BAB II LANDASAN TEORI
II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau ide-ide yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinil dalam berpikir (Munandar, 1999). Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki kreativitas yang tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang mampu terus mempertahankan sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari empat fungsi, yaitu berpikir, merasa, mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas pun akan menurun (Munandar, 1999). Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Basuki, 2005) Sedangkan menurut Jawwad (2002), kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Kemudian, para pakar lain mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.
12
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dan menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.
II. A. 2. Pengertian Kreativitas Verbal Munandar
(1985)
menyatakan
bahwa
kreativitas
verbal
adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada diungkapkan secara verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gambaran dari hal-hal sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman selama hidupnya. Memperjelas pendapat sebelumnya, Munandar (1992) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan yang terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang didapat dari banyaknya kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kreativitas verbal merupakan struktur intelek manusia merupakan akulturasi dari kecakapan-kecakapan intelektual yang meliputi hampir semua kecakapan individu, dimana dalam segi-segi tertentu dapat dikategorikan menjadi tiga, sesuai dengan operasi, jenis isi atau informasi, dan jenis produk yang dihasilkan (Prakosa, 1995).
13
Universitas Sumatera Utara
Syah (1995) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya. Goevremont (1999) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan dalam memahami dan menggunakan arti kata-kata secara efektif, memahami hubungan antar kata, dan arti kalimat dalam satu paragraf. Kemampuan tersebut merupakan faktor verbal yang paling penting karena kemampuan
tersebut
digunakan
untuk
memahami,
menggunakan,
dan
berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan. Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif tertulis yang diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan berbahasa aktif lisan yang terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai kemampuan verbal dengan baik mampu menyampaikan ekspresi-ekspresi emosional, mengungkapkan pendapat atau pesan, mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusial lainnya (Rismiati dan Mulandari, 2004). Kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir (Sertain, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004). Penggunaan antara bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran, terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya akan simbol. Oleh karena itu proses pikir manusia terjadi dengan menggunakan bahasa (Hilgard, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004).
14
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban dimana dalam segi-segi tertentu dapat dikategorikan menjadi tiga, sesuai dengan operasi, jenis isi atau informasi, dan jenis produk yang dihasilkan dan berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan, dan dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
II. A. 3. Aspek-Aspek Kreativitas Verbal Menurut Munandar (1999), ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu: a. Kelancaran Berpikir Kelancaran berpikir adalah banyaknya ide yang keluar dari pemikiran seseorang. b. Fleksibilitas Fleksibilitas atau keluwesan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. c. Elaborasi Elaborasi adalah kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan mengurai secara terinci.
15
Universitas Sumatera Utara
d. Orisinalitas Orisinalitas atau keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Berdasarkan uraian di atas, terdapat empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu kelancaran berpikir, fleksibilitas, elaborasi, dan orisinalitas.
II. A. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Munandar (1985) mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu : a. Kemampuan berpikir Terdiri dari intelegensi dan pemerkayaan bahan. berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. b. Sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif. Menurut Hurlock (2000) ada 6 faktor yang menyebabkan munculnya variasi/perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yaitu: a. Jenis Kelamin Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan. b. Status Sosial Ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah.
16
Universitas Sumatera Utara
c. Urutan Kelahiran Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin lebih kreatif daripada yang lahir pertama. d. Ukuran Keluarga Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. e. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan. f. Intelegensi Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Berdasarkan uraian di atas, Munandar mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu kemampuan berpikir, sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Kemudian Hurlock juga mengungkapkan bahwa jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, ukuran keluarga, lingkungan kita vs lingkungan pedesaan, dan intelegensi juga merupakan faktor yang turut mempengaruhi kreativitas.
17
Universitas Sumatera Utara
II. B. MINAT BACA II. B. 1. Pengertian Minat Sebelum membicarakan tentang minat membaca, terlebih dahulu kita akan berbicara tentang pengertian minat. Ekspresi minat dapat diketahui melalui suatu pernyataan dan aktivitas yang menunjukkan seseorang lebih menyukai sesuatu daripada yang lain. Hurlock (2000) menyebutkan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Hal ini kemudian akan mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Hurlock (2000) juga menjelaskan minat individu terhadap suatu objek mengandung aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif berkaitan dengan konsep bidang yang diminati, diperoleh dari pengalaman di rumah, sekolah dan masyarakat, sedangkan aspek afektif minat minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat dari pengalaman pribadi serta sikap orang-orang sekitar. Selanjutnya Hurlock (2000) juga menjelaskan meskipun kedua aspek tersebut sama pentingnya, aspek afektif mempunyai peran yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini disebabkan: (1) aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Perasaan yang menyenangkan akan memperkuat minat individu. Dan sebaliknya, perasaan yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat individu. Perasaan itu mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah motivasi atau yang mendorong tindakan yang menganggu penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. (2) aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan aspek
18
Universitas Sumatera Utara
kognitif. Informasi yang tidak tepat tentang suatu hal yang berkaitan dengan minat, yang merupakan aspek kognitif dari minat, dapat diperbaiki secara relatif mudah tatkala seorang individu bertambah dewasa. Sedangkan merubah aspek afektif minat seorang individu sangatlah sulit.
