BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1
Pengertian Bank Mengacu pada Kasmir (2007) pengertian bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.” Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah: “Setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.” Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 tentang pengertian bank dan bank umum yaitu: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau “berdasarkan prinsip usaha syariah” yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, yang artinya usaha perbankan selalu dan akan bergerak di bidang keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:
10
a. Menghimpun dana (funding) b. Menyalurkan dana (lending) c. Memberikan jasa bank lainnya (services)
II.2
Bank Syariah
Sesuai dengan pengertian bank umum pada penjelasan diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat dua jenis bank umum yang beroperasi di Indonesia saat ini, yaitu Bank Umum Konvesional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS). Pengertian tentang bank syariah dan bank umum syariah telah dijelaskan di dalam pasal 1 UU nomor 21 tahun 2008 sebagai berikut: Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedangkan Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 ayat 13 UU no 10 tahun 1998 adalah: Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, atara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
11
II.2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Menurut Syafi’I Antonio (2001:34), Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada hasil rangkuman berikut ini: Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK SYARIAH
BANK KONVENSIONAL
1. Melakukan investasi1. Investasi yang halal dan investasi yang halal saja. haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi 2. Memakai perangkat bunga. hasil, jual-beli, atau sewa. 3. Profit oriented 3. Profit dan falah oriented 4. Hubungan dengan nasabah (mencari kemakmuran di dalam bentuk hubungan dunia dan kebahagiaan di sesama debitor. akhirat). 5. Tidak terdapat dewan 4. Hubungan dengan nasabah sejenis. dlam bentuk kemitraan. 5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai denga fatwa Dewan Pengawas Syariah. Sumber: Syafi’I Antonio. 2001. Bank syariah : Dari teori ke praktik.
II.2.2 Produk dan Jasa Perbankan Syariah Menurut Karim (2004), pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 1. Produk penyaluran Dana (financing) Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah secara garis besar dengan produk pembiayaan syariah, dimana ketentuan ini tentunya berbeda dengan pembiayaan atau biasa disebut pemberian kredit pada bank konvensional. Hal yang membedakan disini adalah sistem bunga pada bank konvensional dan sistem bagi hasil pada bank syariah. 12
2. Produk Penghimpunan Dana (Funding) Penghimpunan dana pada bank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah (diterapkan pada produk giro) dan Mudharabah (diaplikasikan pada penyimpanan atau deposan yang bertindak sebagai pemilik modal dan bank sebagai pengelola) 3. Produk jasa (service) Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain adalah Sharf (jual beli valuta asing) dan Ijarah (sewa) seperti penyewaan barang, mesin-mesin, barang yang telah dimiliki oleh bank maupun barang yang diperoleh dengan menyewa dari pihak lain.
II.2.3 Pembiayaan syariah Dalam melaksanakan kegiatannya untuk menyalurkan dana kepada nasabahnya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi menjadi 4 (empat) kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli Ditujukan untuk memiliki barang serta tingkat keuntungan bank telah ditentukan diawal dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termsauk kedalam katagori ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti:
13
a. Murabahah Dalam transaksi ini bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah bertindak sebagai pembeli dimana pada awal transaksi bank telah menyebutkan jumlah keuntungannya. Harga jual yg ditawarkan oleh bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan (margin). b.
Salam Transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Dalam transaksi ini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual serta segala ketentuan yang berhubungan dengan transaksi ini harus telah ditentukan secara pasti.
