BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Risk-Ta aki king 2.1. Bank Risk-Taking nghimpunan Dana Ba Bank nk 2.1.1. Peng Penghimpunan Kegiatan usa saha ha yyang ang utama dari suatu tu bbank ankk aadalah an dalah pengh him impunan dan usaha penghimpunan penyalur uran an ddana. ana. P enyaluran dana dengann tujuan t juan tu n untuk unt ntuk u memperoleh mem mpe p roleh penyaluran Penyaluran pene neri rima maan aakan kan dilakukan apabila dana telah dihimpun. n. Pengh ghim impu puna n n da ddana na penerimaan Penghimpunan dari mas syarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehi hinggaa eefisien fisien da fi an dari masyarakat sehingga dan da t disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut (Bu udisan anto toso so dan dapat (Budisantoso Nuri ritomo, 2014). Nuritomo, Menurut Budisantoso dan Nuritomo (2014), pada dasarnya suatu bbank ankk mem me mpunyai empat empa patt alternatif alte al tern rnat atif if sumber peng nghi himp mpun unan an dana untuk kepentingan kepentinga ke gann mempunyai penghimpunan usahanya, yaitu: 1.
Dana sendiri
2.
D na dari Da darii de depo posa sann Dana deposan aa.
Giro o
: rekening giro, giro, cek,, bilyet bilyet giro, dan jasa jasa giro giro
b.
Deposito Berjangka
c.
Tabungan
d.
danaa dari deposan: sertifikat deposito, deposit Cara lain menghimpun dana on call, call dan rekening giro terkait t rkait tabungan te
3.
Dana pinjaman a.
Call money
14
15
4.
b.
Pinjaman antarbank
c.
Kredit likuiditas Bank Indonesia
Sumber dana lain a.
Setorann ja jaminan
b.
Da transfer Dana
cc..
Surat berharga berh rharrga pasar uang
d.
Disk Di skoonto Bank Ban ankk Indonesia Diskonto
2.1. 2. 1 2. Pertimbangan Peertimbangan Penggunaan Dana Bank Berdasarkan Berdasark kan Risiko Risi Ri siko dan an 2.1.2. Hasil meenj n adii beban beba bann Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi apaabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuann yangg apabila prrod oduktif. Dana yang yang ttelah elah el ah dihimpun bukanlah buka bu kanl nlah ah ddana ana yang m urah, teta ur tapi pi produktif. murah, tetapi depo posan yang menimbulkan kewajiban n bbagi agi ag sebagian besar adalah dana darii de deposan bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan pada pad adaa kebutuhan kebu ke butu uhan bank itu dan juga juga untuk uk memperoleh mem emperole lehh pe pene neri rima maan bankk da dala lam m rangk ka menut utup up bbiayaiayaitu penerimaan dalam rangka menutup biiay ayaa biaya
lain
serta serta
mendapa patkan mendapatkan
keuntungan, keuntungan,
mak akaa maka
nk bank
berusaha
dalaam berbagaii bentuk aset dengan berbagai macam mengalokasikan dananya dalam an Nuritom mo, 2014). pertimbangan (Budisantoso da dan Nuritomo, memutuskaan untuk unntuk memilih suatu bentuk aset tertentu Sebelum bank memutuskan t lah berhasil dihimpun, te dihimpun banyak hal yang dalam pengalokasian dana yang telah harus dipertimbangkan. Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak hal, terdapat tiga hal utama yang selalu menjadi perhatian bank. Ketiga hal
16
tersebut adalah risiko, hasil, dan jangka waktu (Budisantoso dan Nuritomo, 2014). Apa pun bentuk aset aseet yyang ang dipilih h, pe pengalokasian dana selalu berkaitan dipilih, dengan aspek ris sik iko dan rate of return (hasil) dari aset asset tersebut. Pada dasarnya, risiko bank men nin inginkan bentuk aset asset e yang yan angg be beri risiko ko serendah mung ngkin, namun dapat meninginkan berisiko mungkin, meng nghasilkan pen enerrim imaan atau rate off re etu turn rn setinggi mu ung n kin. Jika menghasilkan penerimaan return mungkin. ddimungkinkan, imunggki kink nkan an, seti tiap ap badan usaha menging gin inkan ag agar ar ssemua emua ddananya ananya setiap menginginkan diwu wuju judk dkan ddalam alam aset produktif (earning asset) dan buka kan nonn-ea earn rnin i g as asset. diwujudkan bukan non-earning De Dengan adanya aset produktif ini, maka bank dapat memperoleh memperrol o eh penerimaan pen enerimaaa n adanya uun tukk membiayai keseluruhan biaya operasional bank seperti biaya ya bunga, bun u ga, untuk biay ya tenaga kerja, dan juga untuk mendapatkan keuntungan. biaya Kenyataan yang dihadapi bank dan juga setiap investor ada alah ada danyya adalah adanya hu hubu bungan searah an anta tara ra ttingkat ingk in gkat risiko da an ra rate te ooff return dari se eti tiap pilih han hubungan antara dan setiap pilihan bentuk investasi atau aset. Semakin Semaaki kin tinggi ti rate of return yang mungkin dapat dapa da pat dipe di pero r leh dari suatu aset, maka semakin tinggi pula tingkat risiko ri ko yang yang diperoleh di dann se da seb baliknya ya.. Ap Apab abil ilaa menggu guna naka kan iistilah sti tillahh lain,, se sem makin ditanggungnya sebaliknya. Apabila menggunakan semakin ting nggi gi pproduktivitas rodu dukt ktiv iviitas suatu aset, aseet, maka ssemakin emakin tinggii ppula ula ting ul gka katt risikonya. tinggi tingkat lihat pada ggrafik rafik Gambar 2.1 (Budisantoso dan Hubungan tersebut dapat dili dilihat Nuritomo, 2014).
17
Gambar 2.1 Hubungan antara Risiko dan Rate of Retu Return urn r Menyadari terlebih M enyadari situasi tersebut, suatu bank biasanya te erlebih h ddahulu ahuluu mene nentukan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung. ditangguung. Setelah Set etelah ah menentukan mennentukan tingkat risiko, kemudian menentukan alternatif bentuk bentuuk aset yang ya g menentukan d in di nginkan. Tingkat risiko yang diharapkan tidaklah mungkin samaa den engan no noll diinginkan. dengan asarnya tidak tid idak k ada ada bbentuk entukk aset aset yang sama sekali sekali k tidak berisiko. berisikoo. Di D karena pada ddasarnya s si lain, bank tidak mungkin untuk mengabaikan faktor risiko ini. A si pabi pa billa sisi Apabila risi ri siko ko yang yan angg ditanggung dita di tang nggu gung ng dari dar arii suatu suat su atuu inve est stas asii te terl rlal aluu ti ting nggi gi ddan an ttentu entu en tu ssaja ajaa di aj dise sertai risiko investasi terlalu tinggi disertai deng de ngan an kkemungkinan emun em ungk gkin inaan rate ooff return yan ng sangat at tinggi tin i gg ggii pula, pula pu la, maka maka kegiatan kegiatan dengan yang atu spekula lasi dan bukan lagi investasi. Kegiatan tersebut lebih merupakan sua suatu spekulasi ngan prinsi sip kehati-hatian ((prudential banking) banking) spekulasi ini tidak sesuai den dengan prinsip Indoneesia dan di negara-negara lain di dunia yang dianut oleh perbankan dii Indonesia 2014)). (Budisantoso dan Nuritomo, 2014).
18
2.1.3. Risk-Taking Risk-taking didefinisikan sebagai aktivitas mengambil risiko untuk memulai sebuah perusahaan perusah haa aann atau men nin ingk gkatkan keuntungan (Cambridge meningkatkan Dictionaries Onl nliine, 2014). Menurut Kamus Perbankan Per erbankan (1980), risiko Online, didefinisi ika kan sebagai ketidakk-paastt ia i n ya yang ng m engandung kemu mungkinan kerugian didefinisikan ketidak-pastian mengandung kemungkinan dala am bentuk harta ta atau ata tauu kehilangan keuntungan keuntunga gann atau atau kemampuan kemampuan ekonomis. eko k nomis. dalam Ke Keru rugi gian an dalam dallam bentuk harta atau kehilangan keh ehilangaan keuntungan ke an atau Kerugian kema mamp mpuan ekonomis akan melemahkan permodala lan ba bank nk.. Ke K suuli l tan kemampuan permodalan bank. Kesulitan ppe rmodal alan dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yyang ang la lama m dapa at permodalan dapat me m ninngkatkan potensi default riskk bank. Default riskk adalah kead daaan n ddii ma m na meningkatkan keadaaan mana peru usahaan atau individu tidak akan dapat melakukan pemba ayaran yan ng perusahaan pembayaran yang dim minta atas kewajiban utang mereka. Pemberi pinjaman (lenders) ddan an investor invvestoor diminta diha di hadapkan padaa default defa de faul ultt ri riskk di hampir hamp pir semua sem emua ua bbentuk entuk penyaluran penyal alur uran kredit kreeditt dihadapkan (Investopedia, 2014). Dalam penelitian ini, default riskk yang dimaksud adalah ri isi sikko ddimana imaana im risiko ba tid idak k ddapat apat ap at m elakuk l kan ppembayaran emba em bayyaran ya yang ng ddiminta imiintta atas ke kewa wajjiban bank tidak melakukan kewajiban uttan angn gnya y kep epad ada pemberi pi inj njaman ddan an risiko dima ana bank ti tida dakk mampu utangnya kepada pinjaman dimana tidak dep posan di ba ank (meliputi giro, deposito, sertifikat mengembalikan simpanan deposan bank entuk lainn yang dipersamakan dengan itu). Maka deposito, tabungan, dan atau bbentuk did definisikan sebagai pengambilan aktivitas dalam penelitian ini, risk-takingg didefinisikan yang mengandung ketidak-pastian untuk meningkatkan keuntungan di mana aktivitas tersebut mengandung kemungkinan kerugian dalam bentuk harta atau kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis. Risk-taking dapat
19
meningkatkan potensi bank mengalami gagal bayar kepada pemberi pinjaman maupun deposan. Secara umum, jenis s-j -jen eniis risiko ya ang terkait dengan usaha bank pada jenis-jenis yang dasarnya dapat bberasal erasal dari sisi aset atau pun liabi ili lita tas. Menurut Budisantoso liabilitas. dan Nurito tomo (2014), risiko ttersebut ers rseb butt m elip el iput uti: Nuritomo meliputi: 1.
