5
BAB II LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN PIUTANG VALUTA ASING
1.
Pengertian Piutang Dalam aktivitas perusahaan jasa, tentunya tidak bisa lepas dari hutang dan piutang. Dalam bab ini penulis akan mendefinisikan piutang menurut Smith dan Skousen (2000 : 286) adalah sebagai berikut : A receivable is an asset, since it is a right to receive an asset or service in the future. Istilah piutang dapat dilihat dalam arti luas maupun dalam arti sempit. Dalam arti luas, piutang dapat diterapkan pada semua tagihan terhadap pihak lain berupa uang, barang maupun jasa. Sedangkan dalam arti sempit, yaitu untuk tujuan akuntansi piutang menunjukkan pada semua tagihan yang diharapkan dapat diselesaikan dengan penerimaan kas. Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2006 : 751) mendefinisikan piutang sebagai berikut : “Account receivable is balance due from customer.” Menurut Smith dan Skousen (2000 : 287) berdasarkan jenis waktunya piutang dibagi dalam dua golongan, yaitu : a.
Piutang Jangka Pendek : piutang yang jangka waktu pelunasannya satu tahun atau kurang dari satu tahun.
b. Piutang Jangka Panjang : piutang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun.
6
Penggolongan Piutang Menurut Smith dan Skousen (2000 : 287) piutang dapat digolongkan menjadi dua bagian : 1.
Piutang usaha (trade receivable) merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa secara kredit oleh perusahaan.
2.
Piutang lain-lain (non trade receivable) merupakan tagihan yang bukan berasal dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa dalam kegiatan normal perusahaan.
2.
Pengertian Valuta Asing Valuta asing timbul dari transaksi antar suatu negara dengan negara lain terkait pada perbedaan mata uang yang digunakannya. Pengertian valuta asing menurut Hamdy (2001 : 15), mata uang
asing
didefinisikan sebagai berikut : Valuta asing adalah mata uang asing dan alat pembayaran lainnya, yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.10 (PSAK 10:5) mata uang pelaporan dan mata uang asing adalah : Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan ; mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan. Menurut Hamdy (2001 : 15), valuta asing data dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
7
1) Hard Currency adalah mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan dibandingkan dengan mata uang lainnya, antara lain : dolar AS, yen Jepang, poundsterling Inggris, deutchmark Jerman dan sebagainya. 2) Soft Currency Adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai dibandingkan mata uang lainnya. Contohnya adalah mata uang negara berkembang, antara lain : rupiah, baht Thailand atau ringgit Malaysia dan sebagainya.
3.
Pengertian Piutang Valuta Asing Piutang valuta asing meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan normal perusahaan terutama transaksi-transaksi yang terjadi antar satu negara dengan negara lain, yang mempunyai perbedaan nilai mata uang tiap negara. Sedangkan piutang valuta asing lainnya yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang yang timbul atas transaksi penjualan jasa atau produk, akan melibatkan dua jenis mata uang antar negara yang berbeda. Hal ini menimbulkan selisih dan perbedaan dalam pencatatannya.