c. Istishna Transaksi jual beli ini menyerupai produk Salam namun dalam transaksi Istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali
pembayaran,
umumnya
skim
ini
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa Ditujukan untuk mendapatkan jasa dan dilandasi dengan adanya perpindahan manfaat. Sepintas terlihat sama dengan transaksi jual beli, namun terdapat perbedaan yang terletak ada objek transaksinya,
14
dimana pada jual-beli objek transaksinya adalah barang dan pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Ditujukan untuk penggunaan usaha kerja sama yang digunakan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pada prinsip ini keuntungan ataupun kerugian yang didapat harus ditanggung secara bersamasama baik dari pihak bank maupun nasabah. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil, yaitu: a. Musyarakah Transaksi ini dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yag mereka miliki secara bersama-sama. Ketentuan umum musyarakah adalah semua modal disatukan untuk dijadikan sebuah proyek dan dikelola secara bersama-sama. b. Mudharabah Transaksi ini merupakan bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan. Hal ini didasari tingkat kepercayaan yang tinggi kepada pihak pengelola. 4. Pembiayaan dengan akad pelengkap Ditujukan untuk memperlancar pembiayaan menggunakan tiga prinsip diatas. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari 15
keuntungan namun untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Terdapat 5 (lima) macam akad pelengkap, yaitu Hiwalah (alih hutang-piutang), Rahn (gadai), Qardh (pinjaman uang), Wakalah (perwakilan), Kafalah (Garansi bank). Di dalam melaksanakan pembiayaan syariah, terdapat lima segi religious yaitu aturan dan norma-norma Islam yang berkedudukan kuat dalam literatur dan harus diterapkan dalam perilaku investasi. Algoud dan Lewis (2007:48) menyebutkan lima segi tersebut, yaitu: 1. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba). 2. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah (zakat). 3. Pelanggaran produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem nilai islam (haram). 4. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan masyir (judi) dan gharar (ketidakpastian). 5. Penyediaan takaful (Asuransi Islam).
II.2.4 Pembiayaan Bagi Hasil Dalam melaksanakan kegiatannya memberikan pembiayaan, bank syariah memiliki perbedaan mencolok dengan bank konvensional yaitu pembiayaan bagi hasil yang merupakan salah satu prinsip penyaluran dana bank syariah. Pembiayaan bagi hasil terdapat dua macam yaitu mudharabah dan musyarakah.
16
II.2.4.1 Mudharabah Pengertian mudharabah menurut Harahap, Wiroso, dan Yusuf (2010:423) adalah sebagai berikut: Mudharabah suatu akad kerja sama kemitraan antara penyedia dana usaha (shahibul mal) dengan pengelolaan danan/ manajemen usaha (mudharib) untuk memperoleh hasil usaha dengan pembagian hasil usaha sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama sejak awal. Dalam pelaksanaan pembiayaan mudharabah, modal yang diserahkan oleh bank tidak hanya dalam bentuk uang tunai tetapi dapat diberikan dalam bentuk modal non-kas. Pembiayaan mudharabah diterapkan apabila nasabah memerlukan modal kerja dimana modal usaha atau proyek sepenuhnya berasal dari pemilik modal (shahibul maal). Nilai keuntungan mudharabah akan dibagi sesuai dengan porsinya dan nilai kerugian mudharabah akan ditanggung oleh pemilik dana kcuali kerugian tersebut sebagai akibat kesalahan pengelola dana (mudharib).
II.2.4.2 Musyarakah Pengertian musyarakah menurut Harahap, Wiroso, dan Yusuf (2010:474) adalah sebagai berikut: Musyarakah adalah akad kerja sama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam pelaksanaan pembiayaan musyarakah, antara mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik 17
yang sudah berjalan maupun yang baru akan berjalan. Mitra dapat mengembalikan modal yang telah diberikan oleh bank tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus. Pembiayaan yang diberikan oleh bank tidak hanya dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non kas. Pembiayaan musyarakah diterapkan apabila mitra memerlukan modal kerja dimana modal usaha atau proyek sepenuhnya berasal dari penggabungan antara kedua belah pihak. Nilai keuntungan musyarakah akan dibagi sesuai dengan modal yang disetorkan atau sesuai nisbah yang disepakati oleh semua mitra. Sedangkan kerugian akan dibebankan juga secara proporsional sesuai dengan jumlah modal yang disetorkan
II.3
Permodalan Pengertian modal sesuai dengan undang-undang no 25 tahun 2007 pasal 1 ayat 7 yaitu : Modal adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam mdal yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan pengertian modal secara umum adalah sejumlah dana yang ditanamkan kedalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan menghendaki agar uang yang ditanamkannya memberikan hasil. Modal meupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko, tetapi juga sebagai sumber utama dana bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Berdasarkan ketentuannya, maka modal bank terdiri dari : 18
a. Modal Inti Modal inti adalah modal sendiri yang terdiri atas modal yang disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Komponen modal inti dapat berupa modal disetor, cadangan tambahann modal, dan goodwill. b. Modal pelengkap Modal pelengkap adalah modal yang terdii atas cadangan yang tidak bersumber dari laba setelah pajak, modal pinjaman serta subordinasi, yang terdiri atas cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), modal pinjaman, pinjaman subordinasi. Modal pelengkap maksimal 100% dari modal inti. Adapun fungsi dari permodalan bank, yaitu : a. Fungsi operating Modal yang digunakan untuk membiayai aktiva tetap dan inventaris, yang bersifat permanen mengingat modal adalah salah satu sumber dana jangka panjang. b. Fungsi regulatory Permodalan bank harus memenuhi ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter untuk membatasi resiko yang mungkin timbul dari aktivitas bank. c. Fungsi protective Modal yang berfungsi untuk melindungi kerugian yang terjadi akibat aktivitas perbankan. 19
II.4
Efisiensi Operasi Efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya. Efisiensi lebh sering dikaitkan dengan penghematan biaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang djalankan. Efisiensi operasional dihubungkan dengan efisiensi berdasarkan kegiatan operasional yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antara input dan output. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input tertentu yang dimiliki perusahaan. Metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi, efisiensi operasi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan saat menjalankan kegiatannya.
