BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank` “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. (Kasmir, 2008 : 2 ; Kasmir, 2008 : 11). Dendawijaya mengemukakan pengertian bank (2009 : 14) sebagai berikut: Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Peran bank sebagai lembaga keuangan perbankan juga dinyatakan oleh Sastradipoera (2001 : 17) bahwa “bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang pihak lain, atau dengan mengedarkan alat bayar baru. Usaha pokok perbankan adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.
Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 ayat (2) Tahun 1998 adalah sebagai berikut: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
12
13
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Berdasarkan pada pengertian bank tersebut, jelas bahwa bank merupakan suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat untuk disalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukan dana.
2.1.2 Fungsi Bank Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Fungsi utama perbankan Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Sastradipoera (2001 : 18) adalah sebagai berikut: Sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Di samping melaksanakan fungsi kolektif dan distributif tersebut, bank pun bertindak sebagai pusat struktur keuangan yang kompleks secara nasional dan internasional. Melalui operasi kredit pasif bank menerima simpanan, deposito berjangka, rekening Koran atau giro, sedangkan melalui operasi kredit aktif bank memberikan kredit dari modal sendiri, tabungan masyarakat, dan ‘penciptaan uang bank. Lebih lanjut, Naja (2007 : 14) mengemukakan fungsi bank secara terperinci sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Fungsi menghimpun dana Fungsi memberikan kredit. Fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Fungsi sebagai media kebijaksanaan moneter Fungsi lainnya. Penjelasannya fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Menghimpun dana Dana yang dikumpulkan oleh perbankan pada dasarnya berasal dari tiga sumber pokok, yaitu dari masyarakat yang mempunyai kelebihan
14
pendapatan, dari lembaga-lembaga penanaman modal yang mempunyai dana, dan untuk diputarkan secara terus menerus, serta dari dunia usaha dan masyarakat yang mempunyai kelebihan dana sementara. 2. Fungsi memberikan kredit Dengan menggunakan dana yang bervariasi sumbernya tersebut, bank dapat menggunakan dana tersebut untuk pemberian kredit bagi dunia usaha
maupun
masyarakat
dengan
perhitungan
yang
tidak
membahayakan pemenuhan kewajiban kepada para penyimpan sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan yang diharapkan. 3. Fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Fungsi ini dilakukan dalam pemberian jaminan bank, pengiriman uang dari satu daerah ke daerah lain, pembukaan L/C di dalam maupun di luar negeri. 4. Fungsi sebagai media kebijaksanaan moneter Perbankan dalam hal ini bank penerima simpanan giro sering dikatakan mempunyai kemampuan untuk menciptakan uang. Berdasarkan kemampuan tersebut maka perbankan menjadi media terpenting bagi bank sentral dalam pelaksanaan kebijakan moneter. 5. Fungsi lainnya. Yang dimaksud fungsi lainnya di sini antara lain adalah fungsi penyedia informasi,
fungsi
pemberian
penyelenggara administrasi.
konsultasi
dan
fungsi
bantuan
15
2.1.3 Jenis-Jenis Bank Jenis-jenis bank berdasarkan fungsinya menurut UU No.10 tahun 1998 ada dua jenis, yaitu : 1. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsisp syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Dendawijaya (2009 : 15) bank dikelompokkan ke dalam empat kelompok berikut: 1. Jenis bank berdasarkan undang undang. Yaitu : bank umum, dan bank perkreditan rakyat. 2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya. Yaitu : bank milik Negara, bank milik pemerintah daerah, bank milik swasta nasional, bank milik swasta campuran, bank milik asing. 3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya. Yaitu: bank retail (retail bank), bank korporasi (corporate bank), bank komersial (commercial bank), bank pedesaan (rural bank), bank pembangunan (development bank). 4. Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha. Yaitu : bank konvensional, dan bank berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan Jenis-jenis bank yang dikemukakan oleh Kasmir (2008 : 27) diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut: 1. Menurut kepemilikannya bank terbagai ke dalam lima bagian, diantaranya: bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional (termasuk bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi), bank milik asing, bank milik campuran. 2. Dilihat berdasarkan status terdiri dari dua jenis, yaitu bank devisa dan bank non devisa. 3. Jenis bank berdasarkan cara menentukan harga terbagi ke dalam dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
16
Penjelasannya : 1. Bank milik pemerintah, yaitu bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh pemerintahan, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. 2. Bank milik swasta nasional, yaitu bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya diambil oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. 3. Bank milik koperasi, yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. 4. Bank milik asing, yaitu bank milik swasta asing atau pemerintah asing suatu negara yang membuka cabang di Indonesia. 5. Bank milik campuran, yaitu bank yang sahamnya dimiliki swasta nasional dan pihak asing, namun pemilik mayoritas saham bank campuran adalah warga negara Indonesia. 6. Bank devisa, yaitu bank yang dapat melakukan transaksi ke luar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. 7. Bank non devisa, yaitu bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. 8. Bank
yang berdasarkan
prinsip
konvensional,
dalam
mencari
keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank ini dibagi dua, yaitu:
17
a. Menetapkan bunga sebagai harga produk simpanan dan produk pinjaman (kredit). b. Untuk jasa perbankan yang lain menggunakan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu. 9. Bank syariah, dalam penentuan harga produk bank syariah, berdasarkan pada aturan atau perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain dalam menyimpan dan atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank syariah, yaitu: a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah). c. Prinsip
jual
beli
barang
dengan
memperoleh
keuntungan
(murabahah). d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari bank oleh pihak lain (ijarah wa itiqna). f. Jasa bank lainnya berdasarkan prinsip syariah. 10. Bank retail (retail bank), yaitu bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah retail (skala kecil). Yang dimaksud dengan retail adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang skalanya kecil.
