10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Piutang Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013:368) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut “piutang didefinisikan sebagai jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari seorang atau perusahaan lain.” Sedangkan menurut Hadri (2008:198) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut “Piutang dagang merupakan hak klaim atau tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada seseorang atau suatu perusahaan.” Menurut Warren (2013:442) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : “Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, ternasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.” Sedangkan menurut Horngren dan Harrison (2007 : 436) mendefinisikan : “Piutang (Receivable) adalah klaim moneter terhadap pihak lain” Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang yang timbul dari penjualan barang/jasa secara kredit, dan pinjaman dana perusahaan.
11
2.2 Pengakuan Piutang Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013:369) pengakuan piutang usaha relative mudah. Organisasi jasa mencatat piutang ketika menyediakan layanan. Organisasi manufaktur mencatat piutang pada saat penjualan barang dagangan. ketika menjual barang dagang, di debit akun piutang, dan di kredit penjualan. Penjual mungkin menawarkan hal yang mendorong pembayaran awal dengan memberikan diskon. Retur penjualan juga mengurangi piutang. Pembeli mungkin menemukan beberapa barang yang tidak dapat diterima dan memilih untuk mengembalikan barang yang tidak diinginkan. Sebagaimana timbulnya piutang yang dipengaruhi oleh penjualan barang dagang. Sebagai contoh ; Hennes & Mauritz (SWE) menjual barang dagang secara kredit kepada PT.Polo pada tanggal 1 Juli 2014, senilai $ 1,000 dengan syarat 2/10, n/30. Pada tanggal 5 Juli, PT. Polo mengembalikan barang yang telah diterima senilai $ 100 kepada Hennes & Mauritz (SWE). Pada tanggal 11 Juli, Hennes & Mauritz (SWE) menerima pembayaran dari PT Polo. Pencatatanya ayat jurnal yang dilakukan oleh Hennes & Mauritz adalah sebagai berikut : 1 Juli Piutang Usaha – PT polo
$ 1.000
Penjualan
$ 1.000
(Mencatat penjualan secara kredit) 5 Juli Retur dan Potongan Penjualan Piutang Usaha
$ 100 $ 100
12
11 Juli Kas ($900-$18)
$ 882
Diskon Penjualan ($900 x 2%)
$ 18
Piutang Usaha – PT Polo
$900
(Mencatat penagihan Piutang Usaha) Beberapa paritel menerbitkan kartu kredit, ketika kita menggunakan kartu kredit yang diterbitkan oleh paritel (Contoh JCPenney, USA), bukannya memberikan diskon, paritel justru membebankankan bunga atas saldo yang belum dibayar dalam periode tertentu (biasanya 25-30 hari). Sebagai contoh, diasumsikan bahwa anda menggunakan kartu kredit JCPenney Co, untuk membeli perlengkapan dengan harga jual $300 pada 1 juni 2014. JCPenney akan mencatat jurnal atas transaksi tersebut pada tanggal penjualan sebagai berikut. 1 juni Piutang Usaha
300
Penjualan
300
(mencatat penjualan barang dagang) Asumsikan bahwa anda memiliki utang $300 pada akhir bulan, dan JCPenney membebankan 1,5% per bulan atas saldo yang belum terbayar, maka ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat untuk mengakui pendapatan bunga sebesar $4,50 ($300 x 1,5%) pada 30 juni, adalah sebagai berikut. 30 juni Piutang Usaha
4,50
Pendapatan Bunga (mencatat bunga yang jatuh tempo)
4,50
13
Pendapatan bunga sering kali merupakan pendapatan yang cukup penting untuk sebagian besar paritel. 2.3 Klasifikasi Piutang Menurut
Warren
(2013:442)
menjelaskan
bahwa
piutang
dapat
diklasifikasikan menjadi kedalam tiga jenis, yaitu : a. Piutang Usaha (Account Receivable) Piutang Usaha timbul dari penjualan secra kredit agar dapat menjual lebih banyak produk dan jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan memberikan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30-60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dineraca sebagai aktiva lancar. b. Wesel tagih (notes receivable) Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut sebagai piutang dagang (trade receivable).
