BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara 8˚14’20” – 8˚50’48” Lintang Selatan dan 115˚05’00” – 115˚26’16” Bujur Timur dengan luas wilayah 418,52 Km2 atau sekitar 7,43 persen dari daratan Pulau Bali dan terbagi atas 6 wilayah kecamatan yaitu: 1. Kuta Selatan; 2. Kuta; 3.Kuta Utara; 4. Mengwi ; 5.Abiansemal; 6. Petang. Dari 6 kecamatan ini nampak kecamatan Petang memiliki luas terbesar yaitu 115 Km2, sedangkan Kecamatan Kuta merupakan kecamatan yang terkecil dengan luas 17,52 Km2. Kabupaten Badung terletak berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli di sebelah timur, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Badung berjumlah 41.862 hektar. Seluruh wilayah ini terdiri dari lahan sawah 10.125 Ha, lahan kering dan lahan lainnya 31.727 Ha. Pemerintah Kecamatan Abiansemal adalah salah satu penyelenggara Pemerintahan di salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Badung. Luas wilayah Kecamatan Abiansemal adalah 69 Km2
terdiri dari 18 desa yaitu :
Darmasaba, Sibang Gede, Jagapati, Angantaka, Sedang, Sibang Kaja, Mekar Bhuana, Mambal, Abiansemal, Dauh Yeh Cani, Ayunan, Blahkiuh, Punggul, Bongkasa, Taman, Selat, Sangeh, dan Bongkasa Pertiwi.
59
Kecamatan Abiansemal memiliki jumlah tenaga kesehatan (tenaga medis) menurut jenisnya adalah sebagai berikut: Dokter umum sebanyak 21 orang; Spesialis gigi sebanyak 6 orang; Bidan sebanyak 6 orang; Perawat atau mantri kesehatan sebanyak 72 orang; Dukun beranak sebanyak 4 orang; Dukun pijat sebanyak 36 orang; Tenaga kesehatan lainnya sebanyak 42 orang. Adapun jumlah fasilitas sarana kesehatan di kecamatan abiansemal menurut jenisnya adalah sebagai berikut: Poliklinik sebanyak 1 buah; Puskesmas sebanyak 3 buah; Puskesmas pembantu sebanyak 14 buah; Praktek dokter sebanyak 27 buah; Pos KB sebanyak 15 buah. 5.2 Deskripsi Responden Didalam pelaksanaan penelitian ini, responden berhasil seluruhnya dikumpulkan sebanyak 100 responden yaitu pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Hal ini akan dilakukan pengkajian terhadap karakteristiknya guna mendapatkan informasi mengenai jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status dalam keluarga, dan kategori miskin atau tidak. Untuk melihat jenis kelamin responden pasien penerima JKBM seperti tampak pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, Tahun 2011 Jenis Kelamin jumlah (orang) Laki-laki 63 Perempuan 37 Total 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
60
% 63 37 100
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden pasien penerima JKBM dari jenis kelamin laki-laki 63 persen dan dari jenis kelamin perempuan 37 persen. Meningkatnya status kesehatan masyarakat, menurunnya angka kesakitan dan kematian, meningkatnya status gisi masyakat akan memabawa dampak terhadap meningkatnya umur harapan hidup masyarakat. Tabel 5.2 Jumlah Responden Menurut Umur di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, Tahun 2011 Umur ≤ 25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun ≥ 46 Tahun Total
Jumlah (orang) 8 21 31 40 100
% 8 21 31 40 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (data diolah) Dari Tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar responden pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung adalah dari kelompok umur lebih dari 46 tahun. Hal ini sangat masuk akal mengingat bahwa semakin tinggi umur seseorang kondisi kesehatannya juga semakin menurun, Kemampuan membaca dan menulis merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat hidup sehat dan sejahtera. Pada umumnya semakin rendah pendidikan seseorang cenderung menyebabkan kesejahteraannya juga rendah (miskin), dan derajat kesehatannya juga rendah. Tingkat pendidikan secara teoritis sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program, sebab dengan tingkat pendidikan baik, maka kemampuan program untuk menyerap informasi semakin baik.
