BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum Sekolah Luar Biasa (SLB) Menurut kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1989, SLB ialah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak tuna atau cacat. Negara kita telah memiliki Sekolah Luar Biasa untuk anak tunanetra, tunarungu dan tunawicara, tunadaksa, tunalaras, tunaganda dan anak terbelakangan. Sistem pendidikan di Sekolah Luar biasa merupakan sistem unit yaitu dari tingkat pendidikan persiapan, tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan lanjutan atau kejuruan. Sistem ini diterapkan mengingat masih langkanya pendidikan lanjutan yang dapat menampung anak-anak tersebut. Selain itu kekhasan kelainannya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Sekolah Luar biasa (SLB) tidak luput dari anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lainnya (Delphie, 2006:1). Anak berkebutuhan khusus (ABK) terdiri atas beberapa kategori. Kategori cacat A (tunanetra) ialah anak dengan gangguan penglihatan, kategori cacat B (tunawicara dan tunarungu) ialah anak dengan gangguan bicara dan gangguan pendengaran. Kategori ini dijadikan satu karena biasanya antara gangguan bicara dan gangguan pendengaran terjadi dalam satu keadaan, kategori cacat C (tunagrahita) ialah anak dengan gangguan intelegensi rendah atau perkembangan kecerdasan yang terganggu, kategori cacat D (tunadaksa) ialah anak dengan gangguan pada tulang dan otot yang mengakibatkan terganggunya fungsi motorik, kategori cacat tunalaras ialah anak dengan gangguan tingkah laku sosial yang menyimpang, kategori anak berbakat ialah anak dengan keunggulan dan kemampuan berlebih (IQ tinggi), dan kategori anak berkesulitan belajar ialah anak dengan ketidakberfungsian otak minimal (Somantri, 2006: 65-193).
9
10
Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan Pasal 5 ayat (2): “Warga nergara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan layanan khusus” dan pada UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan pada Pasal 51 : “Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa” Melalui keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) diharapkan dapat menjadi media lembaga pendidikan yang dapat mensejahterakan dan mencerdaskan anak bangsa tidak hanya untuk pendidikan formal, namun untuk pendidikan non-formal juga.
2.1.2 Fungsi dan Macam Sekolah Luar Biasa (SLB) Fungsi sekolah luar biasa itu sendiri memang hanya untuk memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus dan tujuannya untuk memberikan sistem pengajaran yang berbeda pada anak normal lainnya dimana anak normal hanya belajar membaca, menulis, berkarya dan berhitung, sedangkan anak-anak berkebutuhan khusus tidak hanya diajarkan seperti anak normal, tapi anak berkebutuhan khusus (ABK) diajarkan pelajaran khusus sesuai kebutuhannya untuk mempersiapkan para anak berkebutuhan khusus (ABK) melanjuti pendidikan formal dan untuk menjadi pribadi yang mandiri. Berdasarkan kriteria macam-macam sekolah anak-anak berkebutuhan khusus: •
SLB-A (Tunanetra)
•
SLB-B (Tunarungu/Tunawicara)
•
SLB-C (Tunagharita)
•
SLB-D (Tunadaksa)
•
SLB-E (Tunalaras)
•
SLB-F (Tunaganda)
Selain sekolah anak-anak berkebutuhan khusus di atas terdapat SLB umum yang menampung beberapa golongan menjadi satu, salah satunya adalah sekolah yang digunakan dalam penelitian ini.
11
2.1.3. Macam-macam Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus •
Golongan A (Tunanetra) Tunanetra adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60. Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat (KBBI, 2001: 971) dan pada umumnya orang mengira tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian menurut Lowenfeld (Lowenfeld, 2000: 219) tunanetra dapat diklarifikasikan kedalam beberapa kategori tunanetra sebelum dan sejak lahir, tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, tunanetra pada usia sekolah atau masa remaja, tunanetra pada usia dewasa atau lanjut usia, tunanetra akibat bawaan.
•
Golongan B (Tunarungu) Tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi. seorang dikatakan tuli (deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti atau menangkap serta memahami pembicaraan orang lain. Sedangkan seorang dikatakan kurang dengar (Hard of Hearing) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB ISO sehingga ia mengalami kesulitan memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar. (Tim Guru SLB-B Pangudi Luhur, 2013: 2)
•
Golongan C (Tunagrahita) Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri.
