BAB II MASYARAKAT DAN SENI BUDAYA DAERAH PENELITIAN
2.1 Wilayah-wilayah Pakpak Secara geografis Pakpak Bharat terletak sekitar 30 km dari pusat Kota Sidikalang. Suku Pakpak merupakan salah satu bagian dari suku Batak. Masyarakat Pakpak merupakan suatu kelompok suku bangsa yang terdapat di Sumatera Utara.
Gambar 2.1 Peta Provinsi Sumatera Utara
Secara tradisonal wilayah komunitasnya disebut Tanoh Pakpak. Tanoh Pakpak terbagi atas 5 (lima) sub wilayah, yaitu: (1) Simsim, daerah Kabupaten 22 Universitas Sumatera Utara
Pakpak Bharat, (2) Keppas, daerah Kabupaten Dairi, (3) Pegagan, daerah Kabupaten Dairi, khusus Kecamatan Sumbul, (4) Kelasen, daerah Tapanuli Utara, khusus Kecamatan Parlilitan dan Kabupaten Tapanuli Tengah di Kecamatan Manduamas, (5) Boang, daerah Aceh Singkil Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, yakni Kabupaten Pakpak Bharat, Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Kabupaten Singkil (Provinsi Aceh). Daerah yang penduduknya homogeny orang Pakpak hanyalah Kabupaten Pakpak Bharat. Namun demikian, secara geografi wilayah atau hak ulayat secara tradisonal yang disebut Tanoh Pakpak tersebut sebenarnya tidak terpisah satu sama lain karena satu sama lain berbatasan langsung walaupun hanya bagianbagian kecil dari wilayah kabupaten tertentu, kecuali Kabupaten Pakpak Bharat dan Dairi yang merupakan sentra utama orang Pakpak. Kesatuan komunitas terkecil yang umum dikenal hingga saat ini disebut lebuh dan Kuta. Lebuh merupakan bagian dari kuta yang dihuni oleh klen kecil. Sementara kuta adalah gabungan dari lebuh-lebuh yang dihuni oleh suatu klen besar (marga) tertentu. Jadi setiap lebuh dan kuta dimiliki oleh klen atau marga tertentu dan dianggap sebagai penduduk asli, sementara marga lain dikategorikan sebagai pendatang.
2.2 Sistem Mata Pencaharian Secara umum, sistem mata pencaharian masyarakat Pakpak adalah sebagai perkemenjen (orang yang mencari kemenyan). Sebagian ada juga yang bercocok tanam. Namum setelah Pakpak Bharat terpisah dari wilayah pemerintahan kabupaten Dairi maka Pakpak Bharat mulai membentuk instansiinstansi pemerintahan kabupaten sendiri yang mempekerjakan sebagian besar masyarakat Pakpak bharat sebagai pegawai pemerintahan kabupaten. 23 Universitas Sumatera Utara
2.3. Sistem Kekerabatan Seperti halnya etnik lain di dunia, etnik Pakpak juga juga memiliki adat istiadat yang khas, sehingga dapat dibedakan dengan kelompok etnik lainnya. Unsur sistem kekerabatan ini adalah sebagai berikut. 1. Marga dan Sulang Silima Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu kelompok kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis (unilineal), baik melalui garis laki-laki (patrilineal) maupun perempuan (matrilineal). Marga pada masyarakat Pakpak bukan hanya sekedar sebutan atau konsep tetapi di dalamnya nilai budaya yang mencakup norma dan hukum yang berguna untuk mengatur kehidupan sosial. Misalnya dengan adanya marga maka dikenal perkawinan eksogami marga, yakni adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar marganya.bila terjadi perkawinan semarga maka orang tersebut diberi sanksi hukum berupa pengucilan, cemoohan, dan malah pengusiran, karena melanggar adat yang berlaku. Struktur sosial yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Pakpak dikenal dengan sebutan Sulang Silima dengan unsur berru, dengan sebeltek atau sinina dan puang atau kula-kula. Seseorang Pakpak dengan struktur sulang silima umumnya paham atau dapat menentukan kedudukan dan peranannya sesuai konteks. Dengan demikian sama seperti halnya marga, di dalamnya terdapat sejumlah hak dan kewajiban yang mengatur hubungan atau unsur tersebut. Misalnya upacara perkawinan jelas kelihatan perbedaan hak dan kewajiban dari masing-masing unsur sulang silima. 2. Upacara Sepanjang Lingkaran Hidup dan Upacara Lainnya Berbagai jenis upacara selalu dijumpai dispanjang lingkaran hidup manusia pada hampir semua kelompok suku bangsa sesuai dengan perkembangan biologi manusia itu sendiri. Tidak terkecuali 24 Universitas Sumatera Utara