8
Bentuk piutang valuta asing tersebut dapat kita lihat pada contoh kasus berikut ini, contoh Beams (2001 : 475) : Contoh Kasus : Pada tanggal 16 Desember 19X8 PT. Abuba menjual barang dagangan ke Kebangsaan Malaysia seharga 20.000 Ringgit, saat kurs spot untuk Ringgit adalah Rp 760,-. PT. Abuba melakukan tutup buku pada tanggal 31 Desember 19X8 ketika kurs spot Rp 765,- . Kebangsaan Malaysia melunasi hutangnya pada tanggal 15 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 770,- dan PT.Abuba mengkonversi Ringgit tersebut ke Rupiah pada tanggal 20 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 772.5. Pencatatan yang dilakukan PT.Abuba adalah sebagai berikut : a. 16 Desember 19X8 Piutang dagang
Rp 15.200.000,-
Penjualan
Rp 15.200.000,-
Untuk mencatat ke Kebangsaan Malaysia (20.000 Ringgit x kurs Rp 760)
b. 31 Desember 19X8 Piutang dagang
Rp
100.000,-
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp
Untuk menyesuaikan piutang dagang pada akhir tahun ( 20.000 Ringgit x ( Rp 765-Rp 760))
100.000,-
9
c. 15 Januari 19X9 Kas (ma)
Rp 15.400.000.-
Piutang dagang
Rp 15.300.000,-
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp
100.000,-
Untuk mencatat pelunasan hutang oleh Kebangsaan Malaysia (20.000 Ringgit x Rp 770) dan mengakui keuntungan dari pertukaran mata uang untuk tahun 19X9 (20.000 Ringgit x (Rp 770-Rp765)). d. 20 Januari 19X9 Kas
Rp 15.450.000,Keuntungan pertukaran mata uang
Rp
50.000,-
Kas (ma)
Rp 15.400.000,-
Untuk mengkonversikan 20.000 Ringgit menjadi Rupiah (20.000 Ringgit x Rp 772.5)
10
B. PENGERTIAN SELISIH KURS 1.
Pengertian Kurs Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara yaitu dengan melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan. Jika laporan keuangan perusahaan menggunakan Rupiah, maka semua transaksi yang menggunakan mata uang asing harus dikonversikan ke dalam nilai Rupiah. Karena banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan dalam menentukan kurs yang akan digunakan untuk mencatat transaksi keuangan yang terjadi serta pelaporannya, maka diberlakukanlah suatu standar yang mengatur transaksi yang dilakukan dalam mata uang asing yang tertuang dalam PSAK No.10 mengenai “ Transaksi dalam Mata Uang Asing” dan PSAK No. 11 mengenai “Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing” oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pengertian kurs menurut Beams (2001 : 490) adalah sebagai berikut : “Exchange rate is the ratio between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchanged (converted) at a particular time.”
11
Nilai kurs adalah rasio satu unit satuan nilai mata uang tertentu dengan nilai mata uang lainnya dimana satuan unit tersebut dapat ditukarkan atau dikonversikan pada suatu waktu tertentu. Pengertian kurs yang dinyatakan oleh PSAK No. 10 (2002:10.2) : ”Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang antar negara dengan negara lainnya”.
a. Macam-macam sistem penetapan kurs vakuta asing Menurut Hamdy (2001 : 38) berdasarkan perkembangan sistem moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing, yakni sebagai berikut : 1) Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System) Sistem kurs tetap memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau dunia bisnis internasional pada umumnya. Syaratnya adalah inflasi rendah sekitar 3%, cadangan devisa kuat, hubungan luar negeri berhasil direstrukturisasi atau dipulihkan dan posisi neraca pembayaran dalam keadaan aman (tidak banyak pelarian modal ke luar negeri). 2) Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate System) Dalam hal ini tukar suatu mata uang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (mekanisme pasar) pada bursa valuta asing. Jika penentuan kurs valuta asing di bursa valuta asing tersebut terjadi tanpa campur tangan pemerintah maka disebut clean float atau freedly floating system (sistem kurs mengambang murni). Sedangkan bila pemerintah turut campur tangan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di bursa valuta asing maka disebut dirty float atau managed float system (sistem kurs mengambang terkendali). 3) Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate System) Sistem nilai ini dilakukan dengan mengkaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang Negara lain atau sejumlah mata uang tertentu.