12
•
Golongan D (Tunadaksa) Anak tunadaksa adalah Anak yang mengalami cacat tubuh, anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari hari.
•
Golongan E (Tunalaras) Anak tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan control social, menurut definisi dari Eli M. Bower (1981) yang menyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila menunjukan adanya satu atau lebih dari 5 (lima) komponen berikut ini: tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan, tidak bisa berhubungan baik dengan teman-teman dan guru, bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya. Secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau depresi dan bertendensi kearah symptom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan disekolah (Delphie, 2006: 36)
•
Golongan F (Tunawicara) Anak tunawicara adalah individu yang mengalami kesulitan berbicara dikarenakan tidak berfungsinya alat-alat organ tubuh seperti rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Tunawicara juga sering disebut bisu, biasanya tunawicara diikuti dengan tunarungu dimana fungsi pendengarannya juga tidak dapat berfungsi.
•
Golongan G (Tunaganda) Anak Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga anak tunaganda tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja. Departemen pendidikan Amerika Serikat pada tahun 1988 memberikan pengertian anak-anak yang
13
tergolong tunaganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani, mental atau emosional yang sanagt berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut.
•
Golongan H (HIV & AIDS) Anak yang menginap penyakit HIV & AIDS bukan dikarenakan pergaulan bebas saja, tapi bisa jadi dikarenakan orangtuanya yang menginap penyakit ini terlebih dahulu.
•
Golongan I (Gifted) Anak yang tergolong berpotensi memiliki kepintaran di atas rata-rata anak apada umumnya, memiliki kecerdasan di atas IQ=125.
•
Golongan J (Talented) Anak yang berpotensi memiliki bakat istimewa, biasanya hanya memiliki satu bakat istimewa seperti multiple Intelligences Language, Logicomathematic,
Visuo-spatial,
Bodily-kinesthetic,
Musical,
Interpersonal,
Natural Spiritual.
•
Golongan K (Kesulitan Belajar) Anak yang tergolong mengalami Hyperactive, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasis/bicara, Dyspraxia/Motorik sehingga mengalami kesulitan didalam pembelajaran di sekolah atau di lingkungan sosial.
•
Golongan L (Lambat Belajar) Anak yang tergolong memiliki IQ = 70-90 sehingga mengalami proses yang lambat dalam memahami atau menangkap pelajaran.
•
Golongan M (Autis) Anak autis merupakan kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita dengan gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar.
14
Merupakan gangguan perkembangan yang kompleks mempengaruhi perilaku dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain.
•
Golongan N (Korban Penyalahgunaan Narkoba) Anak yang mengalami depresi, masalah pribadi atau karena faktor-faktor sekitar yang mendorong anak menggunakan narkoba, sehingga anak terpaksa direhab untuk memulihkan kondisi mental dan kesehatan.
•
Golongan O (Indigo) Anak indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memilki kemampuan atau sifat spesial, tidak biasa dan bahkan supernatural.
2.1.4. Model Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan khusus (ABK) Metode pembelajaran bagi para ABK menurut penulis seharusnya berdasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi, model tersebut dirancang berdasarkan kebutuhan nyata oleh guru kelas agar kebutuhan para ABK dapat mencapai pada tujuannya berupa pencapaian pengetahuan, keterampilan, sikap dan psikomotor tertentu dari setiap siswa.
