BAB II LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal 1. Pasar modal secara umum Pasar modal dapat diartikan sebagai tempat bertemunya antara pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan
dana
(borrower)
dengan
cara
memperjualbelikan
sekuritas. Pengertian pasar modal menurut Undang- Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal : “Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.1 Sebagai salah satu elemen pasar ekonomi, maka aspek untuk memperoleh keuntungan yang optimal adalah tujuan yang menjiwai perusahaan sebagai lembaga jual-beli efek. Di pasar modal, perusahaan mengharapkan akan memperoleh modal dengan biaya murah melalui penjualan sebagian dari sahamnya.2 Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi 3 macam, yaitu pasar perdana, pasar sekunder, dan bursa paralel.
1
Mochamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Jakarta:Erlangga, 2006), hlm.43 2 Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hlm. 18.
49
50
a. Pasar Perdana Pasar perdana adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut. b. Pasar Sekunder Pasar sekunder adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjadi efeknya diluar bursa efek. c. Bursa Paralel Bursa paralel merupakan pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Akan tetapi tidak semua efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang go publik dapat menjual sahamnya di bursa efek ini karena persyaratan untuk listing dibursa efek tersebut cukup berat dan sangat ketat. Bursa paralel merupakan alternatif bagi perusahaan yang go publik memperjualbelikan
51
efeknya, jika ia tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan oleh bursa efek. Sebelum menawarkan sahamnya di pasar perdana, perusahaan emiten akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail. Informasi tersebut mengenai kondisi perusahaan sebagai bahan pertimbangan pada para calon investor. Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, sekuritas akan diperjual-belikan oleh dan antar investor pasar sekunder. Sekuritas yang diperjualkan di Indonesia pada umumnya di pasar sekunder adalah saham biasa, saham perferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right, dan reksadana.3 2. Pasar modal syariah Pasar Modal Syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan ketentuan syariah.4 Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha.5 Secara sederhana, pasar modal syari’ah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam kegitan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain. Pasar modal syari’ah 3
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama, (Yogyakarta: Kansius, 2010), hlm. 27. 4 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 46. 5 Indah Yuliana, hlm. 71.
52
secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MoU antara BAPEPAM dengan Dewan Syari’ah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). 6 Walaupun secara resmi diluncurkan tahun 2003, namun instrumen pasar modal syari’ah telah hadir di Indonesia sejak tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah telah disiapkan bagi para investor.
B. Saham Salah satu produk yang dijual di pasar modal adalah saham, sebab pasar modal ini merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan yang pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masarakat. Oleh karena itu, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas.7
6
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), hlm.257 7 Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana Media Group, 2009), hlm. 94.
53
Saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau disebut emiten. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut 8. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga dapat memperoleh capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual di atas harga beli.9 Saham dibagi menjadi dua yaitu: 10 1. Saham Biasa (Commond Stock) Saham biasa menjelaskan kepemilikan perusahaan, penerimaan deviden, hak suara dan ekspektasi harga yang lebih tinggi. Saham biasa adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan terakhir suatu perusahaan. Surat ini memberikan jaminan untuk turut serta dalam pembagian laba dalam bentk dividen, jika perusahaan memperoleh laba.11 Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan perusahaan. Apabila seorang investor memiliki satu juta lembar saham biasa suatu
8
M. Darmadji dan M. Fakhrudin, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2001. 9 Ahmad Rodoni, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: CSES Press, 2006), hlm. 168. 10 Jonni Manurung dan Adler Haymans Manurung, Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Jakarta: Salemba empat. 2009, hlm. 81. 11 Abdul Halim dan Sarwoko, Manajemen Keuangan: Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE, 1994), hlm. 15.