12
b. Jenis-jenis Transaksi yang Melibatkan Kurs Valuta Asing Dalam rangka perdagangan internasional telah ditentukan berbagai altenatif yang digunakan untuk melakukan transaksi secara internasional melalui instrument atau mekanisme pasar yaitu pembiayaan transaksi perdagangan ekspor impor dari transaksi tersebutlah timbul alternative seperti letter of credit dan resiko fluktuasi kurs tukar dari dua alternatif perusahaan dengan mengambil kebijakan sesuai dengan perkembangan pasar atau dampak pengaruh yang mengakibatkan kerugian yang akan diderita oleh perusahaan yang melakukan transaksi. Suatu transaksi yang melibatkan mata uang asing akan timbul jika suatu perusahaan melakukan transaksi-transaksi seperti dijelaskan dalam PSAK No.10 (2002 : 10.2) sebagai berikut : 1) Membeli barang, atau menjual jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang asing. 2)
Meminjam
(hutang)
atau
meminjamkan
(piutang) dana
yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing. 3) Menjadi suatu pihak untuk perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana, atau 4) Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam mata uang asing. Dari transaksi yang umum dilakukan antar perusahaan dalam hal ekspor impor, maka didapat beberapa praktek pembayaran yang berbeda dengan kondisi masing-masing yang akan menimbulkan selisih kurs pada saat yang
13
berbeda. Menurut Gunadi (2000:176), praktek-praktek pembayaran yang akan menimbulkan perbedaan waktu pengakuan rugi kurs adalah sebagai berikut : 1.
pembayaran di muka (advance payment)
2.
pembayaran kemudian (open account)
3. inkaso (collection basis) 4.
letter of credit (L/C dengan segala variasinya )
5.
konsinyasi (consignment basis)
6. yang lain (barter dan tunai) Menurut Hamdy (2001 : 67) produk valuta asing untuk transaksi terbagi dalam beberapa jenis yaitu : 1)
Spot transaction Sistem transaksi spot dilakukan melalui penyerahan valuta asing dalam dua hari kerja setelah tanggal transaksi kontrak devisa tersebut tidak boleh dilakukan lebih dari tujuh hari kerja dari tanggal transaksi. Penyerahan valuta spot dalam dua hari kerja dimaksudkan sebagai penghilang pembatas perbedaan waktu dunia secara geografis sehingga valuta asing asal dan valuta asing dapat diperjualbelikan dengan tanggal valuta asing yang sama.
2)
Forward transaction Transaksi forward dilakukan dengan jangka waktu penyerahan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja/kalender berikutnya, dengan menggunakan kurs yang telah disepakati pada tanggal transaksi. Kontrak yang mempunyai tanggal valuta lebih dari 7 (tujuh) hari disebut future/forward contract. Pada
14
transaksi forward akan selalu dijumpai bahwa kurs penutupan transaksinya lebih tinggi daripada kurs transaksi spot. Perbedaan ini merupakan antisipasi pergerakan kurs valuta asing yang dapat dilihat dari perbedaan tingkat suku bunga masing-masing valuta di negaranya. 3)
Swap transaction Ialah kontrak transaksi pembelian atau penjualan valas dengan spot rate yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang sama dengan forward rate. Transaksi swap dilakukan melalui pertukaran dua valuta secara tunai dengan cara penjualan kembali secara berjangka atau sebaliknya. Transaksi swap merupakan sebuah kontrak arbitase, artinya pembelian valas dilakukan dengan penjualan valas lainnya. Dengan demikian dalam hal ini akan dilakukan 2 (dua) kontrak, yaitu pembelian valas dengan mata uang lokal dan penjualan valas dengan mata uang lokal yang sama. Secara singkat dapat dikatakan bahwa transaksi swap merupakan perkiraan dua mata uang melalui pembelian tunai (spot buy) dan penjualan kembali secara berjangka (forward sell) atau penjualan tunai (spot sell) dan pembelian kembali berjangka (forward buy). Dapat juga dikatakan transaksi swap merupakan sepasang transaksi spot dan forward sehingga dari sini akan timbul istilah swap point merupakan komponen yang diperhitungkan dalam transaksi ini. Perhitungan swap point didasarkan dari perkalian spot rate terhadap perbedaan tingkat suku bunga dan jangka waktu transaksinya.