2.1.5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Berikut beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi menurut James J. Gibson sebagai berikut: 1. Pengetahuan, merupakan kesadaran dalam bidang kognitif. 2. Pemahaman, merupakan kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. 3. Kemampuan, merupakan suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
15
4. Minat, merupakan kecenderungan seorang untuk melakukan suatu perbuatan (Kazdin, Alan E, 2000: 109) Inti dari model pembelajaran untuk para anak berkebutuhan khusus (ABK) yang berdasarkan Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) adalah mengembangkan lingkungan belajar terpadu dari siswa bersangkutan dengan memperhatikan prinsipprinsip umum dan khusus, pengembangan terhadap bakat dan minat anak. Kegiatan belajar mengajar KBK sebagai berikut: •
Berpusat pada siswa
•
Mengembangkan kreativitas
•
Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang
•
Kontekstual
•
Menyediakan pengalaman belajar yang beragam
•
Belajar melalui berbuat
Penilaian didalam kelas meliputi hal-hal sebagai berikut: •
Dilakukan oleh guru, untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar
•
Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada ketuntasan belajar melalui berbagai cara
•
Dilakukan a.l melalui portofolio (kumpulan kerja siswa), Products (hasil karya, Projects (Penugasan), Performances (Unjuk kerja) dan paper & pen (tes tulis)
Prinsip-prinsip pembelajaran pada umumnya meliputi: •
Motivasi
•
Konteks keterarahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja
•
Individualisasi
•
Dapat menemukan dan memecahkan masalah
Sedangkan prinsip-prinsip khususnya disesuaikan dengan karakteristik spesifik dari penyandang kelainan siswa.
16
2.1.6. Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Metode lovaas atau sering dikatakan ABA (Applied Behavior Analysis) memiliki angka keberhasilan 47%. Pengertian metode ABA adalah metode tata laksana perilaku yang telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu. Metode ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya yaitu Prof. Lovaas. Beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik ABA antara lain: a) Compliance dan kontak mata adalah kunci untuk masuk kedalam metode ABA. Tapi sebenarnya metode apapun yang dipakai, apapbila anak mampu patuh dan membuat kontak mata, maka semakin mudah mengajarkannya kepada anak. b) One-on-one adalaha suatu terapi untu anak apabila perlu dipakai seorang coterapis yang bertugas sebagai promter c) Siklus dari Discrete Trial Trainning yang dimulai dengan instruksi dan diakhiri dengan imbalan. d) Fading adalah mengarahkan anak ke perilaku target dengan prompt penuh dan makin lama prompt makin dikurangi secara bertahap sampai anak mampu melakukan tanpa prompt. e) Shaping adalah mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang semakin mendekati respon yang dituju yaitu perilaku target. f) Chaining adalah mengajarkan suatu perilaku secara kompleks yang dipecahkan menjadi aktivitas-aktivitas kecil yang disusun menjadi suatu rangkaian. Rangkaian ini disebut “Forward Chaining” misalnya proses memasang kaos. Sedangkan yang sebaliknya disebut “Backward Chaining” misalnya proses melepas kaos. g) Discrimination trainning adalah tahapan identifikasi item dimana disediakan item pembanding. Kedua item kemudian diacak ditempatnya, sampai anak benar-benar mampu membedakan mana item yang harus sampai anak benarbenar mampu membedakan mana item yang harus diidentifikasikan seuai instruksi. Item pembanding boleh dimulai dengan 1 item yang juga sudah diberi label dengan benar, kemudian ditambah bertahap. Anak kemudian diminta melabel item target dan item pembanding secara bergantian. h) Mengajarkan konsep warna, bentuk, angka dan huruf serta lainnya dengan syarat sebagai berikut:
17
•
Anak telah menguasai kepatuhan “duduk”
•
Anak telah mampu melakukan kontak mata dan memberikan perhatian terhadap instruksi
•
Anak mampu menirukan instruksi
•
Anak telah mampu melakukan instruksi “pegang”
2.1.7. Metode Terapi Pengertian terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. Menurut Handojo, tujuan dari menerapi anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi dua arah yang aktif 2. Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum 3. Menghilangkan atau meminimalkan perilaku tidak wajar 4. Mengajarkan materi akademik 5. Kemampuan bantu diri atau bina diri atau keteampilan (Handojo, 2006: 6) Perkembangan otak manusia terjadi paling pesat ketika berusia balita yaitu dibawah 5 tahun, terutama pada usia 2-3 tahun. Maksimal pertumbuhan otak pada anak usia 5 tahun keatas akan mengalami perlambatan, pada usia 5-7 tahun perkembangan otak anak mengalami perlambatan seberesar 25% dibandingkan anak dibawah 5 tahun. Beberapa teknik terapi yang dapat diterapkan kepada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK): a. Terapi Wicara Terapi wicara digunakan untuk seseorang yang mengalami kesulitan berkomunikasi atau gangguan pada berbahasa dan berbicara.
b. Terapi Okupasi Terapi yang melatih anggota gerak tubuh yaitu bagaimana anak berkebutuhan khusus dapat mempergunakan otot-otot gerak dengan benar, terapi yang dijalankan antara lain adalah latihan memegang benda serta cara menyuapkan makanan kemulutnya.