18
11. Bank Korporasi (corporate bank), bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar. Umumnya nasabah besar berbentuk korporasi. 12. Bank komersial (commercial bank), bank yang memiliki asset utama berupa pinjaman dan kewajiban utama lain yaitu tabungan (deposits). 13. Bank pedesaan (rural bank), bank yang membantu merasionalisasi daerah berkembang atau negara berkembang untuk membiayai kebutuhan mereka khususnya mengenai kemajuan proyek-proyek pertanian. 14. Bank
pembangunan
(development
bank),
bank
yang
dalam
pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk deposito dan/atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang, serta memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.
2.1.4 Kegiatan Bank Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank menurut UU No.10 tahun 1998 Pasal 6 tentang perbankan diantaranya sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. Memberikan kredit; 3. Menerbitkan surat pengakuan utang; 4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: Surat-surat wesel surat pengakuan utang Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah
19
5. 6.
7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
14.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun Surat berharga lain berjangka waktu sampai satu tahun; Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasrkan suatu kontrak; Melakukan penempatan dana dan menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya; Melakukan kegiatan anjak piutang, kartu kredit dan kegiatan wali amanat; Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan-kegiatan Bank menurut Kasmir (2008 : 34) adalah sebagai
berikut: 1. Menghimpun dana dari maasyarakat (funding) dalam bentuk: simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), simpanan deposito (time deposit). 2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit: kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit produktif, kredit konsumtif. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services). Masing-masing dari kegiatan bank tersebut dapat diuraikan dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding)
20
Kegiatan menghimpun dana yang dilakukan oleh bank adalah kegiatan membeli dana dari masyarakat atau nasabah. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana ini dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai simpanan. Jenis-jenis simpanan yang ada ini adalah: a. Simpanan Giro (Demand Deposit) Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Rekening giro biasa digunakan oleh para pengusaha, baik perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga simpanan lainnya. b. Simpanan tabungan (Saving deposit) Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. c. Simpanan deposito (Time deposit) Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut, jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. 2. Menyalurkan dana (Lending)
21
Menyalurkan dana yang dilakukan oleh bank merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun darin masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit, kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan oleh bank meliputi : a. Kredit Investasi Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit investasi memiliki jangka waktu diatas satu tahun. b. Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha, biasanya kredit modal kerja ini berjangka wakru pendek, tidak lebih dari satu tahun. c. Kredit perdagangan Kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas kegiatan perdagangannya. d. Kredit produktif Kredit
ini
diberikan
untuk
diusahakan
kembali
sehingga
pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
22
Biasanya kredit jenis ini dapat berupa investasi, modal kerja atau perdagangan. e. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi, yang merupakan keperluan konsumsi, baik sandang, pangan maupun papan. 3. Memberikan Jasa-jasa bank lainnya (Services) Jasa-jasa
bank
lainnya
merupakan
kegiatan
penunjang
untuk
mendukung kelancaran kegiatan utama bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan memberikan jasa ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank. Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilakukan oleh suatu bank maka akan semakin baik pula kualitas bank tersebut di mata para nasabahnya. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas mengenai kegiatan yang dilakukan oleh suatu bank, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama suatu bank itu adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan, dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam berbagai jenis kredit yang diberikan. Akan tetapi, selain dua kegiatan utama tadi, ada lagi kegiatan penunjang yang dilakukan oleh pihak bank yang tak kalah pentingnya, yaitu memberikan jasa-jasa (services) lainnya, diantaranya ; 1. Transaksi jual beli seperti surat-surat berharga dan pelelangan.
23
2. Melakukan kegiatan dalam penyertaan modal pada perusahaan lain. 3. Pemberian fasilitas-fasilitas misalnya menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat membantu dan mempermudah para nasabahnya.
2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “credere” yaitu kepercayaan. Atau berasal dari bahasa latin yaitu “creditum” yang mempunyai arti kepercayaan akan kebenaran Kepercayaan ini merupakan keyakinan dari seseorang atau badan usaha yang memberikan kredit (kreditur) atas kemampuan dan kesanggupan penerima kredit (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu, sesuai dengan yang diperjanjikan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan, yaitu kepercayaan dari kreditur bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Maka kreditur percaya bahwa kredit tidak akan macet. Adapun uraian singkat pengertian kredit menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, yaitu: Kredit merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
24
Menurut
Pedoman
Akuntansi
Perbankan
Indonesia
(PAPI)
mendefinisikan kredit sebagai berikut : Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan. Dari
uraian-uraian
mengenai
pengertian
kredit
maka
dapat
disimpulkan bahwa kredit ialah kegiatan penyediaan dan penyaluran dana atau barang dan jasa dari kreditur kepada nasabah (debitur) dengan dasar kepercayaan dan kesepakatan yang mewajibkan nasabah (debitur) untuk melunasi pinjaman berupa pokok pinjaman beserta bunganya berdasarkan jangka waktu dan tingkat bunga yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2.2 Unsur-Unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Fahmi & Hadi (2009 : 7) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kepercayaan; Waktu; Risiko; Prestasi; Adanya kreditur; Adanya debitur. Menurut Kasmir (2008 : 103) unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah
kredit adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Kepercayaan Kesepakatan Jangka Waktu Resiko Balas Jasa
25
Penjelasan unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan. Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama dari unsur kredit yang harus ada karena tanpa ada rasa saling percaya antara kreditur dan debitur maka akan sangat sulit terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena dalam konsep sekarang ini kreditur dan debitur adalah mitra bisnis. 2. Waktu. Waktu (time) adalah bagian yang paling sering dijadikan kajian oleh pihak analis finance khususnya oleh analis kredit. Ini dapat dimengerti karena bagi pihak kreditur saat ia menyerahkan uang kepada debitur maka juga harus diperhitungkan juga saat pembayaran kembali yang akan dilakukan oleh debitur itu sendiri, yaitu limit waktu yang tersepakati dalam perjanjian yang telah ditandatangani kedua belah pihak. 3. Risiko. Risiko ini menyangkut persoalan seperti degree of risk. Dimana yang paling dikaji adalah pada saat keadaan yang terburuk yaitu pada saat kredit tersebut tidak kembali atau timbulnya kredit macet. Ini menyangkut dengan persoalan seperti lamanya waktu pemberian kredit yang menyebabkan naiknya tingkat resiko yang timbul, karena para pebisnis menginginkan adanya ketepatan waktu dalam proses pemberian kredit ini. Lamanya proses pemberian kredit ini tidak
26
terlepas dari berbagai masalah seperti menyangkut dengan kajian dan analisis
apakah
kredit
tresebut
layak
diberikan
dan
ukuran
kelayakannya sejauh mana untuk pantas dicairkan. 4. Prestasi. Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditur untuk diberikan kepada debitur. Pada dasarnya bentuk atau objek dari kredit itu sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang tapi juga dalam bentuk barang dan jasa (goood and service). Namun pada saat sekarang ini pemberian kredit dalam bentuk uang adalah lebih dominan terjadi pada bentuk barang. Maka bagi pihak kreditur akan sangat menilai akan bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak debitur dalam usahanya atau prestasinya mengelola kredit yang diberikan tersebut. 5. Adanya kreditur. Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang (money), barang (goods), atau jasa (service) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari hasil pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk interest (bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah dipinjam tersebut. 6. Adanya debitur. Debitur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memerlukan uang (money), barang (goods), atau jasa (service) dan berkomitmen untuk dapat mengembalikannya tepat sesuai dengan waktu yang disepakati
27
serta
bersedia
menanggung
berbagai
resiko
jika
melakukan
keterlambatan sesuai dengan ketentuan administrasi dalam kesepakatan perjanjian yang tertera di sana. 7. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan. 8. Balas Jasa Bagi bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian suatu menurut Kasmir (2008 : 105) sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Maksudnya, jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini, uang hasil penyaluran kredit akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, daerah yang kekurangan akan mendapat tambahan dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang
28
4.
5.
6.
7.
8.
Hasil penyaluran kredit, akan digunakan oleh debitur untuk mengolah barang tidak berguna menjadi barang yang lebih berguna. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat digunakan untuk menambah atau memperlancar jumlah peredaran barang. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan adanya kredit yang disalurkan akan membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Akan meningkatkan kegairahan berusaha terutama bagi pengusaha yang modalnya pas-pasan. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Jika kredit yang diberikan untuk membangun sebuah pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Untuk meningkatkan hubungan internasional Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya. Adapun fungsi kredit perbankan dalam aktivitas perekonomian suatu
negara menurut Fahmi & Hadi (2009 : 50) sebagai berikut : 1. Fungsi kredit untuk berusaha memposisikan uang sebagai sebagai alat pertukaran yang efektif; 2. Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha; 3. Fungsi kredit sebagai pengawas moneter; 4. Fungsi kredit sebagai bagian untuk menghindari pemusatan finansial; 5. Fungsi kredit untuk menciptakan suatu pemerataan pendapatan; 6. Fungsi kredit sebagai salah satu alat dalam menggairahkan bisnis internasional; 7. Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas pengguynaan barang dan jasa; 8. Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi. Kemudian disamping tujuan diatas, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut Kasmir (2008 : 106) : 1. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah
29
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya, dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan. 3. Membantu pemerintah Bagi pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil. Adapun tujuan dari pemberian kredit menurut Muchsin (2009, dalam www.masyarakatjalantolindonesia.blogspot.com ) sebagai berikut: 1. Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan; 2. Kredit dapat memberikan potensi untuk mengembangkan usaha; 3. Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan; 4. Kredit merupakan sarana dalam memacu pembangunan; 5. Kredit dapat meningkatkan arus dana dan jumlah uang beredar; 6. Kredit dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian; 7. Kredit dapat meningkatkan pendapatan Negara dari pajak. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan dan fungsi kredit yang diberikan oleh bank selain untuk menghasilkan keuntungan yang akan bermanfaat bagi pihak bank sendiri, fungsi dan tujuan dari pemberian kredit oleh bank adalah dapat memperlancar jalannya kegiatan perbankan di suatu negara, yang tentunya sangat menguntungkan bagi pihak pihak yang terlibat di dalamnya, baik itu bank, nasabah, masyarakat umum dan negara. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan pemberian kredit ini, bank harus benar-benar mengarahkan kreditnya, agar sesuai dengan fungsi dan tujuan yang telah diterapkan.
