BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Bank II.1.1. Pengertian Bank Menurut PSAK No. 31 (revisi 2000) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:31.1) definisi bank ialah sebagai berikut: “Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, bab 1 pasal 1 ayat (2) menyatakan, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Kasmir (2008:11) mengartikan bank secara sederhana sebagai, “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.
11
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkannya kembali kepada masyarakat, serta memperlancar lalu lintas pembayaran guna meningkatkan taraf hidup orang banyak.
II.1.2. Jenis-jenis Bank Praktik perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Menurut UU Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dijelaskan kembali oleh Kasmir (2008:27), jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut: a.
Bank milik pemerintah Bank milik pemerintah ialah bank yang dimiliki oleh pemerintah, baik akta pendirian, modal, dan seluruh keuntungannya.
b.
Bank milik swasta nasional Bank milik swasta nasional merupakan bank yang dimiliki oleh swasta nasional, baik seluruh atau sebagian besar modal, akta pendirian, dan keuntungannya.
c.
Bank milik asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri. Cabang tersebut dapat merupakan milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
12
d.
Bank milik campuran Bank milik campuran ialah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.
II.1.3. Pengaruh Bank Asing Masuknya investor asing baik berupa bank asing maupun bank campuran yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh asing, nyatanya tidak hanya melanda industri perbankan Indonesia, melainkan negara-negara di Asia lainnya, seperti Thailand. Mengacu pada Allison dan Suwanraks (1999), partisipasi bank asing yang kuat di industri perbankan Thailand memberikan efek yang besar. Salah satu contohnya adalah tidak ada lagi family banking yang dikuasai oleh orang-orang tertentu yang masih memiliki hubungan keluarga. Selain itu, keberadaan bank asing juga memberikan pengaruh yang baik terhadap penilaian manajerial dan teknologi dari bank domestik. Melihat besarnya pengaruh banyak masuknya bank asing terhadap sistem perbankan suatu negara, maka Claessens, Asli, dan Harry (2000) menjelaskan beberapa keuntungan yang timbul karenanya, yakni: 1)
Memimpin sistem bank dan finansial yang secara substansial sudah rapuh agar bisa kembali bangkit dari krisis;
2)
Mendorong praktek industri bank yang lebih baik karena bank asing yang datang pastinya memiliki keahlian terutama dalam risk management;
13
3)
Meningkatkan persaingan yang sehat dalam industri bank di negara tersebut serta dapat meningkatkan teknik manajemen dan sistem bank yang lebih efisien;
4)
Mengurangi bailout deposit dan kreditor lain yang tidak memiliki jaminan karena tidak akan menjadi berita politik. Ada pun beberapa pertimbangan mengenai keberadaan bank asing menurut
Roubini dalam summary yang ditulis oleh Feldstein (2000) ialah: 1)
Bank asing terkesan mengambil pinjaman terbaik, namun meninggalkan yang buruk untuk bank domestik;
2)
Bank asing cenderung meningkatkan peminjaman dana di kondisi yang baik, namun tidak pada saat kondisi sedang memburuk;
3)
Regulasi suatu negara cenderung memaksa bank asing menghemat lebih banyak daripada yang seharusnya.
4)
Tekanan politik membuat otoritas yang dimiliki local untuk menyediakan bailout bagi bank asing.
II.2. Laporan Keuangan II.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
14
yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.” Mengacu pada pendapat Kasmir (2008), kondisi bank dapat dilihat dari laporan keuangannya, termasuk kelemahan dan kelebihan bank dari kegiatan keuangan mau pun kinerja manajemen bank dalam periode tertentu. Sehingga, selain menunjukan kondisi keuangan suatu bank, laporan keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan.
II.2.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Melihat pentingnya peran laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan suatu bank, maka diperlukan pemahaman mengenai jenis-jenis laporan keuangan sebagai acuan dalam proses analisis. Mengacu pada Gibson (2009), jenis-jenis laporan keuangan ialah sebagai berikut: 1.
Balance Sheet (Statement of Financial Position) Balance sheet merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu, seperti posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank, dimana total aktiva harus sama dengan total pasiva.
2.