14
c.
Piutang lainnya (other recivable) Piutang lainnya biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika
piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar, dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang pejabat atau karyawan perusahaan. 2.4 Pengendalian Internal atas Piutang Usaha Menurut Hery (2008:197) Kalau kita berbicara mengenai pengendalian internal atas piutang usaha, maka sesungguhnya yang menjadi pusat perhatian kita adalah bagaimana pengamanan yang efisien dan efektif dilakukan atas piutang usaha, baik dari segi pengamanan atas perolehan fisik kas, pemisahan tugas (termasuk masalah otoritas persetujuan kredit), sampai pada tersedianya data catatan akuntansi yang akurat. Setiap pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya boleh dilakukan oleh manajer kredit. Menejer penjualan tidak lah memiliki otoritas atau wewenang untuk menyetujui proposal kredit pelanggan. Apabila bagian penjualan merangkap bagian kredit, maka dikhawatirkan seluruh proposal kredit (tanpa kecuali) yang diajukan calon pembeli akan langsung disetujui tanpa adanya evaluasi terlebih dahulu. Dalam hal ini, kemunkinan besar resiko akan muncul terutama terhadap calon pembeli dengan peringkat kredit yang buruk.
15
Dalam praktik, ketiadaan pemisahaan tugas antara fungsi penjualan dengan fungsi kredit, ditambah lagi dengan kurang tepatnya dasar penghitungan komisi, sering kali menimbulkan peluang terjadinya tindakan kecurangan. Tidak mustahil, karyawan bagian penjualan akan berusaha memperbesar komisi penjualan dengan cara yang tidak benar; dimana oknum bagian penjualan akan membuat seolah-olah penjualan barang dagangan ke pelangan sungguhan terjadi, padahal penjualan tersebut dilakukan secara fiktif (barang tidak dijual ke pelanggan sungguhan namun disembunyikan). Nanti, begitu komisi diperoleh, oknum karyawan tadi akan mengembalikan barang yang telah disembunyikannya, seolah-olah telah terjadi retur dari pembeli. Seperti kita ketahui, penerapan pengendalian internal memang tidak terlepas dari biaya-biaya tambahan yang harus dikorbankan perusahaan. Dalam hal ini, ingat kembali bahwa perusahaan pada dasarnya harus mempertimbangkan atau membandingkan antara besarnya biaya tambahan yang akan dikeluarkan (dalam rangka efektifnya pemisahaan tugas) dengan manfaat yang akan diperoleh. Atas dasar pertimbangan cost dan benefit tadi, apabila perusahaan pada akhirnya lebih memilih untuk merangkap kedua fungsi (antara fungsi persetujuan kredit dan fungsi penjualan), maka dasar penghitungan komisi haruslah berdasarkan pada tingkat kolektibitas piutang, bukan omset penjualan. Artinya, komisi penjualan akan dihitung berdasarkan pada besarnya piutang usaha (yang ditimbulkan dari penjualan kredit) yang telah berhasil ditagih atau dikonversi menjadi uang kas.