54
perusahaan dari total saham biasa yang berjumlah 100 juta lembar saham, maka ia memiliki 1% perusahaan tersebut.12 Pemegang saham biasa mempunyai hak suara atas setiap keputusan pada rapat umum pemegang saham dalam mengambil suatu kebijakan-kebijakan yang dilakukan perusahaan. Bagian laba yang akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham biasa disebut dividen. Pemegang saham biasa berhak untuk menerima dividen apabila perusahaan menghasilkan dividen. Besarnya dividen bisa berubah-ubah sesuai
dengan
besar
kecilnya
keberhasilan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. 2. Saham Preferen (Preferend Stock) Saham Peferen adalah suatu bentuk ekuitas dengan dividen tetap dan tidak pernah berubah dan harganya biasanya stabil. Saham preferen merupakan suatu bentuk surat berharga sebagai tanda ikut memiliki perusahaan, tetapi mempunyai ciri-ciri kombinasi antara utang dan modal sendiri atas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut dengan istilah Preferend (dilebihkan), pembagian dividen kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.13
12
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 32. 13 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 36.
55
Saham preferen merupakan suatu jenis surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai normal (rupiah, dollar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serat berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.14
C. Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Harga saham adalah harga per lembar saham yang berlaku di pasar modal. Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar.15 Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang terjadi di lantai bursa yang bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di atas saham di bursa. Sebelum menentukan kebijakan investasinya, investor melakukan analisis saham terlebih dahulu 14 15
Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, (Bandung: ALFABETA, 2012), hlm. 81. Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hlm. 143.
56
untuk mengestimasi return yang diharapkan dan risiko yang melekat dari saham yang dianalisis sehingga diperoleh nilai intrinsiknya. Tujuan perhitungan harga saham adalah ingin melihat bagaimana perkembangan nilai perusahaan yang menujual sahamnya dan apa yang akan diperoleh oleh para pembeli saham perusahaan tersebut. Harga saham di pasar modal terdiri dari tiga kategori yaitu: 1. Harga Tertinggi (high price), yaitu harga paling tinggi ang terjadi pada hari bursa. 2. Harga terendah (low price), yaitu harga paling rendah ang terjadi pada hari bursa. 3. Harga Penutupan (close price), yaitu harga ang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat hari bursa. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya yaitu laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, dan penjualan. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, dan penggabungan usaha.16 Harga saham dianggap sebagai suatu nilai yang dapat memberikan gambaran objektif tentang nilai investasi pada sebuah perusahaan karena 16
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 60.
57
harga saham juga mencerminkan bagaimana kinerja keuangan perusahaan berpengaruh terhadap anggapan investor terhadap kondisi keuangan perusahaan. Harga saham yang tinggi mencerminkan tingkat pengembalian (return) saham yang tinggi.
D. Return Saham Saham dikenal dengan karakteristik “ imbal hasil tinggi, risiko tinggi “ (high risk, high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi mengandung risiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan ( capital gain ) dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat. Return merupakan hasil yang diperoleh dari hasil investasi.17 Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya.18 Return saham adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu saham di perusahaan tertentu.19 Para investor mempunyai daya tarik melakukan investasi modal dengan membeli saham dikarenakan terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh dalam memiliki saham, yaitu dividend dan capital gain. Dividen
17
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), (Yogyakarta: BPFE, 1994), hlm. 51. 18 Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, hal. 189 19 A.A.Ayu Raras Indrawati dan Ni Putu Santi Suryantini, Pengaruh Kondisi Ekonomi, Kondisi Pasar Modal dan Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Automotive And Allied Products di BEI. Jurnal Ekonomi
58
merupakan keuntungan yang dapat diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan dan biasanya dividen ini dibagikan setelah adanya persetujuan pemilik saham dengan pemilik perusahaan. Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Agar para investor berhak atas dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut untuk kurun waktu tertentu hingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham yang sah, dan berhak atas dividen. Dividen yang diberikan perusahaan ini dalam bentuk tunai, dimana pemodal atau pemegang saham mendapatkan uang tunai sesuai dengan jumlah yang dimiliki dan dividen saham dimana pemegang saham mendapat jumlah saham tambahan. Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan di pasar sekunder.20 Untuk saham, harganya bisa mengalami peningkatan sehingga pemegangnya bisa dikatakan memperoleh capital gain atau juga bisa mengalami penurunan yang disebut capital loss.21 Return saham yang tinggi mengidentifikasi bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun kuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Untuk memperoleh tingkat pengembalian saham (return) dan
20
Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, hal. 94 21 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 51.