R isiko likuiditas likuidiita tass ((liquidity liqquidity risk) li k Risiko
22..
Risi siko ko kredit kre redit (cr red edit risk) k Risiko (credit
3.
Risi Ri sikko investasi inv nvestasi (investment risk) k Risiko
4.
Risiiko operasi (operating risk) Risiko
5.
Risiko kecurangan (fraud ( riskk) Risiko risk)
6.
Risiko fidusiari ((fiduciary risk k) risk)
2.1. 1 4. Bentuk Risk sk-T -Tak akin ing g 2.1.4. Risk-Taking Risk-taking g terjadi dalam ppemilihan em mil ilihan altenatif penggunaan dana bbank. ankk. an Menu Me nurut Budisantoso dan Nuritomo (2014), alokasi dari danaa yyang an ng te tel lah Menurut telah be il ddihimpun ihiimpuun oleh ih oleh bank bank dapat dapa da patt dalam dala da lam m bbentuk-bentuk entukk-b -ben entu tukk berikut. berik ikut. berhasil 1.
C danggan Likuiditas Ca Likuiditas Cadangan Aset ini ditujukan untukk memenuhii kebutuhan likuiditas jangka pendek. Sebagai konsekuensinya, risiko dar ari aset ini tergolong rendah dan bank dari tidak dapat terlalu banyak k me engharapkan adanya penerimaan dalam mengharapkan jumlah yang tinggi dari aset ini, ini bahkan kadang-kadang aset ini disebut aset yang tidak produktif (idle fund). Cadangan likuiditas terdiri dari cadangan likuiditas primer dan cadangan likuiditas sekunder.
20
2.
Penyaluran Kredit Salah satu kegiatan utama bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat. Penerima aan yang utama da dari r bank diharapkan dari penyaluran Penerimaan kredit. Peny nyaluran kredit tergolong aset yang yan a g produktif (tingkat Penyaluran peneri rimaannya tinggi) se sehi ing ngga ga ppenyaluran enya en y lu uran kredit juga m engandung risiko penerimaannya sehingga mengandung yang relatif lebih leb ebih ih tinggi t inggi dibandingkan aset aseet yang yanng lain. Ditinjau ya Ditin nja jau dari segi liku uid idit itas asnnya, ppenyaluran enyaluran kredit mempunyai en ai ttingkat ingkatt llikuiditas ikui ik uidi d tas yan ng lebih likuiditasnya, yang re rend ndah dari dari cadangan primer dan sekunder. rendah
3.
Inveestasi Investasi A lokasi dana pada aset dengan rate of return yang cukupp ting nggi gi sselain e ain el Alokasi tinggi dapat berupa penyaluran kredit, dapat juga berupa investa asi. Investa asi investasi. Investasi dapat berupa penanaman dana dalam surat-surat berhar rga ja angkaa berharga jangka menengah dan an ppanjang, anja an jang ng,, atau berup pa pe peny nyer erta taan langsung pa pad da bad dan berupa penyertaan pada badan usaha lain. Bentuk dari surat suraat berharga berh be rharga tersebut antara lain adalah saham sah ahaa m dan obligasi. Menurut UU No. 7 Tahun 1992, bank ha hany nyaa bo bol leh hanya boleh mel lakkukkan penyertaan peny pe nyeertaan ppada adaa du ad duaa jjenis enis ba bada dann us aha, h yaitu llembaga embaga em melakukan badan usaha, kke uanggan ddan an debitur yang yan ng kreditn nya macet dan si sifa fat pe ppenyertaan nyer ny erta taan adalah keuangan kreditnya sifat sementara. Rate of returnn dari aset in ni relatif tinggi karena merupakan aset ini yang produktif. Oleh karen ena itu, inv nvestasi mengandung risiko yang relatif karena investasi lebih tinggi dibandingkan ca ada d nggan primer dan sekunder. cadangan
4 4.
Aset Tetap dan Inventaris Aset tetap dan inventaris tergolong sebagai aset yang tidak produktif dalam penerimaan dan oleh Bank Indonesia dipandang sebagai aset yang
21
risikonya cukup tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar, atau hilangnya dari aset tetap dan invetaris. Penanaman dana dalam aset tetap harus us dibiayai dib ibiayai darii modal mod o al sendiri sehingga jika aset ini rusak, hilang, hilan ng, atau terbakar tidak membebanii kewajiban kewajiban bank tersebut kepa ada pihak lain. Mes ski k pu punn as aset et iini ni ttidak idak produktif f, tidak likuid, dan kepada Meskipun produktif, cukup berisiko, berisiko ko, bank bannk tetap perlu mengalokasikan ba mengaalo loka kasi sika kan dananya untuk un aset ini kare rena na bbank ank me mem merlukan kantor, mobil, ko komp m uterr, da dann lain-lai in untuk karena memerlukan komputer, lain-lain kegi ke giatan n uusahanya. sahanya. kegiatan
2.1. 2. 1 5. R isk Shifting 2.1.5. Risk Risk shifting g didefinisikan sebagai pengalihan risiko kepadaa pihak lain in. lain. seriing adalah ad h Risk shiftingg memiliki banyak konotasi, yang paling sering kece ke cenderunangan perusahaan peru pe rusa saha haan a atau lembaga lemb mbag agaa ke keua u ngan yang mengalami mengalam amii kecenderunangan keuangan gamb mbil il risiko yang berlebihan (excessivee ri risk sk kesulitan keuangan untuk menga mengambil taki king ng). Perilaku berisiko tinggi ini pada umumnya dilakukan den enggann tu tuju juan taking). dengan tujuan mengha h silk ilkan imbalan imb mbal alan an yang tinggi ting ti nggi gi bagi bag agii pemilik pemiliik modal moda mo dall atau t pemegang pemegan angg saham sa menghasilkan daan da ddampak mp pak k ddari arii resiko tersebu but berges eser dari pemega ang saham m kkepada epada debt dan tersebut bergeser pemegang holders (Investopedia, 2014).
2.2. Masalah Keagenan 2 2 1 Teori Keagenan (Agency ( The h ory) 2.2.1. Theory) Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu mengelola perusahaan miliknya sendiri, sehingga pemilik harus
22
melakukan kontrak dengan para manajer (agent) untuk mengelola bisnis perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orangg at atau lebih ((principal) prrin inci c pal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan memberikan suatu jasa dan ke kemu m dian mendelegasikan kemudian wewenang ng pengambilan keput u us usan an kkepada epad ep adaa ag agentt tersebut. keputusan Menurut Ujiyantho Ujjiy iyan anth ho et al. (2007) dalam dallam m IIvani vani va ni ((2015), 2015), masal alah a keagenan masalah ((agency agencyy pproblem) robl ro blem) mu muncul ketika principall tid idak ak dapat at m emonitor aaktivitas em ktivitas tidak memonitor ag gen entt ssehari-hari eharii-hhari untuk memastikan bahwa agentt bbekerja ekerja ssesuai ek esua es uaii deng ngan agent dengan ke kei inginaan principal. Sebaliknya, agentt memiliki lebih banyak ba k informasi informasi s keinginan ppe ntin ng mengenai kondisi dan kinerja perusahaan secaraa kes esel elur uruh u an penting keseluruhan diba andingkan dibandingkan
dengan
principal.
Hal
tersebut
memicu
timbulny nyaa timbulnya
keti idakseimbangan informasi antara principall dan agent. Kondisi ini di ikenaa l ketidakseimbangan dikenal se eba bagai asimetri inf nfor orma masi si. sebagai informasi. Menurut Scott (2012), terd dap apatt ddua ua tipe asimetri informasi, yaitu: terdapat 1.
Adverse Selection Ad Adverse sele lect ctio ionn adalahh je jeni niss as asim imet etri inf for orma masi si ddii mana satu pi piha hakk atau selection jenis asimetri informasi pihak le lebih yang ya ng melangsungk kan a atau aakan kan melangsun ungk gkan sua uatu tu transaksi melangsungkan melangsungkan suatu usaha, atau transaksi usah ha potensiall memiliki informasi lebih atas pihakusaha pihak lain. Adverse selectio ion terjadii karena beberapa orang seperti manajer selection perusahaan dan para pihakk dala lam (insiders) lainnya lebih mengetahui dalam kondisi kini dan prospek ke de ddepan pan suatu perusahaan dari pada investor luar.
23
2.
Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi di mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau ata tau akan melangsungkan mellan ngs gsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi us sah aha potensial dapat mengganti ti tind n akan-tindakan mereka usaha tindakan-tindakan dalam m penyelesaian transaksi-transaksi traansak aksi s -ttra rans nsak a si mereka, sedangkan sedan ngk g an pihak-pihak llainnya ainnya tidakk da dapa patt. Moral hazard d dapatt ter erja jadi di karena adanya ya pemisahan dapat. terjadi kepe pemi mili likk k an ddengan engan pengendalian kepemilikkan
yan ng yang
meru rupa paka kann kara akt k eristik merupakan karakteristik
ke keba banyak akan perusahaan besar. kebanyakan
2. 2.2. 2 2. M oral Hazard 2.2.2. Moral Moral hazardd dalam perspekrif perbankan merujuk pada per rilaku piha akk perilaku pihakpih hak yang berkepentingan (stakeholder) misalnya pihak bank (pemegang (pemeegangg pihak sa aha ham dan mana aje jer) r), de depo posan, dan deb bit itur ur pperbankan erba er bankan yang me menciptaka kann saham manajer), deposan, debitur menciptakan insentif untuk melakukan agenda agend ndaa dan dan tindakan yang tersembunyi yang yang be berl rlaw awanan dengan etika bisnis dan hukum yang berlaku. Bisni is pe perb rban ankkan berlawanan Bisnis perbankan sa sangat rawan ddengan enga en gann moral ha haza zard rd. Po Pote tensi mora rall ha haza rdd sangat bes sar kkarena arena hazard. Potensi moral hazard besar ke epe pent n inga g n m asing-masing pi ppihak hak ((stakeholder). stakeholder). r K epentinggan pemegang ep kepentingan masing-masing Kepentingan saham dapat mengorbankan n pihak lain laiin untuk keuntungan dirinya (misal deposan dan lembaga penjamin in), kepen nt ingan manajemen bisa mengorbankan penjamin), kepentingan kepentingan pemegang saham, kep pentingan debitur dapat mengorbankan kepentingan kepentingan bank milikan bank yang didominasi pemegang bank. Struktur kepem kepemilikan saham mayoritas akan menekan konflik keagenan antara pemilik dan manajer, namun juga dapat menjadi sumber malapetaka karena pemegang saham
24
mayoritas dapat menekan pemegang saham minoritas dan manajemen untuk bertindak atas kepentingannya atas beban pemegang saham minoritas, deposan dan lembaga penjamin simpanan sim mpa pannan (Taswan, n 22010). 0 0). 01 Taswan (20 010 10) mengidentifikasikan masalah mo mora r l hazard pada lembaga (2010) moral n menjadi 4 jenis, yyaitu: aitu u: perbankan 1.
M oral hazardd debitur debi de bitu tur terhadap bank Moral
2. 2.
Mo ora rall ha haz zard manajer mannajer bank terhadap pemega ma gang ng saham am Moral hazard pemegang
3.
Mo Mor ral ha azardd pemegang saham (bank) terhadap depo osa s n Moral hazard deposan
4.
Mora ral hazard bank atau shareholderr terhadap penjamin simpanan sim impana nann Moral
2.2.2 2.1. 2.2.2.1.
Moral Hazard Manajer Bank terhadap Pemegang Sah ham Saham Manajer bank dapat melakukan moral hazard d karena ma anajer bu bukann manajer
pe pemi m lik, bukann penanggung pen enan angg ggun u g risiko namun nam amun un mereka mer e eka adalahh pengambil pengamb mbil il pemilik, keputusan bisnis di lembaga pe erb rban nka kan. Manajer dapat mengambil keputusan keput utus usan an perbankan. be beri r siko tinggi, yang umumnya risiko tinggi potensi return jug ga ti ting ggi gi. Bi B la berisiko juga tinggi. Bila kke putusan yang ng beresiko ber ereesiko tinggi ting ti nggi gi berhasil ber erha hasi sill mendatangkan mend ndat atan angk gkan return tin ngg ggii m aka keputusan tinggi maka ma mana n je j r ituu ak akan dinilai berki kine n rja ting nggi dan konseku kuen ensi s ny ya ad adal alaah materiil manajer berkinerja tinggi konsekuensinya adalah dan non materiil. Namun, bil la keputusa an gagal maka penangung risiko adalah bila keputusan pemegang saham dan deposan n (Taswan n, 2010). (Taswan,
22.2.2.2. 222
Moral Hazardd Pemegangg Saham (Bank) terhadap Deposan Moral hazard dimanifestasikan dalam bentuk penempatan dana pada
proyek-proyek yang beresiko tinggi dengan mengabaikan kepentingan
25
deposan. Hal ini jelas mengkhawatirkan deposan karena klaim deposan akan gagal terbayarkan apabila proyek tersebut mengalami kegagalan. Sebaliknya, pemegang saham akann menikmatii ke keuntungan paling besar apabila penempatan dan ana pada proyek tersebut berhasi il. Dalam hal ini terdapat dana berhasil. transfer kkekayaan ekayaan dari depos osan n ddan an ppemegang emeg em egan a g saham (Taswa wan, 2010). deposan (Taswan, Transfer er kkekayaan ek kayaan dari deposan n kkee pe pemegang sah aham a melalui saham pengam ambi bila lann risiko ko yang tinggi sangat berpotensi berpot oten ensi terjadi ter erja jadi di apabila apabila terdapat terdapat pengambilan kons ko nsen enttrasii kepemilikan. Penyebaran kepemilikan re ela l tif re end ndah ah,, deng ngan konsentrasi relatif rendah, dengan ddemikian emikiian keputusan-keputusan bisnis di bidang perbanka kan le ebi bihh banyak ak perbankan lebih diten ntukan oleh sedikit pemilik bank. Bentuk kepemilikan seperti sep per e ti iini ni sering sering ditentukan dis sebut kepemilikan terkonsentrasi secara ekstrim, yaitu sedikit ppemilik emil ilik tap api disebut tapi m ampu mengendalikan manajemen dalam mengambil tingkat risiko. risiko. Pada Pada da mampu bent be n uk kepemilikan kepemilik ikan an seperti sep eper erti t ini, dapat di dipa past stik ikan an konflik antara antarra pemegang pemegaang bentuk dipastikan saham dengan manajer atau prof ofes e io ionnal sangat rendah. Keputusan bisniss ak akan an profesional seja se jalan dengan kepentingan pemegang saham (Taswan, 2010). sejalan P adda bbank ankk yang kkepemilikannya an epem ep emil ilik ikaannya te terk rkon onsentar t si,i mana aje jerr tidak Pada terkonsentarsi, manajer sang sa nggu g p untuk untu un tukk menghindarii tekanann pemegang sah aham am yyang angg be begitu besar sanggup saham power-nya dalam menjalankan menjalan nkan operasional operassional bank. Pemegang saham yang powerfulll tersebut kemudian n mengam mbil kebijakan bersifat negatif untuk mengambil melakukan moral hazardd dengan den ngan ccara ara mengambil risiko yang berlebihan ketika kondisi bank tersebut berprospek berrprospek buruk yang tercermin dari harga saham yang jatuh dan mengancam kebangkrutan. Kepemilikan terkonsentrasi juga mempunyai insentif untuk melakukan moral hazard ketika terjadi
26
penjaminan penuh yang dilakukan oleh pemerintah. Jika agenda dan tindakan tersembunyi ini dilakukan, maka terjadi moral hazard (Taswan, 2010).
2.2.2.3.
azard Bank atau Shareholder Sharehollde derr terhadap Penjamin Morall H Hazard Simpanan Simpanan haza ha zard rdd ini ditunjukkan sebagai seb ebag agai ai rrisiko isiko rugi yan ang dihadapi Moral hazard yang
Lembag agaa Pe Pen njamin nS impanan (LPS) ketika ske kema ma penja ami mina nann simpan nan atau Lembaga Penjamin Simpanan skema penjaminan simpanan assur uran anssi dep eposito memberikan insentif bank untuk mengambil men nga g mb bill tingkat tin ingk gkat risiko ris isiko asuransi deposito berlebih ihan (Saunder dalam Taswan, 2010). Bank yang mem mil i iki ut utan ang relati tif berlebihan memiliki utang relatif tingggi dan sebagian besar dari deposan mereka merupakan de ddeposan poosa sann ke kkecil cill tinggi (y yang dijamin) memiliki dorongan kuat untuk mengambil keputusan keputussan investasi investas asi (yang paada aset yang berisiko tinggi karena tidak perlu lagi memonit tor per rilakuu pada memonitor perilaku pemi pe m njam. Peran Peraan ini ini telah tela te lahh didelegasika kann ke kepa pada da lembaga pen nja jamin. JJika ikaa ik peminjam. didelegasikan kepada penjamin. itu gagal, gag agal, maka lembaga penjamin yang ppaling alin al ingg investasi yang berisiko tinggi itu besa be sar menanggungnya. Kasus Bank Century bisa memberikan contoh cont co ntoh oh kasus kas asus besar m rall hazard mo hazardd ini. ini. Pihak Pihak L PS memberikan mem embe berikan talangan tala ta lang ngan dan dan pada ak akhi hirnya moral LPS akhirnya pemb pe m ay yar ddeposan eposan adalah LP ep PS tersebut ut (Taswan, 2010 10)). pembayar LPS 2010). haazardd akan muncul ketika lembaga penjaminan Masalah moral hazard flat selamaa periode penjaminan dan adanya nilai menetapkan tingkat premi flat gi. Pr remi flatt tidak membedakan tingkat risiko penjaminan yang semakin tingg tinggi. Premi yang diambil oleh bank sehingga baik bank yang beresiko tinggi (bank tidak sehat) maupun bank beresiko rendah (bank yang sehat) membayar premi yang sama. Premi yang flat kemudian ditunjang dengan semakin besarnya nilai
27
deposito yang dijamin akan mendorong bank untuk melakukan moral hazard. Hal tersebut terjadi karena bank menyadari bahwa semakin besar nilai penjaminan maka semakin semaki kinn bbesar esar deposi sitt ya yang ditanggung lembaga penjamin deposit bila bank mengalami meng ngal alami kegagalan (Taswan, 2010).