II.5
Likuiditas Sesuai dengan kamus Bank Indonesia, pengertian likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat. Sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity). Berikut merupakan fungsi likuiditas secara umum :
20
a. Menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari b. Mengatasi kebutuhan dana yang mendesak c. Memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman d. Memberikan fleksibilitas dalam meraih investasi menarik yang menguntungkan Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Jika dilihat dari sudut pandang aktiva, maka likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai atau cash. Sedangkan jika melihat dari sudut pandang pasiva, maka pengertian likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio reliabilitas.
II.6
Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas juga dapat diartikan sebagai ukuran spesifik performa sebuah bank dimana merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan dimata para pemegang saham, optimalisasi nilai return pada setiap operasional perusahaan, dan meminimalisasi tingkat resiko yang ada. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan profit yang tinggi. Tingkat profitabilitas yang tinggi mempengaruhi perkembangan suatu perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Jika sebuah bank memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, maka kelangsungan hidup bank tersebut akan terjamin 21
dikarenakan dana yang dimilikinya bertambah untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Namun sebaliknya, jika bank mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah maka kelangsungan hidup bak tesebut tidak akan lama, karena bank tersebut tidak mampu untuk memenuhi biaya-biaya operasional.
II.7
Rasio Keuangan Analisis dalam penelitian ini didasarkan pada data-data yang berupa rasio-rasio keuangan. Oleh karena itu, kita terlebih dahulu perlu mengetahui teori mengenai rasio-rasio keuangan agar dapat memiliki pemahaman yang memadai terkait rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Najmudin (2011), rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Alat analisis ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada analis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Rasio-rasio keuangan merupakan perbandingan antar-data dari unsurunsur yang ada di dalam neraca dan laporan laba rugi. Analisis rasio keuangan adalah teknik yang menunjukan hubungan antara dua unsur akuntansi (elemen laporan keuangan) yang memungkinkan pelaku bisnis menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan teori yang dijabarkan oleh Copeland dan Wetson (1995) dalam Muhammad (2011), dalam menganalisis keuangan suatu perusahaan 22
terdapat pengelompokan terlebih dahulu terhadap ukuran-ukuran yang ada menjadi : ukuran kinerja, ukuran efisiensi operasional, dan ukuran kebijakan keuangan. Walaupun analisis rasio dapat menjadi alat analisis yang sangat berguna dan efisien, namun ia juga memiliki beberapa kelemahan yang patut diketahui, diantaranya : 1. Analisis rasio tersusun atas data akuntansi yang sangat dipengaruhi oleh prosedur pembuatannya. Sehingga dalam melihat nilai rasio, dilihat pula prosedur dalam perhitungannya. Seperti pemakaian metode akuntansi yang digunakan oleh setiap perusahaan. 2. Analisis rasio hanya menyediakan gambaran umum kondisi keuangan perusahaan. Jika ingin mengetahui lebih mendalam dan lebih detail, akan lebih baik jika langsung melakukan penyelidikan akuntansi keuangan perusahaan. 3. Analisis
rasio
membutuhkan
mengintepretasikannya.