kelompok yang sudah menganut agama-agama besar maupun yang belum selalu tidak terlepas dengan berbagai upacara-upacara tersebut. Suatu kelompok mengganggap masa balita merupakan masa yang paling berbahaya, yang lainnya menganggap lebih berbahaya pada masa menjelang dewasa yang lainnya lagi mengganggap lebih berbahaya pada masa mati. Untuk itu masa-masa tersebut perlu diantisipasi dengan melakukan berbagai upacara. Suku Pakpak mengenal system kekerabatan yang berbeda-beda yang digunakan
untuk
mengelompokkan
dan
memanggil
anggota
kerabatnya.perbedaan ini berhubungan erat dengn berbedanya peranan dan kedudukan masing-masing anggota kerabat dalam kelompok kerabatnya. Seorang individu mengelompokkan, menyebut dan memanggil kerabat sesuai dengan hak dan kewajiban yang diembannya. Selain itu dalam berinteraksi dengan para kerabat dikenal berbagai aturan dan nilai agar seseorang anggota kerabat dikategorikan beradat. Aturan dan nilai tersebut menjadi pengetahuan dan dijadikan pola dalam berinteraksi. Akibatnya ada interaksi yang harus bersikap sungkan dan tidak sungkan (akrab, bebas). Konsep atau pola yang digunakan sebagai acuan adat sopan santun adalah: 1. Ego adalah seorang individu yang dijadikan sebagai pusat orientasi atau perhatian dalam melihat istilah kekerabatan. Ego biasa seseorang yang berkedudukan sebagai anak, ayah atau kakek. Dalam konteks kekerabatan Pakpak ego adalah seorang laki-laki, karena kelompok kerabat dihitung berdasarkan patrilineal. 2. Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum kawin.
25 Universitas Sumatera Utara
3. Sinina adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari saudara sepupu, paman dan bibi pararel baik yang semarga (sebeltek) maupun yang tidak semarga (pemerre maupun sebe;tek inang) 4. Berru adalah kelompok kerabat pihak penerima gadis. Atau kelompok kerabat dari pihak saudara perempuan ego, atau kelompok kerabat dari anak perempuan ego. 5. Puang adalah kelompok kerabat pemberi gadis. Atau kelompok kerabat dari pihak nenek, ibu atau istri dan istri anak laki-laki ego. Istilah Kekerabatan dari sudut pemakaiannya dapat dikategorikan pada dua system yaitu sebutan dan sapaan. Sebutan artinya bagaimana seseorang menyebut kerabatnya bila dipertanyakan pada pihak ketiga. Sedang sapaan bagaimana seseorang menyapa anggota kerabatnya bila bertemu atau memanggil secara bila bertatap muka. No Sebutan Sapaan Keterangan 1 2 3 4 5 6 dll Bapa Inang Kaka Dedahen Turang Mpung, Poli Bapa Nang, nange Nama, kaka Nama, Nama, turang Pung, poli Ayah Ibu Abang Adik (laki-laki dan perempuan) Kakak (adik Perempuan) Kakek Dalam system kekerabatan suku Pakpak, kedudukan anak laki-laki lebih tinggi disbanding dengan anak perempuan. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : Pertama, karena anak laki-laki berperan sebagai penerus keturunan marga atau klen (patrilineal) Kedua, laki-laki berperan sebagai penanggung jawab keluarga (fakta di lapangan relative) Ketiga, laki-laki berperan sebagai ahli waris utama peninggalan harta pusaka Keempat, laki-laki berperan sebagai pelaksana utama dalam setiap aktifitas adat. Anak perempuan walaupun memakai nama marga ayahnya, namun setelah kawin ikut suami dan anak-anak yang dilahirkannya memakai marga lain sesuai dengan marga suaminya bukan 26 Universitas Sumatera Utara
marga ayahnya. Akibatnya keluarga yang belum memiliki anak laki-laki cenderung resah karena tidak ada yang meneruskan marganya (silsilahnya). Akibatnya sering kali istri harus berkorban untuk terus melahirkan hingga memperoleh anak laki-laki demi menjaga keharmonisan rumah tangga dan dengan kelompok kerabat yang lebih luas. Walaupun tidak identik dengan Pakpak secara keseluruhan, dari segi pembagian kerja, keluarga-keluarga Pakpak di Pedesaan maupun di perkotaan masih cenderung terikat dengan budaya, yang membedakan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Perempuan yang identik dengan pekerjaan di sekitar rumah tangga, sedangkan suami sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah yang berperan di luar rumah tangga.