Income Statement (Statement of Earnings) Income statement merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu, dimana tercatat jumlah pendapatan, 15
jumlah biaya, jumlah keuntungan mau pun jumlah kerugian yang dialami oleh bank tersebut. 3.
Statement of Stakeholders’ Equity Statement of stakeholders’ equity merupakan laporan yang menunjukan rekonsiliasi dari awal sampai akhir akun modal yang dimiliki oleh bank.
4.
Statement of Cash Flows Statement of cash flows merupakan laporan yang berisi mengenai rincian arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode tertentu. Laporan ini memiliki tiga bagian, yakni arus kas dari operating activities, investing activities, dan financing activities.
5.
Notes to the Financial Statements Notes to the financial statements merupakan laporan yang mengungkapkan informasi tambahan mengenai hal-hal yang ada di dalam laporan keuangan serta mengungkapkan tambahan informasi keuangan lainnya. Laporan ini sangat diperlukan dalam memahami rincian laporan keuangan yang ada.
II.3. Penilaian Kinerja Keuangan Bank Menurut Metode CAMELS Mengacu pada pendapat Kasmir (2008), untuk mengetahui kondisi bank yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat, atau mungkin sakit, perlu dilakukan penilaian kesehatan yang menunjukan kinerja bank tersebut. Kinerja bank
16
dapat dijadikan ukuran keberhasilan bagi manajemen bank dan pedoman untuk langkah perbaikan selanjutnya. Untuk melakukan control terhadap kinerja, maka Bank Indonesia mewajibkan bank-bank mengirimkan laporan keuangan secara berkala baik secara triwulan, semesteran, maupun tahunan untuk menguji ketepatan dan kekecukupan hasil analisis bank. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 Pasal 1 (4) tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyatakan, “Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar”. Mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, terdapat berbagai metode untuk mengukur kesehatan suatu bank. Salah satunya adalah dengan analisis CAMELS. Unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMELS adalah sebagai berikut: 1)
Capital (Permodalan) Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy rasio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). 17
Modal
CAR =
x 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Berdasarkan ketentuan BI, bank yang dinyatakan sebagai bank sehat harus memiliki CAR minimal 8%. Bila bank memiliki CAR di bawah 8%, maka bank tersebut memerlukan modal tambahan dari pemegang saham atau pun merger dengan bank yang memiliki CAR yang tinggi. 2)
Assets (Kualitas Aset) Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk menilai kualitas aset suatu bank ialah Non Performing Loan (NPL). NPL ialah rasio untuk menghitung tingkat kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank terhadap tingkat kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, namun tidak termasuk tingkat kredit yang diberikan kepada bank lain. Kredit bermasalah dapat dikualifikasikan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.
Total Kredit Bermasalah NPL =
x 100 % Total Seluruh Kredit
Berdasarkan SE Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, NPL yang ditetapkan oleh BI maksimum sebesar 5%. Apabila NPL bank semakin rendah, 18
maka semakin baik karena jumlah kredit macet pada bank tersebut semakin kecil, dan sebaliknya. 3)
Management (Manajemen) Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko; b. kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
4)
Earning (Rentabilitas) Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Adapun beberapa rasio yang digunakan untuk menilai rentabilitas suatu bank ialah sebagai berikut: 1. NIM (Net Interest Margin) NIM digunakan untuk mengetahui pendapatan bunga bersih dalam 12 bulan yang mampu diperoleh oleh bank, dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif bank.
Pendapatan Bunga Bersih NIM =
Rata-Rata Aktiva Produktif
x 100 %
19
2. BOPO (Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional) Untuk mengetahui tingkat perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank dengan pendapatan operasional yang diperoleh bank, maka dapat digunakan rasio BOPO. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi bank tersebut.
Beban Operasional BOPO =
5)
Pendapatan Operasional
x 100%
Liquidity (Likuiditas) Untuk menilai tingkat likuiditas suatu bank, dapat digunakan Loan To Deposit Ratio (LDR). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kreditkredit yang telah diberikan kepada para debiturnya.
