BAB II LANDASAN TEORI
2.1
RFID (Radio Frequency Identification) Radio Frequency Identification (RFID) adalah suatu metode identifikasi secara
otomatis (automatic Identification sistem) dengan proses transfer data yang tidak bersentuhan
antara
peralatan
yang
memuat
data
dengan
pembacanya
(pengidentifikasinya), sehingga lebih fleksibel. Radio Frequency Identification (RFID) adalah proses identifikasi suatu objek dengan menggunakan frequensi transmisi radio. Frequensi radio digunakan untuk membaca informasi dari sebuah device kecil yang disebut Tag atau transponder (Transmitter dan Responder) pada frequensi yang sama antara pembaca dan transponder(Tag). Tag RFID akan mengenali diri sendiri ketika mendeteksi sinyal dari device yang kompatibel, yaitu pembaca RFID (RFID Reader). Teknologi RFID mudah digunakan dan sangat cocok untuk operasi otomatis. RFID dapat disediakan dalam device yang hanya dapat dibaca saja (Read Only) atau dapat dibaca dan ditulis (Read/Write), tidak memerlukan kontak langsung maupun jalur cahaya untuk dapat beroperasi, dapat berfungsi pada berbagai kondisi lingkungan, dan menyediakan tingkat integritas data yang tinggi. Frekuensi yang dialokasikan untuk RFID dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : 1. LF (Low Frequency), bekerja pada frekuensi 125 KHz – 134 Khz. 2. HF (High Frequency), bekerja pada frekuensi 13,56 MHz.
6 Universitas Sumatera Utara
7
3. UHF (Ultra High Frequency), bekerja pada frekuensi 868 MHz – 956 MHz. 4. Microwave, bekerja pada frekuensi 2,45 GHz.
2.1.1
RFID Tag Sebuah tag RFID atau transponder (Transmitter dan Responder) terdiri atas
sebuah mikrochip dan sebuah antena. Chip mikro itu dapat berukuran sekecil butir pasir, seukuran 0.4 mm. Chip tersebut menyimpan nomor seri yang unik atau informasi lainnya. Pada Tag tersebut terdiri dari suatu Integrated circuit dan sebuah coupling divice. Integrated circuit berfungsi menyimpan sebuah data khusus identifikasi dari suatu tag, sedangkan coupling device merupakan suatu interface dari RFID reader. RFID transponder coil merupakan suatu elemen dari coupling device yang berfungsi sebagai transmitting antena. Agar RFID Tag (transponder) dapat mengirimkan data identifikasi kepada reader, transponder perlu mendapat energi dari reader tersebut. Adapun gambar RFID tag yang terdapat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tag RFID
Universitas Sumatera Utara
8
Berdasarkan catu daya, RFID tag dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu : 1. Tag Aktif : yaitu tag yang catu dayanya diperoleh dari batere, sehingga akan mengurangi daya yang diperlukan oleh pembaca RFID, dan teg akan dapat memberikan informasi yang lebih jauh. Kelemahan dari tipe tag ini adalah harganya lebih mahal dan ukurannya lebih besar. 2. Tag Pasif : yaitu tag yang catu dayanya diperoleh dari medan yang dihasilkan oleh pembaca RFID. Harganya lebih murah dan ukuranya lebih kecil, dan lebih ringan. Kelemahannya adalah tag hanya dapat mengirimkan informasi dalam jarak yang dekat dan pembaca RFID harus menyediakan daya tambahan untuk Tag RFID. 3. Tag Semi Pasif : yaitu tag pasif yang menggunakan energi dari baterai tetapi tidak untuk menghasilkan sinyal untuk berkomunikasi dengan Reader.