61
Tabel 5.3 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan Tidak Pernah Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Sarjana Total
Jumlah (orang) 11 32 31 24 2 100
% 11 32 31 24 2 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (data diolah) Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan tamat SD sehingga pada umumnya sudah mampu membaca. Namun kondisi pendidikan ini tetap perlu ditingkatkan mengingat masih ada peserta program yang tidak pernah sekolah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka semakin baik kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Status dalam keluarga pasien penerima JKBM terdiri dari Kepala Keluarga, Istri dan anak. Tabel 5.4 Distribusi Responden Pasien Penerima JKBM Menurut Status Dalam Keluarga Status Dalam Keluarga Kepala Keluarga Ibu Anak Total
jumlah (orang) 48 40 12 100
% 48 40 12 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (data diolah) Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden penerima JKBM berstatus Kepala Keluarga yaitu sebesar 48 persen.
62
Menurut BPS Provinsi Bali (2009) kriteria untuk menentukan keluarga / rumah tangga atau masyarakat dikategorikan miskin salah satunya bisa dilihat dari jumlah penghasilan per bulan. Dimana pendapatan di bawah Rp 600.000,00 per bulan masuk dalam kategori miskin. Tabel 5.5 Distribusi Responden Pasien Penerima JKBM Menurut Kategori Jumlah Penghasilan Jumlah Penghasilan (Rp) Jumlah (orang) < 600.000 64 ≥ 600.000 36 Total 100 Sumber : Hasil Penelitian , 2011 (data diolah)
% 64 36 100
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden pasien penerima JKBM termasuk dalam kategori miskin. Hal ini sejalan dengan tujuan dan sasaran utama dari Program JKBM adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin.
5.3 Kinerja Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara dari segi Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Untuk mengetahui Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung diukur dari persepsi responden terhadap indikator variabel tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu, yang menjadi responden adalah pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Berdasarkan
63
perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin, jumlah pasien penerima JKBM yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Berikut ditampilkan hasil pengolahan data kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan dijelaskan secara rinci pada setiap indikator variabel di atas dengan menggunakan skala likert yaitu untuk skor 1 = sangat tidak baik; skor 2 = tidak baik (TB) ; skor 3 = baik; dan skor 4 = sangat baik. 1. Pelayanan JKBM yang Tersedia dan Berkesinambungan Persepsi responden pasien penerima JKBM tentang tingkat pelayanannya dari indikator variabel tersedia dan berkesinambungan dapat dilihat pada Tabel 5.6 Tabel 5.6 Persepsi Responden terhadap tingkat kelengkapan obat-obatan yang tersedia untuk penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Skor Kinerja Pelayanan Frekuensi(orang) 1 1 2 15 3 52 4 32 Total Sampel 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2011
% 1 15 52 32 100
Dari Tabel 5.6 terlihat bahwa persepsi responden pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung sebagian besar 84 persen menyatakan baik dan sangat baik terhadap tingkat kelengkapan obat-obatan yang tersedia. 2. Pelayanan JKBM yang Dapat Diterima dan Wajar Persepsi responden pasien penerima JKBM tentang tingkat pelayanannya dari indikator variabel dapat diterima dan wajar dapat dilihat pada Tabel 5.7
64
Tabel 5.7 Persepsi responden terhadap tingkat kewajaran prosedur yang harus dijalani dalam berobat oleh penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Skor Kinerja Pelayanan Frekuensi (orang) 1 1 2 11 3 57 4 31 Total Sampel 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2011
% 1 11 57 31 100
Dari Tabel 5.7 terlihat bahwa persepsi responden pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung sebagian besar 88 persen menyatakan baik dan sangat baik terhadap tingkat kewajaran prosedur yang harus dijalani dalam berobat yang berarti mekanisme untuk mendapatkan pelayanan JKBM dari pasien penerima JKBM tidak terlalu sulit karena yang diperlukan adalah kepemilikan KTP atau KK dan Surat keterangan tidak memiliki jaminan kesehatan dari Kepala Desa/Lurah. 3. Pelayanan JKBM yang Mudah dicapai Persepsi responden pasien penerima JKBM tentang tingkat pelayanannya dari indikator variabel mudah dicapai dapat dilihat pada Tabel 5.8 Tabel 5.8 Persepsi Responden terhadap tingkat kemudahan lokasi pemberi pelayanan kesehatan JKBM yang dicapai oleh penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Skor Kinerja Pelayanan Frekuensi (orang) 1 0 2 2 3 69 4 29 Total Sampel 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2011