15
4)
Hedging Ialah tindakan pengusaha untuk menghindari resiko kerugian sebagai akibat fluktuasi kurs valuta asing. Setiap perusahaan yang melakukan transaksi internasional tentu akan mempunyai receivable (penerimaan) dan payable (pengeluaran dalam berbagai valuta asing. Untuk menentukan perlu tidak nya dilakukan hedging
atas receivable atau
payable dalam suatu valas, yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi kurs, baik apresiasi atau depresiasi valas tersebut. Jika perusahaan mempunyai receivable dalam suatu valas yang diperkirakan akan apresiasi, hedging tidak diperlukan dan sebaliknya jika depresiasi maka hedging diperlukan. Jika perusahaan mempunyai payable dalam valas yang diperkirakan akan apresiasi, maka hedging perlu dilakukan dan sebaliknya jika depresiasi maka hedging tidak diperlukan. Dalam pencatatan pembukuan atas selisih kurs dapat juga terjadi penggeseran resiko rugi selisih kurs. Resiko-resiko keuangan yang timbul dari transaksi valuta asing dapat berupa : 1.
Depresiasi Yaitu penurunan nilai tukar secara berangsur, yaitu perubahan permintaan dan penawaran valuta asing.
2.
Devaluasi Penurunan nilai tukar segera, karena suatu kebijakan moneter pemerintah.
16
c. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing Aliran valuta asing yang cepat dan besar untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investor dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang deficit dapat terjadi karena adanya beberapa faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valuta asing di masing-masing tempat. Menurut Hamdy Hady (2001:39) beberapa faktor atau kondisi yang berbeda dan mempengaruhi kurs valuta asing di masingmasing tempat tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Supply dan demand foreign currency 2) Posisi Balance of Payment (BOP) 3) Tingkat inflasi 4) Tingkat bunga 5) Tingkat pendapatan 6) Pengawasan pemerintah 7) Spekulasi, isu atau rumor
2. Pengertian Selisih Kurs Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya penyelesaian suatu transaksi berada dalam satu periode akuntansi yang sama, maka selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akutansi, maka seluruh selisih kurs diakui sebagai
17
keuntungan atau kerugian selisih kurs dalam laporan keuangan untuk setiap periode akuntansi dengan menghitungkan perubahaan kurs untuk masingmasing periode. Hutang dan piutang valuta asing sangat bergantung pada kurs valuta asingnya. Di Indonesia dimana terjadi depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, mengakibatkan kurs valuta asing dalam hal ini dollar Amerika Serikat sangat tinggi terhadap kurs rupiah. Hal ini menyebabkan terjadinya selisih kurs, pada umumnya selisih yang terjadi di dalam penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang dalam negeri dapat berakibat menguntungkan
atau
merugikan.
Apabila
selisih
penyesuaian
kurs
menunjukkan saldo sebelah “debit” berarti merugikan dan apabila menunjukkan saldo sebelah “kredit” berarti menguntungkan. Pengertian selisih kurs menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 (PSAK 2002 : 10.2) adalah : ”Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda”.
3. Pengakuan atas Selisih Kurs (Recognition of Exchange Difference) Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 (PSAK 2002 : 10.3) pengakuan terhadap selisih kurs adalah sebagai berikut : 1) Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi atau kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi yang disebut kurs spot (spot rate) 2) Pada setiap tanggal neraca a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal
18
3)
4)
5)
6)
neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indicator yang objektif. Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. b) Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan c) Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan standar akuntansi yang relevan. Apakah nilai tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan pernyataan ini. Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaiannya suatu transaksi dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing. Selisih kurs yang timbul pada suatu moneter yang dalam substansinya membentuk investasi perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan sehingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Suatu perusahaan memiliki suatu pos moneter berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan suatu perluasan atau pengurangan dari investasi neto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter itu mungkin mencakup pinjaman tetapi tidak mencakup piutang dagang atau hutang dagang. Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam aktiva neto suatu entitas asing (pihak lain).
19
4. Perlakuan-perlakuan atas Selisih Kurs 1) Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 (PSAK 2002 : prg.28) selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. 2) Hedging, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari atau mengurangi resiko kerugian selisih kurs sebagai akibat fluktuasi kurs valuta asing dengan mengalihkan atau melemparkan resiko tersebut pada pihak lain (bank devisa) dimana pihak tersebut akan menerima balas jasa yang disebut premium. Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 adalah sebagai berikut : i. Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs neraca depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto atau premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka. ii. Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs tanggal neraca dengan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai keuntungan kurs periode berjalan. iii. Dalam neraca forward reveivable dan forward payable, dan diskonto atau premi yang belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus dijadikan satu dibagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos tersebut. iv Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban.