2.2.3. 3. Premi Penj jam amin inaan dan Dampaknya terhadap terrha hada dap Moral Haza ard Penjaminan Hazard Pe ene neta tapa pan prem emii mempunyai konsekuensii ba bagi g mo orall ha haza z rd. Pe ene n tapan Penetapan premi moral hazard. Penetapan flat at premium pre rem mium m paling rawan dengan masalah moral haza ard, ka kare rena na ppremi remi mi ini hazard, karena ti tid dakk me embedakan antara bank yang sehat dan bank yang tida ak seha hat. t. A pa pu un tidak membedakan tidak sehat. Apa pun ko kondis isinya, bank akan dikenakan tarif premi yang sama. Hal ini m enja jadi di aalasan l san la kondisinya, menjadi bagii pemegang saham bank untuk melakukan penyimpangan ddengan engan car araa cara men ngambil risiko yang berlebihan karena baik bank yang gagal atauu tidakk akann mengambil te eta tapp membayar premi pre remi mi yang yan angg sama. Di samping sam ampi ping ng itu, itu t , kegagalann bank bank akan aka kann tetap ditanggung oleh lembaga penjamin penjam min (asuransi) (as asuransi) deposito (Taswan, 2010). Pendekatan yang paling umum dalam menentukan premi ppenjaminan enja en jami minnan at pre atau mii asura ans nsii deposito de ada dala lahh pendekatan pend pe ndekatan Op Opti tion on Pricing Priicing i Model Moddell ((OPM), OPM), OP premi asuransi adalah Option ya ang telah m emandang provision provvis i ion off deposit insurance insuran ance ce sebagai sebag agai ai gambaran yang memandang identik dengan put option pada paada aset bank baank yang membeli asuransi deposito. Dalam kerangka ini, diilustrasikan diilusstrasikan bahwa lembaga asuransi deposito mengenakan premi sebesar OP un untukk menjamin simpanan (OD) di bank (lihat Gambar 2.2). 2 2) Jika bank adalah seha h t dan nilai pasar aset bank tersebut lebih sehat besar dari OD, maka net worth positif. Hal ini menunjukkan bahwa bank dapat meneruskan bisnisnya. Lembaga asuransi deposito akan memastikan premi
28
yang dibayar oleh bank sebesar OP. Jika bank mengalami kebankrutan yang dimungkinan terjadi karena portofolio aset yang buruk atau risiko portofolio (nilai aset bank menurun ddii bbawah awah OD D ((katakanlah katakanlah OA), hal ini berarti net ka worth menjadi nnegatif), egatif), maka pemilik akan meninggalkan meninggalkan bank dan mengemba ballikan ke lembaga ga penjaminan pen enjaami mina nan deposito. d posito. Jika ini de ini terjadi, maka mengembalikan lemb mbaga asuransi aatau tauu pe ta ppenjamin njamin deposito ak kan nm emba em b yar kepada ddeposan e osan yang ep lembaga akan membayar ddiasuransikan iasuran nsi sika kann sejumlah sejuml mlah ah OD dan akan melikuidasi melik kui uida dasi aset aseet bank ban sebesar sebessar a OA. Ak kib ibat atny nya, lem embaga penjamin akan menghadapi biaya ke keba b ngkr krut utan an ((negative negaative Akibatnya, lembaga kebangkrutan n t wort ne th) sama dengan (OD-OA) dikurangi premi asuransi yyang a g di an diba baya y r ole eh net worth) dibayar oleh ba ebesar OP (Taswan, 2010). bank ssebesar
Pembay Pembayaran yaran n kepadaa Lemb mbaga Lembaga A suransi Asuransi Deposito o
P=Premi P P= Prremi A
D
0 Nilai Aset Bank
Kerugian Keru Ke rugian
Gamb bar 2.2 Gambar Asuranssi Deposito sebagai Put Option Asuransi depossit i insurance insuraance yang dapat dipandang sebagai put Dengan keberadann deposit dak dapat dihilangkan karena pemilik bank option, maka moral hazardd tetap tid tidak bersama manajer memperoleh insentif untuk melakukan pengambilan risiko yang eksesif. Pemegang saham merasa bahwa sudah ada pihak yang menjamin simpanan nasabah. Manajer atau pemegang saham memiliki kebebasan untuk
29
mengeksekusi opsi tersebut, dan akan mengeksekusinya ketika tidak mampu membayar dana deposan. Dengan demikian, potensi moral hazard selalu ada. Inti dari moral hazardd di si sini ni adalah peng gam ambilan risiko yang berlebihan oleh pengambilan bank karena tela ah ddijamin ijamin lembaga asuransi deposito (T (Taswan, 2010). telah
2.2.4. 4. Masalah Ke Keag agen enan antara Pemberii Pi Pinj njam amaan dan Perusah ahaan Keagenan Pinjaman Perusahaan Sc cot ottt (2012) (20012) m (2 enjjelaskan bahwa salah satuu be en bentuk m asal as alah a morall hazard Scott menjelaskan masalah yait ituu sebuah sebbuah se h kontrak kontrak antara pemberi pinjaman (lender) (lenderr) deng gan perusahaan, per erusah haa a n, yaitu dengan mi misalnya ya antara bondholderr dengan manajer perusahaan. Bond ndhold derr bberperan erperaa n Bondholder se sebaga gai principall dan manajer sebagai agent. sebagai Scott (2012) mengatakan bahwa terdapat risiko kredit dal lam a masal lah dalam masalah kea agean antara pemberi pinjaman dan manajer perusahaan. Risiko kredit yyaitu aituu keagean ke kem mungkinan pe pperusahaan rusa ru saha haan an aakan k n mengalam ka mi ke keba bang ngkr k utan sehingg ga ttidak idak bi bisa sa kemungkinan mengalami kebangkrutan sehingga membayar hutang dan bunganya. Manajer perusahaan dapat memilih salah satu tindakan dari du dua pi pili iha han. pilihan. Ti Tindak kan yangg pe pert rtaama di dino nota tasi sika kann ddengan engan a1 yaitu yait itu perusahaan perusahaa aann tidak Tindakan pertama dinotasikan me emb mbay yar ddividen ivid iv iden ketika kontrak konttrak hutang ng berjalan. Tindakan Tinda daka kan kedua keduua dinotasikan di membayar dengan a2 yaitu perusahaan m membayar embayar di dividen ividen tinggi. Jika manajer memilih a 1 maka besarnya probabilitas kkebangkrutan ebangkru utan lebih kecil dibandingkan dengan besarnya probabilitas kebangkrutan kebangkrut utan jika jika memilih a2. Probabilitas perusahaan membayar hutang dan bunganya ada adalah d lah 1 dikurangi probabilitas kebangkrutan kebangkrutan. Jika manajer memilih a1 maka besarnya probabilitas perusahaan membayar hutang dan bunganya lebih besar dibandingkan dengan jika memilih a 2. Hal ini
30
disebabkan karena pembayaran dividen yang tinggi akan mengurangi solvabilitas perusahaan. Tidak ada jaminan bahwa manajer perusahaan akan selalu memilih aktivitas a1 atau a2. Cateris Cate Ca teris paribus, probabilitas manajer perusahaan mem memilih mil ilih ih a1 besarnya sama dengan probab probabilitas abil i itas manajer perusahaan memilih a2 yaitu sebesar 0,5 0,5. 5.
2.3. 2..3. Dividen Diviide den n da dan Kebijakan Kebi bija jakan Dividen 1. Di Divide en 2.3.1. Dividen Se ebuah perusahaan pertama-tama menentukan pendap patan n ddan an beban an Sebuah pendapatan kemu ke udian menghitung laba atau rugi bersih. Pendapatan adalah kenaikan kenaiika kann bruto b uto br kemudian ntukk tuju uan padaa ekuitas yang dihasilkan dari aktifitas bisnis yang dilakukan uuntuk tujuan menndapatkan laba (income). Beban adalah pengorbanan atas konsumsi konnsumsii aset aseet mendapatkan attau pemakaian jjasa asaa da as dala lam m proses mem empe pero role lehh pe pendapatan. La Lab ba ber rsi sihh atau dalam memperoleh Laba bersih n ddikurangi ik kurangi dengan beban-beban) merup upak akaa n (selisih positif dari pendapatan merupakan kena ke naikan aset bersih yang kemudian tersedia untuk dibagi gika kan kepada kepa ke pada kenaikan dibagikan pe saham h m. Jika Jika memiliki mem mil ilik ikii laba laba bersih bersihh dan dan memutuskan m muttuskan me k bahwa bah ahwa wa laba pemegang saham. ters rseb ebut tidak ak m emiliki kegunaan keguna naan yangg lebih baik untuk unttuk pendapatan pendapa pata tan tersebut, tersebut memiliki perusahaan dapat
memutu uskan memutuskan
mem mbagikan membagikan
dividen kepada
pemilik
a alah distribusi ad diistribusi uang tunai atau aset lainnya (pemegang saham). Dividen adalah ropo posional (berdasarkan jumlah saham yang kepada pemegang saham secara pproposional al 2011). 2011) dimiliki) (Kieso et al., Suwaldiman et al. (2006) juga mengemukakan bahwa dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada pemegang saham (pemilik
31
modal sendiri). Selain dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai seba se bagai laba ditahan dit itah a an (retained earnings). Maka, lab aba bersih setelah pajak (net income) income me)) yang dikurangi dengan dividen adalah laba ditah ahan yang diguna aka k n se ssebagai baga ba gaii ca cadangan pada su ssuatu atu perusahaan laba ditahan digunakan (reta taiined earnings). earningss). ) (retained Divi Di vide dend nd Pay you out Ratio (DPR) adalah rrasio asio as i ant tar araa di divi v den da dan laba Dividend Payout antara dividen bers rsih ih.. DP D R aadalah dalah sebuah parameter untuk mengukur bbesaran esaran n ddividen ivid iv iden yyang ang bersih. DPR dibbagikaan ke pemegang saham secara tunai. Karena kelebihan di n labaa be bersih ata as dibagikan atas divide di den itu menjadi laba ditahan, keputusan DPR termasuk u ke kepu putu tusan dividen keputusan menngenai laba ditahan (Suwaldiman et al., 2006). mengenai yaitu u: Kieso et al. (2007) membedakan dividen menjadi 4 jenis, yaitu: 1 1.