18
c. Terapi Fisik Terapi yang digunakan untuk seseorang yang mengalami gangguan pervasive, yaitu gangguan pada motorik. Gunanya terapi ini untuk menguatkan otot-otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh.
d. Terapi Sosial Karakteristik yang merupakan kelemahan mendasar bagi anak berkebutuhan khusus adalah kekurangan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Terapi sosial mebantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya.
e. Terapi Bermain Melalui kegiatan bermain, anak berkebutuhan jhusu dapat mengalami perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial secara optimal.
f. Terapi Perilaku Anak berkebutuhan khusus sering kali memiliki kecenderungan untuk berperilaku tidak wajar dan negative, mereka tidak dapat dipahami dan hipersensitif terhadap cahaya, suara serta sentuhan, sehingga mereka sering marah. Melalui terapi perilaku ini akan dicari latar belakang dari perilaku tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin agar anak tersebut dapat memperbaiki perilakunya.
g. Terapi Perkembangan Floortime, son-rise dan RDI (Relationship Development Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan anak yang memusatkan pada pelajaran yang diminatinya.
h. Terapi Visual Terapi yang mengunakan pembelajaran komunikasi dengan melalui gambargambar misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System)
19
mengingat anak berkebutuhan khusus lebih mudah belajar dengan melihat. Beberapa permainan video games juga dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka.
i. Terapi Biometik Terapi ini dikembangkan sekelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now) dan banyak diantara mereka yang mempunyai anak yang berkebutuhan khusus, anak-anak ini diperiksa secara intensif meliputi darah, urin, feses dan rambut. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat diobati dengan menggunakan obat, vitamin, food supplement, mineral dan disesuaikan dengan kebutuhan individunya.
j. Terapi Integrasi Sensoris Terapi yang digunakan untuk seseorang yang mengalami gangguan sensoris atau ganguan saraf. Melalui terapi ini, mereka akan mengarahkan aktivitas fisik anak yang dapat mendapatkan respon adaptif yang semakin kompkejs sehingga efesiensi otak meningkat, terapi ini meningkatkan kematangan sususnan saraf sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur fungsinya.
k. Terapi Warna Tubuh manusia memiliki respon otomatis terhadap warna dan cahaya dan telah terprogram secara genetik. Hal itu terjadi karena pada dasarmya warna adalah unsur cahaya dan cahaya adalah salah satu bentuk energy. Terapi warna diterapkan kepada anak Down Syndrome, Autis, disleksia dan slow learner, untuk mendeteksinya digunakan aura imaging (foto aura) atau tes wawancara untuk anak yang sudah besar.
2.1.8. Model Ruang Kelas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Fasilitas belajar seperti ruang belajar baik untuk teori maupun pratikum, harus dibuat sesuai dengan kebutuhan anak dalam belajar mengajar (Seldin, 1997: 3) khususnya didalam penerapan metode yang digunakan. Selanjutnya Louis dan Mary (1997: 28) mengemukakan, bahwa dari kelaslah permulaan ide siswa tentang sekolah
20
itu tidak mereka sadari, tetapi pandangan dan harapan mereka mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Berikut beberapa metode ruang kelas yang disesuaikan dengan sistem pengajarannya secara umum:
Gambar 2.1 Layout Metode Ceramah (Sumber: Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991)
Gambar 2.2 Layout Metode Belajar kelompok (Sumber: Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991)
Gambar 2.3 Layout Metode Demonstrasi (Sumber : Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991)
21
Gambar 2.4 Layout Metode Belajar Diskusi (Sumber: Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991)
2.1.7 Tinjauan Umum Desain Interior Desain interior merupakan suatu kegiatan yang berusaha memecahkan kebutuhan manusia untuk mempunyai ruangan yang nyaman dan indah. Contoh karyanya adalah ruangan museum, restoran, hotel, kafe, dan pusat hiburan. Menurut Ching (2002:46) Interior design is the planning, layout and design of the interior space within buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and protection, they set the stage for and influence the shape of our activities, they nurture our aspirations and express the ideas which accompany our action, they affect our outlook, mood and personality.The purpose of interior design, therefore, is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological enhancement of interior space. Interior Desain memiliki 7 prinsip yaitu : 1. Sequence (urutan) Adapun pengertian urutan yaitu perubahan pengalaman saat seseorang mengamati suatu komposisi desain bangunan. Urutan bisa dikatakan bagus manakala perubahan yang terjadi mengalir secara alami tanpa adanya kejutan yang tidak perlu. Prinsip squence ini sangat penting untuk kita pegang teguh karena berpengaruh langsung terhadap bagaimana cara pandang seseorang terhadap desain arsitektur yang telah kita buat. Bagaimanapun, prinsip ini akan memudahkan orang lain dalam memahami maksud dan tujuan desain.