2.1.2 RFID Reader RFID Reader memiliki high frekuensi module (transmitter dan receiver), control modul dan juga coupling element (coil dan microwave antena) yang berfungsi membangkitkan sinyal untuk mengaktifkan RFID tag, sehingga dapat melakukan pengiriman dan penerimaan data. Ketika sebuah RFID Tag melewati medan elektromagnetik RFID reader, maka RFID tag tersebut akan mendeteksi sinyal pengaktifan dari reader dan mengirimkan sinyal balik untuk pemrosesan data yang telah tersimpan dalam memori tag sebagai respon. RFID reader kemudian menterjemahkan
Universitas Sumatera Utara
9
data yang dikirimkan oleh RFID tag tersebut. Proses pembacaan kode-kode data yang terdapat pada RFID tag dilakukan dengan menggunakan gelombang radio, sehingga proses pengidentifikasian menjadi lebih mudah oleh tag RFID. Hubungan antara RFID reader dengan RFID tag seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hubungan antara RFID reader dengan RFID tag
Reader merupakan komponen pengidentifikasi pada sistem RFID, dengan teknologi yang digunakan untuk memungkinkan reader dalam melacak dan mengidentifikasi keberadaan tag. Reader yang beredar dipasaran sudah dikemas dalam reader module, tetapi ada beberapa perusahaan yang khusus menjual IC reader nya saja. Pada gambar 2.3 ditunjukkan jenis RFID RDM 630.
Gambar 2.3 RFID Reader RDM 630
Universitas Sumatera Utara
10
RFID RDM 630 menggunakan antarmuka komunikasi UART. Pada gambar 2.4 menunjukkan skema komunikasi data dari RFID RDM 630.
Gambar 2.4 Skema Komunikasi Data RFID RDM 630
2.2
Mikrokontroler ATmega 8535 Mikrokontroler adalah sebuah chip yang dapat mengontrol peralatan elektronika.
Sebuah mikrokontroler umumnya berisi sebuah memori dan antarmuka I/O. Mikrokontroler Atmega 8535 merupakan mikrokontroler AVR (Alf and Vegard‟s Risc proscessor) yang memiliki arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit (16 bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock.
2.2.1
Fitur ATMega 8535 Kapabilitas detail dari ATMega 8535 adalah sebagai berikut :
1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatam maksimal 16 MHz.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Kapabilitas memori flash 8 KB, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte. 3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel. 4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps. 5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.
2.2.2
Konfigurasi Pin ATMega 8535 Konfigurasi pin ATMega 8535 dapat ditunjukkan pada gambar 2.5. Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega 8535 sebagai berikut:
a. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya. b. GND merupakan pin ground. c. Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC d. PortB (PB0...PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu Timer/Counter,komparator analog, dan SPI. e. Port C (PC0...PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu TWI, komparator analog, dan Timer Oscilator. f. Port D (PD0...PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial. g. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler. h. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. i. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
Universitas Sumatera Utara
12
j. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
Gambar 2.5 Konfigurasi Pin ATMega 8535
2.3
Bahasa Pemograman C Bahasa pemrograman C merupakan bahasa pemrograman tingkat tinggi, yang
instruksinya mudah untuk dipahami. Bahasa ini banyak digunakan dalam pemograman komputer untuk membuat sofware perkantoran, database, antarmuka komputer dengan perangkat tambahan, serta banyak aplikasi lainnya. Beberapa keuntungan penggunaan bahasa C dibandingkan assembler. 1. Lebih cepat dalam implementasi sofware karena operasi yang panjang dengan bahasa assembler bisa ditulis lebih pendek dengan bahasa C. 2. Instruksi bahasa C tidak sebanyak bahasa Assembler dan mudah diingat. 3. Tidak disibukkan dengan pengalokasian variable ke register-register mikrokontroler. 4. Program yang sama bisa digunakan oleh banyak tipe mikrokontroler karena banyak vendor yang membuat compiler C.
Universitas Sumatera Utara
13
Sofware ataupun perangkat lunak merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mikrokontroler. Kerja mikrokontroler bergantung dari sofware yang telah ditanamkan didalam memorinya.
2.4
Keypad Matriks 4x4 Keypad matriks adalah tombol-tombol yang disusun secara matriks (baris x
kolom) sehingga dapat mengurangi penggunaan pin input. Keypad 4x4 cukup menggunakan 8 pin untuk 16 tombol. Hal tersebut dimungkinkan karena rangkaian tombol tersusun secara horizontal membentuk baris dan secara vertikal membentuk kolom. Namun demikian, sebagai konsekuensi dari penggunaan bersama satu jalur, maka tidak dimungkinkan pengecekkan dua tombol sekaligus dalam slot waktu. Proses pengecekkan dari tombol yang dirangkai secara matriks adalah dengan teknik scanning, yaitu proses pengecekkan yang dilakukan dengan cara memberikan umpan data pada satu bagian dan mengecek feedback (umpan-balik) nya pada bagian yang lain. Dalam hal ini, pemberian umpan-data pada satu baris dan pengecekkan umpan-balik pada bagian kolom. Pada saat pemberian umpan-data pada satu baris, maka baris yang lain harus dalam kondisi inversi-nya. Tombol yang ditekan dapat diketahui dengan melihat asal data dan di kolom mana data tersebut terdeteksi. Gambar 2.6 menunjukkan gambar rangakaian keypad matiks 4x4.