2.5 Agama Masyarakat Pakpak Agama merupakan suatu sistem kepercayaan yang dianut oleh sekelompok atau komunitas yang berguna sebagai sarana mediasi antara kelompok tersebut dengan penciptanya (yang dipercayai sebagai nenek moyang). Pada zaman dahulu masyarakat Pakpak mengenal sistem kepercayaan animisme (suatu sistem kepercayaan kepada nenek moyang). Sebelum masuknya agama (Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu), masyarakat Pakpak mengenal sistem kepercayaan yang disebut dengan Pambi. Kepercayaan ini merupakan suatu aliran kepercayaan Pakpak zaman dulu yang mengatur tentang kebudayaannya, dalam hal ini Pambi sangat berperan penting sebagai pengatur interaksi manusia dengan roh-roh nenek moyang. Dapat dikatakan bahwa Pambi adalag agama asli suku Pakpak dan masyarakat yang menganut sistem Pambi disebut masyarakat Pambi. Namun karena adanya penyebaran agama yang 27 Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh misionaris ataupun pedagang-pedagang Arab maka sebagian besar masyarakat Pakpak kini sudah memeluk agama sekuler. Saat ini agama Pambi sudah mulai sedikit tergeser kedudukannya. Pada umumnya didaerah tempat penelitian, masyarakat sekitarnya mayoritas memeluk agama Islam dan sebagian lagi ada yang menganut agama Kristen. Ini dapat kita lihat jika pergi kelokasi penelitian, kita dapat melihat mushola (tempat ibadah agama islam) kecil lebih banyak jumlahnya dari pada tempat ibadah agama lainnya. Wilayah Pakpak yang masih memeluk agama Pambi sebagian besar mendiami wilayah Pakpak boang, tepatnya yang berada di sekitar wilayah AcehSubussalam. Tidak dapat ditentukan berapa persentase jumlah penduduk yang masih memeluknya saat ini namun menurut informasi yang didapat, aktivitas agama PAMBI masih sering dilakukan baik secara adat maupun ritual. Diwilayah Pakpak sendiri sebelum terjadinya pemekaran wilayah terdapat sebuah gereja yaitu Gereja kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD), disinilah tempat beribadahnya masyarakat Pakpak yang memeluk agama kristen.
2.6. Organisasi Organisasi yang terdapat didaerah Pakpak antara lain adalah IKPPI (Ikatan Keluarga Pakpak Indonesia), ini merupakan organisasi kepemudaan khususnya bagi pemuda Pakpak. GAMKI kedua organisasi tersebut sangat dikenal ditingkat kabupaten sedangkan ditingkat kecamatan dan desa terdapat beberapa serikat kelompok tani yang didirikan hampir dis etiap desa.
28 Universitas Sumatera Utara
2.7 Kesenian Dalam masyarakat Pakpak terdapat ensambel musik yang sering dilakukan dalam upacara adat maupun sehari-hari. Ensambel ini desebut ensambel “oning-oningan”. Namun ada juga musik yang dilakukan oleh perorangan ataupun individu itu sendiri sebagai alat penghibur dirinya. Adapun musik yang dikenal oleh masyarakat Pakpak adalah sebagai berikut.