59
keuntungan yang diharapkan, maka investor harus dapat melakukan penilaian harga saham.22
E. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan
strategi
penetapan
harga
penjualan
yang diterapkan
perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha23. Semakin tinggi NPM semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalu penjualan dan juga sebaliknya semakin kecil NPM semakin kecil juga kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.24 Kalkulasi Net Profit Margin adalah sebagai berikut:25
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 100% 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi NPM, maka semakin baik operasi suatu perusahaan. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat
22
Jogiyanto, H.M, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2 (Yogyakarta: BPFE, 2000), hlm. 89. 23 J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland. Manajemen Keuangan. Edisi 8, Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1999. 24 Rescyana Putri Utami. Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Jurnal Nominal. Vol. 1, No. 1. 2012. 25 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 62.
60
menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.26
F. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ROE adalah rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan27. ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham28. Kenaikkan ROE biasanya diikuti kenaikkan harga saham karena semakin tinggi ROE
26
Harmono, Manajemen Keuangan: Berbasis Balance Scorecard, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 58. 27 Chilyatus Sa’adah, “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage terhadap Return Saham Syari’ah di Bursa Efek Indonesia” , (Semarang: IAIN Walisongo, 2009), hlm.24 28 Sofyan Syafri Harahap. Analisis Kritis atas Lapoan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. 2007.
61
maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.29 Dengan demikian ROE berpengaruh terhadap harga saham karena banyak investor yang percaya terhadap perusahaan dan menginveskan dananya untuk perusahaan. Selain itu, Return On Equity digunakan untuk mengukur profitabilitas bisnis dan untuk menghitung tingkat pertumbuhan maksimum.30 Rumusnya: Laba Setelah Pajak ROE = Modal Sendiri
G. Debt to Equity Ratio (DER) DER merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan antara jumlah hutang dan jumlah modal sendiri perusahaan.31 DER adalah rasio yang menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman atau rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.32
29
Rescyana Putri Utami. Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Jurnal Nominal. Vol. 1, No. 1. 2012. 30 Edward T. Kock, dkk, The Complete Ideal’s Guides Investing (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 174. 31 Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami dan Menganalisis, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), hlm. 140. 32 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi Dalam Perencanaa, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm. 54.
62
Saat total utang turun dan modal pemilik naik maka DER akan turun dan dapat diketahui bahwa Dengan demikian DER dengan harga saham memiliki hubungan yang negatif signifikan.33 Yang berarti semakin rendah tingkat rasio DER berarti semakin baik kinerja manajemen, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada. Semakin besar nilai DER menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang‐hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham‐saham yang memiliki nilai DER yang tinggi.34 Dalam hal ini perusahaan dapat meminimumkan tingkat utang yang diterima untuk kegiatan perusahaan sehingga investor akan tertarik menanamkan sahamnya, maka hal itu dapat meningkatkan harga saham. DER merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri.35 Rumusnya:
Total Hutang DER = Total Modal
33
Novi Indriana, Pengaruh DER, BOPO, ROA dan EPs Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Bank Devisa, hlm. 11. 34 Nicky Nathanael, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate and Property di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006)”. 35 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta: Salrmba Empat, 2012, hlm. 158.
63
H. Price Book Value (PBV) Price Book Value (PBV) adalah indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, semakin besar nilai PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor relatif dibandingkan dengan yang telah ditanamkan di perusahaan. Nilai PBV semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga pasar yang semakin meningkat maka capital gain (actual return) dari saham tersebut juga meningkat.36 Hubungan antara harga dan nilai buku merupakan suatu topik yang menarik bagi investor. Harga jual saham yang berada dibawah nilai buku biasanya merupakan indikasi bahwa saham tersebut mengalami under value, begitu pula sebaliknya. Nilai pasar dari ekuitas mencerminkan harapan investor terhadap earnings dan arus kas perubahan dimasa yang akan datang. Sedangkan nilai buku dari ekuitas merupakan selisih dari antara nilai buku aset dan niali buku kewajiban, dimana hal ini banyak ditentukan oleh aturan konvesi akuntansi. Biasanya nilai buku suatu aset diperoleh dari pengurangan harga perolehan aset dikurangi dengan penyusutan aset tersebut. Sehingga hal ini memberikan konsekuensi bahwa nilai buku akan semakin berkurang seiring berjalannya
36
Saniman Widodo, “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar terhadap Return Saham Syariah dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) tahun 20032005”, Tesis (Semarang: Universitas Diponegoro, 2007).