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 2.6 Rangakain Keypad Matriks 4x4
2.5
LCD (Liquid Crystal Display) Display elektronik adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD (Liquid Cristal Display) berfungsi sebagai penampil data baik dalam bentuk karakter, huruf, angka ataupun grafik. LCD adalah lapisan dari campuran organic antara lapisan kaca bening dengan elektroda transparan indium oksida dalam bentuk tampilan seven-segment dan lapisan elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik (tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan elektroda dari segmen. Lapisan LCD memiliki polarizer cahaya vertical depan dan
Universitas Sumatera Utara
15
polarizer cahaya horizontal belakang yang diikuti dengan lapisan reflektor. Pada gambar 2.7 ditunjukkan bentuk LCD (Liquid Cristal Display) 16 x 2.
Gambar 2.7 Liquid Cristal Display 16 x 2
Dalam modul LCD (Liquid Cristal Display) terdapat mikrokontroler yang berfungsi sebagai pengendali tampilan karakter LCD (Liquid Cristal Display). Mikrokontroler pada suatu LCD (Liquid Cristal Display) dilengkapi dengan memori dan register. Memori yang digunakan microcontroler internal LCD adalah : 1. DDRAM (Display Data Random Access Memory) merupakan memori tempat karakter yang akan ditampilkan berada. 2. CGRAM (Character Generator Random Access Memory) merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan. 3. CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut merupakan karakter dasar yang sudah ditentukan secara permanen oleh pabrikan pembuat LCD (Liquid Cristal Display) tersebut sehingga pengguna tinggal mangambilnya
Universitas Sumatera Utara
16
sesuai alamat memorinya dan tidak dapat merubah karakter dasar yang ada dalam CGROM. Register control yang terdapat dalam suatu LCD diantaranya adalah : 1. Register perintah yaitu register yang berisi perintah-perintah dari mikrokontroler ke panel LCD (Liquid Cristal Display) pada saat proses penulisan data atau tempat status dari panel LCD (Liquid Cristal Display) dapat dibaca pada saat pembacaan data. 2. Register data yaitu register untuk menuliskan atau membaca data dari atau ke DDRAM. Penulisan data pada register akan menempatkan data tersebut ke DDRAM sesuai dengan alamat yang telah diatur sebelumnya. Adapun Tabel konfigurasi Pin Out LCD ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Konfigurasi Pin Out LCD No
Nama PIN
Deskripsi
1
Vcc
+5V
2
GND
0V
3
VEE
Tegangan Kontras LCD
4
RS
5
R/W
6
E
Register Select, 0 = Register Perintah, 1 = Register Data 1 = Read, 0 = Write Enable Clock LCD, Logika 1 setiap kali pengiriman atau pembacaan Data
7
D0
Data Bus 0
8
D1
Data Bus 1
Universitas Sumatera Utara
17
9
D2
Data Bus 2
10
D3
Data Bus 3
11
D4
Data Bus 4
12
D5
Data Bus 5
13
D6
Data Bus 6
14
D7
Data Bus 7
15
Anode
Tegangan positif backlight
16
Katode
Tegangan negatif backlight
Pin, kaki atau jalur input dan control dalam suatu LCD (Liquid Cristal Display) diantaranya adalah : 1. Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan menggunakan LCD (Liquid Cristal Display) dapat dihubungkan dengan bus data dari rangkaian lain seperti mikrokontroler dengan lebar data 8 bit. 2. Pin RS (Register Select) berfungsi sebagai indicator atau yang menentukan jenis data yang masuk, apakah data atau perintah. Logika low menunjukan yang masuk adalah perintah, sedangkan logika high menunjukan data. 3. Pin R/W (Read Write) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika low tulis data, sedangkan high baca data. 4. Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau keluar. 5. Pin VLCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras) dimana pin ini
Universitas Sumatera Utara
18
dihubungkan dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak digunakan dihubungkan ke ground, sedangkan tegangan catudaya ke LCD sebesar 5 Volt.
