lebih aktif lagi ditargetkan. kemungkinan 4. Berikan umpan balik 6. Menjaga buruk yang akan terjadi kepada klien dan orang selama interaksi dan terdekat tentang melatih koping adaptif. kesesuaian respon sosial yang mereka tunjukkan dalam latihan 5. Libatkan orang terdekat untuk melatih keterampilan sosial klien. Rabu,20 mei 2015
4. Penurunan koping keluarga
Tujuan dan kriteria hasil Dalam waktu 1x6 jam keluarga akan mampu menunjukkan family coping/ koping keluarga yang efektif dengan indikator: 1. Keluarga akan mampu untuk memanejem masalah keluarga dengan skala 3 2. Keluarga akan melibatkan anggota keluarga dalam
mengambil keputusan dengan skala 3. 3. Memperdulikan kebutuhan semua anggota keluarga dengan skala 4
kamis,21 mei 2015
5. Prilaku cenderun g beresiko
Perencanaan Rasional Nic: Family support/ Dukungan 1. Reaksi keluarga terhadap kondisi klien keluarga mempengaruhi rencana 1. Kaji reaksi emosi keluarga tindakan kesehatan klien terhadap kondisi klien 2. Pertimbangkan beban 2. Beban psikologis keluarga mempengaruhi proses psikologis akibat prognosis keluarga dalam pemenuhan bagi keluarga. kebutuhan. 3. Identifikasi sifat dukungan 3. Dukungan spiritual spiritual untuk keluarga mempengaruhi pandangan 4. Dengarkan keluhan , keluarga terhadap kesehatan perasaan, dan pertanyaan klien keluarga. 5. Fasilitasi komunikasi 4. Keluarga akan merasa terbantu dan tidak tertekan tentang keluhan dan dengan kondisi kesehatan perasaan antara klien dan keadaan klien serta keluarga atau antara meningkatkan koping anggota keluarga. adaptif 6. Jawab semua pertanyaan anggota keluarga atau 5. Meningkatkan komunikasi antara anggota keluarga. bantu mereka untuk 6. Membantu keluarga dalam mendapatkan jawaban. mengetahui informasi 7. Berikan umpan balik untuk menganai keondisi anggota keluarga menyangkut keluarga. koping mereka. balik akan 8. Bantu keluarga untuk 7. Umpan membantu keluarga dalam memperoleh peningkatan koping pengetahuan,keterampilan, keluarga. dan peralatan yang pengetahuan dibutuhkan untuk 8. Pemenuhan dan keterampilan keluarga melanjutkan keputusan akan membantu dalam mereka tentang klien perawatan lanjutan klien. Tujuan dan kriteria hasil Klien akan mampu menunjukkan health orientation / orientasi kesehatan skala 3 dengan indikator: 1. Fokus dalam menjaga prilaku kesehatan 2. Fokus untuk pencegahan penyakit 3. Persepsi bahwa prilaku kesehatan sangat relevan terkait dengan kesehatan seseorang Perencanaan Rasional Nic: behavior modification/ 1. Untuk mengetahui modifikasi kebiasaan. kebiasaan klien yang
1. Identifikasi masalah kebiasaan klien dalam hal prilaku. 2. Identifikasi sasaran prilaku kesehatan yang spesifik secara konkret 3. Tentukan apakah saran prilaku yang di identifikasi perlu untuk di tingkatkan ,diturunkan atau diajari. 4. Diskusikan proses modifikasi prilaku dengan klien atau orang terdekat. 5. Fasilitasi keterlibatan penyedia perawatan kesehatan lainnya dalam proses modifikasi yang sesuai .
2.
3.
4.
5.
dilakukan mengenai prilaku terhadap masalah kesehatan yang dialami klien. Memberikan pengetahuan kepada klien mengenai tujuan prilaku kesehatan untuk mengubah dan kebiasaan. Mengetahui bagaimana prilaku atau kebiasaan itu berpengaruh terhadap peningkatan prilaku kesehatan Memberkan dukungan dalam proses perubahan prilaku. Memberikan fasilitas terhadap klien untuk melakukan kebiasaan yang mendukung prilaku yang mendukung kesehatan.
2.3.6 PELAKSANAAN KEPERAWATAN. Hari/ta nggal Rabu/2 0 mei 2015
No.dx
Pukul
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
1. harga diri renda h.
10.00 wib
Nic: self-esteem enchancement/ Peningkatan harga diri 1. Memantau pernyataan klien tentang harga diri. 2. Membantu klien untuk menemukaan penerimaan diri. 3. Mendukung klien untuk mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang. 4. Membantu klien menggunakan kemampuan positif yang dimiliki klien. 5. Memfasilitasi lingkungan hidup and aktivitas yang akan meningkatkan harga
S : klien mengatakan bersyukur masih memilki kemampuan positif( klien masih bisa bekerja walaupun hanya buruh), bisa melakukan kegiatan yang sederhana seperti menyapu ,mengepel dan mencuci piring. - Klien mengatakan bersyukur masih memiliki kesepatan untuk sehat jasmani O : klien tampak kooperatif,klien mulai mau bercerita,mampu mengungkapkan kemampuan yang dimiliki A.masalah teratasi sebagian
diri. 6. Memberi penghargaan atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai. Kamis 2.isola 10.00 Nic: socialization /21 mei si wib enchancement /peningkatan 2015 sosial. sosialisasi: 1. Memotivasi klien untuk meningkatkan hubungan. 2. Mengunakan tehnik bermain peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi. 3. Mendorongg klien untuk terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu. 4. Membantu meningkatkan kesadaran dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. 5. Merujuk klien ke kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami dan memingkatkan kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
P: intervensi dilanjutkan Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 4. S: Klien mengatakan kadang sudah mulai berkomunikasi dengan satu ruangannya. Klien mengatakan sudah memiliki teman cerita didalam ruangannya Klien mengatakan sudah mulai melakukan aktivitas bersamasama dengan teman satu ruangan seperti menyapu ruangan. O : Klien tampak mulai berinteraksi, klien mulai melakukan kegiatan seperti menyapu bersama satu ruangannya. A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Dalam waktu 1x6 jam klien akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan skala 5.