30
2.2.4 Jenis-Jenis Kredit Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum menurut Kasmir (2008 ; 109) jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain : 1. Dilihat dari segi kegunaan, terdiri dari : a. Kredit Investasi b. Kredit Modal Kerja 2. Dilihat dari segi jangka waktu, terdiri dari : a. Kredit Jangka Pendek b. Kredit Jangka Menengah c. Kredit Jangka Panjang 3. Dilihat dari segi jaminan, terdiri dari : a. Kredit dengan Jaminan b. Kredit tanpa Jaminan 4. Dilihat dari sektor usaha, terdiri dari : a. Kredit Pertanian b. Kredit Peternakan c. Kredit Industri d. Kredit Pertambangan e. Kredit Pendidikan f. Kredit Profesi g. Kredit Perumahan h. Dan sektor-sektor lainnya. 5. Dilihat dari segi tujuan kredit, terdiri dari : a. Kredit Perdagangan b. Kredit Produktif c. Kredit Konsumtif Adapun menurut Suyatno (2007 : 25)
jenis-jenis kredit yang
diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu sebagai berikut: 1. Kredit dilihat dari sudut tujuannya a. Kredit Konsumtif b. Kredit Produktif c. Kredit Perdagangan. Terdiri atas: 1. Kredit Perdagangan Dalam Negeri 2. Kredit perdagangan Luar Negeri
31
2. Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya. a. Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan) b. Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan) c. Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan) 3. Kredit dilihat dari sudut jaminannya a. Kredit Tanpa Jaminan (Unsecured loan) b. Kredit dengan Agunan (Secured Loan) 4. Kredit dilihat dari sudut Penggunaannya a. Kredit Eksploitasi b. Kredit Investasi Penjelasan dari jenis-jenis kredit tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi bagi peminjam artinya uang kredit akan habis untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Kredit Produktif, yaitu kredit yang ditujukan untuk keperluan peningkatan usaha baik usaha produktif. 3. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk di jual lagi. Kredit perdagangan ini terdiri dari perdagangan yang dilakukan di dalam dan luar negeri.
4. Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu selama- lamanya 1 tahun.
5. Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun.
6. Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan), yaitu Kredit yang jangka waktunya melebihi jangka waktu 3 tahun.
7. Kredit Tanpa Jaminan (Unsecured loan), yaitu Kredit yang diberikan tanpa menggunakan jaminan dari pihak pemohon/nasabah.
32
8. Kredit dengan Agunan (Secured Loan), yaitu kredit yang diberikan dengan menggunakan jaminan dari pemohon. nasabah.
9. Kredit Eksploitasi, yaitu kredit yang biasanya diperlukan perusahaan untuk
meningkatkan
produksi
baik
peningkatan
kualitatif
yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi maupun peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi.
10. Kredit Investasi, yaitu kredit yang dipergunakan untuk keperluan investasi yaitu penanaman modal.
11. Kredit Pertanian, yaitu kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang digunakan untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian.
12. Kredit Peternakan, yaitu kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang digunakan untuk membiayai sektor peternakan.
13.
Kredit Industri, yaitu kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang digunakan untuk membiayai sektor industri.
14. Kredit Pertambangan, yaitu kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang digunakan un tuk membiayai sektor pertambangan, biasanya dalam jangka panjang.
15. Kredit Pendidikan, yaitu kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana pendidikan.
16. Kredit Profesi, kredit yang diberikan kepada kalangan professional. 17. Kredit Perumahan, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai pembelian atau pembangunan sebuah rumah atau perumahan.
33
2.2.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Prinsip-prinsip yang dianut dalam pemberian kredit menurut Kasmir (2008 : 117) terdiri dari analisis 5 C dan 7 P, yaitu sebagi berikut :
1. 2. 3. 4. 5.
Penilaian dengan analisis 5 C, yang dilihat yaitu : Character Capacity Capital Condition Colleteral
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sedangkan penilaian dengan analisis 7 P yang dilihat yaitu: Personality Party Perpose Prospect Payment Profitability Protection Penjelasan dari prinsip-prinsip pemberian kredit di atas adalah sebagai
berikut : 1. Character (Watak) Keyakinan terhadap debitur/calon debitur bahwa yang bersangkutan mempunyai moral, watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. 2.
Capacity (Kemampuan) Penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit.
34
3. Capital (Modal) Penilaian mengenai jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur, atau untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak. Analisis ini juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman. 4. Collateral (Jaminan) Penilaian barang-barang agunan yang telah diserahkan oleh debitur sebagai agunan atas kredit yang diterimanya bermanfaat sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai kredit tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. 5. Condition (Kondisi Perekonomian) Penilaian terhadap situasi dari kondisi politik, sosial, budaya dan lainlain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Sedangkan penilaian kredit berdasarkan prinsip 7P, yaitu sebagai berikut: 1. Personality (kepribadian) Yaitu melihat nasabah dari segi kepribadian atau tingkah laku seharihari maupun kepribadian masa lalu mencakup sikap, emosi, tingkah
35
laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya. 2.
Party (golongan) Yaitu pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3.
Purpose (tujuan) Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam, apakah untuk tujuan konsumtif atau untuk tujuan produktif.
4. Prospect (prospek) Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak menguntungkan atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. 5. Payment (sumber pembayaran) Yaitu bagaimana rencana nasabah dalam mengembalikan kredit yang telah diterimanya atau dari mana saja sumber dana yang diperolehnya dalam pengembalian kredit yang diperolehnya. 6.
Profitability (kemampuan untuk membayar keuntungan) Yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba, profitability ini di ukur dari periode ke periode, apakah
36
akan sama ataupun akan semakin meningkat dengan adanya tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7.
Protection (perlindungan) Yaitu
bertujuan
untuk
menjaga
agar
kredit
yang
diberikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.