16
Akan tetapi secara normatif, jika kita berbicara mengenai pemisahan tugas (dalam kaitannya dengan pengendalian internal atas piutang usaha), maka harus adanya pemisahan fungsi antara bagian persetujuan kredit, bagian penjualan, bagian pencatatan (akuntansi), dan bagian penagihan. Fungsi persetujuan kredit dan fungsi pembukuan memegang peranan sebagai pengecek keabsahan penjualan. Karyawan yang menangani pencatatan piutang usaha tidak boleh ikut terlibat dalam aktivitas penagihan. 2.5 Penilaian Piutang Usaha Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013:370) Setelah piutang tercatat dalam catatan akuntansi, pertanyaan
berikutnya adalah bagaimana piutang
tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan?. Piutang akan dilaporkan sebagai aset dineraca. Tetapi menentukan nilai yang akan dilaporkan kadang kala menyulitkan, hal ini disebabkan sebagian dari piutang tersebut tidak dapat ditagih. Sebelum pelanggan disetujui untuk diberikan kredit, maka penjualan melakukan penilaian atas beberapa persyaratan. Meskipun begitu, tetap saja sebagian piutang tidak dapat ditagih. Sebagai contoh, salah seorang pelanggan sebuah perusahaan mungkin saja tidak dapat membayar utang jatuh tempo dikarenakan terjadi penurunan kondisi ekonomi, Atau dapat juga terjadi dimana seseorang telah mengalami PHK atau harus nembayar biaya rumah sakit secara tiba-tiba sehingga tidak dapat membayar utang. Kerugian ini dicatat sebagai debit pada Beban Piutang Sangsi (atau Beban Piutang Tak Tertagih). Hanya saja kerugiaan seperti ini harus dianggap sebagai hal yang normal terjadi dan bagian
17
dari resiko bisnis penjualan kredit. Terdapat dua metode yang digunakan dalam akuntansi untuk piutang tak tertagih; (1) metode penghapusan langsung dan (2) metode penyisihan. Kedua metode tersebut akan dijelaskan pada bagian dibawah ini 2.5.1. Metode Penghapusan Langsung Untuk Piutang Tak Tertagih Berdasarkan metode penghapusan piutang langsung (direct writepoff method), Ketika sebuah perusahaan menentukan rekening tertentu tidak dapat tertagih, itu biaya kerugian terhadap beban utang yang buruk. Contoh, asumsikan bahwa Warden co. menghapusbukukan saldo piutang M. E. Doran senilai HK$1,600 sebagai piutang tak tertagih pada tanggal 12 Desember. Jurnal yang dibuat oleh M. e. Doran adalah: 12 Des
Beban Piutang tak Tertagih Piutang Usaha M. e. Doran
1,600 1,600
(Menghapus piutang tak tertagih M. E. Doran) Ketika metode ini digunakan, maka akun beban piutang tak tertagih hanya akan menunjukan kerugian yang sebenarnya dari piutang yang tidak tertagih. Piutang usaha akan dilaporkan dalam nilai kotor. Walaupun metode ini relatif mudah, namun penggunaan metode ini dapat mengurangi kegunaan laporan laba rugi dan neraca. Pertimbangkanlah contoh berikut ini, diasumsikan bahwa pada tahun 2014, Quick Buck Computer Company bermaksud untuk meningkatkan pendapatan melalui penawaran penjualan komputer kepada para mahasiswa tanpa uang muka dan tanpa proses persetujuaan kredit. dengan harga jual HK$6,400 per unit, perusahaan berhasil menjual
18
1.000.000 unit untuk kampus di seluruh Amerika serikat. hal ini menyebabkan peningkatan pada nilai penjualan dan piutang perusahaan sebesar $6.400.000.000. Promosi ini terlihat berhasil, laporan laba rugi dan neraca perusahaan terlihat menaik. Sayangnya, kemudian diketahui bahwa 40 persen mahasiswa gagal membayar piutangnya selama tahun 2015. Hal ini akan menyebabkan laporan laba rugi dan neraca tahun 2015 terlihat buruk. Penggunaan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih sering kali dicatat pada periode yang berbeda dengan pencatatan pendapatan. Sehingga tidak ada kesesuaiaan pembebanan beban piutang tak tertagih dengan pendapatan dilaporan laba rugi. Juga tidak dapat menunjukan jumlah piutang yang seharusnya dapat ditagih pada akun piutang usaha di neraca. Oleh karena itu, metode penghapusan langsung tidak dapat diterima untuk melaporkan piutang pada laporan keuangaan, kecuali nilai piutang tak tertagihnya sangat kecil. 2.5.2. Metode penyisihan untuk piutang tak tertagih Metode penyisihan (allowance method) untuk piutang tak tertagih dilakukan dengan cara mengestimasi jumlah piutang yang tidak tertagih pada akhir setiap periode. Hal ini akan memberikan kesesuaian pembebanan di laporan laba rugi dan memastikan penilaian piutang berdasarkan nilai realisasi kas (bersih) di neraca. Nilai realisasi kas (bersih) (cash(net)) adalah jumlah bersih piutang yang diperkirakan dapat diterima secara tunai. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui pengurangaan akun piutang tak tertagih dari nilai piutang. Piutang di neraca akan disajikan dengan cara seperti ini. Metode penyisihan lebih sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan jika