tunaai (cash (ca cash sh ddividends), ividends), merupakan mer erup upak akan an distribusi divi vide den dalam dala lam m Dividen tunai dividen dinyatak kan dalam dal alam rupiah atau persentase. Pembayaran Pembaaya yara ran bentuk tunai yang dinyatakan ditahaan. dividen tunai akan mengurangi kas perusahaan dan laba ditahan.
2.
Divid iden properti prop oper erti ti (property (properrty dividends) div ivid iden ends ds) atau dividend divi di vide dendd in in kind, ki meru me ruppakan Dividen merupakan d viden yang di yanng dibayarkan menggunakan ya m ngguna me nakan aset perusahaan perussah ahaa a n selain sela lain in kas. Aset dividen dibayarkkan untuk dividen dividen dapat berupa persediaan, real perusahaan yang dibayarkan am bentukk apa pun yang ditetapkan oleh dewan estate, investasi, atau dala dalam komisaris.
3 3.
dividend nds) merupakan pembagian dividen dalam Dividen saham (stock dividends), bentuk saham kepada para pemegang saham. Pembagian dividen saham ini
32
akan berdampak pada kenaikan lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Dividen saham biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. 4.
liqu li quid idating dividends), divi di vide dends), merupakan dividen yang Dividen likuidasi ((liquidating ukan berdasarkan laba ditahan atau uk au ppendapatan endapatan perusahaan. dibayarkan bbukan Divide den ini dibagikan de enggan m engg en ggun unak a an modal yangg telah disetor oleh Dividen dengan menggunakan pemegang saham sah ham (pengembalian (pe p ngembalian investasi si aatas tass sa ta saham). pemegang
2. Ke Kebija akan Dividen 2.3.2. Kebijakan Guumanti (2013) mendefinisikan kebijakan dividen (dividend (divid (d den endd policy) policyy) Gumanti sebaga se gai suatu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan perusah ahaann akan akan di sebagai bagiikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dittahan dalam dalaa m bagikan benntuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang ak kan da atang g. bentuk akan datang. Sela Se laras dengan Gumanti Gum uman anti ti ((2013), 2013), Sisbi bint ntar arii (2 (201 013) juga me end ndefinisik kan Selaras Sisbintari (2013) mendefinisikan u ke epu p tusan untuk menentukan berapa be besa sar kebijakan dividen sebagai suatu keputusan besar bagi ba gian dari pendapatan perusahaan akan dibagikan kepada para ra pem emeg egaang bagian pemegang sa dan akan k n diinvestasikan dii iinv nvestasika kann ke kemb mbal alii (reinvesment) (reinvessme ment nt)) atau attau di ditah han (retained) (reetai (r ained) saham dan kembali ditahan dal alam perusahaan. per erus usahaan. Terdapat Terdapaat beberapa beberaapa teori yang se seri ringg diungkap diu ung ngkkap dalam dii dalam sering dunia keuangan modern saatt ini. Pada kenyataannya sampai saat ini sudah aru, wa alaupun masih dalam tahap awal masih muncul teori-teori bbaru, walaupun 20133). pengembangan model (Gumanti, 2013). Gumanti (2013) menyatakann bahwa dari kajian literatur dan empiris sejauh ini, setidaknya ada lima teori tentang kebijakan dividen yang selama ini diungkap dalam manajemen keuangan modern. Namun demikian, hal ini tidak
33
berarti bahwa teori-teori yang mencoba menjelaskan fenomena variabilitas dividen hanya terbatas pada lima teori. Kenyataan yang ada sejauh ini sudah mulai muncul teori-teori teori-teo ori baru, baru, walaupun wallau aupu pun masih dalam tahap awal pengembangan m odel. Kelima teori dividen yang secara seeca cara umum dikenal adalah model. sebagai be ber rikut. berikut. 1.
Teori ketidakrelevanan ketidakr krel elev evan a an dividen (irrelevant dividend div ivid ideend propositio ionn) Teori proposition)
22..
Teor orii perataan pera pe rataan ((smoothing smoothing theory) sm Teori
3.
Te Teor o i bu urung di tangan (bird in the hand theory) Teori burung
4.
Teor ori efek pajak (tax effect theory) Teori
5.
Teori biaya transaksi dan pajak (taxes and transaction cost c stt ttheory co heor he oy / Teori clientele effect theory) ntukk Menurut Gumanti (2013), kebijakan dividen dapat dijadikan sarana uuntuk
menngatasi masala me ah ke keag agen enan an (agency pro obl blem em)) antara anta an tara r manajemenn perusahaan perusahaa aann mengatasi masalah keagenan problem) ng saham sah aham (shareholder). r Menurut anggapan anggapaan in ini i, (corporate insider) dan pemegang ini, jika laba tidak dibagikan kepada pemegang saham, ada kekhawatiran kekhawa wati tirrann bahwa bahw ba hwa jika la akan akkan di diguna aka kann untuk untuk dimanfaatkan dima di manf nfaa aatk tkan an ddemi emi ke kepe pent ntin ingan prib ibadi ma mana naje jemen laba digunakan kepentingan pribadi manajemen attau untuk pengadaan pen engadaan proyekk yang ttidak idak menguntun id ungk gkan yyang angg cenderung an atau menguntungkan peerusahaan. Oleh Oleh karena itu, pemegang akan lebih untuk menghabiskan uang perusahaan. an saldo laba. laaba. menyukai dividen dibandingka dibandingkan
2 3 3 Teori Burung di Tangan (Bird (Bi ( ird in the Hand Theory) Theory) 2.3.3. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi, dividen dinilai secara berbeda dari laba ditahan atau sisa laba
34
(capital gain). Investor lebih menyukai burung di tangan (bird in hand) atau kepastian dalam bentuk dividen tunai daripada dijanjikan keuntungan yang belum pasti (bird in bush), ), yyaitu aittu selisih positif ai pos osit itif harga saham yang menghasilkan capital gain. Me Menaikkan pembayar ran div ivid den en,, ca ccateris teris paribus, akan te an dapat menaikkan pembayaran dividen, nila ai perusahaan. Ka Kare rena n dividen yang diberii ssaat aatt in aa inii lebih menjan nji j kan dalam nilai Karena menjanjikan mengur ran angi gi ketidakpastian ketidakpa past stian arus kas mendatang, ra rasio pe emb mbay ayar a an yan ng tinggi mengurangi pembayaran yang ak kan m engura rangi biaya modal dan karenannya akan menaikkan menaik me kka kann nilai nila ni lai saham saaha h m akan mengurangi ppe rusahaaan. perusahaan.
Artinya,
rasio
pembayaran
dividen
ng yang
tin ingg ggi tinggi
an akan
me m maaksimalkan nilai perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan dap pat m enai en aikk k an memaksimalkan dapat menaikkan atau u mendukung nilai perusahaan lewat harga sahamnya deng gan memili lihh dengan memilih keb bijakan dividen yang menarik (Gumanti, 2013). kebijakan Miller dan nM odig od igli lian ani (1961) dalam am Gumanti Gum uman anti t (2013) mengkritisi meng ngkr kritisi teori teeor oi Modigliani burung di tangan dan berpendap apat a bbahwa ahwa risiko perusahaan ditentukan n ol oleh eh berpendapat ti ing ngka k t risiko arus kas dari aktivitas operasinya. Selanjutnya, Bh Bhatta tach char arya tingkat Bhattacharya (1 9) dalam (1979) dalam l Gumanti Gum uman anti ti (2013) (20133) berpendapat berp be rpen enda dappat bahwa bahw hwaa alasan alas al asan yang mendasari menddas asar arii teori bu uru rung ng di tangan taang ngaan adalah salah. h Bhattacharya Bhattaccharya menyatak akan an bahwa ttingkat ingkat risiko in burung menyatakan yang melekat pada perusa ahaan mem mpengaruhi tingkat dividen, bukan perusahaan mempengaruhi sebaliknya. Artinya, tingkat risiko ris isiko aliran an kas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang ak kan a ddibayarkan, ibayarkan, sebaliknya kenaikan dividen akan yang dibayarkan tidak akan mengurangi mengura r ngi risiko perusahaan perusahaan.