2.7.1 Musik Vokal Musik vocal dalam masyarakat Pakpak adalah nyanyian tanpa teks, dapat dikatakan teks yang dinyanyikan adalah suasana hati individu sendiri. Musik ini sering dimainkan oleh perkemenjen dengan cara menyanyikan lagu yang sedih sambil memukul batang pohon kemenyan. Nyanyian ini disebut dengan istilah odong-odong.
2.7.2 Musik Instrumen Musik instrumen Pakpak
dikenal dengan istilah oning-oningan dan
genderang sisibah. Dalam ensambel oning-oningan terdapat beberapa instrumen antara lain kalondang, kecapi, balobat, gendrang sipitu sedangkan dalam ensambel genderang sisibah instrumen yang digunakan yaitu sarune, balobat, kalondang, gendrang sisibah (susunan 9 buah gendang) dan gong. Gendrang sisibah biasa dimainkan pada saat acara ritual atau sering disebut kerja njahat dan kerja mbaik. Berikut adalah penjabaran tentang instrumen ensambel musik Pakpak.
29 Universitas Sumatera Utara
1.
Gendrang Merupakan susunan dari bilah kayu yang memiliki membran sebagai
materi penghasi suaranya ( drum chime ) yang disusun berurutan dari mulai yang terkecil hingga yang terbedar, digantung pada 1 buah kayu panjang dan 2 buah kayu bersiku sebagai penopangnya. Umumnya terdapat 1 bilah kayu panjang yang digunakan sebagai tempat gambar ornamen Pakpak.
Gambar 2.1: Seperangkat Genderang Sisibah Pakpak (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
2.
Kalondang Merupakan susunan dari 8 bilah kayu yang telah distem sehingga setiap
bilah dapat menghasilkan nada. Fungsi utama musical alat musik kalondang ini adalah membawakan melodi, baik secara solo atau untuk iringan.
30 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2: Kalondang dengan Delapan Bilahan (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
3. Gong Merupakan alat musik yang terbuat dari besi kuningan yang ditempah berbentuk bulat dan ada tonjolan ditengah diameternya. Berikut ini adalah gambar gong.
31 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3: Gong yang Ditempatkan di Rak (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
4.
Sarune
Merupakan alat musik tiup yang terbuat dari kayu. Materi penghasil suaranya adalah dari reed yang ditiup. Berikut ini adalah gambar sarune.
32 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4: Sarune Pakpak (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
5..Balobat Merupakan alat musik tiup yang terbuat dari kayu.
Termasuk alat
musik yang dapat diklasifikasikan ke dalam golongan rekorder dengan lima lubang nada. Gambar balobat itu adalah sebagai berikut.
33 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5: Balobat dengan Lima Lubang Nada (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
2.7.3 Sarune Pakpak dalam Ensambel Musik Pakpak Sarune merupakan salah instrumen musik Pakpak yang termasuk dalam ensambel gendrang Pakpak. Sarune berfungsi sebagai pembawa melodi dalam ensambel tersebut.
34 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6: Sarune Pakpak dalam Ensambel (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
Dalam siklus permainannya, setiap awal lagu diawali oleh tabuhan gendrang (gendrang silima,gendrang sipitu,gendarang sisibah) dan gong kemudian sarune. Menurut panjelasan bapak kerta sitakar, alasan mengapa sarune dimainkan setelah gendrang dan gong adalah sarune harus dibunyikan setelah gendrang dan gong bulat(bunyi yang dihasilkan ...? hal ini disebabkan karena jika gendrang tidak dimainkan pada ritemnya dan gong tidak mengeluarkan suara yang baik maka pemain sarune akan kesulitan untuk memulai memainkan melodinya. Penggunaan sarune dalam acara perkawinan adalah sebagai alat pengiring tari atau tortor.
Umumnya setiap akan memulai musik, pemain
35 Universitas Sumatera Utara
sarune memberitahukan kepada pemusik lainnya lagu yang akan dimainkan. Adapun lagu-lagu yang biasa dimainkan adalah sebagai berikut. 1.
Ende-ende Tutu,
2.
Gendang Raja,
3.
Ende-ende Imbolu, dan
4.
Perkotek Manuk I Lebuh.