2.2.6 Resiko Kredit Menurut Firdaus dan Ariyanti (2008 : 34) Walaupun penyusunan perencanaan kredit telah melalui analisis SWOT, namun hendaknya tetap memperhitungkan risiko yang mungkin timbul yaitu gagalnya pengembalian sebagian kredit yang diberikan dan menjadi kredit bermasalah sehingga mempengaruhi pendapatan bank. Hal tersebut biasa terjadi dalam bisnis perbankan dimana hampir mustahil bahwa semua kredit yang disalurkan akan 100% berjalan lancar sehinggasedikit atau banyak bank akan menghadapi kredit bermasalah (non performing loans/NPL). NPL tersebut disebabkan oleh adanya risiko kredit yang antara lain disebabkan oleh: 1. Risiko usaha Berbagai jenis usaha, masing-masing mempunyai risiko yang berbedabeda. secara umum jenis usaha yang tingkat keuntungannya tinggi, biasanya mengandung risisko yang tinggi pula (high return high risk). Sebaliknya jenis usaha yang tingkat keuntungannya rendah, maka risikonya pun rendah (low return low risk). 2. Risiko geografis Risiko geografis dari suatu jenis usaha erat kaitannya dengan bencana alam, misalnya perkebunan, perternakan, pabrik/industry yang beralokasi berdekatan dengan gunung berapi atau di dekat muara sungai yang sering banjir, akan sagat berisiko terkena bencana (semburan lahar panas dari gunung berapi atau tergenang luapan air karena banjir). Demikian juga jenis usaha yang berada di lingkungan pemukiman penduduk namun mengganggu dan mencemarkan lingkungan baik karena bising, atau adanya limbah beracun dan lain sebagainya, biasa saja usahanya diprotes penduduk sehingga harus ditutup. Termasuk dalam risiko geografis adalah apabila lokasi usaha berada di tempat tertentu yang sering kali terganggu oleh kerumunan masa yang berunjuk rasa sehingga langganan menjadi tidak nyaman akibat kemacetan lalu lintas, susah memarkir kendaraan dan lain sebagainya.
37
3. Risiko keramaian/keamanan/tawuran/perkelahian Jelas sekali bahwa situasi keramaian yang tidak kondusif akan sangat mengganggu jalanya perusahaan. Situasi keamanan yang buruk dapat dipercontohkan dengan adanya tawuran/perkelahian, peperangan atau pembunuhan, jelas akan berdampak negative pada lancarnya usaha yang pada gilirannya akan mengganggu kelancaran pengembalian kredit. 4. Risiko politik/kebijakan pemerintah Banyak terjadi kegagalan kredit yang disebabkan oleh gagalnya usaha debitur sebagai akibat dari tidak konsistennya kebijakan/ketentuanketentuan pemerintah serta tidak adanya kesetabilan politik. 5. Risiko ketidakpastian (uncertainty) Masa yang akan datang adalah masa yang tidak pasti. Salah satu unsur kredit adalah adanya tenggang waktu antara pemberian kredit dengan waktu pembayaran kembali sehingga risiko ketidakpastian setiap kredit selalu melekat (inherent). Pepatah selalu mengatakan bahwa : “sejumlah uang tunai (Cash) yang ada ditangan saat sekarang jauh lebih berharga dibandingkan dengan jumlah uang yang sama di amsa yang akan datang”. 6. Risiko inflasi Secara umum inflasi dapat didefinisikan bahwa naiknya harga barangbarang dan jasa pada umumnya sebagai akibat dari jumlah uang (pemerintah) lebih bannyak dibandingkan dengan jumlah barangbarang atau jasa yang tersedia (jumlah penawaran). Sebagai akibat dari inflasi adalah turunya nilai uang. Walaupun kredit bank berjalan lancar dimana uang pokok dan bunga telah dibayar, namun dengan berjalannya waktu, nilai uang tetap turun karena inflasi, maka daya beli uang tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya yaitu pada saat kredit diberikan. Apalagi kalau kreditnya tidak berjalan lancar (bermasalah) 7. Risiko persaingan Bank harus benar-benar selektif dalam memberikan kreditnya yaitu hanya memberikan kepada calon-calon debitur /pengusaha yang benar-benar dapat memenangkan persaingan atas perusahaan sejenis. Kalau tidak maka kredit tidak bakal kembali akibat perusahaan debitur menurut volume usahanya dan menderita rugi akibat langgananlangganannya pindah ke perusahaan pesaing-pesaingnya. Persaingan saat ini sudah sangat ketat hampir disetiap bidang usaha baik dilingkup nasional, maupun regional dan internasional. Lebih-lebih lagi dipacu dengan terwujudnya globalisasi dan blok-blok perdagangan seperti Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economic Community (APEC) dan World Trade Organization (WTO).
38
2.3 Kredit Konsumtif 2.3.1 Pengertian dan Karakteristik Kredit Konsumtif ”Kredit Konsumtif merupakan kredit yang diajukan oleh seorang debitur kepada kreditur guna memenuhi kebutuhan pribadinya”. Fahmi & Hadi (2009 : 8). Sedangkan menurut Kasmir (2008 : 110) yang dimaksud dengan kredit konsumtif adalah sebagai berikut : kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. Dari pendapat-pendapat mengenai kredit konsumtif tadi, maka dapat disimpulkan bahwa kredit konsumtif merupakan kredit yang dipergunakan untuk
pembelian
barang-barang
atau
jasa-jasa
untuk
memberikan
kepuasan/pemuas kebutuhan manusia secara langsung. Misalnya untuk membeli makanan, pakaian, atau mungkin kendaraan yang kemudian dipergunakan secara konsumtif. Dalam definisi itu juga dapat diketahui karakteristik yang dimiliki oleh kredit konsumtif yaitu diantaranya dalam
kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha, kemudian juga kredit ini biasanya tidak digunakan sebagai modal kerja untuk memperoleh laba. Akan tetapi kredit konsumtif ini sebenarnya memberikan keuntungan bagi nasabahnya sebab dalam kebutuhan yang mendesak calon nasabah tidak melihat besarnya bunga, akan tetapi kecepatan dana tersebut diterima nasabah
39
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi nasabah, dan biasanya pencairan kredit konsumtif lebih cepat waktunya bila dibandingkan dengan jenis kredit yang lain.