20
C. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN 1.
Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, tujuan menyeluruh dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengertian laporan keuangan menurut Soemarso (2004 : 34) : “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan”. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK 2002 ; prg.07) adalah sebagai berikut : ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara seperti , misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan
21
dana laporan lain-lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Laporan keuangan terdiri dari : a. Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang timbul yang disebut passiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan passiva merupakan sumbersumber yang digunakan untuk investasi tersebut, oleh karena itu dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah passiva, dimana passiva itu terdiri dari dua golongan kewajiban yaitu kewajiban kepada pihak luar yang disebut modal. Neraca dimaksudkan untuk menyajikan informasi mengenai sumber daya yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu perusahaan pada suatu periode dan dari mana sumber daya tersebut. Oleh karena itu neraca terdiri dari tiga komponen yaitu : 1) Harta atau aktiva yang dimiliki 2) Kewajiban atau hutang-hutang 3) Modal berupa selisih antara total aktiva yang dimiliki dengan seluruh kewajiban atau hutang yang ada.
22
b. Laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Pentingnya laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan itu sendiri dan juga untuk mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode atau besarnya kerugian perusahaan tersebut. Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut : 1) Pendapatan (Revenue) 2) Biaya (Expense) 3) Penghasilan (Income) 4) Laba (Gain) 5) Rugi (Loss) 6) Harga Perolehan (Cost) c. Laporan Perubahan Ekuitas Perubahan Laba Rugi ternyata tidak cukup untuk menggambarkan perubahan modal suatu perusahaan selama suatu periode terntentu karena adanya perubahan yang berasal dari sumber yang bukan dari aktivitas untuk mencari laba. Maka dilengkapi dengan laporan laba ditahan yang menggambarkan laba bersih seperti yang tercantum dalam perhitungan laba rugi, deviden yang dibayarkan kepada pemilik dan koreksi laba rugi periode sebelumnya. Sedangkan laporan perubahan posisi keuangan
23
menggambarkan sumber utama kenaikan dan penurunan aktiva pada suatu periode tertentu. Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal. Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan laba tidak dibagi awal periode, ditambah dengan laba seperti yang tercantum di dalam laporan perhitungan laba rugi dan dikurangi dengan deviden yang diumumkan selama periode yang bersangkutan. d. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Untuk mencapai tujuan itu, aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan dan kegiatan usaha. Aktivitas usaha akan menghasilkan arus kas masuk bersih (bila penerimaan kas lebih besar dari pengeluaran kas), serta arus kas keluar bersih (bila penerimaan kas lebih kecil penerimaan kas). Laporan arus kas menggambarkan kenaikan atau penurunan bersih kas yang dimiliki perusahaan pada akhir periode. e. Catatan atas Laporan Keuangan Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting dianut perusahaan harus disajikan tersendiri sebelum catatan atas laporan keuangan atau sebagai
24
bagian dari catatan atas laporan keuangan. Ikhtisar tersebut memuat penjelasan mengenai kebijakan-kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan atas hasil perusahaan, seperti : metode penyusutan aktiva tetap, amortisasi, penilaian persediaan, penjabaran mata uang asing, penetapan laba dalam kontrak pembangunan jangka panjang. Laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan : a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar,
Tujuan laporan keuangan seperti yang dijelaskan oleh Zaki Baridwan (2004 : 9) laporan keuangan bertujuan untuk : 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seta modal suatu perusahaan.
25
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba. 3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan
di
dalam
mengestimasi
potensi
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. 4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman. 5) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan. 2.
Manfaat Laporan Keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan bermanfaat sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para pemakainya. Secara garis besar pemakai laporan keuangan dapat dibagi dua bagian besar yaitu pemakai internal dan eksternal perusahaan. 1) Pemakai internal perusahaan diantaranya adalah : a. Manajemen. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat pertanggungjawaban atas keputusan dan tindakan yang diambilnya dalam pemakaian sumber daya perusahaan.