LDR =
Kredit Yang Diberikan
x 100%
Dana Pihak Ketiga
Jumlah kredit yang diberikan dalam rumus di atas adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir / ditarik / dicairkan. Dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan dan deposito. LDR yang tinggi menunjukkan profit margin yang lebih tinggi, namun memiliki risiko yang juga tinggi. Sebaliknya, LDR yang rendah juga tidak menunjukkan kinerja yang bagus
20
karena risiko yang ditanggung lebih kecil, karena hal tersebut berarti menunjukkan bank tidak mampu memaksimalkan profitnya. 6)
Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar) Penting untuk melihat sensitivitas terhadap risiko market supaya tujuan untuk memperoleh laba dapat tercapai dan kesehatan bank pun terjamin. Ada pun risiko yang harus dihadapi ialah risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan. Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. kemampuan modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar; b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat hubungan yang erat antar aspek yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja keuangan dengan menggunankan metode CAMELS, seperti yang disajikan dalam gambar berikut: Gambar 2.1 Hubungan Teoritis Aspek-aspek Dalam Metode CAMELS
LDR
BOPO
CAR
NIM
NPL
21
Apabila LDR meningkat, maka akan menyebabkan BOPO menurun. Penurunan BOPO akan berpengaruh pada kenaikan NIM karena adanya efisiensi beban sehingga profit meningkat. NPL yang menurun juga dapat menyebabkan kenaikan NIM karena adanya menurunnya jumlah kredit yang bermasalah. Selain itu, CAR yang mengindikasikan kemampuan bank dalam menyediakan modal minimum pun ikut meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa meningkatnya LDR, maka CAR pun akan ikut meningkat. Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan bank menurut metode CAMELS ialah seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan Metode CAMELS Aspek
Kondisi
Keterangan
CAR
Meningkat
Semakin baik
NPL
Menurun
Semakin baik
NIM
Meningkat
Semakin baik
BOPO
Menurun
Semakin baik
LDR
Antara 78% – 100%
Semakin baik
II.4. Penilaian Kinerja Keuangan Bank Menurut Profitability Analysis Salah satu tolak ukur yang paling diminati oleh para investor dalam menilai kesehatan suatu bank dilihat dari tingkat profitabilitas yang dihasilkan. Tingkat
22
profitabilitas merupakan tingkat keuntungan yang didapat suatu bank sebagai hasil dari kinerja keuangan mau pun operasionalnya selama periode tertentu. Mengacu pada Kasmir (2008), ada pun beberapa rasio rentabilitas yang sering kali disebut profitabilitas yakni: 1)
Net Profit Margin (NPM) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan operasi pokok bank dalam menghasilkan net income.
Net Income Net Profit Margin =
2)
Operating Income
x 100%
Return on Equity (ROE) ROE digunakan untuk membandingkan laba bersih perusahaan dibandingkan dengan total ekuitas yang dimilikinya.
Return on Equity Capital =
Net Income
x 100%
Equity
3)
Return on Assets (ROA) Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba.
Return on Assets =
Net Income
x 100%
Total Assets
23
4)
Rate Return on Loans (RROL) Rasio ini digunanakan dalam mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan perkreditannya.
Rate Return on Loans =
Interest Income
x 100%
Total Loans
Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan bank menurut Profitability Analysis ialah seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan Profitability Analysis Aspek
Kondisi
Keterangan
NPM
Meningkat
Semakin baik
ROE
Meningkat
Semakin baik
ROA
Meningkat
Semakin baik
RROL
Meningkat
Semakin baik
II.5. Penilaian Kinerja Keuangan Bank Menurut Credit Analysis Pengertian analisis kredit menurut Palepu, Healy dan Bernard (2004:10-1) adalah sebagai berikut: “Credit analysis is the evaluation of a firm from the perspective of a
24
holder or potential holder of its debt, including trade payables, loans, and public debt securities”. Analisis kredit dibutuhkan oleh para investor dalam menilai obligasi yang dimiliki oleh perusahaan. Meskipun bukan merupakan tolak ukur utama, namun dengan mengetahui credit rating atas obligasi yang dimiliki perusahaan, para investor sedikit banyak dapat menilai kemampuan perusahaan dalam mengelola obligasinya. Sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi yang akan dilakukan oleh investor. Indonesia sebagai negara berkembang pun tidak lepas dari penilaian rating tersebut yang dilakukan oleh Standard & Poor’s yang bekerja sama dengan PT. Pefindo. Dijelaskan oleh Farid dalam artikel Obligasi RI: MenKeu Tak Risaukan Peringkat S&P (www.kompas.com, 1996), untuk tahun 1995 dan 1996, Indonesia menempati peringkat BBB menurut Standard & Poor’s, yaitu dinilai memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan dan penarikan dana pada waktunya, namun sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Sedangkan pada tahun 2003, peringkat Indonesia untuk debt ratingnya menurun menjadi B. Namun pada 2004, Indonesia mengalami sedikit perkembangan menempati B+. Hal tersebut menunjukkan kualitas bonds Indonesia yang dinilai masih berkualitas menengah rendah dan agak spekulatif. Menurut Standard and Poor’s (lembaga khusus di U.S. yang memberikan debt ratings perusahaan), ada beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai peringkat suatu perusahaan, yakni sebagai berikut:
25
1.