2.3.2 Jenis-Jenis Kredit Konsumtif Kredit konsumtif yang di berikan oleh bank kepada masyarakat atau nasabah pemohon kredit, pada praktiknya terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit konsumtif yang diberikan dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan sumber pelunasan kredit, terdiri dari : a. Kredit kepada pegawai berpenghasilan tetap (Kretap) Kretap merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang didasarkan
pada
sumber
pendapatan
debitur
dan
dapat
dipergunakan untuk keperluan apa saja (multi guna) dengan jaminan surat kuasa untuk memotong gajinya setiap bulan sampai lunas. Dalam pemberian kredit ini, wajib diperhatikan kemampuan yang bersangkutan dalam mengangsur kredit, karena hanya sebagian gaji saja yang boleh dipergunakan untuk mengangsur kredit dan tidak diperkenankan seluruh gaji dipergunakan untuk mengangsur kredit, karena masih ada kebutuhan lain debitur yang harus dibiayai, misalnya kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Oleh karena itu, bank pada umumnya menetapkan maksimal angsuran kredit adalah 50% dari penghasilan tetap bersihnya per bulan.
40
b. Kredit kepada para pensiunan / gadai pensiun (Kresun) Kresun merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang didasarkan
pada
sumber
pendapatan
debitur
dan
dapat
dipergunakan untuk keperluan apa saja (multi guna) dengan jaminan surat kuasa untuk memotong uang pensiun setiap bulan sampai lunas. Dalam pemberian kredit ini, wajib diperhatikan kemampuan yang bersangkutan dalam mengangsur kredit, karena hanya sebagian uang pensiun saja yang boleh dipergunakan untuk mengangsur kredit dan tidak diperkenankan seluruh uang pensiun dipergunakan untuk mengangsur kredit, karena masih ada kebutuhan lain debitur yang harus dibiayai, misalnya kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Oleh karena itu, bank pada umumnya menetapkan
maksimal
angsuran
kredit
adalah
50%
dari
penghasilan pensiun per bulan. c. Kartu Kredit Kartu Kredit merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang didasarkan
pada
sumber
pendapatan
debitur
yang
dapat
dipergunakan untuk keperluan apa saja (multi guna) dan tidak ada jaminan yang diserahkan ke bank. Kredit ini berupa fasilitas yang dapat dipergunakan kapan saja dan untuk keperluan apa saja oleh debitur. Jadi pada saat persetujuan kartu kredit, debitur tidak menerima uang tunai, namun kredit dapat diambil secara tunai
41
melalui ATM atau dibelanjakan di toko/ supermarket / hotel / restoran, dan sebagainya. 2.
Berdasarkan penggunaan kredit, terdiri dari : a. Kredit Pemilikan Kendaraan (KPK) Kredit Pemilikan Kendaraan merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang didasarkan pada penggunaan kredit tersebut, yaitu untuk membeli kendaraan bermotor baik roda dua atau roda empat dengan pembayaran secara angsuran, dengan besar angsuran per bulan tetap (pokok+bunga), dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesanggupan
debitur.
Pemasaran
Kredit
Pemilikan
Kendaraan ini ditujukan kepada masyarakat umum, baik yang berpenghasilan tetap, tidak tetap maupun kaum profesional, serta badan usaha baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. b. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Kredit Pemilikan Rumah merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang didasarkan pada penggunaan kredit, yaitu untuk membeli, membangun, merenovasi dan memperluas rumah dengan pembayaran secara angsuran, dengan besar angsuran per bulan (pokok+bunga), dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan kesanggupan
debitur.
Pemasaran
KPR
ditujukan
kepada
masyarakat umum, baik yang berpenghasilan tetap, tidak tetap
42
maupun kaum profesional, serta badan usaha baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. c. Kredit Guna Daya dan Bhakti Daya Kredit Multi Guna merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang didasarkan pada penggunaan kredit, yaitu dipergunakan untuk keperluan apa saja sesuai kebutuhan debitur.
2.4 Laba 2.4.1 Pengertian laba Pengertian laba menurut Kamus Perbankan adalah setiap keuntungan keuangan yang diambil manfaatnya. Pengertian keduanya dari laba adalah kelebihan pendapatan diatas biaya. Sedangkan menurut Komaruddin Sastradipoera (2001 : 42) laba dapat didefinisikan dengan tiga cara : 1. Dalam arti umum, laba adalah kelebihan harga jual di atas semua biaya dan pengeluaran yang terrjadi dalam penjualan itu. 2. Dalam investasi, laba adalah selisih antara harga jual dan harga beli komoditi atau sekuritas jika harga jualnya lebih tinggi. 3. Dalam perbankan, laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank; kelebihan pendapatan (income) diatas pengeluaran (expenditure) bank yang dapat dinyatakan dengan rumus: Y-Ex. Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa laba merupakan sesuatu hasil yang diharapkan oleh setiap lembaga/perusahaan dalam setiap kegiatan usahanya, tanpa laba perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.