26
b. Dewan Komisaris. Laporan keuangan dapat dijadikan alat evakuasi atas
efektifitas,
efisiensi
dan
kehematan
perusahaan
dalam
penggunaan sumber daya. c. Karyawan. Laporan keuangan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar upah, insentif dan bonus. Para pemakai internal membutuhkan informasi untuk membantu mereka
merencanakan
dan
mengendalikan
kegiatan
serta
mengalokasikan sumber daya perusahaan. 2) Bagi pihak eksternal informasi yang ada dalam laporan keuangan akan digunakan untuk mengambil keputusan yang berbeda-beda sehingga informasi yang dibutuhkan berbeda pula. Para pemakai eksternal itu antara lain : a. Investor.
Mereka
membutuhkan
informasi
mengenai
tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Investor akan menanamkan modalnya kepada perusahaan yang memberikan tingkat pengembalian yang paling besar dan memiliki resiko investasi yang rendah. b. Kreditor.
Mereka
membutuhkan
informasi
mengenai
tingkat
keuntungan dan kestabilan yang dicapai perusahaan, sehingga mereka dapat memperkirakan kemampuan dalam membayar kewajiban mereka. c. Pemberi pinjaman. Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
27
d. Pelanggan. Merekea berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. e. Pemerintah dan lembaga-lembaga yang berada dibawah kekuasannya. Mereka berpentingan dengan alokasi sumber daya dan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijikan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. f. Masyarakat. Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 3.
Karakteristik Laporan Keuangan Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat karakteristik kualitatif atau sifat-sifat informasi keuangan agar berguna bagi para penyusun laporan keuangan, pemakai laporan keuangan maupun auditor. Terdapat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, waktu, keandalan, daya uji, netralitas dan dapat diperbandingkan. Secara ringkas karakteristik-karakteristik kualitatif tersebut menurut Smith dan Skousen (2000 : 39-41) dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Dapat dipahami, kualitas penting informasi ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis perusahaan.
28
2) Relevan, informasi memliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Informasi relevan dikaitkan dengan nilai umpan balik dan prediktif informasi. Nilai umpan balik artinya informasi yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki atau menyesuaikan perkiraan awal, sedangkan nilai prediktif adalah informasi yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan keputusan yang akan diambil pada masa yang akan dating. 3) Ketepatan waktu, yaitu untuk memberikan informasi yang tepat waktu sehingga informasi akan lebih relevan. Jadi supaya relevan informasi itu harus memberikan nilai umpab balik atau nilai prediktif dan harus disediakan bagi pemakai secara tepat waktu. 4) Keandalan, agar bermanfaat juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang lugas atau jujur (faithgul representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. 5) Daya uji, mengandung arti objektivitas dan consensus atau kesepakatan. Para akuntan harus berusaha untuk mendasarkan hasil temuan mereka berdasarkan
fakta
yang
diterapkan
secara
objektif
dan
dapat
diverifikasikan oleh akuntan terlatih lainnya dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
29
6) Netralitas, berkaitan dengan penyampaian informasi dengan cara yang tidak biasa. Jika laporan keuangan dimaksud unutk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai, maka menurut Smith dan Skousen penyajiannya
harus
bebas
dari
usaha-usaha
untuk
memberikan
keuntungan kepada kelompok tertentu dengan merugikan kelompok lainnya. 7) Dapat
diperbandingkan,
mengidentifikasikan
perusahaan
kecenderungan
antar
(trend)
periode
untuk
posisi dan
kinerja
perusahaan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Sedangkan menurut Ahmed Riahi-Belkaoui (2000 : 126) dalam buku accounting theory, menyebutkan bahwa tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : a.
Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilh, juga harus dapat dipahami pemakai.
30
c.
Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuranukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran yang sama.
d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. e.
Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawall mungkin untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
f.
Dapat
diperbandingkan,
perbedaan-perbedaan
seharusnya
tidak
mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda. g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif lain harus dilaporkan.