2.6
Sensor PIR (Passive Infra Red) Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
adanya pancaran sinar infra merah. Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi menerima radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor PIR ini digunakan dalam perancangan detektor gerak. Karena semua benda memancarkan energi radiasi, sebuah gerakkan akan terdeteksi ketika sumber infra merah dengan suhu tertentu seperti manusia melewati sumber infra merah yang lain dengan suhu yang berbeda seperti dinding, maka sensor akan membandingkan pancaran infra merah yang diterima setiap waktu, sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor. Sensor PIR (Passive Infra Red) terdiri dari beberapa bagian yaitu: a. Lensa Fresnel b. Penyaring Infra Merah c. Sensor Pyroelektrik d. Penguat Amplifier e. Komparator
2.6.1 Cara Kerja Pembacaan Sensor PIR Pancaran Infra Merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor pyroelektrik, karena sinar infra merah mengandung energi panas maka sensor
Universitas Sumatera Utara
19
pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Arus listrik inilah yang akan menimbulkan tegangan dan dibaca secara analog oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat dan dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu ( keluaran berupa sinyal 1 bit ). Jadi sensor PIR hanya mengeluarkan logika 0 dan 1, 0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi infra merah. Sensor PIR mendeteksi pancaran infra merah dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Pada umumnya sensor PIR memiliki jangkawan pembacaan efektif hingga 5 meter. Gambar 2.8 menunjukkan gambar bentuk Sensor PIR.
Gambar 2.8 Bentuk Sensor PIR
2.7
Buzzer Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah
getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loudspeaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma
dan kemudian kumparan tersebut
dialiri
arus sehingga
menjadi
elektromagnet, kumparan tadi akan ditarik kedalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap
Universitas Sumatera Utara
20
gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Pada Tugas Akhir ini, penulis meggunakan Buzzer sebagai alaram peringatan jika ada tindakan pencurian. Pada gambar 2.9 menunjukkan bentuk fisik dari Buzzer.
Gambar 2.9 Bentuk fisik Buzzer
2.8
Limit Switch Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan katup yang
berfungsi menggantikan tombol. Prinsip kerja limit switch sama seperti saklar Push ON yaitu hanya akan menghubung pada saat katubnya ditekan pada batas penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan memutus saat katup tidak ditekan. Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor yang akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan mekanik pada sensor tersebut. Simbol dan bentuk dari limit switch ditunjukkan pada gambar 2.10.
Universitas Sumatera Utara
21
Gambar 2.10 Simbol dan Bentuk Limit Switch Prinsip kerja Limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya pada batas atau daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan rangkaian dari rangkaian tersebut. Limit switch memiliki dua kontak yaitu NO (Normally Open) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan.
2.9
Motor Servo Motor servo adalah sebuah motor DC yang dilengkapi rangkaian kendali dengan
sistem closed feedback yang terintegrasi dalam motor tersebut. Pada motor servo posisi putaran sumbu (axis) dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di dalam servo. Motor servo disusun dari sebuah motor DC, gearbox, variabel resistor (VR) atau potensiometer dan rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi untuk menentukan batas maksimum putaran sumbu (axis) motor servo. Sedangkan sudut dari motor servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang pada pin kontrol motor servo. Pada gambar 2.11 ditunjukkan contoh motor servo.
