perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Kondisi Geografis Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 7”32‟- 8”15‟ Lintang Selatan dan 110”41‟111”18‟ Bujur Timur dengan luas wilayah pada tahun 2012 tercatat 182.236,02 ha. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian selatan. Batas wilayah Kabupaten Wonogiri sebelah selatan adalah Kabupaten Pacitan dan Samudera Indonesia, batas wilayah utara adalah Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magetan. Kemudian batas wilayah sebelah barat adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta sebelah timur adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo. Secara administratif, Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan yang terdiri dari 294 desa/kelurahan (RAD- AMPL 2011-2015). Jenis tanah di wilayah Kabupaten Wonogiri ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol, sampai dengan grumusol beserta asosiasi perubahannya, dan juga dari bahan induk yang beraneka ragam pula dari endapan, batuan maupun volkan. Kondisi tanah yang sedemikian mengakibatkan aneka penggunaan tanah yang berbeda pula. Sebagai
commit to user daerah agraris yang mayoritas penduduknya hidup dari pertanian, 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 wilayahnya terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas 32.345 ha (17,9%) dan lahan kering seluas 149.889 ha (82,1%) (Humas Kabupaten Wonogiri, 2014). 2. Kondisi Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Wonogiri Jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri meningkat dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pada tahun 2010 sebanyak 938.939 jiwa, dan pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk mencapai 1.212.677 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk tersebut harus diiringi dengan ketersediaan akses air minum dan sanitasi yang mencukupi serta layak. Peta dibawah ini menunjukkan bahwa masih banyak daerah di Kabupaten Wonogiri yang berisiko sanitasi. Warna merah menunjukkan desa dengan kategori beresiko sanitasi sangat tinggi, warna kuning adalah desa beresiko sanitasi tinggi, warna biru menunjukkan desa beresiko sanitasi sedang, dan warna hijau adalah desa kurang beresiko sanitasi. Gambar 4.1 Peta Desa dengan Kategori Resiko Sanitasi Persepsi SKPD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2013
Sumber : Materi Kebijakan Pembangunan AMPL di Kabupaten Wonogiri, BAPPEDA Kabupaten Wonogiri, commit 2014 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Akses air bersih dari tahun ke tahun juga meningkat secara bertahap, yakni pada tahun 2010 sebesar 80,1% dan pada tahun 2013 baru mencapai 83,6%. Gambar 4.2 Akses Air Bersih di Kabupaten Wonogiri tahun 2007-2013
Sumber : Profil Kabupaten Wonogiri, Dinas Kesehatan, 2013 Dalam hal akses sanitasi, masyarakat sudah banyak yang terakomodasi dengan menggunakan Jamban Sehat Permanen (JSP), Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP), dan Sharing. Akan tetapi masih ada warga yang melakukan Open Defecation (OD) atau Buang Air Besar Sembarangan. Gambar 4.3 Proporsi Jenis Jamban di Kabupaten Wonogiri Tahun 2013
Sumber : Profil Kabupaten Wonogiri, Dinas Kesehatan, 2013 commit to user 3. Gambaran Umum Program PAMSIMAS II di Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Program
PAMSIMAS
II
secara
serentak
dilaksanakan
di
kabupaten/kota terpilih berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 79/KPTS/DC/2013 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/DC/2013 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sasaran Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Pelaksanaan Program PAMSIMAS II di tingkat kabupaten/kota secara langsung dibawah arahan Bupati/ Walikota. Di Kabupaten Wonogiri, dalam hal ini Bupati Wonogiri adalah sebagai penanggung jawab pelaksana program PAMSIMAS II. Secara operasional, Bupati dibantu oleh Pokja AMPL, DPMU, dan Satuan Kerja yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati. Dalam Surat Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 110 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Pokja AMPL diketuai oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Wonogiri. Selaku Penanggung Jawab Program PAMSIMAS II, dibentuklah Panitia Kemitraan sebagai unsur kelompok kerja pelaksana berdasarkan Keputusan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wonogiri Selaku Ketua Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Wonogiri Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pembentukan Panitia Kemitraan PAMSIMAS II Kabupaten Wonogiri Tahun 2013.
Tugas Panitia Kemitraan (PAKEM) antara lain sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 a. Membantu Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dalam mensosialisasikan PAMSIMAS kepada desa dan kecamatan; b. Melakukan seleksi dan verifikasi proposal desa/kelurahan; c. Menyususn daftar pendek (short list) desa sasaran PAMSIMAS berdasarkan hasil seleksi dan verifikasi proposal desa dan menyampaikan kepada Ketua Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan; d. Melakukan koordinasi dengan District Project Management Unit (DPMU) antara lain dalam hal : 1) Sinkronisasi rencana kerja tahunan (annual work plan) 2) Evaluasi Rencana Kerja Masyarakat 3) Evaluasi dan pelaporan kemajuan kegiatan dan keuangan pelaksanaan PAMSIMAS. e. Merekomendasikan perubahan kebijakan terkait perbaikan pengelolaan PAMSIMAS
kepada
Ketua
Kelompok
Kerja
Program
Nasional
Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan; f. Menyusun laporan evaluasi triwulan kemajuan kegiatan dan keuangan pelaksanaan PAMSIMAS untuk disampaikan kepada Ketua Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 g. Membantu Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dalam pembinaan penyelenggaraan PAMSIMAS, baik dalam tahap perencanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi. Tabel 4.1 DAFTAR PERSONIL PAKEM PAMSIMAS II KABUPATEN WONOGIRI No
Uraian
1
Ketua
2
Sekretaris
Unsur Kedinasan BAPPEDA Kabupaten Wonogiri DPU Kabupaten Wonogiri
Jabatan di Dinas Kasubid Kesra BAPPEDA Kabupaten Wonogiri Pelaksana Teknis Saluran Air Bersih pada Bidang Pemukiman dan Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum Kasi Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri Bapermas Kasubid Pemberdayaan Masyarakat 4 Anggota Kabupaten Bapermas Kabupaten Wonogiri Wonogiri Asosiasi BP SPAMS Ketua Asosiasi BP SPAMS 5 Anggota Kabupaten Kabupaten Wonogiri Wonogiri Asosiasi BP SPAMS Bendahara Asosiasi BP SPAMS 6 Anggota Kabupaten Kabupaten Wonogiri Wonogiri 7 Anggota Praktisi 8 Anggota LSM Persepsi 9 Anggota PT Deltomed Sumber : Monthly Report Juni 2014 District Coordinator Regional Oversight Management Services (ROMS)- 4 PAMSIMAS II Kabupaten Wonogiri 3
Anggota
Program PAMSIMAS II tahun 2014 di Kabupaten Wonogiri diberikan kepada 9 desa/kelurahan dengan rincian 6 desa/kelurahan didanai oleh APBN dan 3 desa/kelurahan didanai oleh APBD. Kelurahan Pagutan termasuk salah satu kelurahan yang didanai oleh APBN. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 4. Gambaran Umum Kelurahan Pagutan Kelurahan Pagutan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Terletak di 32 km arah barat dari ibukota Wonogiri, Kelurahan Pagutan berada pada jalur jalan Manyaran-Semin Gunung Kidul dan Cawas Klaten. Kelurahan Pagutan terdiri dari 12 lingkungan, yakni Tawangrejo, Trukan, Jenggotan, Tawangsari, Pagutan, Bogor, Ngasem, Ngepingan, Druju, Gunungmas, Bendo, dan Bakalan. Jumlah penduduk sebanyak 5537 jiwa dan 1381 KK. Klasifikasi penduduk dalam
Program
PAMSIMAS
II
disusun
berdasarkan
klasifikasi
kesejahteraan, serta akses sarana air minum dan sanitasi. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Berdasarkan Klasifikasi Kesejahteraan Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Lingkungan (KK) /RW Mene L P Jumlah Kaya Miskin Jumlah ngah Tawangrejo 250 240 490 29 50 24 102 Trukan 223 231 454 15 52 35 102 Jenggotan 324 341 665 55 74 25 154 Tawangsari 215 209 424 16 62 17 97 Pagutan 363 371 724 25 91 49 165 Bogor 222 249 471 21 50 57 28 Druju 76 71 147 7 23 14 44 Ngasem 216 216 432 19 31 51 101 Ngepingan 205 199 404 9 44 21 75 Gunungmas 230 243 473 10 67 43 119 Bendo 154 167 321 25 37 21 83 Bakalan 260 72 532 8 49 50 107 Total 2728 2809 5537 239 624 407 1278 Sumber : Rencana Kerja Masyarakat KKM Warih Mulyo Jumlah Penduduk (Jiwa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Akses terhadap Sarana Air Minum dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Identifikasi Masalah Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Awal Lingkungan /RW Penduduk Rumah Sarana Air Sarana (jiwa) Tangga (KK) Minum (KK) Sanitasi (KK) Tawangrejo 490 102 51 121 Trukan 454 102 51 101 Jenggotan 665 154 77 152 Tawangsari 424 97 49 70 Pagutan 724 165 50 78 Bogor 471 128 39 140 Druju 147 44 22 40 Ngasem 432 101 51 87 Ngepingan 404 76 38 143 Gunungmas 473 119 60 110 Bendo 321 83 65 99 Bakalan 532 107 54 100 Total 5537 1278 607 1241 Sumber : Rencana Kerja Masyarakat KKM Warih Mulyo Jumlah
Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa sepertiga dari jumlah penduduk di Kelurahan Pagutan masih berada di garis kemiskinan. Kemudian dalam hal akses pelayanan air minum, lebih dari separuh KK belum memiliki akses air minum. Mayoritas warga bermata pencaharian sebagai petani. Masa panen rata- rata dua kali dalam setahun. Terdapat aliran sungai dangkal yang digunakan warga sebagai irigasi, namun tidak dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan air minum. Kelurahan Pagutan merupakan daerah yang tidak teraliri jaringan PDAM. Terdapat beberapa riwayat sumber air minum yang pernah dimanfaatkan oleh warga antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 a. Sumur umum yang telah dimanfaatkan sejak tahun 1990. Akan tetapi pada musim kemarau tidak menghasilkan air. b. Sumber air Tawangsari, merupakan bantuan dari pemerintah kabupaten melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) (hanya berfungsi selama 1 tahun). c. Sumber air Gunungmas, merupakan bantuan dari pemerintah kabupaten melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). d. Sumber air minum yang dikelola swadaya oleh masyarakat secara berkelompok (hanya berfungsi selama 8 bulan) e. Bantuan air minum dalam tangki dari pemerintah Kabupaten Wonogiri pada saat musim kemarau (Sumber : KKM Warih Mulyo) B. HASIL PENELITIAN 1. Implementasi Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan, Kabupaten Wonogiri Pelaksanaan program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri didasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor. 36/KPTS/DC/2014 tentang Penetapan Desa/ Kelurahan Sasaran Program, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Tahun 2014 Tahap I. Pelaksanaan Program PAMSIMAS II dikoordinasi oleh Lurah Kelurahan Pagutan, bersama dengan lembaga kelurahan yang telah dibentuk sebelumnya, yakni Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang bernama KKM Warih Mulyo. KKM adalah organisasi masyarakat yang terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih desa/kelurahan yang bersangkutan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 demokratis,
partisipatif,
transparan,
akuntabel,
berbasis
nilai,
memperhatikan kesetaraan gender, keberpihakan kepada kelompok rentan dan terisolasi serta kelompok miskin. Peran KKM dalam implementasi program PAMSIMAS II adalah sebagai pengelola. KKM membawahi Satuan Pelaksana (Satlak) PAMSIMAS dan Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAMS). BP- SPAMS merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk mengelola pembangunan sarana air minum dan sanitasi di tingkat desa/kelurahan. BPSPAMS merupakan lembaga yang mewakili masyarakat dimana anggotanya berasal dan dipilih oleh semua lapisan masyarakat dengan berbasis pada nilai dan kualitas sifat kemanusiaan, selain kemampuan yang bersifat teknis. BP-SPAMS berperan dalam program mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengoperasian dan pemeliharaan, serta dukungan keberlanjutan kegiatan program. Disamping itu, pelaksanaan Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan didampingi oleh Fasilitator Masyarakat bidang teknik dan pemberdayaan. Implementasi Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan dilaksanakan dengan tahapantahapan sebagai berikut, yakni : 1.