Lagu-lagu ini lah yang biasa dimainkan dalam pesta perkawinan. Lagu ini merupakan lagu riang dapat digolongkan sebagai lagu yang memiliki tempo cepat sekitar 130 MM, karena acara perkawinan merupakan acara kebahagian maka lagu-lagu yang dimainkan juga bersifat riang. Dalam permainannya ensambelnya, musik Pakpak memiliki lagu penutup. Lagu ini merupakan susunan nada yang dibuat pemusik Pakpak sebagai isyarat bahwa musik akan berhenti.musik dapat berhenti jika pembawa acara memberi isyarat bahwa tortor telah selesai, dan pemain sarune langsung berinisiatif membuat lagu penutup lalu diikuti pemain lainnya. Dalam setiap rangkaian upacara adat yang diiringi oleh sarune terdapat tahapan-tahapan lagu yang akan diamainkan. Pada saat upacara akan dimulai maka lagu yang dimainkan adalah Gendang Raja. Inilah yang merupakan lagu/gendang pembuka dalam setiap upacara adat. Sebelum lagu ini dimainkan maka setiap orang yang menghadiri upacara tersebut harus berada di luar arena tempat upacara diadakan, jika upacara dilakukan dihalaman maka hadirin hanya bisa duduk ditempat duduk ataupun tikar namun jika upacara dilakukan didalam gedung ataupun balai maka para hadirin wajib berada diluar gedung ataupun balai.
36 Universitas Sumatera Utara
Untuk memulai upacara, maka raja perhata (master of ceremonial) yang ditugaskan sebagai pengatur jalannya upacara menyerukan kepada pemusik agar pemusik memainkan Gendang Raja sambil berjalan ke arah pemusik raja perhata memberikan napuran (seperangkat bahan pembuat sirih).
Gambar 2.7: Raja Parhata Menyalami Pemusik (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
Setelah napuran diberikan maka pemusik memainkan gendang raja, kemudian hadirin diperbolehkan masuk kedalam ruangan dan setelah para hadirin sudah memasuki ruangan maka pemain sarune memberi aba-aba ataupun isyarat sebagai penghabisan (ending) lagu gendang raja.
37 Universitas Sumatera Utara
2.8 Tari Dalam kesenian tradisional Pakpak terdapat juga seni tari. Gambar dibawah ini merupakan tarian yang dilakukan oleh remaja putri diamati dengan seksama maka gerakan tarian hampir menyerupai gerakan tarian burung. Nama tari ini biasanya disebut tari :Taktak Garogaro”. Tarian ini merupakan tarian sukacita.
Gambar 2.8: Salah Satu Visual Tatak Garo-garo (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
38 Universitas Sumatera Utara
2.9 Seni Beladiri Beladiri merupakan salah satu kesenian yang terdapat dimasyarakat Pakpak. Disamping untuk menjaga nilai estetika budaya, kesenian ini juga berguna sebagai alat untuk mempertahankan ataupun membeli diri dari bahaya. Tidak ada paksaan bagi masyarakat tersebut untuk harus mengetahui kesenian ini.
Gambar 2.9: Salah Satu Visual Seni Beladiri (sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)
39 Universitas Sumatera Utara
2.10 Permainan Sarune Secara Solo Sarune juga dapat dimainkan secara solo tanpa ada pengiring instrumen musik lainnya.. Lagu-lagu yang dimainkan seperti layaknya bersenandung. Masyarakat Pakpak umumnya memainkan sarune saat berada dihutan yang tujuannya untuk menghilangkan rasa kesepian dan lelah. Pemain sarune biasanya dimainkan sebagai ungkapan perasaan sipemain. Adapaun lagu yang biasa dimainkan adalah sebagai berikut. 1.
Tangis Berru Ikan,
2.
Tangis Berru Manik,
3.
Ende-ende Tutu Kere, dan
4.
Tangis-tangisen Menci
Jika perasaan si pemain sarune sedang sedih maka lagu-lagu yang dimainkan memiliki awal kata pada judulnya adalah “tangis”, sedangkan jika lagu yang dimainkan merupakan ungkapan perasaan bahagia maka kata diawal judul adalah ende. Kebanyakan lagu-lagu yang dimainkan oleh pemain sarune dalam suatu ensambel merupakan lagu-lagu yang diciptakan pada saat sarune dimainkan sacara solo. Ini merupakan hasil karya dan kreativitas seniman tradisi masyarakat Pakpak.