Universitas Sumatera Utara
22
Motor servo merupakan sebuah motor DC kecil yang diberi sistem gear dan potensiometer sehingga dapat menempatkan horn servo pada posisi yang dikehendaki. Motor servo memiliki sistem close loop sehingga posisi horn yang dikehendaki bisa dipertahankan. Horn pada motor servo ada dua jenis yaitu horn bentuk “ X” dan horn berbentuk bulat. Secara umum terdapat dua jenis motor servo, yaitu motor servo standard dan motor servo continuous. Motor servo standard hanya mampu berputar dua arah dengan sudut berputar sampai 180 derajat. Sedangkan motor servo continuous yang dapat berputar dua arah secara kontinyu yang bisa mencapai 360 derajat. Operasional motor servo dikendalikan oleh sebuah pulsa selebar ± 20 ms, dimana lebar pulsa antara 0.5 ms dan 2 ms menyatakan akhir range sudut maksimum. Apabila motor servo diberikan pulsa dengan 1.5 ms mencapai gerakan 90 derajat, jika diberi pulsa kurang dari 1.5 ms maka posisi mendekati 0 derajat dan bila pulsa lebih dari 1.5 ms maka posisi mendekati 180 derajat. Gambar motor servo ditunjukkan seperti pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Bentuk Motor servo
Universitas Sumatera Utara
23
2.10
Komunikasi Serial Komunikasi serial merupakan komunikasi pengiriman data satu per satu secara
berurutan. Komunikasi serial jauh lebih lambat daripada komunikasi paralel. Kelebihan komunikasi serial ialah jangkauan panjang kabel yang lebih jauh dibandingkan dengan paralel. Komunikasi serial port bersifat asinkron sehingga sinyal detak tidak dikirim bersama data. Setiap word disinkronkan dengan start bit dan sebuah clock internal di kedua sisi menjaga bagian data saat pewaktuan (timing). Komunikasi serial pada mikrokontroler ATMega8535 dapat digunakan sebagai komunikasi dengan computer maupun perangkat lainnya. Komunikasi serial memiliki dua jenis pengaturan yaitu shyncrhonous dan ashynchronous. Kedua pengaturan komunikasi ini pada dasarnya adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada sumber clock saja. Komunikasi shyncrhonous hanya memiliki satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Pada komunikasi ashynchronous, masing-masing pheriperal memiliki sumber clock sendiri. Komunikasi ashynchronous secara hardware membutuhkan 2 pin yaitu TXD dan RXD. Komunikasi shyncrhonous membutuhkan 3 pin yaitu TXD, RXD dan XCK.
2.10.1 Port Komunikasi Serial Komunikasi serial membutuhkan port sebagai saluran data. Pada gambar 2.12 ditunjukkan port serial DB9 yang umum digunakan sebagai port serial.
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 2.12 Port DB9
Fungsi setiap pin pada Port DB9 adalah sebagai berikut : 1. Received Line Detector, sinyal yang menyatakan bahwa modem telah menerima sinyal carrier valid dari modem lain. 2. Received Data, sinyal dari modem ke PC (penerima). 3. Transmitted Data, sinyal data dari PC ke modem (pengiriman). 4. Data Terminal Ready, sinyal kendali dari PC ke modem untuk mengaktifkan modem. 5. Signal Ground, merupakan sinyal ground. 6. DCE Ready (Data Set Ready), sinyal kendali dari modem ke PC yang menyatakan bahwa modem siap mengirim atau menerima data. 7. Request To Send, sinyal kendali dari PC yang menandakan bahwa PC siap menerima data. 8. Clear To Send, sinyal kendali dari modem yang menandakan bahwa modem siap menerima data. 9. Ring Indicator, sinyal kendali ke PC.
Universitas Sumatera Utara
25
2.10.2 Karakteristik Sinyal Port Serial
Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah standar RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industri Association and The telecommunication Industry Association (EIA/TIA). Standar ini hanya menyangkut komunikasi antara (Data Terminal Equipment – DTE) dengan alat – alat pelengkap komputer (Data Circuit Terminating Equipment – DCE). Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut: a. Logika „1‟ disebut “Mark” terletak antara -3 Volt sampai -25 Volt b. Logika „0‟ disebut “Space” terletak antara +3 Volt sampai +25 Volt. c. Daerah tegangan antara -3 Volt sampai +3 Volt adalah invalid level, yaitu tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian juga level tegangan dibawah -25 Volt dan diatas +25 Volt juga harus dihindari karena bisa merusak line driver pada saluran RS232.
Gambar 2.13 adalah contoh level tegangan RS232 pada pengiriman huruf “A” dalam format ASCII tanpa bit paritas.
Gambar 2.13 Level Tegangan RS232 pada pengiriman huruf “A” Tanpa Bit Paritas
Universitas Sumatera Utara
26
Pada gambar 2.14 menunjukkan grafik level tegangan RS232.