Sosialisasi Tahap awal pelaksanaan program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan dilakukan dengan adanya sosialisasi. Sosialisasi awal dilakukan di tingkat kabupaten kepada Lurah, KKM, dan tokoh masyarakat seperti disampaikan oleh narasumber HB selaku Ketua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Panitia Kemitraan Program PAMSIMAS Kabupaten Wonogiri berikut ini, “Nah kemudian hasil dari sosialisasi di tingkat kabupaten itu kemudian kita lanjutkan ke desa yang ikut tersebut untuk kemudian disosialisasikan ke warga.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015) Di Kelurahan Pagutan, sosialisasi lanjut ditujukan kepada perwakilan beberapa lingkungan yang dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat dengan jumlah peserta sebanyak 12 orang. Terdapat dua orang fasilitator yang bertugas sejak bulan Mei 2014 sampai dengan Februari 2015. Bidang keahlian dari fasilitator tersebut adalah bidang teknik dan pemberdayaan masyarakat, sebagaimana disampaikan oleh narasumber Yl dan Yn berikut : “Mulai Mei 2014. Tugasnya kan pertama itu sosialisasi, terus menyusun PJM ProAKSI....Setelah menyusun PJM ProAKSI kita review PJM ProAKSI nya setelah itu kita buat dalam bentuk Rencana Kerja Masyarakat yang nantinya akan menjadi acuan untuk melaksanakan kegiatan. Pendampingan.” (Wawancara, Yn dan Yl, 23 Februari 2015) Sosialisasi yang dilakukan oleh fasilitator dilanjutkan dengan adanya penyusunan Rencana Kerja Masyarakat sebagai acuan pelaksanaan kegiatan lanjutan. Dalam pertemuan tersebut juga diputuskan bahwa lingkungan pelaksanaan Program PAMSIMAS II dilakukan
di
Lingkungan
Pagutan
dan
Bogor.
Kemudian
disosialisasikan dalam pertemuan rutin di masing- masing lingkungan. Pada awalnya, usulan dan keinginan warga untuk mengikuti program PAMSIMAS II diprakarsai oleh masyarakat lingkungan Pagutan RT 4
commit to kurangnya user RW 5. Hal ini dilatarbelakangi kecukupan air minum pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 musim kemarau, sehingga pada musim ini lingkungan Pagutan seringkali mendapatkan bantuan air dari pemerintah. Dengan demikian, dalam sosialisasi pun ditekankan bahwa program PAMSIMAS II ini merupakan usaha untuk mendapatkan air dengan kualitas dan kuantitas baik, disamping adanya komponen lain yakni perubahan perilaku. Hal ini disampaikan oleh narasumber S berikut, “Untuk sosialisasi pertama itu setelah Pagutan ini mengajukan proposal, dari bawah, dari lingkungan Pagutan RT 4 RW 5.... Dikarenakan di lingkungan Pautan di musim kemarau sangat kekurangan air, sehingga pada musim kemarau di Pagutan mendapatkan bantuan dari pihak- pihak terkait. Setelah proposal dinyatakan diterima dan mendapatkan dana, kemudian kita mengumpulkan warga, yaitu warga lingkungan Pagutan dan Bogor. Kemudian kita sosialisasikan ke masyarakat bersama ketua KKM, kemudian Satlak, Lurah Pagutan” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Berkenaan dengan sosialisasi, narasumber TW selaku warga di kelurahan Pagutan juga menyampaikan hal senada, bahwa sosialisasi dilakukan dalam pertemuan- pertemuan yang dilakukan sejak pembuatan proposal berikut ini : “Sejak awal saat mau bikin proposal diajak kumpul. Dikasih tahu, ini kita kekurangan air, mau nggak bikin proposal untuk mengajukan bantuan. Kemudain pas udah cair dananya, kita dikumpulkan lagi. Jadi sering rapat seperti itu. Saya juga ikut, ini semua orang se-desa yang mau menggunakan PAMSIMAS diundang.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Hal ini diperkuat oleh narasumber M selaku warga di Kelurahan Pagutan, bahwa sosialisasi dilakukan di rumah narasumber N selaku pengelola Program PAMSIMAS II. Masyarakat di Lingkungan Pagutan terlibat semua dalam sosialisasi yang dilakukan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 pengelola Program PAMSIMAS II. Dalam sosialisasi tersebut masyarakat ditawarkan untuk ikut serta dalam pelaksanaan program PAMSIMAS II, terutama yang belum memiliki akses terhadap air minum. “Perkumpulan maksudnya ? Ada, dirumah Bu N.... Sama pengurusnya PAMSIMAS.... Banyak banget Mbak, se lingkungan Pagutan....Ya yang mau ikut PAMSIMAS ditawarkan. Banyak yang ikut Mbak, terutama yang belum punya air....” (Wawancara, M, 12 Maret 2015) Dalam sosialisasi tersebut juga disampaikan bahwa dana yang didapatkan melalui program PAMSIMAS diperoleh dari APBN. Saat pengajuan, Kelurahan Pagutan mengajukan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebesar dua ratus juta rupiah, dan swadaya yang dikeluarkan sebesar lima puluh juta rupiah. Kisaran dana yang diajukan tersebut sesuai dengan dana yang turun kepada masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh narasumber Yl, “Kalau untuk Desa Pagutan saat proposal itu mengajukan 250 juta. Itu kan ada yang dari in cash dan BLM nya kan ? BLM nya turun 200 juta” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015) Dengan rencana jumlah dana tersebut masyarakat harus menyediakan swadaya dengan rincian in cash sebesar sepuluh juta rupiah dan in kind empat puluh juta rupiah, sebagaimana disampaikan oleh narasumber S berikut ini : “Dalam musyawarah itu kita menjelaskan mengenai Program PAMSIMAS itu dari APBN mendapatkan anggaran yaitu sebesar 200 juta, kemudian swadaya dari masyarakat, in cash itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 10 juta dan in kind 40 juta. Jadi kita mempertanggungjawabkan SPJ nya sejumlah 250 juta.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Hal senada juga disampaikan oleh narasumber TW bahwa in cash yang disediakan oleh warga merupkan simpanan warga dalam perkumpulan RT, yang ditujukan sebagai pendukung kegiatankegiatan yang bersifat swadaya. “Kalau in cash nya itu kalau nggak salah 10 juta ya, yang disediakan oleh desa kan desa punya simpanan- simpanan seperti kegiatan koperasi dan bisa dipakai....Jadi uang itu digunakan untuk kegiatan- kegiatan yang sifatnya swadaya. Kemarin juga dijelaskan kalau in kind nya 50 juta atau 40 juta gitu. Ya dengar- dengar seperti itu.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015, 9(12)) Dengan demikian, dari 293 KK di Lingkungan Pagutan dan Lingkungan Bogor, setiap KK rata- rata berkontribusi sebanyak Rp. 34.000,00 (Rencana Kerja Masyarakat Warih Mulyo, 2014). Dukungan dana swadaya masyarakat tersebut dimaksudkan sebagai upaya pencairan dana BLM yang dilaksanakan secara bertahap. Pengumpulan kontribusi masyarakat dilaksanakan pada Bulan Mei 2014. Kemudian in kind yang disediakan masyarakat berupa material dan kerja bakti bagi masyarakat di dua lingkungan, yakni Pagutan dan Bogor. 2.
Pelaksanaan Kegiatan Pokok Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan terdiri dari tiga jenis kegiatan pokok, yakni pelatihan, pembanguanan sarana air minum dan sanitasi sekolah, serta promosi perubahan perilaku dan higiene sanitasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 a. Pelatihan Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa program PAMSIMAS II dilaksanakan secara kolaboratif antar SKPD yang bekerja sesuai dengan satuan tugas masing- masing. Pelatihan diujukan kepada pengelola program PAMSIMAS II yang terdiri beberapa aspek, antara lain aspek teknik, administrasi, dan perubahan perilaku, seperti yang disampaikan oleh narasumber TW berikut: “Kalau untuk warga kan nggak semua dikasih tahu, itu khusus untuk pengurus. Mungkin administrasi ya saya nggak tahu. Saya tidak termasuk pengurus, hanya anggota ikut pasang PAMSIMAS. Biasanya kalau di masyarakat yang dilatih ya hanya pengurus- pengurusnya. Sering juga didatangi, jadi banyak orang yang berdatangan ke tempatnya Pak S.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Dari aspek teknik, pelatihan dilaksanakan oleh DPU Kabupaten Wonogiri dan fasilitator bidang teknik. Pelatihan pembangunan fisik tersebut meliputi teknis pembuatan sumur bor, bak penampungan, pembuatan jaringan. Meskipun di dalam petunjuk teknis telah ada skema yang jelas, masyarakat masih memerlukan pendampingan dan pengawasan. Hal ini diungkapkan oleh narasumber W sebagai berikut: “Sebelum pelaksanaan diadakan pelatihan. Baik teknis maupun administrasi. Teknis pelaksanaan bagaimana membuat sumur bor, membuat menara air, bagaimana memasang jaringan, meskipun sudah di gambar, kadangkadang pelaksanaannya juga perlu pengawasan. Kalau yang untuk laporan- laporan juga sendiri. Jadi nanti ada pelatihan administrasi dan teknik, meliputi pembangunan fisiknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 kemudian administrasi pertanggungjawaban.” (Wawancara, W, 18 Desember 2014) Kemudian
dari
aspek
administrasi,
pembinaan
dan
pembimbingan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pelaku untuk mengelola administrasi, baik administrasi rutin maupun keuangan. Pelatihan dari aspek administrasi dilakukan oleh BAPERMAS. Hal ini diungkapkan oleh narasumber E, “Kemudian untuk peningkatan kapasitas para pelaku, para pengelola, jadi ada pembimbingan kita untuk administrasi, baik administrasi yang rutin maupun administrasi keuangan.” (Wawancara, E, 18 Desember 2014). Hal yang sama juga diungkapkan oleh narasumber N selaku pengelola Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan bahwa pelatihan dilakukan di tingkat kabupaten berikut ini: “Anu Mbak, disini ini karena sangat tinggi pada mengenai mendapatkan air, ya sifatnya kerja sosial. Hanya kadangkadang kalau diadakan pelatihan- pelatihan, tiap orang mendapat transport 50 ribu. Itu sudah ada anggaran untuk pelatihan dari kabupaten.” (Wawancara, N, 23 Februari 2015) Kemudian dari aspek perubahan perilaku, Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri membarikan pelatihan- pelatihan kepada petugas sanitasi, bidan desa, dan kader- kader kesehatan. Diharapkan dengan adanya pelatihan tersebut, mereka dapat memahamkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, terutama Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci
commit to user Tangan Pakai Sabun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 “Kemudaian nanti monitoringnya petugas sanitasi. Nah ini yang melaksanakan adalah petugas sanitasi, bidan desa, dan kader yang sudah dilatih. Bisa dari kabupaten, bisa dari puskesmas. Dari puskesmas ini kan sanitarian kita latih disini, bidan desa juga kita latih. Kemudian mereka akan mentransfer ilmu itu ke kader-kader mereka dan mereka akan bersamasama mengadakan peninjauan dengan menggunakan metode CLTS tadi ke dusun- dusun yang berpotensi banyak melakukan BABS.” (Wawancara, SP, 18 Desember 2014) Dalam dokumen Profil Desa PAMSIMAS 2014, pelatihan yang diterima oleh masyarakat Kelurahan Pagutan digambarkan dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Pelatihan di Tingkat Masyarakat Kelurahan Pagutan Pelatihan Pelatihan Teknik SAM dan SAN Jumlah cakupan peserta 5 Jiwa Jumlah perempuan 4 Jiwa Pelatihan Administrasi Keuangan Jumlah cakupan peserta 4 Jiwa Jumlah perempuan 3 Jiwa Pelatihan Promosi Kesehatan Jumlah cakupan peserta 10 Jiwa Jumlah perempuan 6 Jiwa Pelatihan Pengoperasian dan Pemeliharaan SPAM Jumlah cakupan peserta 10 Jiwa Jumlah perempuan 4 Jiwa Sumber : Profil Desa PAMSIMAS 2014 Kelurahan Pagutan b. Pembangunan Sarana Air Minum di Masyarakat dan Sanitasi Sekolah. Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kelurahan Pagutan dilaksanakan setelah diturunkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) APBN. Mekanisme pencairan dana Bantuan Langsungcommit Masyarakat to user(BLM) dilakukan melalui Kantor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), seperti disampaikan oleh narasumber HB berikut ini : “Biasanya yang terjadi kemarin ya kalau sudah ada DIPA nya. Kan kita nunggu DIPA nya. Kan ada ketentuanketentuannya, misalnya ada pembukaan rekeningnya, membuat tim- tim nya yang di desa itu, RAB nya, dan persyaratan yang lain. Kalau APBN dananya lewat Kantor Perbendaharaan Negara. .Kalau itu dalam 3 tahap. Begitu uang cair, itu harus dibelanjakan sesuai dengan rencana. Secara detail untuk pelelangannya untuk pengadaan pipanya, pengadaan pembuatan sumur bor nya, itu kan lelang mbak. Lelang kepada pihak ketiga.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015 Pencairan ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Di Kelurahan Pagutan pencairan BLM tahap I pada bulan Agustus 2014 sebesar Rp. 40.000.000,00; tahap II bulan September sebesar Rp. 80.000.000,00; dan tahap III bulan Oktober sebesar Rp. 80.000.000,00. Pencairan dana BLM di Kelurahan Pagutan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Hal ini diungkapkan oleh narasumber Yl, “Kalau Pagutan itu kebetulan DIPA nya nggak ada masalah. Cairnya. Kalau yang di Jaten dan Tambakmerang itu November baru turun DIPA nya.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015). Opsi