19
nilai piutang tak tertagih cukup besar. Berikut ini adalah tiga hal yang berkaitan dengan metode penyisihan : a. Piutang tak tertagih merupakan estimasi. Nilai estimasi ini diperlukan sebagai beban dan ditandingkan terhadap pendapatan pada periode yang sama dimana pendapatan dicatat. b. Piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih akan di debit ke Beban Piutang tak tertagih dan dikredit ke Penyisihan Piutang tak tertagih melalui jurnal penyesuaian pada setiap akhir periode. c. Jika ada sejumlah nilai piutang yang dihapuskan karena memang tidak dapat ditagih, maka akan didebit ke Penyisihan Piutang tak tertagih dan dikredit ke Piutang Usaha. 2.5.3. Mencatat Estimasi Piutang Tak Tertagih Untuk memberikan gambaran tentang metode penyisihan, asumsikan bahwa Hampson Furniture memiliki nilai penjualan kredit sebesar €1.200.000 pada tahun 2014. Dari jumlah tersebut, yang belum tertagih pada tanggal 31 Desember adalah €200.000. Manajer kredit mengestimasi bahwa €12.000 dari penjualan periode ini tidak dapat tertagih. Ayat jurnal penyesuaiaan untuk mencatat estimasi Piutang tak tertagih:
31 des
Beban piutang tak tertagih Penyisihan Piutang tak tertagih
12.000 12.000
(mencatat estimasi piutang tak tertagih) Beban Piutang tak tertagih akan disajikan pada laporan laba rugi sebagai
20
beban operasional (biasanya sebagai beban penjualan). Dengan demikian, estimasi Piutang tak tertagih ini akan dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2014. Beban akan dicatat pada tahun yang sama saat penjualan terjadi. Penyisihan Piutang tak tertagih menunjukan estimasi jumlah tagihan kepada pelanggan yang diperkirakan tidak tertagih di masa mendatang. Akun kontra ini digunakan sebagai pengurang langsung atas Piutang Usaha karena tidak tahu apakah pelanggan akan membayar. Saldo kredit pada akun penyisihan Piutang tak tertagih akan langsung dihapuskan jika benar-benar tidak terbayar. akun penyisihan Piutang tak tertagih akan mengurangi piutang usaha pada bagian aset lancar di neraca. 2.5.4 Dasar Yang Digunakan untuk Metode Penyisihan Ada dua dasar yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah yang dianggap tidak tertagih yaitu : 1. Persentase Penjualan Pada dasar persentanse penjualan (percentage of sales basis), manajemen mengestimasikan jumlah persentase atas penjualan kredit yang tidak akan tertagih. Besar persentase berdasarkan pengalamam masa lalu dan kebijakan pemberian kredit. Persentase ditetapkan atas total penjualan kredit atau penjualan kredit bersih dari suatu tahun berjalan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa Gonzalez Company memilih menggunakan dasar persentase penjulan. Perusahaan menetapkan bahwa 1% dari penjualan kredit bersih tidak akan tertagih. Jika penjualan kredit bersih untuk tahun 2014 adalah €800.000,
21
maka estimasi atas beban piutang tidak tertagih adalah €8.000 (1% x €800.000). ayat jurnal penyesuaian yang perlu di buat adalah: 31 des
Beban piutang Tak Tertagih
8.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
8.000
(mencatat estimasi piutang tak tertagih untuk tahun berjalan) 2. Persentase Piutang Pada dasar persentase piutang (percentage of receivables basis), manajemen mengestimasi berapa persentase piutang yang tidak akan tertagih. Perusahaan mempersiapakan skedul umur piutang, hal ini mengklasifikasikan saldo piutang pelanggan berdasarkan lamanya waktu piutang tersebut tidak terbayar. Oleh karena dasar pembuatannya waktu, maka analisis ini disebut dengan umur piutang usaha. Setelah membuat umur piutang usaha, barulah menentukan tingkat piutang tak tertagih. Hal ini dilakukan dengan menerapkan persentase berdasarkan pada pengalaman masa lalu untuk menjumlah piutang tak tertagih dalam masing-masing kelompok umur. Semakin lama piutang itu lewat dari jatuh tempo, maka semakin kecil piutang tersebut dapat ditagih. Jadi, estimasi persentase piutang tak tertagih akan meningkat seiring dengan penambahan umur piutang.