2.11 Peristiwa Terjadinya Sarune Pakpak Berdasarkan
pendapat
para
informan,
terjadinya
sarune
dalam
kebudayaan pakpak mengalami proses yang panjang, sesuai dengan kultur agraris. Bertani ataupun bercocok tanam merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sampai sekarang. Dari antara sekian 40 Universitas Sumatera Utara
banyak cara bertani tersebut, salah satu di antaranya adalah menanam padi darat. Menanam padi darat merupakan cara bertani yang dipakai oleh masyarakat Pakpak dengan cara berpindah-pindah lahan. Biasanya lahan yang digunakan adalah daerah perbukitan ataupun lereng-lereng gunung. Pemilihan lahan ini didasarkan karena tanah diperbukitan ataupun lereng-lereng gunung banyak mengandung humus yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Lahan pertanian ini dapat bertahan hingga 2 sampai 3 kali panen. Kemudian untuk penanaman selanjutnya berpindah dan mencari lahan yang baru. Namun, biasanya masyarakat Pakpak memanfaatkan lahan yang lama sebagai tempat untuk menanam pohon kopi, kemenyan, dan karet. Sistem panen padi darat pada zaman dulu dikerjakan secara gotongroyong. Sehingga jika musim panen tiba, maka daerah pemukiman masyarakat pasti sepi dan tak jarang pulu masyarakat tersebut lebuh memilih untuk bermalam di ladangnya. Dari sistem kerja gotong-royong inilah awal mula terpikirkannya untuk menciptakan alat musik tradisional Pakpak yaitu sarune. Karena begitu ramai dan bergembiranya masyarakat mengerjakan panen maka di sela-sela waktu istirahat
untuk
menghilangkan rasa lelah diciptakanlah
sesuatu
yang
menghasilkan bunyi-bunyian dari batang padi yang dalam bahasa Pakpak disebut nggala page. Batang padi yang berfungsi sebagai alat musik ini dibentuk sedemikian rupa kemudian ditiup sehingga menimbulkan suara nyaring dan merdu. Materi penghasil bunyi pada alat musik nggala page pada masyarakat Pakpak disebut juga pit. Masyarakat Pakpak meyakini bahwa ketika “pit” berbunyi dengan sendirinya burung-burung camar (garo-garo dalam bahsa
41 Universitas Sumatera Utara
Pakpak) akan menari-nari dengan riang, seolah-olah ikut bersukaria atas panen tersebut. Namun samakin lama masyarakat Pakpak melihat bahwa suara pit dapat membuat hujan turun. Ini menurut kepercayaan masyarakat Pakpak dahulu kala. Dampaknya dapat mengganggu proses pemanenan. Akhirnya dicarilah sejenis kayu hutan untuk dijadikan sebagai alat musik tardisional yang dapat mengeluarkan bunyi seperti suara pit. Dari sekian banyak jenis kayu dihutan namun kayu siraja junjung bukit yang merupakan pilihan utama sebagai bahan baku alat musik sarune Pakpak ini. Kayu ini tumbuh di hutan lebat pada umumnya dan pohonnya tidak terlalu besar serta tidak berserat kasar. Menurut kepercayaan masyarakat Pakpak terdahulu, untuk menebang atau mengambil kayu ini harus memenuhi persyaratan antara lain diuraikan sebagai berikut. (a) Gatap penter, yaitu merupakan sehelai daun sirih yang masih segar dan ruas- ruasnya saling bertemu. (b) Gatap i krimpit,
yaitu
beberapa helai (biasanya 7 helai) daun sirih kemudian dipincuk menjadi 7 pincuk kemudian setiap helai diisi dengan kapur, pinang yang dibelah kecil, kemiri, dan sebiji lada hitam. (c) Beras banu, yaitu salah satu jenis beras dari butiran padi yang dihasilkan oleh para petani di kawasan Pakpak.
42 Universitas Sumatera Utara