yang
dipilih
oleh
Kelurahan
Pagutan
dalam
pembangunan SPAM adalah perluasan, yakni pembangunan SPAM baru. Berdasarkan kondisi geografis yang dimiliki Kelurahan Pagutan serta riwayat sumber air terdahulu, pembangunan SPAM dibuat dengan sistem sumur bor dalam dengan perpipaan. Sistem commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 ini merupakan pengeboran dengan kedalaman 100 meter yang dilakukan dengan menggunakan mesin dan peralatan bor yang memadai, dan pengambilan air melalui sambungan perpipaan. Setelah dana BLM cair pada tahap I, selanjutnya diikuti dengan pengeboran yang dilakukan selama 15 hari. Pengeboran dilakukan oleh jasa pengeboran yang berupa CV di Klaten yang telah memiliki izin resmi. Pemilihan jasa pengeboran ini dilakukan dengan berbegai pertimbangan, salah satunya keterjangkauan biaya. Namun demikian, dalam memilih jasa pengeboran, terdapat arahan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri yang telah membuat daftar jasa pengeboran yang memiliki track record yang baik serta buruk, sehingga pengelola dapat memilih jasa pengeboran
yang
sesuai,
sebagaimana
diungkapkan
oleh
narasumber S berikut : “Kalau untuk pengeboran ya kita cari kontraktor sumur mbak, itu sudah ada arahan dari DPU mana saja kontraktor yang bisa dipakai, yang perlu dihindari. Gitu. Memang pada tahun sebelumnya kontraktornya diadakan dari DPU.” (Wawancara, S, 26 April 2015) Titik pengeboran dicari dengan teknologi geolistrik yang dimiliki oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral kabupaten Wonogiri. Penemuan titik bor berada di dua titik. Keduanya samasama diperkirakan terdapat sumber air, akan tetapi dipilih yang lebih besar sumbernya. Air ditemukan di kedalaman 100 meter dan dinilai baik untuk dikonsumsi. Kualitas air yang dihasilkan dijuji commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 melalui
laboratorium
di
Dinas
Kesehatan,
sebagaimana
disampaikan oleh narasumber SP berikut, “Kualitas airnya harus memenuhi syaratnya fisika, biologi. Ya nanti harus dicek ke laboratorium kesehatan disini.” (Wawancara, SP, 18 Desember 2014). Hal senada juga disampaikan oleh narasumber E berikut ini : “Kualitas air itu harus dipantau secara berkala. Kan ada lab nya, lab di Dinas Kesehatan itu mestinya sekarang BPSPAM ini ngecek air yang mereka kelola itu bagaimana kualitasnya. Sehingga mereka tahu kalau ada penurunan kualitas. Nanti kan ada intervensi yang dilakukan oleh Dinas.” (Wawancara, 18 Desember 2014) Debit yang dihasilkan dari sumur pompa tersebut sebesar 1,8 meter kubik per detik dengan pompa yang berukuran 2 PK, sehingga selama 3 jam bak penampungan sudah terpenuhi. Pengeboran sampai mendapatkan titik air menghabiskan dana sebesar Rp. 45.550.000,00. Lahan yang digunakan untuk rumah panel dan penampungan air menggunakan lahan yang telah dihibahkan oleh warga setempat dengan rincian, rumah panel diperlukan lahan seluas 2x2 meter persegi, sedangkan untuk bak penampungan dengan luas yang sama ditambah jalan sebesar 1,5x20 meter persegi. Bak penampungan yang dibangun berukuran 2x2x3 meter kubik yang mampu memuat air kurang lebih 12 meter kubik. Hal ini disampaikan oleh narasumber S sebagai berikut : “Setelah di bor selama 15 hari, dengan kedalaman 100 meter itu sudah mendapatkan air yang baik. Setelah itu kemudian to membuat user sumur sudah commit jadi, kita bak, kalau bak itu waktunya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 kurang lebih satu bulan dengan ukuran 2x2x3 memuat air kurang lebih 12 meter kubik.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh narasumber N sebagai berikut : “Pengeboran itu dari Klaten... Itu jasa pengeboran yang berupa CV Mbak. Kan harus ada izin, tidak semua pengeboran bisa, harus ada surat izinnya dan sudah berpengalaman....Untuk sumur itu sekitar 45,55 juta.... Debite 1,8. Itu termasuknya besar. Sebab ini menggunakan pompanya 2 PK. Ukuran mesinnya 2 PK. Jadi selama 3 jam bisa memenuhi bak.” (Wawancara, N, 23 Februari 2015) Setelah selesai pembangunan bak penampungan, dilakukan pemasangan pipa- pipa dari bak penampungan, melewati Lingkungan Pagutan, kemudian sampai ke Lingkungan Bogor dengan panjang kurang lebih 2800 meter. Setelah pipa utama terpasang, dilakukan pemasangan jaringan Sambungan Rumah (SR). Sampai pada saat peneliti survei lapangan, SR yang sudah terpasang baru 13 unit. Karena itulah, ketersediaan air masih cukup baik. Akan tetapi menurut narasumber S akan ada peningkatan jumlah pemasang SR pada bulan- bulan April dan Mei 2015. “Setelah selesai bak, kemudian diadakan pemasangan pralonpralon dari bak tadi sampai daerah Bogor kurang lebih panjangnya 2800 meter. Setelah pralon terpasang, kemudian kita pindah kepada SR, Sambungan Rumah....Kemudian untuk PAMSIMAS ini sampai saat ini masih cukup baik, airnya baik dan mencukupi karena baru 13 SR. Tapi disini biasanya nanti pada bulan April, Mei, biasanya pada berlomba- lomba pasang, karena pada bulan April sampai Desember akan sangat kekurangan air.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Narasumber D sebagai salah satu warga Lingkungan Pagutan juga mengungkapkan bahwa pemakai sambungan dari PAMSIMAS masih tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan saat sumur dan bak penampungan selesai dibangun, kebutuhan masyarakat akan air masih tercukupi lantaran saat musim penghujan, sumur dan sumber lain masih berfungsi. “Iya, baru sedikit. Soalnya ya sudah ada yang dapat air dari Gunungmas dan Tawangsari. Tapi ya pas musim kemarau kering airnya. Itu sekitar 2 bulan. Kalau sudah begitu ya bingung.” (Wawancara, D, 12 Maret 2015) Pemasangan SR pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret dikenakan biaya pemasangan Rp. 750.000,00. Dari jumlah tersebut, untuk biaya operasional sebesar Rp. 350.000,00 dan sisanya sebesar Rp. 400.000,00 dikumpulkan jika sewaktu- waktu ada uang yang cukup, akan diusahakan untuk membuat sumur cadangan. Kemudian untuk penentuan tarif dilakukan musyawarah dengan
pemanfaat
SPAM
dari
PAMSIMAS.
Dari
hasil
musyawarah tersebut dihasilkan kesepakatan harga per meter kubik sebesar Rp. 2.000,00 ditambah biaya perawatan sebesar Rp. 3.000,00 sebagaimana disampaikan oleh narasumber S berikut : “Disamping itu kan kita pasang itu 750, untuk biaya operasionalnya 350, mempunyai sisa 400. Nah, 400 itu kita kumpulkan, sewaktu- waktu nanti mendapatkan uang yang cukup untuk membuat sumur lagi kita usahakan untuk membuat.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Hal ini didukung oleh pernyataan Narasumber TW bahwa harga pemasangan dan biaya bulanan dianggap lebih murah dibandingkan sumber air yang lain berikut ini : “Itu termasuknya murah. Dulu kan ada bantuan untuk peneboran, tapi di desa sebelah. Harganya 1.300.000,00 pasangnya. Tapi baru 3 bulan udah nggak nyukupi airnya.... Memang bulanannya mbayar, tapi tarifnya lebih murah dari PDAM. Per meternya dua ribu rupiah. Tapi untuk pemakaian awal ini didiskon 2 meter, ini baru bayar sekali.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Pada bulan Februari 2015, SPAM yang telah selesai dibangun diserahkan kepada Kelurahan Pagutan, dalam hal ini diserahkan kepada BP-SPAMS. Pengelolaan SPAM oleh BP-SPAMS ini mengacu pada pengelolaan yang telah ditentukan oleh PAMSIMAS dan masih didampingi oleh Tim PAMSIMAS tingkat kabupaten. Pelaporan kepada masyarakat pengguna dilakukan setiap bulan, sedangkan kepada pihak- pihak terkait seperti Lurah dan Asosiasi BP-SPAMS di tingkat Kabupaten dilakukan setiap tiga bulan. Disamping pembangunan SPAM di untuk masyarakat, dibangun juga sarana sanitasi untuk sekolah. Narasumber W menyatakan bahwa sanitasi sekolah selalu diperhatikan ketika desa atau kelurahan tersebut melaksanakan Program PAMSIMAS. “Setiap ada pamsimas disitu, sanitasi sekolahnya kita perhatikan. SD, TK nggak. Jadi mulai dari SD, kita mendidik anak- anak untu Cuci tangan sebelum makan, Cuci tangan setelah kegiatan. Jadi membiasakan itu. Jadi setiap ada pembangunan Pamsimas disitu, pasti ada SD yang dibangun sanitasinya. Jadi sanitasi sekolah itu berupa cuci tangan bisa, yang tidak punya WC ya dibangun, kemudian tempat user anak yang seusia itu Untuk bisa sampah. Kitacommit melatihtoanak-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 buang sampah, dan buang air besar pada tempatnya. Itu melengkapi.” (Wawancara, W, 28 Agustus 2014) Dalam program PAMSIMAS di Kelurahan Pagutan, sarana sanitasi dibangun di SDN I Pagutan. Sarana sanitasi yang dibangun di setiap SD adalah tiga unit wastafel dan 1 unit kamar mandi. Tujaunnya agar anak- anak terbiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan pada akhirnya bisa menjadi kebiasaan di dalam keluarga. Secara tidak langsung hal ini akan mengubah perilaku orang tua mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh narasumber S berikut: “Pemicuan dilaksanakan oleh PAMSIMAS, dari pihak- pihak dinas itu bekerjasama dengan kelurahan kemudian disamping itu PAMSIMAS juga melaksanakan sendiri ke dua SD yaitu ke SDN Pagutan I dan SDN Pagutan II. SDN Pagutan I juga menerima PAMSIMAS berupa sanitasi sekolah.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) c. Promosi Perubahan Perilaku dan Hygiene Sanitasi Bersamaan dengan pembangunan SPAM, dilakukan promosi perubahan perilaku dan hygiene sanitasi, dengan melakukan kampanye Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang dilakukan oleh sanitarian desa dan kader- kader kesehatan di desa. “Kesehatan berperan di perubahan perilaku. Di dalam program PAMSIMAS, itu kan nanti harapannya setelah masyarakat itu dulu sulit air, sekarang air itu tersedia, ya perilakunya juga harus berubah. Perilaku apa, perilaku terutama yang hubungannya dengan sanitasi. Karena sanitasi ini kan akan menurunkan penyakit- penyakit berbasis lingkungan.” (Wawancara, SP, 18 Desember 2014) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Pada kegiatan pemicuan ini, metode yang digunakan adalah Community Leads Total Sanitation (CLTS). Metode ini merupakan salah satu metode untuk mengubah perilaku masyarakat dengan cara tidak hanya disampaikan melalui penyuluhan, akan tetapi dengan lebih banyak menggali permasalahan kesehatan kepada masyarakat agar mereka sadar dengan sendirinya bahwa kesehatan sangat penting dan diperlukan perilaku yang lebih baik, seperti tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan menggunakan sabun, dan sebagainya. Namun demikian, substansi dasar dalam perubahan perilaku harus terpenuhi terlebih dahulu, yakni adanya air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, seperti diungkapkan oleh narasumber E berikut : “Kualitas kesehatan diukur dari salah satunya adalah kualitas air bersih kan. Jadi kan dalam komponen B Pamsimas itu ada kontribusi Dinas Kesehatan yang jelas nomor satu kualitas air. Yang kedua aspek perilaku penggunaan airnya, iya tho, misalnya contoh kecil kampanye untuk cuci tangan pakai sabun, itu substansi dasarnya harus ada air dulu, kalau nggak ada air nggak bisa. Kemudian perilaku BAB” (Wawancara, E, 18 Desember 2014) Pernyataan diatas juga disampaikan lagi oleh narasumber TW bahwa promosi kesehatan dilakukan oleh bidan dalam pertemuan PKK di RT mengenai Stop BABS dan perilaku hidup sehat. “Bidan Mbak, yang di kelurahan itu mengadakan sosialisasi tentang kesehatan. Kemudian juga pas pertemuan ibu- ibu di RT. Ya didatangi dari kelurahan. Menjelaskan tentang Stop commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 BABS. Setelah ada PAMSIMAS, harus hidup sehat. Seperti itu yang disampaikan.