43
2.4.2 Jenis-jenis laba Jenis-jenis laba dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Laba Kotor merupakan selisih lebih antara penjualan dengan biaya pokok. 2. Laba Operasional merupakan laba yang diperoleh dari kegiatan usaha pokok dalam jangka waktu tertentu. Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, laba ini merupakan yang terpenting karena menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan. 3. Laba sesudah pajak atau laba bersih merupakan selisih pendapatan atas biaya-biaya yang dibebankan dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. Perhitungan laba perusahaan dilakukan setiap bulan, tapi untuk tujuan praktis, perhitungan laba dilakukan pada akhir periode akuntansi.\
2.4.3 Kualitas Informasi Laba Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No 1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba dimasa yang akan datang (Muhammad Yusuf & Soraya).
44
2.5 Pengaruh Kredit Konsumtif terhadap Laba Bersih Bank adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya memperoleh laba. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan beban. Menurut komarudin sastradipoera (2001:50), tujuan bisnis perbankan yang utama adalah : 1. Memperoleh laba, yaitu untuk mencapai laba maksimumatau rugi minimum. 2. Memberikan jasa, yaitu dengan memberikan kredit dan pelayanan lalulintas pembayaran dan peredaran uang secara bersinambungan.
Dalam mencapai tujuannya memaksimalkan laba, maka bank diharuskan selektif dalam menyalurkan dananya. Pemberian kredit menjadi salah satu penyaluran dana ke masyarakat. Sesuai dengan fungsi intermediasi bank yaitu menyalurkan kembali dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Menurut Dahlan Siamat (2001:32) mengatakan bahwa : Penggunaan dana bank salah satunya adalah untuk pemberian kredit atau loan kepada nasabah yang memenuhi ketentuan kebijakan perkreditan bank. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan usaha ini yang akan meningkatkan perolehan laba bank.
Penerimaan bunga dari pengembalian kredit merupakan pendapatan yang dapat meningkatkan laba bersih. Menurut Dahlan Siamat (2001:94) mengatakan bahwa ”bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit atau surat-surat berharga yang akan meningkatkan perolehan laba bank”. Dengan demikian laba bersih yang tinggi akan menjamin kelangsungan usaha bank. Mengingat bahwa usaha pokok di dalam dunia perbankan, dalam hal ini bank adalah sektor perkreditan, maka bagian terbesar dari pendapatannya pun berasal
45
dari sektor perkreditan. Hal tersebut juga menunjukkan salah satu peranan bank yang sesuai dengan pendapat Kasmir (2008 : 71) yang menyatakan bahwa. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan menyebabkan bank tersebut rugi. Sehingga semakin besar volume perkreditan sebuah bank, semakin besar pula kemungkinan bank tersebut memperoleh laba. Akan tetapi manajemen bank tidak mungkin untuk memperbesar volume perkreditannya sesuai kehendak manajemen secara pribadi, ataupun menempatkan seluruh dana yang dimiliki untuk pinjaman. Bank harus tetap menjaga agar setiap saat ia tetap mampu juga memenuhi kewajiban-kewajibannya.
2.6
Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu perlu dikaji untuk mengetahui masalah-masalah
yang dibahas penulis sesuai dengan judul penelitian yaitu jumlah penyaluran kredit konsumtif dan perolehan laba bersih bank. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa sebelumnya telah ada penulis lain yang membahas mengenai variabel yang diteliti
dalam penelitian ini, penelitian-
penelitian sebelumnya sebagai yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Memi Meilani mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul skripsi “Pengaruh pemberian kredit konsumtif terhadap profitabilitas pada Bank Jabar Banten Cabang Majalengka”. Pengaruh penyaluran kredit konsumtif terhada profitabilitas rendah. Bisa dilihat dengan r = 0,28 dan KD = 7,84%. Maka persenatse pengaruh kredit konsumtif terhadap profitabilitas sebesar 7,84%.
46
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rita Susilawati mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul skripsi “Pengaruh volume pemberian kredit terhadap tingkat pendapatan Bank Jabar”. Diketahui bahwa hasil penelitian pengaruh volume pemberian kredit terhadap tingkat pendapatan Bank Jabar berpengaruh positif sangat kuat denga r = 0,87 dan KD = 75,69%. Dengan ini pengaruh volume pemberian kredit terhadap tingkat pendapatan Bank Jabar sebesar 75,69%. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Meilanada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul “Pengaruh Jumlah Pemberian Kredit Terhadap Laba Operasional (suatu kasus pada PT BII Tbk)”, dimana berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah pemberian kredit mempunyai pengaruh terhadap laba operasional.
2.7
Kerangka Pemikiran Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 adalah sebagai berikut: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan, atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Kredit bagi setiap bank mempunyai arti yang strategis dalam pengembangan business yang bersangkutan. Mengingat kredit merupakan salah satu kegiatan operasional bank yang menjadi sumber perolehan laba. Adapun manfaat besar kredit bagi bank antara lain:
47
1. Sebagai sumber pendapatan yang terbesar berupa bunga. Dengan adanya pendapatan bunga ini memungkinkan setiap bank untuk dapat mengembangkan usahanya, apabila kredit yang diberikan dapat berjalan dengan lancar. 2. Untuk menjaga solvabilitasnya sebab kredit merupakan salah satu bentuk penyaluran dana bank yang terbesar. Dengan demikian diharapkan dari kredit yang lancar tersebut dapat dipakai sebagai sarana untuk pembayaran kembali dana dan bunga yang dipinjam dari masyarakat. 3. Kredit dapat dipakai sebagai alat yang sangat baik untuk memasarkan produk dan jasa bank lain, bahkan saat ini ada suatu pameo yang mengatakan pemberian kredit semata-mata hanya untuk mendapatkan bunga sudah mubazir. 4. Dengan menyalurkan kredit akan mampu mengembangkan para stafnya untuk mengenal dunia business lain. Dilihat dari segi tujuan, kredit yang disalurkan oleh bank tersebut ada tiga jenis yaitu (Kasmir, 2008:77) : 1. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasil barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik barang maupun jasa.