II. B. 2. Pengertian Minat Baca Kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca (Rahim, 2005). Minat baca menurut Rahim (2005) adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Rahim juga mengemukakan bawa minat membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan. Menumbuhkan minat baca seorang anak lebih baik dilakukan pada saat dini, yaitu pada saat anak baru belajar membaca permulaan, atau bahkan pada saat anak baru mengenal sesuatu. Kemudian Sumadi (dalam Sudiana, 2004) mengungkapkan bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ini ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Berdasarkan pengertian minat dan minat baca dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca mengandung aspek kognitif dan afektif. Di mana dalam minat baca, aspek afektif mempunyai peran yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini
19
Universitas Sumatera Utara
disebabkan: (1) aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. (2) aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan aspek kognitif.
II. B. 3. Aspek-aspek Minat Baca Sebelum membicarakan tentang aspek minat baca, terlebih dahulu akan dikemukakan aspek minat seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1980), yang terdiri dari: (1) pengalaman, (2) daya tarik pribadi, (3) nilai yang terkandung. Dari ke tiga aspek minat ini, Frymeir (dalam Rahim, 2005) menambahkan tiga aspek lagi untuk minat baca, yaitu: (1) informasi yang bermakna, (2) tingkat keterlibatan tekanan, (3) kekompleksitasan informasi. Jadi, aspek minat baca menurut Frymeir (dalam Rahim, 2005) adalah sebagai berikut: a. Pengalaman sebelumnya Individu tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya. b. Konsepsinya tentang diri sendiri Individu akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya individu akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya. c. Nilai-nilai Minat individu timbul jika sebuah informasi yang disajikan oleh orang yang berwibawa.
20
Universitas Sumatera Utara
d. Informasi yang bermakna Informasi yang mudah dipahami oleh individu akan menarik minat mereka. e. Tingkat keterlibatan tekanan Jika individu merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi. f. Kekompleksitasan informasi Individu yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks. Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa aspek dari minat baca, berupa pengalaman sebelumnya, konsepsinya tentang diri sendiri, nilai-nilai, informasi yang bermakna, tingkat keterlibatan tekanan, kekompleksitasan informasi.
II. B. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2005), adalah: a. Faktor fisiologis Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. b. Faktor intelektual Intelegensi itu sendiri menurut Henmon (dalam Azwar, 1996) terdiri atas dua macam faktor, yaitu: kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
21
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor lingkungan Faktor lingkungan itu mencakup: 1. Faktor latar belakang dan pengalaman individu di rumah Lingkungan
dapat
membentuk
pribadi,
sikap,
nilai,
dan
kemampuan bahasa individu. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri individu dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu individu, dan dapat juga mengahalangi individu dalam membaca. Individu yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan seorang individu dengan harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. 2. Faktor sosial ekonomi Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah individu. Beberapa penelitian
memperlihatkan
bahwa
status
sosioekonomi
individu
mempengaruhi kemampuan verbal individu. Semakin tinggi status sosioekonomi individu semakin tinggi kemampuan verbal individu. Anakanak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca individu. Individu yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
22
Universitas Sumatera Utara
d. Faktor psikologis Faktor psikologis ini juga mencakup beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut: 1. Motivasi Motivasi adalah faktor kunci dalam membaca. Kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa/individu praktik pengajaran dengan minat dan pengalaman individu, sehingga individu memahami belajar itu sendiri sebagai suatu kebutuhan. 2. Kematangan sosial, ekonomi, emosi dan penyesuaian diri Individu yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya, daripada individu yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri akan mendapat kesulitan dalam membaca. Individu yang kurang percaya diri, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannnya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan dan faktor psikologis.
23
Universitas Sumatera Utara
II. C. MAHASISWA PSIKOLOGI II. C. 1. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa menurut kamus umum bahasa Indonesia (2002) adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18 atau 19 sampai dengan 24 atau 25 tahun. Rentang umur ini masih dapat dibagi-bagi atas periode 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV dan periode waktu 21 atau 22 tahun sampai dengan 24 atau 25 tahun, yaitu dari semester V sampai dengan semester VIII (Hurlock, 2000) Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi, berumur 18 atau 19 sampai dengan 24 atau 25 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester VIII.