Gambar 2.14 Grafik Level Tegangan RS232
2.10.3 Penghubung Mikrokontroler Dengan Port Serial Komputer memiliki protokol komunikasi RS232 sedangkan mikrokontroler memiliki level tegangan TTL. Keduanya tidak bisa dihubungkan dengan begitu saja. Dibutuhkan
sebuah
konvertor
untuk
menghubungkan
keduanya
agar
dapat
berkomunikasi. IC MAX232 merupakan sebuah konvertor yang dapat berfungsi dua arah sekaligus, yaitu RS232 ke TTL dan TTL ke RS232. IC MAX232 tampak seperti pada Gambar 2.14.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 2.15 IC MAX232
2.11
Modem GSM Wavecom Modem GSM wavecome berfungsi sebagai bagian pengiriman data. Modem
GSM digunakan, karena dapat diakses menggunakan komunikasi data serial dengan baundrate yang dapat disesuaikan mulai dari 9600 sampai dengan 115200. Selain itu, modem GSM ini menggunakan catu daya 12 V dan tidak menggunakan tombol ON untuk mengaktifkannnya, sehingga sangat cocok untuk digunakan pada sistem yang berjalan secara terus menerus. Pada gambar 2.12 berikut ini adalah gambar dari modem wavecom M1306B.
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 2.16 Modem Wavecom M1306B
Spesifikasi Modem GSM Wavecom M1306B adalah: 1. Dual Band GSM/GPRS 900/1800 MHz 2. GSM/GPRS (class 10) Data, SMS, Voice dan Fax 3. Open AT: menanamkan program langsung pada modem 4. Keluaran daya maksimum; 2W untuk GSM 900 dan 1W untuk GSM 1800. 5. Masukan tegangan 5,5 volt sampai dengan 32 volt 6. Antarmuka SIM Card 3 volt. 7. Format SMS: Text dan PDU 8. Interfaces : RS 232
Universitas Sumatera Utara
29
2.11.1 Perintah AT command
ATcommand berasal dari kata attention command. Attention berarti peringatan atau perhatian, command berarti perintah atau instruksi. Maksudnya adalah perintah atau instruksi yang dikenakan pada modem, mikrokontroler dan perangkat lainnya. AT command adalah perintah - perintah yang digunakan dalam komunikasi dengan serial port. Dengan penggunaan AT command, computer atau mikrokontroler dapat melakukan suatu perintah seperti mengirim pesan, membaca pesan dan sebagainya. Beberapa perintah AT command yang digunakan untuk keperluan SMS adalah sebagai berikut :
1. AT + CMGS adalah instruks iuntuk mengirim SMS. Format yang digunakan AT + CMGS = < number >
<message>. Respon modem + CMGS <mr> ok, dimana “mr” adalah massage reference. 2. AT + CMGR adalah perintah untuk membaca SMS. Format yang digunakan adalah AT + CMGR = < stat >. Dimana “stat” adalah status. 3. AT + CMGF adalah instruksi untuk menyeting mode SMS.
2.11.2 Hubungan DTE Dan DCE Pada Sinyal RS232 Serial Perangkat RS-232 dapat diklasifikasikan sebagai Data Terminal Equipment (DTE) atau Data Communication Equipment (DCE), yang berarti pada setiap perangkat yang kabelnya akan mengirim dan menerima sinyalnya masing - masing.
Universitas Sumatera Utara
30
Pada Gambar 2.17 menunjukkan hubungan DTE dan DCE pada sinyal RS232 serial antara modem dan mikrokontroler. CT103/TX CT104/RX CT105/RTS
FASTRACK M1306B (DCE)
CT106/CTS CT107/DSR
DTE (Mikrokontroler)
CT108/DTR CT109/DCD CT125/RI
Gambar 2.17 Hubungan DTE dan DCE Pada Sinyal RS232 Serial.
1. Transmit Data (TX), digunakan DTE mengirimkan data ke DCE. 2. Receive Data (RX), digunakan DTE menerima data dari DCE. 3. Request To Send (RTS), dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE. 4. Clear To Send (CTS), dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE boleh mulai mengirim data. 5. Data Set Ready (DSR), sinyal aktif pada saluran ini menunjukkan bahwa DCE sudah siap. 6. Data Terminal Ready (DTR), pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan terminalnya. 7. Data Carrier Detect (DCD), dengan saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa pada terminal masukkan ada data masuk. 8. Ring Indicator (RI), pada saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa sebuah stasiun menghendaki berhubungan dengannya.
Universitas Sumatera Utara