2. Balance (keseimbangan) Secara sederhana, balance mencerminkan suatu kualitas desain yang tidak berat sebelah dan tampak seolah mempunyai porsi yang sama. Meskipun begitu, kita tidak harus merancang interior menjadi bentuk yang simetris untuk membuatnya
22
terlihat seimbang. Penataan asimetris justru banyak digunakan asalkan semua sudut ruangan terlihat sama, selaras, dan seimbang.
3. Unity (kesatuan) Adapun maksud unity lebih kepada menyatunya semua unsur desain secara apik. Oleh karena itu, perlu upaya maksimal dari kita untuk membuat unsur-unsur ini saling mendukung dan melengkapi sehingga membentuk satu bidang desain yang sempurna dan tidak berlebihan. Tujuan dari menyatukan unsur-unsur desain ini tidak lain adalah untuk menciptakan bangunan sesuai dengan konsep yang diusung.
4. Purpose (perbandingan) Dalam dunia interior dan arsitektur, yang dimaksud perbandingan adalah keterikatan antara satu unsur dekorasi dengan unsur dekorasi yang lainnya. Hubungan yang dimaksud adalah dalam hal ukuran, misalnya besar, sedang, dan kecil. Penggunaan perbandingan sebaiknya bersifat wajar serta mengacu pada aspek rasional dan tidak dipaksakan.
5. Rhythm Prinsip desain yang kelima adalah irama. Kandungan irama dalam suatu desain mampu menggugah perasaan tertentu bagi seseorang. Prinsip irama ini erat kaitannya dengan urutan. Apabila urutan yang dibangun memiliki pola yang bagus, maka irama yang dihasilkan pun akan demikian juga. Sebagai contoh adalah pada urutan titik. Ketika kita membentuk titik-titik dengan pola yang sama, maka irama yang dihasilkan pun berbeda dengan titik-titik yang dibentuk secara per kelompok.
6. Scale (skala) Skala merupakan suatu sistem pengukuran, dalam bentuk sentimeter dan inchi, tentang hubungan antara unsur dekorasi dengan manusia. Perlu diperhatikan bahwa dalam membuat desain, di samping faktor keindahan, kita juga harus
23
mengedepankan kenyamanan sebagai faktor utamanya. Hal ini tidak terlepas dari tujuan dibuatnya suatu desain bangunan, yakni untuk keperluan hidup manusia.
7. Point of Interest (tekanan) Tekanan, kami biasa menyebutnya titik fokus, yaitu pusat perhatian mata ketika melihat suatu desain. Titik fokus ini akan ditangkap pertama kali oleh mata sehingga memerlukan tingkat pengolahan yang lebih tinggi. Kehadiran titik fokus ini sangat dominan, sehingga unsur-unsur di sekitarnya harus disesuaikan secara harmonis.
2.2. Tinjauan Khusus (Hasil Survey) Untuk kebutuhan khusus penulis agar semakin dapat memperluas wawasan dan menguatkan desain perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB), maka dilakukan survey sebanyak 3 (tiga) Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berlokasi di Jakarta.