48
2. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier ataun agen agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. Pihak yang berperan dalam penyaluran kredit dibagi menjadi dua yaitu, pihak yang kelebihan dana (kreditur), dan pihak yang membutuhkan dana atau pihak yang kekurangan dana (debitur). Dalam Setiap kegiatan, terutama dalam penyaluran kredit, bank harus selalu meminimalisir resiko yang akan di terima di kemudian hari agar penyaluran kredit tersebut dapat mencapai laba yang maksimal pada setiap periodenya. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Kredit konsumtif merupakan salah satu jenis kredit yang memberikan kontribusi dalam perolehan laba suatu bank, dimana kredit ini dipergunakan untuk pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang memberikan kepuasan atau pemuas kebutuhan manusia secara langsung. Misalnya untuk
49
membeli
makanan,
pakaian,
atau
mungkin
kendaraan
yang
kemudian
dipergunakan secara konsumtif. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Adapun indikator kredit konsumtif yang di salurkan oleh PD. Bank Perkreditan Rakyat Garut yaitu : 1. Guna Daya (kredit pegawai) adalah salah satu skim kredit BPR guna daya yang dapat di akses secara mudah dan cepat oleh kalangan Pegawai baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun swasta termasuk TNI/Polri. Kredit Pegawai memberikan kemudahan bagi kalangan pengusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhannya antara lain renovasi/pemilikan rumah, pemilikan kapling siap bangun, pembelian kendaraan motor maupun mobil, pembelian alat-alat rumah tangga, biaya pendidikan, dan kesehatan. 2. Bhakti Daya (kredit pensiun PNS/TNI) adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada para pensiunan PNS, pensiunan POLRI/ABRI, atau janda/duda dari pensiunan tersebut. Kredit ini diberikan kepada pensiunan yang mengambil/menerima uang pensiun melalui kantor pos. Tujuan penggunaan Kredit lansia ini dapat untuk konsumtif. Laba merupakan suatu hasil yang diharapkan dari setiap kegiatan usaha. Tanpa laba perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Pemberian kredit konsumtif ini sangat penting bagi bank karena semakin banyak penyaluran kredit konsumtif kepada masyarakat maka semakin
50
besar pula laba yang di capai oleh bank, karena kredit sebagai kegiatan utama bank untuk mencapai laba sebesar-besarnya dalam setiap periodenya.
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan beban-beban yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997). Tetapi dalam buku Harnanto pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. (Harnanto, 2003: 444).
Laba juga sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan beban. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan beban, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Kuswandi (2008:58) Profit adalah laba yang diperoleh perusahaan atau bank, laba terbagi atas dua yaitu :
51
1. laba kotor ialah pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangkan dengan beban- beban yang dimiliki perusahaan.laba kotor biasanya digunakan untuk melihat pendapatan asli perusahaan. 2. Laba bersih sebelum pajak dan sesudah pajak. a. Laba bersih sebelum pajak dapat diartikan, pendapatan dikurangi dengan beban-beban yang merupakan jumlah laba total sebelum dikurangi/dikenakan pajak penghasilan. b. laba bersih sesudah pajak
dapat diartikan, pendapatan
dikurangkan dengan beban-beban yang merupakan jumlah laba total sesudah dikurangi/dikenakan pajak. Banyak yang menggunakan laba bersih sesudah pajak dalam perhitungan ini, berdasarkan pemikiran bahwa pemakaian laba bersih sesudah pajak akan lebih mudah dalam menilai keberhasilan suatu bank, karena laba bersih sesudah pajak adalah total laba sesungguhnya bagi suatu bank dari atas modal yang berasal dari kegiatan usaha selama periode tersebut. Mengingat bahwa usaha pokok di dalam dunia perbankan, dalam hal ini bank adalah sektor perkreditan, maka bagian terbesar dari pendapatannya pun berasal dari sektor perkreditan. Hal tersebut juga menunjukkan salah satu peranan bank yang sesuai dengan pendapat Kasmir (2008 : 71) yang menyatakan bahwa. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan menyebabkan bank tersebut rugi. Sehingga semakin besar volume perkreditan sebuah bank, semakin besar pula kemungkinan bank tersebut memperoleh laba. Akan tetapi manajemen bank tidak
52
mungkin untuk memperbesar volume perkreditannya sesuai kehendak manajemen secara pribadi, ataupun menempatkan seluruh dana yang dimiliki untuk pinjaman. Bank harus tetap menjaga agar setiap saat ia tetap mampu juga memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jadi berdasarkan pendapat para ahli dan teori-teori yang relevan seperti yang dikemukakan diatas, maka disusunlah model kerangka pemikiran sebagai berikut : Bank
Penghimpun Dana
Simpanan Dana Pihak ke-3
Penyaluran Kredit
Pendapatan Bunga
Beban-beban
Perolehan laba bersih
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
53
Dari kerangka pemikiran tersebut maka paradigma penelitian adalah sebagai berikut : Penyaluran Kredit
Perolehan Laba
Gambar 2 Paradigma Penelitian
2.8
Hipotesis Sugiyono (2008:93) mendefinisikan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan,belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik. Berdasarkan pengertian hipotesis dan uraian-uraian pada kerangka pemikiran diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Penyaluran Kredit Konsumtif berpengaruh positif terhadap Perolehan Laba Bersih Pada PD. BPR Garut”.