65
% 0 2 69 29 100
Dari Tabel 5.8 terlihat bahwa persepsi responden pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung sebagian besar 98 persen menyatakan baik dan sangat baik terhadap tingkat kemudahan lokasi pemberi pelayanan kesehatan JKBM yang dicapai oleh penerima JKBM. 4. Pelayanan JKBM yang Mudah dijangkau Persepsi responden pasien penerima JKBM tentang tingkat pelayanannya dari indikator variabel mudah dijangkau dapat dilihat pada Tabel 5.9 Tabel 5.9 Persepsi Responden terhadap tingkat keringanan biaya oleh penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Skor Kinerja Pelayanan Frekuensi (orang) 1 0 2 0 3 52 4 48 Total Sampel 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2011
% 0 0 52 48 100
Dari Tabel 5.9 terlihat bahwa persepsi responden pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung 100 persen menyatakan baik dan sangat baik terhadap tingkat keringanan biaya oleh penerima JKBM. Hal ini sejalan dengan tujuan Program JKBM yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan masyarakat miskin secara khusus dengan memberikan pelayanan kesehatan termasuk obat-obatan secara gratis. 5. Pelayanan JKBM yang Bermutu Persepsi responden pasien penerima JKBM tentang tingkat pelayanannya dari indikator variabel bermutu dapat dilihat pada Tabel 5.10
66
Tabel 5.10 Persepsi Responden terhadap tingkat kecepatan dan ketepatan petugas dalam memberikan pelayanan pengobatan kepada pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Skor Kinerja Pelayanan Frekuensi (orang) 1 2 2 15 3 63 4 20 Total Sampel 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2011
% 2 15 63 20 100
Dari Tabel 5.10 terlihat bahwa persepsi responden pasien penerima JKBM di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung sebagian besar 83 persen menyatakan baik dan sangat baik terhadap tingkat kecepatan dan ketepatan petugas dalam memberikan pelayanan pengobatan kepada pasien penerima JKBM. Jawaban responden pasien penerima JKBM dari 5 indikator variabel di atas dirangkum dalam Tabel 5.11 Tabel 5.11 Rata-Rata Persepsi Responden terhadap kinerja program JKBM dari segi Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung No 1 2 3 4 5
Indikator
tersedia dan berkesinambungan dapat diterima dan wajar mudah dicapai mudah dijangkau bermutu Total Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Responden (orang) 100 100 100 100 100 500
67
Total Skor 315 318 330 348 301 1612
Rata-Rata Skor 3.15 3.18 3.27 3.48 3.01 3.22
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 5 indikator variabel yakni sebesar 3,22 di atas rata-rata skor 3 (baik) yang artinya kinerja program JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung termasuk dalam kategori baik. 5.4 Analisis Diskriminan 5.4.1 Perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara dari segi Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Untuk mengetahui perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung dengan menganalisis nilai rata-rata secara simultan variabel kinerja JKBM dari indikator tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu. Kinerja JKBM dengan indikator tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu secara simultan diwakili oleh skor diskriminan yang merupakan kombinasi linier sekumpulan variabel diskriminan. Skor diskriminan tersebut dihitung melalui fungsi diskriminan dengan persamaan Z = a + w1 X1 + w2 X2 + w3 X3 + w4 X4 + w5 X5 ..................................(5) Keterangan: Z = skor diskriminan A = konstanta w = bobot X1 = tersedia dan berkesinambungan X2 = dapat diterima dan wajar X3 = mudah dicapai X4 = mudah dijangkau X5 = bermutu
68
Untuk melihat perbedaan rata-rata masing-masing indikator variabel dari setiap kelompok desa secara terpisah berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada hasil group statistic. Tabel 5.12 Group Statistik Perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat antara desa kelompok miskin dengan desa miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
Desa Miskin Indikator variabel Std Mean deviation terkesinambungan 3.14 0.74 wajar 3.19 0.63 dicapai 3.12 0.42 terjangkau 3.41 0.5 bermutu 2.9 0.72 Sumber : Lampiran 3
Desa Sangat Miskikn Std Mean deviation 3.17 0.66 3.17 0.7 3.28 0.46 3.57 0.5 3.17 0.54
Total Mean 3.15 3.18 3.27 3.48 3.01
Std deviation 0.7 0.66 0.49 0.5 0.66