EBIT Interest Coverage Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan earning yang diperoleh oleh perusahaan sebelum dipotong pajak dan bunga, dapat mengatasi jumlah beban bunga yang ada.
EBIT Interest
2.
Return on Capital Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar earning yang diperoleh oleh perusahaan sebelum dipotong pajak dan bunga, bila dibandingkan dengan total modal dan hutang yang dimiliki peerusahaan.
EBIT Total Debt + Equity
3.
Total Debt to Capital Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar porsi hutang bila dibandingkan dengan total modal keseluruhan yakni total hutang dan ekuitas perusahaan. Total Debt Total Debt + Equity
Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan bank menurut Credit Analysis ialah seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut: 26
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan Credit Analysis Aspek
Kondisi
Keterangan
EBIT Interest Coverage
Meningkat
Semakin baik
Return on Capital
Meningkat
Semakin baik
Totat Debt to Capital
Meningkat
Semakin baik
II.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kinerja bank sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Bonin, Hasan, dan Wachtel (2003) dalam paper yang berjudul Bank Performance, Efficiency, and Ownership in Transition Countries menggunakan 220 bank yang terdapat di 11 negara Eropa sebagai sampel, dan melakukan analisis dengan membandingkan ROA untuk menilai tingkat profitabilitas dan efficiency score untuk menilai efisiensi bank periode 1996-2000, serta melakukan obervasi terhadap ekonomi makro tiap negara. Mereka menjelaskan bahwa kinerja bank-bank yang kepemilikannya mayoritas dimiliki oleh investor asing memiliki tingkat profitabilitas dan ROA yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank domestik milik pemerintah, namun tidak diiringi dengan tingkat biaya yang efisien. Penelitian sejenis pun dilakukan oleh Chantapong (2005) dengan judul Comparative Study of Domestic and Foreign Bank Performance in Thailand: The Regression Analysis. Ia menggunakan 23 bank baik bank domestik, bank yang mayoritas 27
dimiliki investor asing, maupun cabang dari bank asing yang ada di Thailand, untuk 6 periode penelitian, yakni 1995-2000. Sedangkan metode yang digunakan ialah analisis rasio dari balance sheet dan income statement. Chantapong melakukan penelitian dengan tujuan untuk membandingkan kinerja antara bank domestik dan bank campuran terutama dalam tingkat profitabilitasnya. Adapun kesimpulan yang dihasilkan nyatanya memiliki kesamaan dengan Bonin, Hasan, dan Wachtel, yaitu profitabilitas bank campuran menunjukan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank domestik, yang tidak dikuasai oleh investor asing. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan analisis sejenis dengan beberapa metode lain, dan melihat apakah partisipasi investor asing dalam perbankan Indonesia, terutama bank-bank swasta yang telah diakuisisi oleh asing juga memiliki dampak yang serupa. Namun, peneliti memfokuskan penelitian pada perbandingan kinerja keuangan bank itu sendiri dalam periode waktu yang berbeda, di saat kondisi bank diasumsikan sehat, yakni sebelum dan sesudah krisis terjadi serta sebelum dan sesudah akusisi dilakukan oleh investor asing.
28