22
2.5.5 Perbandingan Metode Langsung dan Metode Penyisihan Menurut Warren (2013:454) Perbandingan Metode langsung dan metode Penyisihan adalah sebgai berikut : Keterangan
Metode Penghapusan
Metode Penyisihan
Langsung Mencatat
jumlah Ketika
piutang tak tertagih
piutang
aktual
usaha Menggunakan
dua
ditentukan dasar estimasi yaitu: (1)
berdasarkan
piutang persentanse penjualan
yang tak tertagih.
dan
(2)
persentanse
piutang. Akun penyisihan
Tidak
ada
akun Ada akun penyisihan.
penyisihan. Pengguna utama
Perusahaan kecil dan Perusahaan besar dan perusahaan
dengan perusahaan
dengan
piutang yang relative piutang yang relative sedikit.
2.6
besar.
Penghapusan Piutang Menurut Soemarso (2004) Adakalanya telah dapat dipastikan bahwa
piutang kepada seorang pelanggan tertentu tidak dapat ditagih. Sebabnya macammacam, misalnya, karena pelanggan yang bersangkutan telah dinyatakan pailit,
23
bangkrut atau lari ke luar negeri. Terhadap piutang yang demikian, harus dihapuskan. Penghapusan piutang (receivable write-off) berbeda dengan penyisihan piutang tak tertagih. Dalam penghapusan, saldo piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan perusahaan. Dengan penghapusan piutang tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang bersangkutan tidak akan muncul lagi dalam rincian piutang. Terhadap piutang yang telah dihapuskan perlu dibuatkan daftar nominative yang memuat nama dan alamat debitur, tanggal pinjaman diberikan serta saldo piutang yang dihapuskan. Untuk menggambarkan pencatatan penghapusan piutang anggaplah bahwa saldo piutang dagang pada tanggal 31 Desember 200A adalah Rp. 12.250. saldo penyisihan piutang tak tertagih yang berhubungan dengannya untuk tanggal yang sama adalah Rp. 315. Pada tanggal 15 Januari 200B diputuskan bahwa piutang kepada PT. Kurnia sebesar Rp. 50 dihapuskan karena yang bersangkutan telah dinyatakan bangkrut. Ayat jurnal yang perlu dibuatkan untuk mencatat penghapusan piutang ini adalah sebagai berikut: (D) (K)
Penyisihan piutang tak tertagih Piutang dagang/ PT Kurnia
50 50
Perhatikan bahwa akun yang didebit untuk penghapusan piutang adalah penyisihan piutang tak tertagih, bukan akun beban. Beban yang berhubungan dengan tidak tertagihnya piutang telah dicatat pada waktu dibuat penyisihan. Sementara itu, pada sisi kredit, jumlah piutang yang dihapuskan dicatat diakun piutang dagang di buku besar dan kartu piutang PT kurnia di buku piutang. Perhatikan juga bahwa ayat jurnal tersebut di atas tidak mempengaruhi jumlah
24
yang diharapkan akan dapat ditagih dari piutang dagang yang bersangkutan yaitu sebesar Rp. 11.935. 2.7 Penerimaan Piutang Dihapuskan Adakalanya, tanpa diduga-duga, piutang yang telah dihapuskan, ternyata dapat ditagih. Anggaplah bahwa dalam contoh di atas, pada tanggal 1 Juni 200B PT Kurnia datang dan melunasi utangnya. Ayat jurnal yang harus dibuat untuk kejadian ini adalah sebagai berikut: (1) (D)
Piutang Dagang/PT. Kurnia
(K)
50
Penyisihan piutang tak tertagih
50
(2) (D) (K)
Bank
50 Piutang dagang/PT Kurnia
50
Perhatikan bahwa ada dua ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan tagihan dari piutang yang sebelumnya telah dihapuskan. Ayat jurnal pertama digunakan untuk menyatakan kembali piutang kepada PT. Kurnia yang sebelumnya dikeluarkan dari pembukuan. Ayat jurnal kedua digunakan untuk mencatat penerimaan uang dari penagihan piutang seperti yang biasa dilakukan.