Dari group statistics di atas, dapat dilihat bahwa setiap indikator variabel pelayanan JKBM yaitu tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu di kelompok desa miskin memiliki nilai mean (rata-rata) yang lebih rendah dari nilai mean (rata-rata) setiap indikator variabel di kelompok desa sangat miskin. Hal ini berarti, responden pasien penerima JKBM di desa kelompok sangat miskin lebih merasakan atau dengan kata lain kinerja JKBM lebih bermanfaat bagi pasien penerima JKBM di desa kelompok sangat miskin Untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok untuk setiap variabel yang ada berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada hasil test of equality of group means
69
Tabel 5.13 Uji Perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat masing-masing indikator variabel antara desa kelompok miskin dengan desa miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Indikator variabel terkesinambungan wajar dicapai terjangkau
Wilks' Lambda 1 1 0.966
F 0.04 0.03 3.472
df1 1 1 1
df2 98 98 98
Sig. 0.841 0.864 0.065
0.976 0.959
2.436 4.226
1 1
98 98
0.122 0.042
bermutu Sumber : Lampiran 3
Dari hasil test statistik Wilk’s Lambda yaitu untuk Tersedia dan berkesinambungan nilai Wilk’s Lambda sebesar 1 tidak signifikan pada 0,841 ; dapat diterima dan wajar nilai Wilk’s Lambda sebesar 1 tidak signifikan pada 0,864; mudah dicapai nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,966 tidak signifikan pada 0,065; dan mudah dijangkau nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,976 tidak signifikan pada 0,122 sedangkan bermutu nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,959 signifikan pada 0,042 Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel bermutu yang dapat digunakan untuk membentuk variabel diskriminan. Kemudian untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung secara simultan (serempak) digunakan multivariate test of significance dengan melakukan uji Wilk's Lambda, yang dapat
70
didekati dengan statistic Chi-square. Berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada Willk’s Lambda. Tabel 5.14 Uji Perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat antara desa kelompok miskin dengan desa miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
Test of Function(s) Wilks' Lambda 1 .907 Sumber : Lampiran 3
Chi-square 9.342
df 5
Sig. .096
Berdasarkan nilai Willk’s Lambda sebesar 0,907 atau sama dengan Chi-square 9,342 dan ternyata nilai ini tidak signifikan pada 0,096, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi diskriminan tidak signifikan secara statistik yang berarti nilai means (rata-rata) skor untuk kedua kelompok (desa miskin dan desa sangat miskin) tidak berbeda dengan kata lain Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Adapun untuk untuk mengetahui rata-rata skor diskriminan yang mana lebih besar atau yang lebih kecil dapat dilihat pada functions at group centroids Tabel 5.15 Functions at group centroids Kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat antara desa kelompok miskin dengan desa miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Function 1
Kelompok Desa desa miskin desa sangat miskin Sumber : Lampiran 3
-.286 .395
71
Dari hasil functions at group centroids di atas, dapat dilihat bahwa kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk desa kategori miskin sebesar -0,286 sedangkan desa sangat miskin lebih besar dengan nilai 0,395 sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan dari setiap indikator variabel pelayanan JKBM yaitu tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu kinerja JKBM dari segi peningkatan akses pelayanan kesehatan lebih bermanfaat bagi responden pasien pengguna JKBM di desa sangat miskin. 5.4.2
Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Setelah Mendapatkan Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) Untuk mengetahui terdapat tidaknya peningkatan
derajat kesehatan
masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung setelah mendapatkan program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dilakukan dengan menganalisis nilai rata-rata secara simultan variabel kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan dari indikator angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan status gisi yang dilihat dari data sekunder sebelum yaitu tahun 2008 sampai dengan 2009 dan sesudah yaitu tahun 2010 sampai dengan akhir September 2011. Kinerja JKBM dengan indikator angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan status gisi secara simultan diwakili oleh skor diskriminan yang merupakan kombinasi linier sekumpulan variabel diskriminan. Skor diskriminan tersebut dihitung melalui fungsi diskriminan dengan persamaan:
72
Z = a + w1 X1 + w2 X2 + w3 X3..............................................................(6) Keterangan: Z = skor diskriminan a = konstanta w = bobot X1 = indikator angka kematian ibu X2 = angka kematian bayi X3 = status gisi Untuk melihat perbedaan rata-rata masing-masing indikator variabel dari setiap kelompok yakni sebelum dan sesudah adanya program JKBM secara terpisah berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada hasil group statistic. Tabel 5.16 Group Statistik Kinerja Program JKBM terhadap derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Sebelum JKBM Std Mean deviation AKB 11.17 16.78 AKI 0 0 PGB 0.15 0.31 Sumber : Lampiran 4 Indikator variabel
Sesudah JKBM Std Mean deviation 3.56 6.59 84.35 357.19 0.11 0.21
Total Mean 7.36 42.17 0.13
Std deviation 13.22 254.36 0.26
Dari group statistics di atas, dapat dilihat bahwa indikator variabel kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan yaitu Angka Kematian Bayi (AKB), dan Status Gizi/Persentase Gizi Buruk (PGB) di kelompok setelah JKBM memiliki nilai mean (rata-rata) yang lebih rendah dari nilai mean (rata-rata) indikator variabel AKB dan PGB di kelompok sebelum JKBM. Tetapi AKI di kelompok setelah JKBM memiliki nilai mean (rata-rata) yang lebih tinggi dari AKI di kelompok sebelum JKBM.
73
Untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok untuk setiap variabel yang ada berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada hasil test of equality of group means Tabel 5.17 Uji Perbedaan Kinerja Program JKBM masing-masing indikator variabel terhadap derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Indikator Variabel Wilks' Lambda AKB ,916 AKI ,972 PGB ,992 Sumber : Lampiran 4
F 6,423 2,007 ,598
df1 1 1 1
df2 70 70 70
Sig. ,014 ,161 ,442
Dari hasil test statistik Wilk’s Lambda yaitu untuk Angka Kematian Bayi (AKB) nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,916 dan signifikan pada 0,000, sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,972 tidak signifikan pada 0,161, dan Status Gisi/Persentase Gisi Buruk (PGB) nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,992 juga tidak signifikan pada 0,442. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel AKB yang dapat digunakan untuk membentuk variabel diskriminan. Adapun untuk mengetahui perbedaan kinerja Program JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung sebelum dan sesudah adanya JKBM secara simultan (serempak) digunakan multivariate test of significance dengan melakukan uji Wilk's Lambda, yang dapat didekati dengan statistic Chi-square. Berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada Willk’s Lambda.
74
Tabel 5.18 Uji Perbedaan kinerja Program JKBM terhadap derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square 1 ,882 8,615 Sumber : Lampiran 4
df 3
Sig. ,035
Berdasarkan nilai Willk’s Lambda sebesar 0,882 atau sama dengan Chi-square 8,615 dan ternyata nilai ini signifikan pada 0,035, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi diskriminan signifikan secara statistik yang berarti nilai means (rata-rata) skor untuk kedua kelompok (sebelum dan sesudah JKBM) berbeda secara signifikan dengan kata lain terdapat perbedaan kinerja program JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara sebelum dan sesudah adanya JKBM. Selanjutnya untuk mengetahui rata-rata skor diskriminan kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan antara dua kategori yaitu sebelum dan sesudah adanya JKBM yang mana lebih besar atau yang lebih kecil dapat dilihat dari hasil group centroid. Tabel 5.19 Functions at group centroids kinerja Program JKBM terhadap derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Function 1
JKBM Sebelum JKBM Setelah JKMB Sumber : Lampiran 4
,361 -,361
Dari hasil functions at group centroids di atas, dapat dilihat bahwa kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan untuk kategori sebelum JKBM
75
sebesar 0,361 sedangkan sesudah JKBM lebih kecil dengan nilai -0,361 sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan terjdi penurunan jumlah dari setiap indikator variabel yaitu Angka Kematian Bayi (AKB), dan Status Gizi/Persentase Gizi Buruk (PGB) artinya dengan adanya penurunan tersebut terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal setelah adanya program JKBM maka Ho ditolak yaitu terdapat peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung setelah
mendapatkan Jaminan
Kesehatan Bali Mandara (JKBM)