35
2.3.4. Teori Sinyal Dividen Menurut Scott (1997) dalam Hernat (2015), suatu perusahaan umumnya berbeda satu dengan yang g llain ain dari segii ku ai kual a itas. Contohnya suatu perusahaan kualitas. memiliki peluang ng investasi investasi yang lebih baik dibanding ng perusahaan perusahaan lain. Contoh lainnya ya yait itu adanya suatu pperusahaan e us er u ah a aa aann ya yang ng sedang melaku uka k n penelitian dan yaitu melakukan peng ngembangan ak kann su ssuatu atu paten yang san anga gatt m enguntungkaan. Informasi pengembangan akan sangat menguntungkan. tentangg pe pene neli litt ian dan an pengembangan yang dilakukan dilak akuk ukan oleh oleeh perusahaan peru pe rusahaan tersebut tersebut penelitian tent ntuu sangat sa t penting dan berguna bagi investor. Na Namun pengungkapan peng pe ngun u gkkap apan tentu ((disclosure) disclosuure) akan detail tersebut mungkin saja dapat membuat di membuaat rahasia raha hasi siaa penting pentin ng p rusa pe sahaan terbongkar atau manajer mungkin saja tidak dipercay aya ol oleh eh ppasar asar perusahaan dipercaya yangg bersikap skeptis ketika rahasia tersebut diungkapkan. Olehh karena itu tu, itu, man najer perlu mencari cara yang tepat dalam memberikan informasi/sinyal inforrmasi/ssinyaa l manajer ta anp npa menimbulkan menimbulka kann biaya biay bi ayaa yang y ng berlebihan. ya berlebiiha hann. Sinyal Sin inya yal adalah tindakan tin nda dakkan yang yaang tanpa dilakukan oleh manajer tingkatt aatas taas yang mana hal ini tidak akan ras sio iona nal rasional keti ke tika k manajer tersebut adalah manajer tingkat bawah. ketika T eorii sinyal siny inyal al secara secara um umum um ddikembangkan ikeembangka ik kann de dengan anggapa pann ba bahwa Teori anggapan oran angg di dal alam am perusahaan lebi b h terinf formasi tentang kkinerja inerja in j pperusahaan erus er usahaan saat orang dalam lebih terinformasi ini dan prospek masa depannya depannyya daripadaa pihak luar. Teori ini mengemukakan tentang bagaimana seharusnyaa sebuah pperusahaan erusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal Sin nya y l ini ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemenn untuk merealisasikan keinginan pemilik. pemilik Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Beberapa contoh dari sinyal perusahaan
36
yaitu seperti struktur modal, kebijakan dividen, kebijakan akuntansi perusahaan, dan bentuk pengungkapan sukarela (Hernat, 2015). Salah satu contoh dari dari teori sinyall adalah ad teori sinyal dividen. Teori ini menyatakan bahwa bah ahw wa di dalam pembagian divi vide d n, dividen,
manajer
berusaha
memberik kan adanya suatu siny n al iinformasi. nfor nf orma masi s . Ol O eh karena itu, ppasar asar menganggap memberikan sinyal Oleh divi iden sebagai sinyal siny nyal al tentang pandangann manajemen man anaj ajemen berkenaan berkena naan dengan dividen prospekk masa masa depan an perusahaan perusahaan dan karenanya karenanyya harga saham saha sa ham m akan bereaksi bereaksi me eng ngik ikut u i arah arrah sinyal yang ada (Gumanti, 2013). mengikuti
2.3. 2. 3 5. Perolehan Laba sebagai Pembatas Kebijakan Dividen 2.3.5. Weston et al.(1986) dalam Gumanti (2013) mengidentifikasi mengidentifikassi setidaknya setid idakny nyaa adaa 11 faktor yang dapat menjadi pembatas kebijakan dividen perusahaan, perusaahaan n, ya ait itu: u undang-un nda dang ng ((perarturan), perarturan), po pe posi sisi si llikuiditas, ikui ik uiditas, kebutu uha han un ntu tukk yaitu: undang-undang posisi kebutuhan untuk pelunasan utang, batasan-batasa an da dal lam perjanjian utang, potensi eksp span anssi batasan-batasan dalam ekspansi ak akti tiva v , stabilitas laba, peluang penerbitan saham di pasar mo moda dall, ke kend ndali aktiva, modal, kendali ke kepemi ili likkan, posisi posi sisi si pemegang pem emegangg saham, saha sa ham, m, kesalahan kes esalahan aakumulasi kumu ku mullasii ppajak ajjak k atass la laba ba, dan kepemilikan, laba, pe ero role lehan la aba ba. perolehan laba. Kemampuan perusahaan n dalam m enghasilkan laba dan kestabilan laba menghasilkan yang diperoleh sangat mene entukan bberapa erapa besarnya dividen yang dapat menentukan dibagikan kepada pemegang sa aham m. Keyakinan manajemen akan prospek saham. capaian laba di tahun depan juga m enjadi faktor kunci atas berapa besarnya menjadi dividen yang akan dibayarkan tahun ini (tahun berjalan). Jika keyakinan manajemen bahwa prospek laba tahun depan dapat diraih, dalam upaya untuk
37
memberikan jaminan atas prospek usaha, dividen dapat dipastikan akan mengalami peningkatan. Perusahaan dengan capaian laba lebih tinggi akan memiliki motivasi lebih untuk unntu tukk membagii dividen divi di viden karena unsur kemampuan dan kepastian pencap apai aian laba (keuntungan) (Gumanti, 22013). 013). 01 pencapaian
2.4. Pe Penelitian Ter rda dahu hullu Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No..
Peneliti P Pe neli liti
1.
Onaali Onali (2014) (2 2014)
2.
Hellstrom et al. (2012)
3.
Onali (2009)
Judul Penelitian Moral Hazard, Dividends, and Risk in Banks
Variabel
Hasil Hasi Ha sil
Variabel Dependen: Divedend Payout Ratio Variabel Independen: Riskk Taking
Hasil da dari ari r pen penelitian nel elit itiian inii membuktikan membukti tikann bahwa bahw ba hwa terdapat hub u unnga gann positif posi s ti hubungan antara riskrisk-taking k-taking deng dengan ngaa ayot ratio o. dividend pa payot ratio. Penelitian ini inni dilakukan dilak akukan an industri perbankan. pada industr tri pe per rbanka kann.
Determinants D ettermiinan ants ts of Dividend Payout Ratios: A Study of Swed Sw edis ishh Large Larg La rgee Swedish andd M an edium Medium Caps Ca ps
Variiab Variabel abel el Dep De penden: Dependen: D Di vedend Payout Divedend Ratio Variab abel el Variabel Inde In depe penden: Ri Risk sk Independen:
Ha dari penelitia Hasil penelitian an in ini membuktikan bahwa bahw hwaa terdapat hubun ngann hubungan negatif an antara nta tara ra ri risk sk dengan deng de ngan an di dividend divi vide dend nd payot pay ayot ratio. Namun Namun, n, pe penelitian pen nelitian ini ini dilakukan dila di laku kuka kann pada padda pa indu in dustri non-finansial. non on-finansial. industri
Dividends andd Risk in European Banks
Variabeel Variabel Dependen: Depend den: Divedend Divede dend Payout Ratioo Vari riabel Variabel Ind In dependen: bank Independen: ddefault de fault risk dan credit risk
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif positi antara bank default risk dan credit risk dengan dividend payot ratio. Penelitian ini dilakukan pada industri perbankan.
38
2.5. Pengembangan Hipotesis Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi tejadi ketika satu orang atau lebih ((principal) priincipal) mempekerjakan pr memp mpekerjakan orang lain (agent) untuk u jjasa asa dan kemudian mendelegasika an wewenang pengambilan memberikan suatu mendelegasikan kepada agent. Dalam Daala l m penelitian peene neli liti tian n ini, pemegangg saham bertindak keputusan kepada sebaga gai principall ssedangkan edan ed anggkan manajer bankk bertindak bert be rtin inda dakk sebagai ag gen ent. Manajer sebagai agent. ba seb bank bag agai ai ag agentt m emiiliki tanggung jawab untuk em unttuk meningkatkan menin ngk gkat atka k n kemakmuran kemaakm k uran sebagai memiliki peme mega gang ng sah ham sebagai principal. pemegang saham M enuurut Jensen dan Meckling (1976), masalah keagenan ((agency a en ag ncy pproblem) roblem m) Menurut mu ul ketika pemegang saham (principal muncul ((principal)) tidak dapat memoni n torr ak akti tivi v tas memonitor aktivitas mana ajer (agent) sehari-hari untuk memastikan bahwa manajer bekerja beekerja sesuai sesua uai manajer deng gan keinginan pemegang saham. Hal ini terjadi karena adan nya asi imetrri dengan adanya asimetri info form rmasi. Manaj jerr ((agent) agen ag entt) me m miliki lebih bbanyak anya an yakk in info f rmasi pentin ng mengen enai ai informasi. Manajer memiliki informasi penting mengenai kondisi dan kinerja bank secara ke kese elu luruhan dibandingkan dengan peme ega ganng keseluruhan pemegang ssa ham ha m ((principal). principal). saham Menurutt S cot ottt (2012), (201 (2 012), salah saala lahh satu satu tipe tipe asim imet etri ri informasi informa f sii adalah adala lahh m oral Scott asimetri moral haza ard rd. Mora al ha hazardd dapat ddilakukan ilakukan oleh il o leh manajer dengan deng de ngan cara car araa m engambil hazard. Moral mengambil risiko yang berlebihan (excessive (excesssive risk-ta aking) atas beban pemegang saham, risk-taking) deposan, pemberi pinjaman, ddan a LPS ((Taswan, an Taswan, 2010). Risiko didefinisikan sebagai ketidak-pastian yang meng ganddung kemungkinan kerugian dalam bentuk mengandung harta atau kehilangan keuntungan n atau kemampuan ekonomis ekonomis. Aktivitas pengambilan risiko yang dilakukan bank untuk meningkatkan keuntungan disebut dengan risk-taking.