25
2.8 Penyajian Piutang Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013), Setiap jenis utama dari piutang harus disebutkan dalam neraca atau catatan atas laporan keuangan. Piutang jangka pendek akan dilaporkan sebagai bagian dari asset lancar di neraca, di bawah investasi jangka pendek. Investasi jangka pendek disajikan sebelum piutang, karena investasi jangka pendek lebih likuid (lebih cepat dikonversikan menjadi bentuk kas). Jumlah piutang kotor dan penyisihan piutang tak tertagih, keduanya harus dilaporkan secara bersama-sama. Pada laporan laba rugi bentuk bertahap, beban piutang tak tertagih dan beban jasa akan dilaporkan sebagai beban penjualan pada bagian beban operasi perusahaan. Pendapatan bunga akan dilaporkan pada laparan laba rugi dibawah “pendapatan dan beban lain” pada bagian aktivitas non-operasional perusahaan 2.9 Analisis Piutang Analisi Piutang Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013) adalah sebagai berikut. Rasio keuangan sering kali dihitung untuk mengevaluasi likuiditas piutang perusahaan. Rasio perputaran piutang usaha (accounts receivable turnover ratio) digunakan untuk menilai likuiditas piutang yang dapat ditagih selama suatu periode. Perhitungannya dilakukan dengan cara membagi penjualan kredit bersih (penjualan bersih dikurangi penjualan tunai) dengan piutang kotor rata-rata selama satu tahun. Piutang kotor rata-rata yang belum tertagih dapat dihitung dari saldo piutang usaha kotor awal tahun dan akhir tahun, kecuali factor musim memberikan pengaruh yang signifikan.
26
Sebagai contoh, Lenovo Group (CHN) memiliki penjualan bersih sebesar $14,901 juta sepanjang tahun. Pada awal tahun, saldo piutang (bersih) sebesar $861 juta dan saldo akhir tahun sebesar $728 juta. Dengan asumsi seluruh penjualan Lenovo adalah kredit, maka rasio perputaran piutang usaha dapat dihitung sebagai berikut. Perhitungan : Penjualan Kredit Bersih + Piutang Bersih rata-rata = Perputaran Piutang Usaha $14,901
+ $861 + $728/2
=
18.8 kali
Hasil perhitungan tersebut menjelaskan bahwa rasio peerputaran piutang usaha adalah 18.8 kali per tahun. Semakin tinggi perputaran piutang usaha maka semakin tinggi likuiditas piutang usaha perusahaan. Perhitungan rasio perputaran piutang dapat dianalisis lebih lanjut untuk membantu menjelaskan tingkat likuiditas dengan cara mengkonversi nilai tersebut menjadi waktu penagihan rata-rata (average collection period) dalam satuan hari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagi rasio perputaran piutang dengan 365 hari. Sebagai contoh, perputaran piutang di Lenovo sebesar 18.8 kali dan membaginya dengan 365 hari, sehingga diperoleh 19.4 hari.
27
Perhitungan : Hari dalam Tahun ÷ Perputaran Piutang UIsaha = Waktu Penagihan Rata-rata Dalam hari 365 hari
÷
18.8 kali
=
19.4 hari
Waktu penagihan rata-rata sering digunakan untuk menilai efektivitas kredit perusahaan dan kebijakan penagihan. Secara umum dapat dikatakan bahwa waktu penagihan rata-rata seharusnya tidak melebihi jangka waktu pemberian kredit (maksudnya, waktu yang diberikan perusahaan untuk pelanggan melakukan pembayaran).