5.4.3 Perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara Dari Segi Peningkatan Derajat Kesehatan Untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung dilakukan dengan menganalisis nilai rata-rata secara simultan variabel kinerja JKBM dari indikator angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan status gisi yang dilihat dari data sekunder yaitu tahun 2010 sampai dengan akhir September 2011. Kinerja JKBM dengan indikator angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan status gisi secara simultan diwakili oleh skor diskriminan yang merupakan kombinasi linier sekumpulan variabel diskriminan. Skor diskriminan tersebut dihitung melalui fungsi diskriminan dengan persamaan:
76
Z = a + w1 X1 + w2 X2 + w3 X3..............................................................(7) Keterangan: Z = skor diskriminan a = konstanta w = bobot X1 = indikator angka kematian ibu X2 = angka kematian bayi X3 = status gisi Untuk melihat perbedaan rata-rata masing-masing indikator variabel dari setiap kelompok desa secara terpisah berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada hasil group statistic. Tabel 5.20 Group Statistik Perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Desa Sangat Desa Miskin Miskin Total Indikator Variable Std Std Std Mean deviation Mean deviation Mean deviation AKB 3.75 6.23 2.95 6.87 3.37 6.46 AKI 64.1 286.68 97.47 413.51 79.91 347.92 PGB 0.08 0.2 0.13 0.21 0.11 0.2 Sumber : Lampiran 5 Dari group statistics di atas, dapat dilihat bahwa indikator variabel kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), dan Status Gizi/Persentase Gizi Buruk (PGB) di kelompok desa miskin memiliki nilai mean (rata-rata) yang lebih rendah dari nilai mean (rata-rata) indikator variabel AKI dan PGB di kelompok desa sangat miskin. Tetapi AKB di kelompok desa miskin memiliki nilai mean (rata-rata) yang lebih tinggi dari AKB di kelompok desa sangat miskin.
77
Untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok untuk setiap variabel yang ada berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada hasil test of equality of group means. Tabel 5.21 Uji Perbedaan Kinerja JKBM masing-masing indikator variabel dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Indikator Variabel Wilks' Lambda AKB ,996 AKI ,998 PGB ,986 Sumber : Lampiran 5
F ,142 ,085 ,507
df1 1 1 1
df2 36 36 36
Sig. ,708 ,772 ,481
Dari hasil test statistik Wilk’s Lambda yaitu untuk Angka Kematian Bayi (AKB)
nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,996 tidak signifikan pada 0,708;
sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,998 tidak signifikan pada 0,722, dan Status Gisi/Persentase Gisi Buruk (PGB) nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,986 juga tidak signifikan pada 0,481. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel di atas tidak dapat digunakan untuk membentuk variabel diskriminan. Kemudian untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal
Kabupaten
Badung
secara
simultan
(serempak)
digunakan
multivariate test of significance dengan melakukan uji Wilk's Lambda, yang dapat didekati dengan statistic Chi-square. Berdasarkan hasil olahan SPSS dapat dilihat pada Willk’s Lambda.
78
Tabel 5.22 Uji Perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square 1 ,975 ,872 Sumber : Lampiran 5
df 3
Sig. ,832
Berdasarkan nilai Willk’s Lambda sebesar 0,975 atau sama dengan Chi-square 0,872 ternyata nilai ini tidak signifikan pada 0,832 maka dapat disimpulkan bahwa fungsi diskriminan tidak signifikan secara statistik yang berarti nilai means (rata-rata) skor untuk kedua kelompok (desa miskin dan desa sangat miskin) tidak berbeda dengan kata lain Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Selanjutnya untuk mengetahui rata-rata skor diskriminan kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan antara dua kategori yaitu desa miskin dan desa sangat miskin yang mana lebih besar atau yang lebih kecil dapat dilihat dari hasil group centroid. Tabel 5.23 Functions at group centroids Perbedaan Kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara desa kategori miskin dengan desa sangat miskin di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Function 1
Kelompok Desa Desa Miskin Desa Sangat Miskin Sumber : Lampiran 5
-,148 ,164
79
Dari hasil functions at group centroids di atas, dapat dilihat bahwa kinerja JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan untuk kategori desa miskin sebesar -0,148 sedangkan desa sangat miskin lebih besar dengan nilai 0,164 sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kinerja program JKBM dari segi peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih bermanfaat bagi pasien pemerima JKBM pada kelompok desa sangat miskin.
80