39
Risk-taking yang berlebihan dapat dilakukan oleh manajer sebagai bentuk moral hazard yang terjadi antara manajer bank terhadap pemegang saham. Manajer bank dapat melak kuk ukaan moral ha haza zard rd karena manajer bukan pemilik, melakukan hazard bukan penanggung ng risiko namun mereka adalah peng gam ambil keputusan bisnis di pengambil lembaga perbankan. perb pe rbankan. Manajer dapat dap apat at mengambil men enga gamb mbil keputusan berisiko ber eris i iko tinggi, yang umum mnya risiko tinggi tin ingg ggi potensi potensi return juga ti ting nggi gi. M anajer dapa at melakukan umumnya tinggi. Manajer dapat ri risk-takin k ng dalam dal alaam bentuk ben ntu tukk penempatan dana pada da proyek-proyek proyek--pr proy oyek ek yang berisiko b risiko be risk-taking ting ggi gi. Proyek Pr k tersebut dapat berupa pemberian kredit krediit dan investasi inve in vest stasi yang ya tinggi. be riisik iko ttinggi. inggi. Selain itu, Jensen (1986) dalam Hernat (20 015) m engatakaan en berisiko (2015) mengatakan ba bahw h a manajer cenderung menginvestasikan aliran kas yang adaa pad da pr proy o ekbahwa pada proyekproye ek baru karena mereka memiliki insentif untuk meningkatkan meningkattkan ukuran ukura rann proyek perus sahaan. Dengan meningkatnya jumlah sumber daya yang berad da di ba bawahh perusahaan. berada kont ntro rol, semakin tinggi t in ingg ggii pu pula la kekuatan ma mana naje jerr. T indakan ini me in men nunjukka kann kontrol, manajer. Tindakan menunjukkan adanya konflik keagenan antara ma mana n je jerr dan pemegang saham. manajer Pe an ppemberi embe em beri Penghimpunan dana bank juga bersumber dari deposan ddan pi pinj njaman. Ri sk-tak k akin ingg yang ti ing nggi gi je jela lass m engkawa wati tirk rkan a ddeposan eposan dann pe pem mberi pinjaman. Risk-taking tinggi jelas mengkawatirkan pemberi pinj njam aman karena kare rena na bbila ila proyek gag agal makaa klaim deposann da dan pe ppemberi mber mb erii pinjaman pinjaman gagal akan gagal terbayarkan, sedangkan sedanggkan bila proyek prroyek tersebut berhasil maka manajer manaj a er yang menikmati keuntungan paling paling besar. bessar. Namun, potensi risk-taking riskk taking oleh manajer semakin tinggi dengan dibe entuknya Lembaga Penjamin Simpanan dibentuknya melalui UU No ntang Lembaga Penjamin Simpanan untuk No. 24 Tahun 2004 ten tentang menjamin simpanan deposan. Premi penjaminan yang flat juga membuat manajer semakin aman untuk melakukan risk-taking karena baik bank yang
40
berisiko tinggi maupun rendah tetap membayar premi yang sama. Dengan adanya LPS, risiko kerugian akibat kegagalan aktivitas risk-taking tidak hanya ditanggung oleh pemegangg ssaham, aham, deposa ah an, dan pemberi pinjaman melainkan deposan, juga dapat dialihk kan kepada LPS. LPS harus memberikan memberi rika k n santunan dana untuk dialihkan deposan jika jiika bank tersebut m enga en gala l mi ggagal a al bayar atas kew ag wajibannya kepada mengalami kewajibannya depo osa san. Mekanism me in inii merupakan bentukk risk-shifting risk sk-s -shi hift f ing g dari manajer maana n jer kepada deposan. Mekanisme LPS. LPS. Pada satu u sisi, aktivitas risk-takingg yang tinggi berpotensi ber erpo p tenssi menciptakan menc me n iptaakan Pada retu re turn yang yan ang tinggi pula bagi perusahaan. Hal ini selaras dengan denga gan pertimbangan peert rtim imbangan an return penngguunaan dana bank berdasarkan risiko dan hasil yaitu high risk-high pe risskk hiigh rreturn. eturn. et penggunaan risk-ttaking akan ak kan Jika proyek berisiko tersebut berhasil, maka aktivitas risk-taking menddatangkan return dalam bentuk aliran kas bagi bank. Semakin tinggii riskriskkmendatangkan taki king ng, semakin tinggi ting nggi gi pula pul ulaa kemungkinan ke allir iran an kas kas yang yan a g masuk ke bank. bank. Aliran Aliira rann taking, aliran manaj ajer e namun namun mempertaruhkan pemegang saham sah aham am kas ini menguntungkan bagi manajer s hi se hing ngga g dibutuhkan sebuah alat untuk mengurangi benturan kepentingan kepentt in inga gann akibat akib ak ibat sehingga dar agency probl blem em.. dari problem. Me Gu d viden tunai di tu aka kai untukk m engurangi Menurut Gumanti (2013), dividen dapat dipa dipakai mengurangi ajer dan pem megang saham. Hal ini terjadi karena masalah keagenan antara mana manajer pemegang aliran kas yang berada di bawah kontrol dengan pembagian dividen makaa jumlah aliran ya, a ma manajer tidak bisa lagi menggunakan aliran manajer akan berkurang. Akibatny Akibatnya, e ih atau pun kegiatan menguntungkan diri kas untuk melakukan investasi berleb berlebih sendiri lainnya yang akan merugikan pemegang saham. Menurut teori sinyal dividen, dividen juga dianggap mampu memposisikan diri sebagai sarana yang
41
berguna bagi manajer dalam menyiratkan informasi privat kepada pemegang saham karena menggunakan aliran kas yang nyata dan dapat secara langsung diketahui sebagai sarana untuk unt ntuk uk menilai bank. ban nk. Dalam rangka mengurangi konflik keagenan antara m anajer dan pemegang saham, ke kena n ikan risk-taking g dapat manajer kenaikan berdampakk ppada ada kenaikan pemb mbag agia i n di divi videen. n Hal ini selaras as dengan Gumanti pembagian dividen. (2013) 3) yang menyatakan menyat atak akan an bahwa perusahaan de deng ngan an capaian labaa lebih tinggi dengan ak mil ilik ikii motivasi motivaasi llebih ebih untuk membagi divid iden en. akan mem memiliki dividen. Pada sisi lain, laiin, kerugian dalam bentuk harta atau kehilan la anga g n ke keun untu tung n an aatau tau Pada kehilangan keuntungan kemampua ke uan ekonomis akibat kegagalan aktivitas risk-taking g aakan k n me ka mele lemahkaan kemampuan melemahkan pe per rmod dalan bank. Kesulitan permodalan dapat meningkatkan ppotensi oten ensi si ggagal agal permodalan bayarr bank atas kewajibannya kepada pemberi pinjaman maupun maupuun deposan. deposaan. Dala am kondisi ini, manajer mempunyai dua alternatif antara membagii labaa Dalam ters seb ebut sebagai div vid iden en aatau tauu memilih mena ta naha hann la laba ba tersebut untukk kkecukupan ecukupa pann tersebut dividen menahan modal, investasi masa depan, dan dan m emberikan pengembalian dana ke epa pada da memberikan kepada dde posa po san dan pemberi pinjaman. Cateris paribus, probabilitas manaj ajeer m emiilih em deposan manajer memilih me memb m agii di vid idenn be besa sarnya ssama amaa de am deng ngan proba babi bili lita tas manaj jer pe peru rusa sahaan membagi dividen besarnya dengan probabilitas manajer perusahaan memi mili lih menahan mena naha han laba yaitu sebesar seb e esar 0,5 0,55 (Scott, 2012). 2012) 2). Manajer M naje Ma j r tidak tiddak dapat ti memilih dipastikan akan selalu memilih membagika an dividen atau menahan laba. membagikan Acharya (2013) menyataka an bahwaa dalam kondisi di mana risiko gagal menyatakan tinggi, seharusnya bank tidak m emb bagikan dividen melainkan menahannya membagikan untuk kecukupan modal bank untuk menghindari likuidasi dan gagal bayar atas kewajibannya. Namun, bank dapat memilih untuk membagikan dividen jika kebijakan dividen diatur untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Hal ini
42
selaras dengan Gumanti (2013) yang menyatakan bahwa keputusan yang diambil oleh
manajemen
harus
mengedepankan
upaya
untuk
memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham saha ham m sebagai pemilik pemi mili l k perusahaan dan manajer adalah individu yang diberi dibe beri tugas untuk mengelola perusah ahaa a n. Hal ini juga selaras perusahaan. dengan bird rd in hand theory yyang an ng menyatakan meny me nyat atak akan an bahwa investo tor lebih menyukai investor divide den daripada ca capi pita tall gain karena divide d n me menj njan anjikan sesuat tu yang lebih dividen capital dividen menjanjikan sesuatu ppasti asti dari ipa pada da m engand ndal alkan pada perubahan harga ga saham m ((Gumanti, Gum Gu manti, 2013). 201 013). daripada mengandalkan Me Menu nurut A charya (2013), pembagian dividen juga aakan kan me meng ngun untunggkan Menurut Acharya menguntungkan ba gii man najer dan pemegang saham dalam kondisi risk-tak kin i g yyang angg tinggi an g bagi manajer risk-taking (p (po otensi si gagal bayar juga tinggi). Pembayaran dividen dapat digu una n kaan se seba b gaii (potensi digunakan sebagai alat ttransfer ransfer aliran kas yang ada di perusahaan kepada pemegang saham. Jik ikaa Jika bankk benar-benar mengalami gagal bayar kepada deposan dan daan pemberi pem mberr i pinj njam aman, kemung gki kina nann te terb rbur uruk yang terj jad adii adalah adal ad alah ah bank bank dilikuidasi. dilikuidas asii. Kas yan angg pinjaman, kemungkinan terburuk terjadi yang hilang saat likuidasi hanyalah kas as yyang ang tersisa di bank, sedangkan alira an an ka kas aliran yang ttelah yang elah dibagikan sebagai dividen tidak dapat dilikuidasi. Pembag agia ian di divi vidden Pembagian dividen da dapa p t di dil lakkukkan da dala lam m rangka m enga en gamb mbil il kkeuntungan euntun unga gann ddari arii kkekayaan ekayaan k dari da ri LPS, dapat dilakukan dalam mengambil depo osa san,, dan ppemberi embberi pinjaman pa em ppada da man najer dan pemeg gan angg saham. m. deposan, manajer pemegang Gumanti (2013) juga menyatakan menyatakan n bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan divide en adalahh posisi pemegang saham. Risk-shifting dividen dapat terjadi karena adanya kerjasa ama aantara ntara manajer dan pemegang saham pada kerjasama Rapat Umum Pemegang Saham (RUP U S) dalam menentukan kebijakan dividen (RUPS) dividen. Menurut Taswan (2010), kerjasama tersebut dapat terjadi karena terdapat konsentrasi kepemilikan pemegang saham. Siregar (2007) meneliti struktur
43
kepemilikan pada perusahaan di semua sektor industri yang terdaftar di BEI tahun 2000 sampai 2004 dan mendapatkan temuan bahwa sebanyak 99% (1.302 dari 1.304 pengamatan) dikla lasi sifi fikasikan seba baga gai perusahaan dengan kepemilikan diklasifikasikan sebagai terkonsentrasi. Claessens Cllae aessens et al. (2000) dalam Siregar (2 (2007) juga mengevaluasi struktur kepemilikan kep epemilikan 2.980 pperusahaan errus usah a aa aann pu ppublik blik 9 negara As bl Asia i , termasuk 178 Asia, perusa sahhaan publikk In Indo donesia. Mereka mene nemu muka kann bahwa seba banyak 93% perusahaan Indonesia. menemukan sebanyak pperusahaan erusahaaan ppublik ublik As ub sia ddikendalikan ikendalikan oleh pemegan angg saha am pe pen ngendalii. Siregar Asia pemegang saham pengendali. (200 07) juga jug u a m enemukan bahwa pemegang saham penge gendalli paling pali pa ling ng banyak ban nya y k (2007) menemukan pengendali dila di lakkukann oleh keluarga yaitu sebesar 55,6%. Selanjutnya, pen nul u is bberpendapat erpe er p ndapaat dilakukan penulis bahw ba h a terdapat kemungkinan bahwa pemegang saham pengenda ali l jug ugaa ma masukk bahwa pengendali juga dalam m bagian manajerial. Maka, terdapat kemungkinan bahwa terjad di kerj jasam ma terjadi kerjasama antar ra manajer dan pemegang saham pengendali. antara Menurut Tasw wan ((2010), 2010 20 10), ), semakin tin ngg ggii ti ting ngka katt konsentrasi ke kepemilika kann Menurut Taswan tinggi tingkat kepemilikan maka power pemegang saham ppengendali e ge en gendali semakin kuat dalam mengo gont ntro rol mengontrol m na ma naje jemen. Dalam hal ini, kebijakan dividen dapat saja ddiatur iatturr un ia unt tuk manajemen. untuk mema me m ks k imalk lkan ke kepe pent ntiingan pe peme mega gang ng ssaham aham pen ah enge gend ndali li. P enulis l ber erar argu gumen memaksimalkan kepentingan pemegang pengendali. Penulis berargumen bahw hwaa sema aki kinn tinggi risk-taking risk-t -taking g (risiko (risiko gagal bbayar ayar ban ay ankk terhadap bahwa semakin bank tingggi) maka dividen dividen yang dibagikan semakin tinggi kewajibannya juga semakin tinggi) nan pemegang pemeegang saham dan manajemen untuk karena semakin besar keingin keinginan menyelamatkan kepentingannya. Hal ini dikarenakan penjaminan simpanan dijaminkan dapat dipandang sebagai put optionn pada aset bank yang telah dijaminkan. Manajer atau pemegang saham bank memiliki kebebasan untuk mengeksekusi
44
opsi tersebut, dan akan mengeksekusinya ketika tidak mampu mengembalikan dana deposan (Taswan, 2010). dap pat meningka katk tkan insentif manajer dan pemegang Pemjaminan simpanan da dapat meningkatkan saham bekerjasama bekerjasam ma untuk melakukan moral hazardd dalam dalam bentuk pembagian dividen ketika keeti tika risk-taking g ttinggi. i gg in ggi. i. P emba em b gi gian dividen merupakan mer e upakan transfer Pembagian kekay yaan dari LPS S kepada k pa ke p da pemegang saha h m. S emakin besar ddividen em i iden yang iv kekayaan saham. Semakin di dibagikan n artinya artiiny ar n a LP PS semakin banyak memberi membe beri ri talangan talan nga gann dana da jikaa terjadi LPS kega gaga gala lann. Sem makin besar dividen yang dibagikan maka semakin sem e ak kin besar bes esar ar transfer trannsfer kegagalan. Semakin ke kek kayaan ddari ari LPS kepada pemegang saham. Mekanisme risk k-s -shifttin ingg ini aka an kekayaan risk-shifting akan me mengun untungkan bagi manajer dan pemegang saham namun mengorbankan menggor orba bank n an menguntungkan kepen ntingan deposan, pemberi pinjaman, dan LPS. Hal ini terjadi kkarena arena bat tas kepentingan batas maks simal penjaminan simpanan sebesar Dua Miliar Rupiah un ntuk ssetiap etiapp maksimal untuk depo possan. Jika danaa ddeposan epos ep osan an yyang ang berada ddii ba bank nk llebih ebih dari nomi eb ina nall terseb but, deposan. nominal tersebut, maka deposan akan mengalamii ke keru rugian. Maka pembagian dividen ddapat apaat ap kerugian. ddi guna gu n kan oleh manajer dan pemegang saham untuk melakukan ri risk sk-s -shi hift ftiing digunakan risk-shifting ke kepa p da L PS, deposan, PS depoosa san, n, dan dan pembe beri ri ppinjaman. inja in jama man. kepada LPS, pemberi Ar Argu g menn pe penulis didukungg oleh Acharya Accharya (2013) yan angg menemukan menemu mukkan bahwa Argumen yang terdapat mekanisme risk-shiftin ng dari bankk kepada lembaga penjamin pada bank risk-shifting dan perusahaan-perusahaan seku kuritas di Amerika sepanjang krisis 2007-2009. sekuritas Onali (2009) juga membuktikan bahwa b hw ba wa terdapat hubungan positif antara bank default risk dengan dividend payot rratio atio pada industri perbankan perbankan. Hellstrom et al. (2012) juga menemukan bahwa terdapat hubungan antara risk dengan dividend payot ratio. Onali (2014) juga melakukan penelitian pada 741 bank di
45
Amerika dan Eropa. Penelitian tersebut mengambil periode sebelum krisis (2000-2007) dan saat krisis (2008-2009) untuk melihat apakah hubungan tersebut hanya terjadi saa aatt krisis atauu tidak. Hasil penelitian tersebut saat membuktikan bahwa bahw hwa terdapat mekanisme risk-shifting risk-shift ftin ingg yang ditandai dengan hub bungan positif antara ra ri risk k-t - ak akin ingg dengan den engan pembagiann dividen d viden bahkan di di adanya hubungan risk-taking luar m asa krisis. masa Penjam amin inan an simpanan sim mpa panan di perbankan Ind ndon onesia ddapat apat ap at menye ebabkan Penjaminan Indonesia menyebabkan terjad adin inya ya risk k-shiftingg dari pemegang saham dan manajer man naj ajer kepada kep epad adaa deposan, depoosa s n, terjadinya risk-shifting pe mberi b pi pinjaman, dan LPS dalam bentuk pembagian dividen n. Me enu nuru r t Onal ali pemberi dividen. Menurut Onali (2 (201 0 4)), mekanisme risk-shifting g dapat ditandai dengan adanya hubu b nggan ppositif ositiff (2014), hubungan antaraa risk-takingg dan pembagian dividen. Dengan demikian, pen ngaruhh risk skpengaruh risktakinng terhadap pembagian dividen dapat dijabarkan dalam hipote esis seb ebagaa i taking hipotesis sebagai beri riku kut: berikut: g berpengaruh posit positif itif if ter terhadap erhhadap pembagian dividen. Ha: Risk-taking
.