Pihak
penafsiran
yang
yang menafsirkan
tepat harus
dalam memiliki
pengetahuan terkait batas nilai yang baik dan yang buruk bagi suatu standar rasio. 4. Analisis rasio akan menjadi lebih berguna jika dilakukan komparasi dengan kompetitor atau industri sejenis dan dikaitkan dengan faktor strategis lainnya.
23
II.7.1 Klasifikasi Rasio Berdasarkan pada penjelasan menurut Kuswandi (2005), rasio keuangan menurut tujuannya dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu : 1. Kemampuan menghasilkan laba (profitability ratio) 2. Kecukupan modal (solvability ratio) 3. Efisiensi operasi (rentabilitas ratio) 4. Kemampuan likuiditas (liquidity ratio)
Dengan mengetahui teori mengenai rasio keuangan, maka kita akan lebih memahami rasio apa saja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Bank Umum Syariah. Terkait dengan teori di atas, maka penelitian ini akan mencoba mengukur kinerja Bank Umum Syariah sesuai dengan klasifikasi rasio diatas.
II.7.2 Rasio Profitabilitas Analisis kinerja dengan menggunakan rasio keuangan dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang kinerja keuangan, sehingga dapat dilihat kinerja bank melalui assets, revenue, profit, market value, serta hubungan dari berbagai rasio keuangan tersebut sehingga dapat menunjukan kinerja bank. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue dan profit dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan tenaga kerja, asset dan modal (Seiford 1999, p:1272 dalam Rindhatmono, 2005). Menurut Pudjo (1996) dalam Rahmawati (2008), rasio yang umum digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan perbankan adalah return on asset 24
(ROA), return on equity (ROE) dan gross profit margin (GPM). Ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut dalam pengertian sesuai dengan Sudana (2011): a. Return on Assets (ROA) Return on Asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba atas pemanfaatan asset yang dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba sebelum pajak pada tahun berjalan dengan rata-rata total asset yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA maka akan semakin baik, Karena rasio ini menunjukan kinerja perusahaan yang semakin efektif karena tingkat pengembaliannya yang besar. Sesuai dengan surat ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada di bawah 1 % maka perusahaan
tersebut
berada pada zona tidak
aman.
Rasio
ini
diformulasikan sebagai berikut :
b. Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba setelah pajak pada tahun berjalan dengan rata-rata modal disetor (equity). Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh
25
perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. Sesuai dengan surat ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal ROE yang baik adalah 10%. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :
c. Gross Profit Margin (GPM) Gross
Profit
Margin
merupakan
rasio
untuk
mengukur
kemampuan bank menghasilkan laba dari operasional. Rasio ini diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengurangan pendapatan operasi dan biaya operasi dengan pendapatan operasi. Semakin basar nilai GPM maka akan semakin besar pula efisiensi perusahaan menjalankan
operasionalnya
berdasarkan
pendapatan
operasional.
Formulasi dari rasio ini adalah :
II.7.3 Rasio Solvabilitas Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 3/30/DPNP ada dua rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai aspek permodalan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Aktiva Tetap terhadap Modal. Rasio yang sering digunakan adalah CAR atau rasio modal terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) yang didapatkan dengan membandingkan antara modal dengan ATMR. Secara fomula ditunjukan 26
dengan:
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank. Semakin besar nilai CAR maka semakin sehat bank tersebut karena akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No 9/13/PBI/2007, nilai batas minimum CAR yang baik adalah 8%. Jika nilai CAR suatu perusahaan berada dibawah 8% maka perusahaan tersebut tidaklah sehat.