II. C. 2. Mahasiswa Psikologi Menurut Brewer (dalam Supratiknya, 2003) tujuan dasar pendidikan psikologi pada jenjang undergraduate adalah mengajar peserta didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan delapan tujuan umum, meliputi: (1) pengetahuan yang luas; (2) keterampilan berpikir; (3) keterampilan berbahasa; (4) keterampilan mengumpulkan informasi dan membuat sintesis; (5) kemampuan meneliti; (6) keterampilan interpersonal; (7) sejarah psikologi; (8) etika dan nilai-nilai.
24
Universitas Sumatera Utara
Meitti (dalam menuju standarisasi nasional pendidikan psikologi di Indonesia, 2005) menambahkan bahwa ada tujuh kompetensi utama S1 psikologi, yaitu: a. Penguasaan teori-teori psikologi Penguasaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum, hasil-hasil empiris dan sebagainya. b. Penguasaan metode penelitian dasar Penguasaan metode penelitian dasar, memiliki keterampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan mampu menganalisis baik dalam bentuk metode kuantitatif maupun kualitatif. c. Pengukuran (Assessment) Pengukuran yaitu menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian. d. Kemampuan membangun hubungan interpersonal Kemampuan
membangun
hubungan yang konstruktif
hubungan
interpersonal
yaitu
membangun
supaya memiliki keterampilan dan menjaga
hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki. e. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan tidak membeda-bedakan dan penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok. f. Kemampuan soft skill Kemampuan soft skill yaitu dapat berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan dan tulis, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi
25
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem solver. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa psikologi harus menguasai keterampilan dalam berbahasa, keterampilan wawancara, konsultasi, membangun hubungan yang konstruktif, menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki, memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok, dapat berpikir kritis, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi lisan dan tulis. Maka dari itu, kreativitas verbal yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan ide melalui kata-kata, mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata , yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan sangat berpengaruh dalam penguasaan materi psikologi.
II. D. HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KREATIVITAS VERBAL Kreativitas verbal merupakan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan ide melalui kata-kata, mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan. Hal ini sangat berpengaruh dalam penguasaan materi psikologi undergraduate, berupa penguasaan keterampilan dalam berbahasa, keterampilan wawancara, konsultasi, membangun hubungan yang konstruktif, menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki, memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada
26
Universitas Sumatera Utara
individu dan kelompok, dapat berpikir kritis, dan menguasai kemampuan dalam berkomunikasi lisan dan tulis. Kreativitas
adalah
salah
satu
kemampuan
individu
yang
harus
ditumbuhkembangkan, sebab tanpa adanya kreativitas, suatu masyarakat akan melakukan kegiatan yang sama dari waktu ke waktu, dan sama sekali tidak mengalami perubahan serta kemajuan yang berarti dalam kehidupannya. Selain itu kreativitas sangat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan, sebab dengan kreativitas individu akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun sosial dan budaya (Munandar, 1999). Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Munandar (1985) adalah kemampuan berpikir yang terdiri dari intelegensi. Diantara ciri-ciri perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain adalah kreativitas yang tinggi, imajinasi yang berkembang, kemampuan mengingat, dan menyelesaikan problem mental dengan cepat (Azwar, 1996). Rahim (2005) mengungkapkan bahwa dalam meningkatkan intelegensi diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca, sehingga individu lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Kemudian Flynn (dalam Azwar, 1996) mendefenisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan abstraksi adalah suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol (Azwar, 1996). Intelegensi itu
27
Universitas Sumatera Utara
sendiri menurut Henmon (dalam Azwar, 1996) terdiri atas dua macam faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif, dan dengan demikian mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan. Dengan membaca, kita belajar mengenai metafora, persuasi, sifat nada, dan banyak unsur ekspresi lain. Membaca juga memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya. Bayangan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan seiring dengan berlalunya waktu, membangun sebuah bentang jaringan ide dan perasaannya menjadi dasar ide kreatif. Bayangan ini akhirnya menjadi dasar metafora yang kita tulis, gambar yang dibuat, bahkan keputusan yang akan diambil (Ayan, 2002). Dengan seringnya membaca, akan terpupuk kebiasaan minat membaca. Baginya, membaca dirasakan sebagai suatu pemenuhan kebutuhan. Orang yang demikian akan menganggap membaca koran pagi misalnya, sebagai sarapan. Dengan memiliki kebiasaan membaca yang tinggi, orang akan merasa ketagihan membaca (Sudiana, 2004).
II. E. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesa utama dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU.
28
Universitas Sumatera Utara
Diasumsikan bahwa semakin tinggi minat baca mahasiswa, maka kreativitas verbalnya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah minat baca mahasiswa, maka kreativitas verbalnya juga semakin rendah.
29
Universitas Sumatera Utara