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Disamping itu, narasumber D juga menyatakan bahwa sosialisasi Stop BABS dan CTPS dilakukan dalam pertemuan PKK yang diberikan oleh pegawai dari PUSKESMAS. Selain itu, juga terdapat kader kesehatan yang sering mengingatkan masyarakat untuk menjaga kebersihan, “Ada. Di rumahnya Pak RT waktu tanggal 16, pas arisan PKK.... Pegawai dari Kesehatan Mbak.... Ya mengarahkan teman- teman untuk bersih- bersih setiap hari Minggu.” (Wawancara, D, 12 Maret 2015). Pemicuan Stop Buang Air Besar Sembarangan pada dasarnya adalah mengubah perilaku masyarakat agar tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Apabila belum mampu membuat jamban yang sehat, masyarakat bisa menumpang di rumah tetangga atau saudara yang telah memiliki jamban. Atau membangun Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP) atau yang biasa disebut jamban cemplong. Namun penggunaan JSSP ini juga harus memenuhi aturan, yakni selalu ditutup setelah digunakan. Hal ini disampaikan oleh narasumber SP sebagai berikut : “Jadi Stop Buang Air Besar Sembarangan ini tidak memang harus mbangun jamban sehat yang permanen. Nggak. Sing penting perilakunya dulu kita dorong Nah, tugas kita itu, mengubah perilaku itu, ya. Jadi bisa ke jamban sehat permanen ,JSP, jamban sehat semi permanen yang cemplong tadi, atau paling tidak nunut..”(Wawancara, SP, 18 Desember 2014)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Saat Identifikasi Masalah, permasalahan yang ada berkaitan dengan sanitasi dan perilaku kesehatan adalah kurangnya sumber air bersih, kebiasaan masyarakat yang BABS, kemiskinan, serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan. Di Lingkungan Pagutan dan Bogor sebelum dilaksanakan program PAMSIMAS II ada beberapa warga masyarakat yang belum memiliki jamban. Setelah dilakukan pemicuan, ada beberapa warga yang sudah membangun jamban sederhana (cemplong) dikarenakan ketidakmampuan keuangan, berdasarkan paparan dari narasumber N sebagai berikut : “Sebenarnya masyarakat sini sangat antusias Mbak, cuma tinggal beberapa orang saja, tetapi jambanya yang anu, jamban cemplong itu lho. Kalau untuk yang BAB Sembarang tempat sudah nggak ada. Itu kan PAMSIMAS kan terkaitnya itu, Stop BABS.” (Wawancara, N, 23 Februari 2015) Setelah adanya pemicuan perubahan perilaku atau promosi kesehatan, menurut narasumber D saat ini masyarakat di Lingkungan Pagutan sudah tidak ada yang BABS, “Mmm, sudah nggak ada Mbak, tapi nunut.” (Wawancara, D, 12 Maret 2015). Disamping itu, narasumber TW juga menyatakan bahwa mayoritas warga memiliki dua jenis jamban, yakni jamban leher angsa/guyur dan jamban cemplong. Hal ini sebagai antisipasi saat mengalami musim kemarau. Biasanya saat musim penghujan, jamban yang digunakan adalah jamban leher angsa, dan saat musim kemarau menggunakan jamban cemplong. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 “Jadi kita punya WC dua, yang cemplung sama yang guyur. Kalau musim hujan gini kan ada air, kalau kemarau ya kita WC nya cemplung itu. Tapi ya ditutup Mbak. Kebanyakan begitu. Ya punya WC guyur kalau pas ada air. Kalau ada tamu ya kita ambil airnya jauh. Misal besok ada tamu, ya hari ini sudah ambil air.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Hal ini dikonfirmasi penulis melalui narasumber Yl bahwa informasi terakhir yang telah diterima beliau, 100% masyarakat sudah memiliki jamban. “Kalau disana sih prinsipnya semua rata- rata sudah punya. Artinya hanya beberapa orang saja yang belum. Dengan adanya program PAMSIMAS ini dari pihak desa juga bergerak. Memang untuk program PAMSIMAS ini kan nggak ada alokasi jamban, ini kan nggak ada. Hanya sanitasi sekolah. Itu mungkin dari pihak desa juga bergerak, dan terakhir informasi yang saya terima sekarang masyarakat sudah 100% sudah punya jamban.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015) Salah satu media promosi kesehatan yang dibuat oleh KKM Warih Mulyo Kelurahan Pagutan adalah poster yang dipasang di pinggir jalan dekat bak penampungan PAMSIMAS dengan tulisan “PENGEN SEHAT BROO OJO E’EK SEMBARANGAN KARNA SEHAT ITU NIKMAT” dengan latar gambar Presiden Joko Wododo dan Tugu Monas disertai logo dari berbagai kementerian terkait dalam program PAMSIMAS. Disamping itu setiap rumah diberikan stiker dengan tulisan “RUMAH TANGGA YANG SEHAT MARI BUDAYAKAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT” didukung dengan empat buah gambar berkenaan dengan Cuci Tangan Pakai Sabun, Penggunaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Air Bersih, Penggunaan Jamban, dan Pengendalian Lalat. Kemudian ada pula stiker yang bertuliskan “KAMI MEMILIKI JAMBAN SEHAT SUDAHKAN ANDA SEPERTI KAMI ???” dengan latar gambar jamban leher angsa. Dalam pelaksanaan kegiatan pokok, 80% realisasi dana digunakan dalam pembangunan sarana air minum, yakni pembuatan sumur bor, rumah panel, perpipaan, dan bak penampungan. Sisanya digunakan dalam kegiatan pembangunan sarana sanitasi sekolah, promosi kesehatan, pelatihan masyarakat, dan BOP KKM. Tabel 4.5. Realisasi Dana BLM dan Swadaya Masyarakat PAMSIMAS II Kelurahan Pagutan No 1 2 3 4 5
Kegiatan Realisasi Sarana Air Minum Rp. 212.144.000,00 Sarana Sanitasi Rp. 15.356.000,00 Promosi Kesehatan Rp. 8.000.000,00 Pelatihan Masyarakat Rp. 5.000.000,00 BOP KKM Rp. 9.000.000,00 Rp. 250.000.000,00 Nilai Usulan Kegiatan Sumber : Profile Desa PAMSIMAS 2014 Kelurahan Pagutan Pada pelaksanaan kegiatan pokok ini, komponen program yang telah terlaksana antara lain : a. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan daerah, ditunjukkan dengan adanya pelibatan masyarakat dalam kegiatan serta adanya lembaga- lembaga pelaksana seperti Satuan
commit to user Pelaksana dan BP-SPAMS.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 b. Peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi, ditunjukkan dengan adanya kegiatan promosi perubahan perilaku hidup bersih dan sehat guna membiasakan Stop Buang Air besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun. c. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum, ditunjukkan dengan dibangunnya SPAM berupa sumur bor dalam yang dialirkan dengan sistem perpipaan, serta dibangunnya sanitasi sekolah berupa kamar mandi dan wastafel. 3.
Pemantauan dan Pelaporan Selama pelaksanaan program PAMSIMAS II di dilakukan pemantauan dan pelaporan berbasis Sistem Informasi Manajemen (SIM). Pelaporan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah ada. Pelaporan di tingkat kabupaten dikelola oleh DPMU. Kemudian Fasilitator Masyarakat juga bertugas memasukkan data perkembangan kegiatan di Kelurahan Pagutan melalui website www.pamsimas.org berkenaan dengan pembangunan fisik, promosi kesehatan, dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat, sehingga setiap orang dapat memantau sejauh mana pelaksanaan program
PAMSIMAS
di
tingkat
masyarakat,
seperti
yang
disampaikan oleh narasumber HB berikut : “Pelaporan saat pelaksanaan program kan sudah ada Juklaknya. Kalau di tingkat Kabupaten yang mengelola DPMU di DPU. Kemudian dibantu oleh fasilitator, kan sudah ada website nya kan, perkembangannya dapat commit to userdilihat disana.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Pelaporan di SIM disertai dengan gambar dalam tiga tahap, yakni pekerjaan 0%, 50%, dan 100%. Selain pelaporan melalui SIM, Fasilitator Masyarakat membuat laporan individu yang ditujukan kepada Satuan Kerja PKPAM Provinsi, dikarenakan ada keterikatan kontrak. “Kalau kita ada yang namanya laporan individu. Laporan individu itu ditujukan kepada Satker PKPAM Provinsi. Karena kita memang terikat kontraknya disana. Dan untuk DC dan DPMU di Kabupaten mengetahui..” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015) Disamping itu, dalam mengakomodasi keberlanjutan, Tim PAMSIMAS di tingkat provinsi memberikan pendampingan lanjut dengan
menurunkan
Fasilitator
Keberlanjutan,
seperti
yang
disampaikan narasumber W berikut: “Pasca Program ya? Jadi ini tugasnya BPSPAMS. Jadi badan Pengelola Sarana Air Minum dan Sanitasi. Udah ada, udah ada lembaganya. Itu sudah dibentuk. Disamping itu juga ada Fasilitator Keberlanjutan yang nanti akan memantau lokasi pasca program.” (Wawancara, W, 18 Desember 2014) Hal yang sama juga disampaikan oleh narasumber Yl, bahwa saat ini ia hanya bertugas sebagai fasilitator teknik yang memfasilitasi desa/kelurahan Program PAMSIMAS baru setiap tahunnya, “Nggak, tapi fasilitator keberlanjutan. Setelah ke BP-SPAMS nanti lanjut ke situ.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015). Fasilitator Keberlanjutan merupkan tenaga pendamping yang mempunyai fokus melakukan pendampingan (fasilitasi), advokasi, dan peningkatan kapasitas pelaku
commit to user AMPL di tingkat kabupaten dan desa/kelurahan dalam rangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 memastikan keberlanjutan program setelah selesai pembangunan. Pada tahap ini, komponen kelima, yakni dukungan manajemen pelaksanaan
program
ditunjukkan
dengan
adanya
fasilitasi
keberlanjutan yang bertujuan meningkatkan kapasitas pengelola BPSPAMS agar dapat berjalan dengan baik. 2. Faktor-
faktor
yang
Mempengaruhi
Implementasi
Program
PAMSIMAS di Kelurahan Pagutan, Kabupaten Wonogiri Implementasi Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan di pengaruhi oleh beberapa faktor. Secara khusus, faktor- faktor pendukung maupun penghambat implementasi program dapat dianalisis dari variabelvariabel berikut : a. Sumberdaya Implementasi Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan didukung oleh sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, dan material. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, swadaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam Program PAMSIMAS berupa in kind dan in cash. Hal ini disampaikan oleh narasumber S, “Kemudian untuk in cash itu kita menarik kepada masyarakat, kemudian in kind nya itu berupa material dan kerja bakti bagi masyarakat lingkungan Pagutan dan Bogor.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Dalam dokumen Rencana Kerja Masyarakat KKM Warih Mulyo, terdapat 273 KK dari Lingkungan Pagutan dan Lingkungan Bogor yang
commit to user menandatangani kesepakatan untuk mengeluarkan kontribusi sebesar Rp.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 34.000,00. Namun pada pelaksanaanya, kontribusi tersebut diambil dari iuran warga yang biasa digunakan untuk kegiatan keswadayaan masyarakat. Kemudian swadaya masyarakat dalam bentuk in kind dikeluarkan dalam bentuk sumbangan tenaga maupun material bangunan. Kontribusi tenaga yang disanggupi masyarakat antara lain: pembersihan lapangan, pembuatan rumah panel, pemasangan batu bata, pekerjaan plesteran, kolom dan bak ring, pengecatan, galian, urugan, pemasangan pipa, pengurugan. Kontribusi material bangunan yang disanggupi warga berupa pengadaan pasir beton, semen, paku biasa, kayu begesting, pasir urug. Disamping itu, ada dua orang warga yang menghibahkan lahannya untuk pembangunan bak penampungan dan rumah panel (Rencana Kerja Masyarakat KKM Warih Mulyo, 2014) Berkenaan dengan hibah tanah untuk pembangunan rumah panel dan bak penampungan, narasumber S mmenyampaikan hal berikut : “Itu lahan dari warga disini untuk dihibahkan kepada PAMSIMAS, yaitu pertama milik W itu tempat sumurnya, kemudian bak nya milik AS. Jadi kita memerlukan dua lokasi.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Program PAMSIMAS di Kelurahan Pagutan dikoordinasi oleh Lurah dan dibantu oleh KKM Warih Mulyo. Anggota KKM Warih Mulyo terdiri dari koordinator dan 4 anggota. KKM membawahi Satuan Pelaksana yang diketuai oleh narasumber S. Di bawah Satuan Pelaksana terdapat beberapa unit antara lain Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang
commit to user beranggotakan 4 orang, Unit Kerja teknik (UKT) yang beranggotakan 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 orang, Unit Kerja Kesehatan (UKK) yang beranggotakan 5 orang, dan Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yang beranggotakan 4 orang. Jumlah total pengelola KKM Warih Mulyo adalah 22 orang (Rencana Kerja Masyarakat Kelurahan Pagutan). Lembaga- lmbaga itulah yang menjadi panjang tangan masyarakat untuk bekerjasama dengan Tim PAMSIMAS II kabupaten. Implementasi program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan didukung pula oleh ketersediaan sumber daya pelaksana di tataran birokrasi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, implementor program PAMSIMAS merupakan kolaborasi antar SKPD yang berada dalam naungan Kelompok Kerja Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, sehingga masing- masing SKPD memiliki keahlian di bidangnya masing- masing untuk mendampingi pengelola PAMSIMAS II di desa/kelurahan. Dalam pelaksanaan tugasnya, setiap SKPD diberikan biaya operasional dari APBD sebagai sarana penunjang terlaksananya tugas dan fungsi masing- masing dalam program PAMSIMAS II. Hal tersebut diungkapkan oleh narasumber HB sebagai berikut : “Kalau dana SKPD untuk operasional itu ada, dianggarkan. Biaya operasional itu digunakan untuk rapat di tingkat Kabupaten. Kemudian kalau kita mengadakan perjalanan ke desa sasaran itu kan juga perlu biaya untuk bensin. Jadi dana operasional tetep ada, tetapi tidak seberapa. Itu berarti dana dari APBD Mbak. Kalau BAPPEDA ini ada Pokja AMPL, maka untuk operasionalnya kita menggunakan dana yang sudah dianggarkan untuk Pokja AMPL tersebut. Di DPU, Dinas Kesehatan, dan Bapermas juga ada anggarannya masing- masing.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Hal tersebut dibenarkan oleh narasumber SP sebagai berikut : “Kemudian dari aspek pemerintah itu sudah APBD, dan operasional di setiap SKPD kami yang dari Kesehatan juga ndampingi kesehatan, dari Bapermas juga aspek Bapermas-nya, kemudian DPU juga memantau tadi , juga dibiayai, ada. Jadi setiap SKPD ada biaya- biayanya.” (Wawancara, SP, 18 Desember 2014) Selain itu, keberadaan Fasilitator Masyarakat dengan bidang keahlian teknik dan pemberdayaan masyarakat membantu masyarakat untuk memahami segala pedoman dan petunjuk teknis yang telah diuraikan dalam buku petunjuk yang telah tersedia. Fasilitator masyarakat dibentuk dan diarahkan oleh Tim PAMSIMAS Jawa Tengah baik dari segi penggajian maupun pelatihan, sebagaimana disampaikan oleh narasumber E sebagai berikut : “Pusat, tapi diorganisir oleh propinsi. Direkrut oleh Propinsi kalau di Jawa Tengah. Jadi mereka di training di propinsi, termasuk nanti untuk penggajiannya dari propinsi, kemudian penempatan di kabupaten. Kita hanya menerima. Termasuk yang fasilitator keberlanjutan.” (Wawancara, E, 18 Desember 2014) Fasilitator Masyarakat di Kelurahan Pagutan telah bertugas di Program PAMISMAS selama dua tahun, yakni saat dimulainya program PAMSIMAS II. Akan tetapi dari sisi penggajian, menurut narasumber Yl sering ada keterlambatan. Hal tersebut ditegaskan oleh narasumber Yl, bahwa adanya keterlambatan gaji tersebut
berpengaruh kepada
kinerjanya, sebagaimana penuturannya sebagai berikut: “Pokoknya gajinya yo sak wayah- wayah gitu aja. Seadanya. Hehehe... Pasti lah Mbak, mau tidak mau pasti berpengaruh Mbak. Lha gimana, wong kita operasional aja nggak ada. Ya untungnya PAMSIMAS itu orang- orangnya pilihan, ora digaji 4 sasi yo ijik nyambut gawe. Apalagi kalau awal tahun seperti ini... Pasti telat.” to user (Wawancara, Yl, 23commit Februari 2015)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Disamping
itu,
pengiriman
Fasilitator
Masyarakat
sering
mengalami keterlambatan, sehingga sering diampu oleh tim di tingkat kabupaten, “Tapi akhir- akhir ini ada kesulitan dalam pengadaannya, jadi diampu oleh tim tingkat kabupaten.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015). Permasalahan mengenai dana operasional yang sering mengalami keterlambatan
ini
terkonfirmasi
dalam
forum
diskusi
website
PAMSIMAS di salah satu pemberitaan dengan judul “Perusahaan ROMS 4 Sudah Tidak Sehat”. Untuk diketahui bersama, ROMS 4 mencakup Program PAMSIMAS di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Perusahaan pengelola Program PAMSIMAS di ROMS 4 adalah PT. LPPSLH Konsultan Joint Venture With PT. Waseco Tirta. Penggajian fasilitator di ROMS 4 selalu mengalami keterlambatan. Terdapat kecurigaan yang mengarah kepada pengelolaan dana yang kurang tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Tabel 4.6 Forum Diskusi dalam Website PAMSIMAS Perusahaan ROMs 4 Sudah Tidak Sehat Thursday, January 22 2015, 06:29 PM Setiap hari...setiap minggu ..dan setiap bulan merupakan pertanyaan yang terjadi adalah "kapan honor kita dibayarkan?". Setiap kabupaten mulai dari DC, FMA, dan DEO selalu mengeluhkan honor tak kunjung cair. Sudah selayaknya seorang pekerja/karyawan suatu perusahaan memperoleh HAK berupa honor atau gaji dengan kepastian waktu/tanggal pada setiap bulannya dan dapat terealisasi dengan baik. Namun demikian, apa yang terjadi dengan perusahaan ROMs 4 yang membawahi program Pamsimas di (Jawa tengah, DIY, dan Jawa Timur) ?. Pembayaran honor tenaga ahlinya di tingkat kabupaten (DC, FMA, dan DEO) setiap bulan selalu terlambat dan tanpa kepastian, bahkan lebih diperparah pembayaran biaya operasional kantor tidak dapat dibayarkan secara rutin. Banyak dugaan : apakah perusahaan tak punya uang?, apakah uang perusahaan dialihkan terlebih dahulu untuk kegiatan lain?, Apakah perusahaan tidak memiliki bantuan financial lainn seperti Bank/ Investor?. Apapun dugaannya FAKTA menunjukkan perusahaan tidak dapat membayarkan hak Karyawan secara wajar, artinya : perusahaan tidak sehat dalam pengelolaan keuangannya?. Pertanyaannya : Apakah pengelolaan Pamsimas melalui perusahaan LPPSLH joint venturePT Waseco Tirta dapat berjalan baik selanjutnya?????, Kalau Ya....kenapa sampai saat ini kondisi honor belum dibayarkan untuk bulan Desember 2014?????, Kalau tidak....kenapa tidak ...kenapa perusahaan berikukuh bertahan ....???. Kita harus realistis..sebagai perusahaan pemenang tender yang cukup besar...sudah selayaknya memiliki pembiayaan yang cukup untuk mengoperasionalkan pelayanan konsultan program Pamsimas II di wilayahnya?. semoga tulisan ini dapat menyadarkan Pengelola perusahaan yang mungkin selama ini belum sadar?..... INGAT : kalau mau berhasil...juga harus baik pula pengelolaannya....laksanakan pengelolaan keuangan dengan baik, dengan menggunakan cara yang baik pula. Sumber:http://new.pamsimas.org/index.php?option=com_easydiscuss&view=post&id= 298&Itemid=398
b. Sikap Pelaksana Sikap pelaksana yang dimaksudkan disini adalah sikap yang ditunjukkan oleh pengelola KKM dan implementor di tataran birokrasi. KKM di Kelurahan Pagutan bekerja dengan baik sesuai dengan arahan dari Lurah. Alasan dari sikap ini dikarenakan masyarakat sangat membutuhkan air. Kemudian keberlanjutan program harus dilaksanakan dengan benar, jujur, dan terbuka. Sikap tersebut merupakan salah satu
commit to userPagutan kedepannya dapat meraih upaya yang dilakukan agar Kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 HID. Hibah Insentif Desa (HID) bisa dikatakan sebagai reward dari Program PAMSIMAS sebesar Rp. 200.000.000,00 untuk pengembangan dan penyempurnaan SPAM bagi SPAM desa/kelurahan yang dikelola dengan baik Hal ini disampaikan oleh narasumber S sebagai berikut : “Kemudian mengenai kelanjutannya untuk PAMSIMAS ini yang kebetulan kami dulu sebagai Satlak, kemudian sudah serah terima, saya beralih ke BP-SPAMS, pengelolanya. Kemudian untuk pengelolaan BP-SPAMS ini nanti kita ya kita tidak bisa setelahnya cul saja, semaunya sendiri. Tidak. Kita mengacu pada atasan kita yang terkait PAMSIMAS. Tiap tiga bulan sekali kita melaporkan kepada masyarakat pengguna, kemudian kepada Lurah kita, kemudian kepada asosiasi PAMSIMAS tingkat kabupaten. Maka kami selaku ketua BP-SPAMS berusaha sebaik mungkin. Kita punya harapan, harapannya nanti kalau air itu berjalan lancar; baik; tidak ada kendala, diusahakan agar mendapatkan HID. Sebab untuk mendapatkan HID itu juga tidak mudah. Kita harus bekerja keras bersama masyarakat pengguna dan pengurus. Kita usahakan nanti panitia bersama pemanfaat itu kita harus terbuka, jujur, dan transparan.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Kemudian dari sudut pandang warga lingkungan Pagutan, sikap yang
ditunjukkan
pengelola
PAMSIMAS
dinilai
sangat
baik,
sebagaimana disampaikan oleh narasumber TW berikut ini : “Kalau menurut saya ya bagus sekali, misalnya saya sendiri disuruh memegang itu, saya nggak sanggup. Ibu N itu aktif dalam bidang keuangan kelompok masyarakat. Pak S nya juga begitu, statistiknya bagus untuk menyusun proposal berbagai pembangunan. Kadang saya juga tanya administrasi sekolah ke Pak S.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Berkenaan dengan hal tersebut, narasumber Yl selaku fasilitator Masyarakat di Kelurahan Pagutan berpendapat bahwa sebenarnya sikap yang ditunjukkan pelaku bagus, akan tetapi memang pelakunya selalu orang yang sama dan belum bisa bekerja secara maksimal, sebagaimana
commit disampaikan sebagai berikut : to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 “Kendalanya ya gini, antusias masyarakatnya ada, tetapi untuk halhal seperti pekerjaannya dalam artian secara administrasi dan lain sebagainya pelakunya ya hanya itu- itu saja, artinya masyarakat itu, err, kita kan disini ada KKM jumlahnya berapa. Itu belum bisa berfungsi secara maksimal, karena memang ya selain kesibukan dan lain- lain. Ya hanya itu saja sebenarnya.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015) Meskipun demikian, menurut narasumber TW, penunjukan narasumber S dan N sebagai pengelola dikarenakan keahlian yang dimiliki, kemudian juga dikarenakan banyak warga yang masih muda merantau. “Yang muda kebanyakan pada merantau, itu yang pertama. Yang kedua merasa tidak mampu saja. Banyak kesibukannya, kalau yang sudah pensiun kan lebih banyak waktu, disamping beliau juga ahli di bidangnya makanya setiap apa- apa yang ditunjuk ya Pak S.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Sikap yang ditunjukkan pengelola PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan tidak hanya karena terdorong oleh kebutuhan air yang sangat mendesak. Lebih dari itu, ada motivasi pribadi yang membuat mereka mau mengelola program PAMSIMAS, sebagaimana diungkapkan oleh narasumber N berikut : “Kerja sosial. Kita tertanam jiwa yang sosial itu.kalau tidak ada jiwa sosial nggak berjalan. Kita kan pengen memiliki, pengen dapat air. Ya kita harus berjiwa sosialnya ya harus ada. Bahkan yang seusia saya itu sudah tidak menyadari kerja sosial itu Mbak. Tidak punya jiwa sosial. Nggak mau mereka.” (Wawancara, N, 23 Februari 2015) Kerja sosial adalah alasan utama adanya kemauan untuk mengelola Program PAMSIMAS II, meski diakuinya bahwa banyak orang yang saat ini tidak menyadai pentingnya kerja sosial. Pernyataan tersebut juga