II.7.4 Rasio Rentabilitas Berdasarkan lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 3/30/DPNP ada empat rasio keuangan yang dapat digunakan yaitu : ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), NIM (Net Interest Margin), dan BOPO (biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio yang paling sering digunakan anara lain ROA, ROE, dan BOPO. BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) adalah rasio yang menunjukan tingkat efisiensi dan kinerja operasional bank. Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya operasionalnya
27
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini maka semakin efisien bank dalam menggunakan biaya operasionalnya. BOPO dihitung dengan membandingkan
total
biaya
operasionalnya
dengan
total
pendapatan
operasional. Nilai BOPO yang baik berkisar antara 75% hingga 90%. Jika suatu perusahaan mempunyai nilai BOPO diatas 90% maka perusahaan tersebut tidak sehat karena beban operasional perusahaan yang tidak diimbangi dengan baik oleh pendapatan operasionalnya. Secara fomula ditujukan dengan:
II.7.5 Rasio Likuiditas Berdasarkan lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 3/30/DPNP rasio yang digunakan adalah LDR (Loan to Deposit Ratio) atau rasio kredit terhadap dana pihak ketiga. Rasio LDR adalah rasio yang mengukur kesehatan bank dalam melakukan pembiayaan. Rasio ini menunjukan dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga untuk kemudian disalurkan kembali kapada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau kredit. Rasio ini memperlihatkan optimalisasi bank dalam menjalankan perannya sebagai lembaga intermediary antara surplus fund dan deficit fund. Istilah rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) berubah menjadi FDR (Financing to Deposit Ratio) dalam dunia perbankan syariah, hal ini dikarenakan pembiayaan dilakukan tidak menggunakan sistem
28
bunga. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik maka otomatis laba juga akan meningkat. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP, batas minimal nilai FDR yang baik adalah 80%. Secara fomula ditujukan dengan:
II.8
Kerangka Teoritis Berdasarkan penjelasan teoritis tentang rasio diatas maka dapat dibuat kerangka teoritis sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
29
II.9
Penelitian Terdahulu Penelitian lainnya dilakukan oleh Raharyo (2011) bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan laba serta perbedaan perubahan tingkat kesehatan bank antara bank syariah mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini juga ingin melihat
bagaimana
pengaruh perubahan variabel tingkat kesehatan bank terhadap tingkat pertumbuhan laba pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Sedangkan variabel independennya adalah perubahan variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing), BOPO (Biaya Oprerasional terhadap Pendapatan Operasional), FDR (Financing to Deposit Ratio) dan GWM (Giro
30
Wajib Minimum). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan perubahan variabel tingkat kesehatan bank dan tidak terdapat perbedaan pertumbuhan laba antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Pada Bank Syariah Mandiri hanya perubahan variabel BOPO yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan pada Bank Muamalat Indonesia hanya perubahan variabel BOPO dan CAR yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Pada penelitian Muhammad (2011) untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor internal spesifik bank maupun faktor-faktor eksternal bank yang diwakili oleh faktor-fakor terkait kondisi makro ekonomi terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005-2009. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mencari model estimasi yang terbaik untuk estimasi profit. Variabel yang digunakan adalah ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), NIM (Net Interest Margin), CAR (Capital Adequacy Ratio), LLR (Loan Loss Ratio), OER (Operating Expense Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio), dan CPI (Consumer Price Index). Metode regresi linear berganda digunakan pada tiga model estimasi yang berbeda, yakni model ROE, ROA, dan NIM. Hasilnya adalah model estimasi terbaik di dalam penelitian ini adalah model ROE (Return On Equity). Kemudian OER (Operating Expense Ratio), berpengaruh negatif signifikan di semua model. Selanjutnya LLR (Loan Loss Ratio) berpengaruh negatif signifikan, namun hanya pada model ROA (Retun On Assets) dan NIM (Net Interest Margin). Kemudian CPI (Consumer Price Index) berpengaruh negatif signifikan hanya pada model ROE (Return On 31
Equity). Setelah itu, variabel dummy (krisis financial global tahun 2008) hanya berpengaruh negatif signifikan pada model ROA (Return On Assets). Sedangkan CAR (Capital Adequacy Ratio) dan FDR (Financing to Deposit Ratio) tidak berpengaruh signifikan. Pada Taurusianingsih (1998) pada penelitian John H. Boyd di Amerika Serikat pada tahun 1976-1990 menyebutkan bahwa profitabilitas yang diukur menggunakan Rate of Return on Asset (ROA) dan Rate of Return on Equity (ROE) pada umumnya akan meningkat seiring dengan semakin besarnya bank tersebut.
Tabel 2.2 No 1.
2.