64
waktu. Hal ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar.37 PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV dihitung dengan rumus:38
𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 =
Harga per lembar saham Nilai buku per lembar saham
Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi. Pertama, nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara yang paling sederhana untuk membandingkan. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan penggunaan PBV dapat menutupi kelemahan penggunaan rasio lain.39
I. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share atau Pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari
37
Werner R. Murhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Index, 2009), hlm. 147. 38 Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 157. 39 Werner R. Murhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Index, 2009), hlm. 148.
65
setiap lembar saham yang dimiliki.40 Rasio EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait. EPS menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diberikan perusahaan kepada investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya. Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab EPS ini menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Sedangkan jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS
biasanya
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memberikan imbalan (return) pada setiap lembar saham biasa dan pembeli saham biasa umumnya lebih memperhatikan EPS dari pada deviden yang diperoleh dan juga dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek.41 Semakin tinggi nilai EPS maka semakin tinggi juga laba yang akan diperoleh pemegang saham.42 Dengan demikian EPS terhadap return saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Semakin tinggi kemampuan
40
perusahaan
untuk
mendistribusikan
pendapatan
kepada
Irham Fahmi. Pengantar Pasar Modal Panduan Bagi Para Akademisi dan Praktisi Bisnis dalam Memahami Pasar Modal Indonesia. Bandung: Alfabeta. 2012. Hal. 96. 41 Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami dan Menganalisis, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), hlm. 149. 42 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm. 154.
66
pemegang sahamnya, semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya dan semakin besar return sahamnya. Rumus EPS yaitu43: Laba Bersih EPS = Jumlah Saham Beredar
J. Total Assets Turnover (TATO) Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dalam kaitannya untuk mendapatkan laba. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang besar diharapkan mendapatkan laba yang besar pula. Nilai TATO yang semakin besar menunjukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh laba juga semakin besar pula.44 Total Aktiva Turnover secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
𝑇𝐴𝑇𝑂 =
43
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, hlm. 154. Saniman Widodo, “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar terhadap Return Saham Syariah dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2003-2005”, Tesis (Semarang: Universitas Diponegoro, 2007). 44
67
K. Kebijakan Deviden Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan untuk menentukan besar bagian dari laba bersih yang diperoleh untuk dibagikan sebagai Deviden atau sebagai laba yang ditahan. Kebijakan dividen merupakan sebagian dari keputusan investasi. Oleh karena itu, perusahaan dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi harapan hasil yang didambakan seorang investor dalam menginvestasikan dananya untuk membeli saham itu. Kebijakan dividen berhubungan dengan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan. Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan berapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu akan ditanamkan kembali sebagai laba ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvested).45 Manajer yang kebijakan dividennya sesuai dengan kepentingan investor akan dihargai dengan meningkatnya harga saham serta dipersepsi sebagai manajer yang profesional. Manajer yang menurunkan kebijakan devidennya mengabaikan preferensi investor akan dihukum dengan
45
Tita Deitiana, Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen terhadap Harga Saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13 No. 1 April 2011, hlm. 62.
68
menurunnya harga saham dan kemungkinan manajer akan kehilangan pekerjaan.46 Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Dividend Payout Ratio (DPR) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan serta menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk kas. Semakin besar laba ditahan maka semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden.47 DPR dapat dirumuskan sebagai berikut:
DPR =
46
DPS × 100% EPS
Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, (Yogyakarta: EKONISIA, 2005), hlm.120. 47 Robertus Tri Brata Jauhari, “Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio Ratio, Price To Book Value, Return On Euity, Price to Earning Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham (Studi Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta)” (Tesis Universitas Diponegoro 2003).