commit Sto bahwa user dibenarkan oleh narasumber dikarenakan telah hidup di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 beberapa zaman, seperti Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi, beliau merasa bahwa jiwa sosial generasi muda sudah agak luntur. Sebagai generasi tua, ia terbiasa bekerja tanpa upah. Disamping itu, di di perdesaan jiwa sosial yang dimiliki masyarakat masih tinggi. “Anu Mbak, gini, karena kita ini hidup sudah beberapa jaman, sejak Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi. Itu lain dengan Orde Reformasi sekarang. Manusianya lain. Dulu itu orangnya bisa bekerja tanpa upah kok, iya, memang begitu.... Memang di perdesaan itu jiwa sosialnya tinggi, terutama ya generasi- generasi tua. Kalau generasi muda sudah lain. Sudah agak luntur.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Selain sikap dari pelaksana tingkat masyarakat, sikap implementor di tataran birokarasi juag menjadi faktor penentu. Dalam melaksanakan tugas, sikap yang ditunjukkan dengan adanya berbagai koordinasi baik secara formal maupun informal dan dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok masing- masing. Penanganan di lapangan dilakukan diluar jam kantor. BP-SPAMS selalu berkoordinasi dengan Bapermas, sehingga jika ada permasalahan langsung dilaporkan, sehingga terkadang hari Sabtu atau Minggu Tim PAMSIMAS Kabupaten Wonogiri langsung menuju lapangan. “Ada pelayanan masyarakat kan seringkali kita malah ke lapangannya itu di luar jam kantor. Apa ada masalah sore, malem, kita contact person dengan BPSPAMS, kan ada asosiasi yang melindungi. Bagus, jadi kalau ada sesuatu mereka yang mengumpulkan masyarakat, kita, tim, datang kesana. Termasuk hari Sabtu ataupun hari Minggu. Kalau saya kita itu sitto, tau sitto nggak ? Mendesak, ya mendesak, nggih, itu tetep kita langsung kesana.” (Wawancara, E, 18 Desember 2014) Narasumber HB menambahkan, bahwa masalah yang terjadi pada
commit to user pelaksanaan Program PAMSIMAS II dilakukan dengan mekanisme yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 sudah ada di petunjuk operasional. Jika masalah ringan biasanya diselesaikan di kalangan masyarakat desa “Kalau itu masalah ringan, bisa diselesaikan di desa saja. Tapi kadang- kadang ada juga karena ketidaktahuannya, masyarakat langsung ke Polisi. Tapi nggak papa. Sebenarnya ada kalau ada permasalahan, kita selesaikan dengan mekanisme yang sudah ada. Di PTO sudah ada.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015) Hal tersebut dibenarkan oleh narasumber S, “Dan nanti apabila ada hal- hal yang mungkin dari warga kurang pas, nanti kami arahkan perbaikan secara musyawarah.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015). Disamping itu, untuk menunjang keberlanjutan SPAM setelah selesainya program PAMSIMAS II, masyarakat Kelurahan Pagutan memiliki rencana memperluas cakupan penerima manfaat air minum dengan menambah jumlah sumur. Masyarakat mengupayakannya melalui iuran. Hal ini dijelaskan oleh narasumber S sebagai berikut : “Kita berusaha nanti andaikata PAMSIMAS itu berjalan dengan mulus dan mendapatkan dana, nanti kita kumpulkan sedikit demi sedikit. Nanti kalau sudah terkumpul, kita berusaha nanti membuat serep sumur. Dengan dana mengumpulkan dari BP-SPAMS itu. Entah jangkanya kapan kita belum tahu karena ini bulan- bulan pertama. Disamping itu kan kita pasang itu 750, untuk biaya operasionalnya 350, mempunyai sisa 400. Nah, 400 itu kita kumpulkan, sewaktu- waktu nanti mendapatkan uang yang cukup untuk membuat sumur lagi kita usahakan untuk membuat. Maka dengan demikian untuk PAMSIMAS ini ya mudah- mudahan dari semua pihak mendukung niat BP-SPAMS agar berjalan dengan baik.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Masyarakat Kelurahan Pagutan berharap adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan rencana tersebut. Dalam hal ini, pemerintah
Kabupaten
Wonogiri
juga
berkomitmen
untuk
commit to userdengan mengupayakan dana hibah mengupayakan adanya pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 dari APBD Kabupaten maupun Provinsi. Hal ini dinyatakan narasumber E sebagai berikut : “Termasuk bantuan kalau membutuhkan pendanaan untuk pengembangan. Makanya ada tim Bappeda juga dari aspek perencanaan anggaran. Terus Bapermas punya peluang, jadi, err, kita mengelola dana hibah dari APBD baik kabupaten maupun propinsi masing- masing ada peluang minta bantuan untuk kelembagaan ini. Jadi ada beberapa desa dapat bantuan dari APBD propinsi untuk pengembangan jaringan.” (Wawancara, E, 18 Desember 2014) Pendapat narasumber E ditegaskan lagi oleh narasumber HB bahwa meskipun alokasi APBD untuk pengembangan air minum dan sanitasi belum besar, Kelompok Kerja AMPL berusaha konsisten dalam penyediaan air minum dan sanitasi, dikarenakan sebagai kebutuhan dasar yang telah diamanatkan dalam RPJP dan RPJM tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten. Salah satu upaya terbaru yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Wonogiri adalah disusunnya Memorandum Program Sanitasi. Melalui memorandum tersebut, diharapkan dana yang bisa dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk pengembangan air minum dan sanitasi meningkat,
dikarenakan
memorandum
merupakan
desain
secara
keseluruhan untuk sanitasi dan air minum dan memuat sumber- sumber pendanaan yang bisa didapatkan untuk air minum dan sanitasi. Selain itu juga dibuat dokumen- dokumen perencanaan untuk meraih dana- dana dari pemerintah pusat. “Masih belum besar Mbak, mungkin sekitar dua koma persen. Sekitar itulah. Makanya melalui Pokja AMPL ini kita berusaha konsisten dalam penyediaan air minum dan sanitasi, karena air minum ini kebutuhan dasar yang diamanatkan oleh RPJP dan commit to user maupun Kabupaten Kita sudah RPJM tingkat Pusat, Provinsi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 punya Memorandum Program Sanitasi. Melalui itu, in sya Allah akan meningkat, karena memorandum itu istilahnya desain secara keseluruhan untuk sanitasi dan air minum Kita membuat dokumendokumen yang untuk menunjang ini Mbak, kita membuat analisaanalisa untuk meraih dana- dana dari Pusat, maupun Bank Dunia. Nanti bekerja sama dengan LSM. Kalau kita memiliki dokumendokumen perencanaan seperti ini.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015) Hal lain yang harus diperhatikan adalah sikap yang ditunjukkan oleh Fasilitator Masyarakat dalam mendampingi masyarakat selama kegiatan PAMSIMAS berlangsung, mulai dari sosialisasi sampai Program PAMSIMAS selesai dan diserahkan kepada Kelurahan Pagutan. Menurut narasumber S, pendampingan yang dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat sangat membantu dalam pelaksanaan program, sebagaimana dipaparkan sebagai berikut : “Oh, itu sangat mendukung. Cukup baik itu. Jadi fasilitator itu mendukung, mengarahkan agar berjalan dengan baik, transparan, ya itu. Beliau kerap kali kesini.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Meskipun terjadi keterlambatan penggajian, Fasilitator masyarakat tetap bekerja sesuai dengan tugas mereka. Fasilitator Masyarakat juga bertanggung jawab terhadap pelaporan kepada PAMSIMAS Pusat dengan Sistem Informasi Manajemen yang tersedia di website PAMSIMAS. Hal ini disampaikan oleh narasumber Yl sebagai berikut : “Iya, data dari kita. Jadi ada data terbaru langsung diinput dan bisa diikuti. Kalau untuk kegiatan sudah selesai semua. Kondisinya memang seperti itu Mbak antara riil di lapangan dengan yang di SIM itu agak beda. Biasanya kan di lapangan kita sudah selesai tapi SIM itu biasane kok rodo telat gitu. Memang kondisinya memang begitu.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Data yang diunduh peneliti pada tanggal 1 Maret 2015 menunjukkan bahwa semua kegiatan PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan telah selesai. Ada kolom yang dinyatakan belum selesai yakni pada kegiatan pengadaan barang dan jasa tingkat masyarakat (Metode Pemilihan Langsung/Shopping), akan tetapi hal tersebut memang sengaja tidak diisi dikarenakan pengadaan barang dan jasa di Kelurahan Pagutan dilakukan dengan metode penunjukan langsung. c. Komunikasi Komunikasi yang dimaksudkan dalam program PAMSIMAS II di Kabupaten Wonogiri adalah komunikasi antara implementor dan masyarakat, serta komunikasi antar implementor. Komunikasi yang dilakukan masyarakat Kelurahan Pagutan dengan Tim PAMSIMAS II dilakukan selama pelaksanaan sampai keberlanjutan program. Saat sosialisasi, masyarakat dimintai pendapatnya berkenaan dengan kesiapan mengikuti program PAMSIMAS II, karena merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat. Hal ini dinyatakan oleh narasumber HB sebagai berikut : “Nah kemudian hasil dari sosialisasi di tingkat kabupaten itu kemudian kita lanjutkan ke desa yang ikut tersebut untuk kemudian disosialisasikan ke warga. Ditembung ke pada masyarakat, diajak ngomong. Karena ini pemberdayaan Mbak, makanya diajak ngomong, nanti siap apa nggak. Jadi tidak perorangan, nanti dari masyarakat diajak rembugan.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015) Disamping itu, komunikasi berlanjut dengan adanya pendampingan
to userII tingkat Kabupaten dan Provinsi. dan monitoring dari Tim commit PAMSIMAS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Pendampingan yang dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat bertujuan membentuk pola komunikasi yang baik agar masyarakat bersama- sama memahami kejelasan dan ketepatan terhadap standar pelaksanaan yang telah ditentukan dalam implementasi Program PAMSIMAS. Hal ini diungkapkan oleh narasumber Yl sebagai berikut: “Prinsip pekerjaan kami adalah mendampingi pelaku PAMSIMAS untuk melaksanakan kegiatan. Pendampingan itu dalam banyak sisi ya, tentunya apapun yang dilakukan oleh si pelaku ini ya harus kita dampingi. Mulai dari sosialisasi kita ikut, pemicuan itu kita tetap berkecimpung.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015) Pernyataan tersebut ditegaskan oleh narasumber S, bahwa peran yang dilakukan
oleh
Fasilitator
Masyarakat
membantu
mereka
memahami program PAMSIMAS II secara utuh. Selama ini programprogram pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Kelurahan Pagutan tidak serumit dan sedetail program PAMSIMAS II, sehingga Fasilitator Masyarakat mengkomunikasikan maksud dari penjelasan di buku- buku pedoman dan petunjuk teknis agar dilaksanakan secara tepat di lapangan “Peran fasilitator masyarakat yaitu mendampingi PAMSIMAS untuk, karena selaku panitia belum pernah mengalami, itu ya terutama kita terutama belajar dengan buku- buku, karena bukunya sangat banyak maka fasilitator banyak mengarahkan.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Kemudian masih menurut narasumber S, dalam hubungannya dengan Tim PAMSIMAS II Kabupaten, ada anggota KKM yang sering ke kabupaten untuk mengurus segala sesuatu, “Ada, ini suaminya Mbak N ini, sebab ini bendaharanya dua, bendahara 1 suaminya Mbak N, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Bendahara 2 Mbak N. Dan kebetulan masih bekerja di Wonogiri. Jadi hubungannya selalu dekat..” (Wawancara, S, 23 Februari 2015). Selain itu, komunikasi langsung juga dilakukan saat monitoring yang dilakukan oleh pelaksana PAMSIMAS di tingkat Kabupaten maupun Provinsi. Menurut narasumber N, survei dari Tim PAMISMAS II tingkat Provinsi lebih sering dilakukan kepada Kelurahan Pagutan, “Kalau dari Provinsi di bidang administrasi Bu Ev, sini malah sering Mbak dari Provinsi. Jadi wilayah lain belum, sini malah diutamakan. Pagutan ini untuk jujugan.” (Wawancara, N, 23 Februari 2015). Kemudian setelah program PAMISMAS II selesai dan SPAM telah diserahkan kepada BP-SPAMS, komunikasi dengan pelaksana di tingkat Kabupaten dilakukan oleh pengelola
BP-SPAMS
dengan
Asosiasi
BP-SPAMS
Kabupaten
Wonogiri. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa program PAMSIMAS II dilaksanakan secara teamwork dari beberapa SKPD yang berkaitan. Dengan adanya perbedaan tugas pokok dan fungsi masing- masing SKPD, dilakukan koordinasi yang diketuai oleh BAPPEDA Kabupaten Wonogiri dengan diadakannya pertemuan secara formal maupun informal. Beragamnya pelaksana program PAMSIMAS II bisa saja menimbulkan interpretasi berbeda dari masing- masing pelaksana dalam memahami
program.