Rangkuman Penelitian Terdahulu
Lingkup Penelitian Raharyo Bank (2011) Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM) periode 2004-2008 Muhamad Bank (2011) Muamalat Indonesia (BMI), Bank Penelitian
Variabel Dependen Pertumbuhan laba
Variabel Hasil penelitian Independen CAR, NPF, Pada BMI: BOPO, FDR, BOPO dan dan GWM. CAR bernilai signifikan Pada BSM: BOPO bernilai signifikan
ROE, ROA, CAR, Loan dan NIM Loss Reserve (LLR), Operational Efficiency
Model estimasi terbaik ialah ROE. OER signifikan (-) di semua 32
Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) periode 2005-2009
3
Taurusian Bank ingsih Umum (1998) pada penelitian John H. Boyd di Amerika Serikat pada tahun 19761990
Ratio (OER), Net Loans to Assets (NLA), FDR, GDP Growth (GG), dan Consumer Price Index (CPI).
ROA ROE
dan Profitabilitas bank
model. LLR dan NLA signifikan (-), hanya pada model ROA dan NIM. CPI signfikan () hanya pada model ROE. Variabel dummy (krisis financial global tahun 2008) hanya signifikan (-) di dalam model ROA. Sedangkan CAR,FDR, dan GG tidak signifikan. profitabilitas yang
diukur
menggunakan (ROA)
dan
(ROE)
pada
umumnya akan meningkat seiring dengan semakin besarnya
bank
tersebut. 33
Sumber: Hasil Olahan Penelitian ini merupakan replikasi terhadap penelitian-penelitian sebelumnya. Namun demikian, ada beberapa modifkasi variabel dependen maupun independen serta perubahan sample yang lebih spesifikasi dalam penelitian ini. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya yang telah ada sebelumnya antara lain ; 1. Perbedaan pada variabelnya, yaitu tingkat profitabilitas sebagai variabel dependen yang diproyeksikan dengan ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), dan GPM (Gross Profit Margin), dan variabel independen diproyeksikan dengan pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas pada bank umum syariah yang dalam penelitian ini yaitu Bank Syariah Mandiri. Hal ini didasarkan pada pertimbangan yang telah disampaikan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank. 2. Perbedaan pada pemilihan sampel penelitian, yaitu menggunakan Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai sample terpilih dalam penelitian ini karena BSM merupakan salah satu bank umum syariah (BUS) yang muncul sebagai salah satu pioner BUS yang beroperasi di Indonesia dan merupakan BUS yang sedang mengalami perkembangan secara pesat. 3. Perbedaan dalam hal periode waktu dan data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan periode waktu 2008-2011 dengan 34
menggunakan data laporan keuangan bulanan. Penggunaan data bulanan (monthly) pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pergerakan masing-masing variabel di setiap bulannya sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya.
II.10 Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa koefisien korelasinya berarti atau signifikan. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebagai berikut : Secara parsial : 1. Tingkat Pembiayaan Bagi Hasil Ho1 : Tingkat pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri Ha1 : Tingkat pembiayaan bagi hasil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingka profitabilitas Bank Syariah Mandiri
2. Tingkat Permodalan Ho2 : Tingkat Permodalan (CAR – Capital Adequacy Ratio) tidak 35
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri Ha2 : Tingkat Permodalan (CAR – Capital Adequacy Ratio ) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
3. Tingkat Efisiensi Operasi Ho3 : Tingkat Efisiensi Operasi (BOPO – Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) tidak berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ha3 : Tingkat Efisiensi Operasi (BOPO – Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
4. Tingkat Likuiditas Ho4 : Tingkat Likuiditas (FDR – Financing to Deposit Ratio) tidak berpengaruh
secara
positif
dan
signifikan
terhadap
tingkat
profitabilitas Bank Syariah Mandiri Ha4 : Tingkat Likuiditas (FDR – Financing to Deposit Ratio) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
36
Secara keseluruhan : Ho5 : Tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri Ha5 : Tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Tabel 2.3
Rangkuman Hipotesis Penelitian HIPOTESIS
Ho1
Tingkat pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ha1
Tingkat pembiayaan bagi hasil berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ho2
Tingkat Permodalan (CAR – Capital Adequacy Ratio) tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ha2
Tingkat Permodalan (CAR – Capital Adequacy Ratio)
37
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri Ho3
Tingkat Efisiensi Operasi (BOPO – Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) tidak berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ha3
Tingkat Efisiensi Operasi (BOPO – Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ho4
Tingkat Likuiditas (FDR – Financing to Deposit Ratio) tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ha4
Tingkat Likuiditas (FDR – Financing to Deposit Ratio) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ho5
Tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Ha5
Tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Sumber: Hasil Olahan
38
39