Namun
menurut
narasumber
HB,
dalam
pelaksanaan program PAMSIMAS II ini tidak terjadi adanya perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 interpretasi, dikarenakan memang sudah ada petunjuk yang jelas mengenai tugas pokok masing- masing SKPD. “Saya kira tidak ada perbedaan sudut pandang, kan di PTO sudah jelas masing- masing SKPD melakukan tugas apa saja. Sejak awal SKPD- SKPD itu kita libatkan, jadi tidak ada pertentangan.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015) Koordinasi juga dilakukan dalam upaya menyesuaikan berbagai program dibawah naungan Kelompok Kerja AMPL. Di Kabupaten Wonogiri terdapat beberapa program pengembangan sanitasi dan air minum, antara lain : PPSP, PNPM MP, PAMSIMAS, Sanimas, SAB, SLBM, STBM, CSR Air Minum dan Sanitasi. Dengan beragamnya program tersebut tentunya memerlukan koordinasi dan komunikasi yang baik agar bersinergi dengan baik. Beberpa pelaksana program PAMSIMAS II juga menjadi bagian pelaksana program lain. “PPSP itu kan,err, sinergi dengan Pamsimas. Kalau Pamsimas sebenarnya adalah unsurnya, tapi poin pentingnya adalah penyediaan air dan sanitasi menjadi sub nya. Sedangkan PPSP lebih ke arah sanitasinya. Tetap tidak bisa melupakan faktor airnya. Sanitasi itu ruhnya, yang PPSP, dan Pamsimas ruhnya air. Itu. Tapi sebenarnya saling berkaitan. Jadi tim- tim kita yang dibutuhkan RAD AMPL, misalnya timnya Pamsimas, itu mesti masuk timnya PPSP. Iya. Artinya ketika kita dalam rapat, entah itu difasilitasi Pamsimas maupun PPSP, permasalahannya mesti kita bicarakan bersama, karena itu nggak bisa lepas.” (Wawancara, E, 18 Desember 2014) Hal senada juga disampaikan oleh narasumber SP bahwa terdapat dua Kelompok Kerja yang berfokus pada Air Minum dan Sanitasi, yakni Pokja AMPL dan Pokja Sanitasi, sehingga koordinasi yang dilakukan bisa menggunakan “bendera” Pokja Sanitasi maupun Pokja AMPL.
commitmelengkapi. to user Kedua Kelompok Kerja saling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 “Nah di dalam pokja itu kita juga membahas tentang Pamsimas. Kalau di PAKEM itu kebanyakan kita bicaranya adalah menentukan prioritas desa- desa yang akan mendapatkan program ini dan monitoringnya. Kalau yang di Pokja AMPL ini aspeknya lebih luas lagi karena ada perbedaan dan seterusnya. Juga ada Pokja Sanitasi. Itu juga sama. Jadi kita selalu berkoordinasi dengan baik di Wonogiri ini. Kalau ada monitoring- monitoring, ya kita pakai pokja ini juga. Benderanya bisa bendera pokja AMPL, ya bendera Sanitasi. Tergantung nanti Bappeda yang membimbing kami untuk selalu membahas semua ini ya.” (Wawancara, SP, 18 Desember 2014) Komunikasi juga dimaksudkan untuk penetapan anggaran. Seperti dijelaskan sebelumnya, alokasi dana APBD Kabupaten Wonogiri untuk pengembangan penyediaan air minum dan sanitasi masih tergolong rendah. Oleh karena itu, komitmen Bupati dan DPRD sangat dibutuhkan dalam penetapan alokasi anggaran untuk program- program air minum dan sanitasi. Kelompok Kerja Program Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan selalu memberikan masukan dan saran kepada DPRD, sebagai penentu hasil akhir alokasi APBD, sebagaimana disampaikan oleh narasumber HB berikut, “Jadi sebelum itu Bupati dan DPRD sudah berkomitmen. Keputusan finalnya nanti kan di Dewan, kita tinggal memberi masukan- masukan saja.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015). d. Dukungan Publik Dukungan publik yang dimaksudkan adalah peran serta atau partisipasi masyarakat dalam proses implementasi program PAMSIMAS II. Bentuk- bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaan mereka
dalam
pengambilan keputusan, commit to user
pelaksanaan
kegiatan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 pemantauan dan evaluasi pembangunan, dan pemanfaatan hasil pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ditunjukkan oleh masyarakat Kelurahan Pagutan saat adanya sosialisasi dan musyawarah. Masyarakat dinilai sangat antusias dikarenakan ketersediaan air di Kelurahan Pagutan kurang memenuhi kabutuhan. Akhirnya setelah dilakukan musyawarah dihasilkan kesepakatan untuk berkontribusi dalam Program PAMSIMAS II. Hal ini disampaikan oleh narasumber S sebagai berikut : “Beberapa hari kemudian setelah musyawarah dan menghasilkan kesepakatan yang baik, dan masyarakat sangat antusias. Dikarenakan di lingkungan Pagutan di musim kemarau sangat kekurangan air, sehingga pada musim kemarau di Pagutan mendapatkan bantuan air dari pihak- pihak yang terkait.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Antusias masyarakat juga dikemukakan oleh narasumber Yl bahwa Program PAMSIMAS ditanggapi dengan baik oleh masyarakat Kelurahan Pagutan, dikarenakan kebutuhan yang mendesak akan air minum. Selain di Kelurahan Pagutan, narasumber Yl dan Yn juga memfasilitasi pelaksanaan Program PAMSIMAS di Desa Tambakmerang dan Jaten. Jika dibandingkan dengan kedua desa tersebut, antusiasme masyarakat berada pada level menengah, sehingga dianggap bagus. “Ya menanggapinya baik, karena masyarakatnya di Pagutan sendiri sangat membutuhkan air bersih untuk kebutuhan hidupnya....Kalau untuk antusias masyarakatnya termasuk di level midle lah. Masih bagusan yang di Tambakmerang. Antusiasmenya itu.” (Wawancara, Yl, 23 Februari 2015)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Kedua pernyataan narasumber tersebut ditegaskan lagi oleh narasumber TW yang menyatakan bahwa masyarakat diikutsertakan dalam musyawarah sejak pembuatan proposal. “Sejak awal saat mau bikin proposal diajak kumpul. Dikasih tahu, ini kita kekurangan air, mau nggak bikin proposal untuk mengajukan bantuan. Kemudain pas udah cair dananya, kita dikumpulkan lagi. Jadi sering rapat seperti itu. Saya juga ikut, ini semua orang se desa yang mau menggunakan PAMSIMAS diundang.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Kemudian peran serta masyarakat juga dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam pelaksanaan kegiatan. Secara garis besar kegiatan program PAMSIMAS II adalah pelatihan, pembangunan SPAM dan sanitasi sekolah, serta promosi perubahan perilaku kesehatan. Dalam pembangunan SPAM, masyarakat berkontribusi dalam pengadaan dana swadaya, tenaga, material bangunan, dan segala hal yang menunjang partisipasi masyarakat seperti penyediaan konsumsi untuk kerja bakti, pembuatan pathok- pathok bambu untuk pembuatan sumur, dan lain sebagainya. “...untuk mendukung pekerjaan itu dengan cara kerja bakti. Juga ada yang membantu misalnya dalam pembuatan sumur itu memerlukan yaitu pathok- pathok bambu maupun kayu. Masyarakat lingkungan juga membantunya.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015) Sedangkan bagi perempuan, terkadang mereka menyiapkan konsumsi untuk pekerja baik saat pembangunan sumur dan bak maupun pemasangan pipa. Kerja bakti dilakukan secara bergilir, yang pada prinsipnya
tidak
memberatkan
warga
masyarakat,
commit to dan userM berikut : disampaikan oleh narasumber TW
sebagaimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 “Digilir Mbak, kan ini perkampungan dan kebanyakan masyarakatnya juga merantau. Kalau saya sendiri yan sebisa saya apa. Kan nggali tanah, pasang pipa, saya ya nggak bisa. Hehe. Ya kita tahu diri aja, ada yang gali ya kita kasih makanan sama minum. Disini sistemnya gitu. Untuk gotong royong masih bagus. Untuk tenaga kerjanya ya sukarela. Jadi ya ikhlas- ikhlas saja. Misalnya bapak- bapaknya ada keperluan, yang datang yang perempuan. Intinya nggak memberatkan masyarakat. Ngaak ada sanksi dan sebagainya, nggak hadir ya nggak papa. Dasarnya ya cuma ikhlas itu aja. Ada yang sehari, ada juga yang setengah hari, nggak papa.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) “Pas kerja bakti biasanya ya saya sediakan makanan, tapi kadang nggak dimakan karena sibuk bekerja. Saya juga ngasih. Kalau pas pemasangan di dekat rumah masing- masing ya disediakan yang punya rumah.” (Wawancara, M, 12 Maret 2015) Kemudian partisipasi lain yang dilakukan masyarakat adalah pemantauan pelaksanaan. Pemantauan dilakukan untuk mengawal program agar berjalan sesuai rencana dan tidak ada bentuk- bentuk penyimpangan. Menurut narasumber HB, monitoring dilakukan oleh semua
pihak,
baik
masyarakat,
fasilitator,
maupun
pengelola
PAMSIMAS di tingkat Kabupaten maupun Jawa Tengah. Masyarakat berperan banyak dalam pemantauan, dikarenakan salah satu prinsip program PAMSIMAS adalah transparan, seperti diungkapkan oleh narasumber HB berikut, “Kalau monitor itu ya siapapun boleh memonitor. Masyarakat juga berperan banyak. Kalau ada masalah diadukan, jadi sangat terbuka.” (Wawancara, HB, 13 Februari 2015). Monitoring yang dilakukan masyarakat dapat dipantau melalui laporanlaporan yang telah disusun oleh pengelola, sebagaimana dijelaskan oleh narasumber S berikut, “Disamping itu juga untuk pengguna, setiap
to Kalau user BP-SPAMS setiap bulan, kalau bulannya nanti diadakancommit laporan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 untuk pihak- pihak terkait itu tiga bulan sekali.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015). Kemudian
setelah
SPAM
selesai
dibangun,
masyarakat
berpartisipasi dalam penggunaan fasilitas tersebut. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa SR dari SPAM PAMSIMAS di Kelurahan Pagutan baru disambungkan kepada 13 KK. Bagi masyarakat yang memasang SR, alasan utamanya adalah karena kebutuhan air yang mendesak baik di musim penghujan maupun kemarau, seperti diungkapkan oleh narasumber TW berikut : “Ya walaupun saya punya sumur sendiri, tapi kalau musim hujan seperti ini airnya merah, mungkin karena kedalamannya kurang ya. Kalau PAMSIMAS kan kedalamannya ya dijamin nggak merah lah. Jadi ini saya punya dua, ya nggak papa. Senengnya ya di PAMSIMAS itu airnya bersih. Kalau penghujan begini, di sumursumur itu kan warnanya sudah berubah. Kalau musim hujan seperti itu, kalau kemarau nggak ada airnya.” (Wawancara, TW, 12 Maret 2015) Sebagian besar masyarakat belum menggunakan dikarenakan alasan keuangan dan keraguan masyarakat mengenai keberfungsian SPAM PAMSIMAS. Berdasarkan pengalaman masa lalu, seringkali sumber air yang pernah diupayakan tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka dalam waktu yang lama. Hal tersebut diungkapkan oleh narasumber S sebagai berikut : “Alasan pertama karena keuangan, kemudian kedua yaitu masyarakat itu sebagian belum yakin itu nanti air itu berapa tahun lagi lancar atau tidak, surut atau tidak, itu masyarakat penilaiannya masih gitu. Sebab dengan beberapa pengalaman, itu.” (Wawancara, S, 23 Februari 2015)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Warga M menyatakan bahwa saat ini ia belum ada rencana memasang saluran dari PAMSIMAS dikarenakan kebutuhan airnya sudah tercukupi. Dikarenakan kebutuhan air sudah terpenuhi, maka ada prioritas yang didahulukan yakni untuk biaya perkuliahan bagi dua orang anaknya. “Belum ada, soalnya biaya anak sekolah itu lebih penting. Dan saya itu kalau ada bantuan air sudah nggak ambil, malah saya sering ngasih tetangga. Soalnya banyak air. Kelompok saya nggak pernah mati airnya. Waktu kemarau, ditempat lain nggak ada air, tempat saya tetap ada, bagus airnya.” (Wawancara, M, 12 Maret 2015)) Hal yang sama juga disampaikan oleh narasumber D, bahwa kebutuhan airnya sudah tercukupi, sehingga ia belum ada rencana memasang sambungan dari PAMSIMAS. Namun demikian, beliau menyatakan jika ada bantuan, beliau berminat untuk memasang SR. Karena pada dasarnya, setiap musim kemarau, kebutuhan air beliau tidak bisa tercukupi dari sumber air yang digunakannya sekarang. “Mau. Saluran air dari Tawangsari itu juga sudah saya putus. Sudah memasang, tapi pas musim kemarau nggak dapat air dari sana, ya saya nggak mau. Dan kalau musim penghujan itu sumur saya sudah penuh, makanya dari Tawangsari itu kan nggak terpakai. Sudah saya putus, tapi meterannya masih ada ini. Walaupun banyak sambungan air, tetapi kalau musim kemarau tetap harus cari air kemana- mana.” (Wawancara, D, 12 Maret 2015) Kurangnya dukungan masyarakat dalam memanfaatkan SPAM yang telah terbangun menghambat implementasi program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan. Minimnya minat berdampak pada proses pemeliharaan SPAM secara berkala, dikarenakan pendapatan dari hasil iuran bulanan secara otomatis menjadi rendah. Padahal, pemeliharaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 diperlukan agar SPAM yan telah dibangun dapat memberikan manfaat dalam waktu yang lama. Narasumber N menyampaikain bahwa pengelola BP-SPAMS diminta pihak kelurahan agar melakukan upaya agar pengguna SPAM PAMSIMAS semakin banyak, mengingat dalam Rencana Kerja Masyarakat, target pengguna mencapai 2195 jiwa. Namun demikian, berdasarkan pengalaman sebelumnya, jika pengguna SPAM berlebih, akan mengakibatkan ketersediaan menjadi berkurang dan akhirnya tidak berfungsi lagi. Seperti sumber air dari Tawangsari, narasumber N menyatakan bahwa pada awal pemasangan, kondisi air sangat bagus, sehingga banyak warga yang tertarik untuk memasang. Namun setelah 8 bulan berlangsung, SPAM tersebut sudah tidak menghasilkan air lagi sejak bulan Juni 2014 sampai sekarang. Selain belum adanya keyakinan masyarakat mengenai keberlangsungan SPAM PAMSIMAS, pengelola juga berupaya mengantisipasi agar kejadian tersebut tidak berlaku dalam SPAM PAMSIMAS, sehingga sosialisasi personal tetap dilakukan sambil mengikuti keberlangsungan SPAM PAMSIMAS selama beberapa bulan. Selama beberapa bulan kedepan, pengelola akan selalu memantau kualitas dan kuantitas airnya, sehingga indikasi ketidakberfungsian dapat diatasi secara dini. Hal tersebut dinyatakan narasumber N sebagai berikut : “Lha yang di Tawangsari itu Mbak, nggak sampai 8 bulan udah nggak fungsi lagi. Mulai sakderenge lebaran niko mati sampai sekarang. Lha wong penggunanya aja 160-an KK, ya langsung habis. Itu pralon depan itu dari Tawangsari, udah nggak kepakai. commit tomeminta user agar penggunanya bertambah. Sebenarnya dari kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 Tapi ya gimana lagi, wong kita juga belum tau air itu tahan sampai kapan. Lha nanti misal kita woro- woro, ngajak- ngajak pakai PAMSIMAS, terus ternyata hanya bertahan sebentar, ya kita nggak mau mengecewakan masyarakat kan. Makanya kita nunggu beberapa bulan dulu, kalau selama itu airnya masih bagus, ya kita ngajak masyarakat pakai PAMSIMAS.” (Wawancara, N, 26 April 2015) Dari penuturan narasumber N, dapat dilihat bahwa minimnya dukungan publik selain dikarenakan adanya keraguan dari masyarakat, juga dikarenakan adanya tanggungjawab sosial yang dimiliki pengelola untuk menjaga tingkat kepercayaan masyrakat bahwa pengelola juga berupaya memelihara SPAM, sehingga nantinya dapat digunakan dengan baik dan tidak seperti SPAM terdahulu. C. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, implementasi Program PAMSIMAS II Tahun 2014 di Kabupaten Wonogiri, khususnya di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran dapat dikorelasikan dengan teori- teori yang telah dipaparkan pada BAB II. Tahap sosialisasi kepada masyarakat di Kelurahan Pagutan dilakukan sebagai langkah awal agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta dalam Program PAMSIMAS II. Tahap ini juga merupakan upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai teknis pelaksanaan program. Sosialisasi program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan sebagai kelanjutan tahap interpretasi seperti yang dikemukakan oleh Widodo (2008). Kemudian tahap kedua adalah pelaksanaan kegiatan pokok, yang meliputi pelatihan, pembangunan sarana air minum dan sanitasi sekolah, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 promosi kesehatan. Pelaksanaan kegiatan pokok ini dilakukan dengan penggunaan sumber daya yang ada, seperti penggunaan dana dari pemerintah dan swadaya masyarakat, penggunaan lahan warga untuk pembangunan, sumbangan material, tenaga sukarela yang diberikan oleh masyarakat, media promosi kesehatan, dan lain sebagainya. Hal ini seperti yang dikemukan oleh Tachjan (2006) bahwa melaksanakan program berarti pendayagunaan struktur- struktur dan personalia, dana dan sumber- sumber lainnya, prosedurprosedur dan metode yang tepat. Disamping itu, sebelum melaksanakan kegiatan, KKM Warih Mulyo telah menyusun Rencana Kerja Masyarakat, sehingga pelaksanaan program mengacu pada rencana yang telah disusun. Dalam hal ini, tahap pelaksanaan Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan ini seperti pengertian tahap aplikasi yang dikemukakan oleh Widodo (2008) bahwa tahap tersebut merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi kebijakan dalam realitas nyata. Tahap ketiga implementasi program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan adalah pemantauan dan pelaporan. Tachjan (2006) menyampaikan bahwa langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan, dilakukan langkah pembangunan sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana- sarana pengawasan yang tepat guna serta evaluasi. Sistem pemantauan dan pelaporan Program PAMSIMAS II dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan metode pemantauan yang tepat guna. Hal ini menandakan bahwa pemantauan dapat dilakukan olah siapapun, sehingga ada transparansi dalam pengelolaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Di dalam proses implementasi program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan, terdapat faktor- faktor pendukung maupun penghambat. Faktor pendukung antara lain tersedianya SDM dan dana pendukung, yakni dari pemerintah dan swadaya masyarakat. Hal ini relevan dengan pendapat Van Meter & Van Horn dan George C. Edward III, bahwa sumberdaya manusia dan dana merupakan sumber- sumber pendukung implementasi kebijakan. Selain ketersediaan sumber daya, pelaksanaan Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan juga didukung oleh sikap yang ditunjukkan oleh pengelola program, baik itu di tingkat masyarakat maupun pelaku program di tataran birokrasi. Sikap pelaksana pengelola program dan pelaksaa PAMSIMAS II di tataran birokrasi relevan dengan hal penting mengenai sikap pelaksana yang dikemukakan oleh Van Meter & Van Horn yakni : 1. Respon implementor terhadap kebijakan. Responsivitas pengelola KKM Warih Mulyo terhadap program PAMSIMAS II ditunjukkan dengan adanya rasa kepedulian dan jiwa sosial yang tinggi. Mereka bekerja sosial dan berusaha untuk terbuka dan jujur. Sikap tersebut hanya dimiliki oleh orang tertentu saja, sehingga mereka mau menjadi pengelola program tanpa ada gaji. Responsivitas juga ditunjukkan oleh Tim PAMSIMAS II Kabupaten Wonogiri, bahwa mereka juga berupaya mengelola dana hibah dari
kabupaten
maupun
provinsi
untuk
pengembangan
jaringan.
Disamping itu, dikarenakan alokasi APBD untuk bidang air minum dan sanitasi masing sedikit, Pokja AMPL juga berupaya membuat dokumen perencanaan seperti RAD-AMPL, Memorandum, dan lain sebagainya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 untuk meraih dana dari berbagai sumber, seperti bantuan dari pemerintah pusat maupun CSR perusahaan. 2. Kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan. Komponen kognisi ditunjukkan oleh dengan adanya pemahaman implementor bahwa kebutuhan air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar yang telah diamanatkan dalam RPJMN dan RPJPN, sehingga mereka konsekuen dalam melaksanakan program PAMSIMAS II dan program penyehatan lingkungan lainnya. 3. Intensitas disposisi implementor. Komponen intensi ditunjukkan oleh fasilitator masyarakat dalam memandu masyarakat memahami program serta mendampingi masyarakat dalam pelaksanaannya. Sikap yang ditunjukkan fasilitator masyarakat tersebut sangat membantu pengelola program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan, yang merasa bahwa program PAMSIMAS II ini lebih rumit daripada program- program lain yang pernah mereka jalani. Faktor lain yang mendukung implementasi Program PAMSIMAS II adalah komunikasi yang terjalin dengan baik antara tim PAMSIMAS dengan masyarakat serta antar implementor di tingkat kabupaten. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat merupakan pola komunikasi yang dibangun antara masyarakat dan pemerintah. Dalam pendampingan, kejelasan dan konsistensi kebijakan dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat George C Edward III dan Van Meter & Van Horn, bahwa kejelasan dan konsistensi kebjakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 merupakan inti dari komunikasi yang baik. Faktor pendukung selanjutnya adalah adanya dukungan publik yang berupa partisipasi masyarakat dalam program PAMSIMAS II dalam hal pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, dan pemantauan. Mazmanian & Sabatier berpendapat bahwa mekanisme partisipasi publik sangat penting artinya dalam proses pelaksanaan di lapangan. Namun demikian, terdapat pula faktor yang menghambat pelaksanaan Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan, yakni kurangnya minat masyarakat untuk memanfaatkan SPAM PAMSIMAS, yang ditunjukkan dengan sedikitnya rumah tangga yang memasang Sambungan Rumah. Padahal menurut Yadav (dalam Mardikanto: 2010) partisipasi dalam memanfaatkan hasil pembangunan dapat merangsang masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.
commit to user