2.2.1. SLB-B Pangudi Luhur di Jakarta Barat A. Informasi Umum •
Jam Operasional
: Senin – Jumat, 07:40 – 15:00
•
Alamat
: Jalan Pesanggrahan 125 Kembangan Selatan
•
Telp
: 021-5804223
•
Email
:
[email protected]
B. Informasi mengenai SLB-B Pangudi Luhur
Gambar 2.5 Logo Sekolah Pangudi Luhur
24
(Sumber:
[email protected])
SLB-B Pangudi Luhur adalah sekolah anak tunarungu swasta yang berazaskan imam katolik. Lembaga pendidikan katolik diselenggarakan oleh konggregasi para Bruder FIC dan dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur. Inti dan kekhasan pendidikan Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) yaitu setia terhadap kecerdasan kehidupan bangsa, setia terhadap ciri khas katolik, setia terhadap
semangat
luhur
(spiritualitas)
pendiri,
kesetiaan
terhadap
pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesetiaan terhadap ciri khas katolik berarti harus mengindahkan pedoman dan arahan Gereja Katolik pada tingkat universal, nasional, regional, dan local. Sedangkan kesetiaan terhadap semangat luhur (spiritualitas) pendiri berarti LPK berkewajiban mengembangkan visi dan misi pendiri masing-masing sesuai dengan kondisi dan situasi zaman yang menghidupinya. Visi dan Misi SLB-B Pangudi Luhur sebagai berikut: Visi “Pendampingan siswa yang berkualitas, beriman, berwatak dan berbudi pekerti luhur sehingga mampu berintegrasi dalam masyarakat.” Misi “Mendampingi siswa melalui pendidikan dan pembelajaran yang bermutu, terencana, tertib, disiplin, dan konsistensi agar berkembang menjadi pribadi yang berkualitas, beriman, berwatak, berbudi pekerti luhur dan berintegrasi.”
C. Informasi Struktur Organisasi SLB-B Pangudi Luhur
25
Diagram 2.1 Struktur Organisasi SLB-B Pangudi Luhur (Sumber: SLB-B Pangudi Luhur, 2015)
D. Informasi Khusus Pada penelitian survey di SLB-B Pangudi Luhur, penulis hanya melakukan survey pada tingkatan TLO (Taman Latihan dan Observasi) atau pada sekolah umumnya disebut dengan TK (Taman Kanak-kanak). Berikut perincian jumlah kelas dan ruang yang ada:
•
Ruang kelas
: 7 kelas/12 anak dan 2 guru
•
Toilet
: 6 kamar kecil siswa, 1 storage dan 4 kamar kecil guru
•
Toilet umum
: 4 kamar kecil umum
•
Ruang Terapi
: 6 kelas
•
Ruang Makan
: Menampung lebih dari 30 anak
•
Ruang Keterampilan : 1 kelas dan 1 ruang storage keterampilan
•
Ruang UKS
:2
•
Ruang POMG
:1
•
Ruang Psikolog
:1
•
Ruang Meeting
:1
26
•
Ruang remedial
: 1 kelas/1 anak dan 1 guru
•
Gudang
:2
•
Aula
: Menampung kurang lebih 100 anak
•
Ruang TU
:1
•
Ruang Adms
:1
•
Ruang Kepsek
:1
•
Ruang Guru
: 1 ruang/ 27 guru
•
Ruang Arsip
:1
•
Ruang tunggu anak
: Menampung kurang lebih 30 orang
•
Resepsionis
:1
•
Ruang hasil karya
:1
•
Kantin
:1
Jumlah guru TLO dan para staff 35 orang Jumlah murid TLO 84 orang
E. Desain Gedung
Gambar 2.6 Fasad Gedung (Sumber:
[email protected])
Desain gedung SLB-B Pangudi Luhur berdiri sejak tahun 1983, gedungnya merupakan peninggalan jaman belanda, konsep bentuk gedung dan ruangannya masih mencerminkan peninggalan jaman belanda yang pada saat itu sedang terkenal dengan masa modern art yaitu de stijl, Bauhaus dan art deco. Gedung ini pertama kali dibangun didaerah Grogol oleh pelopor SLBB Pangudi Luhur yaitu Alcuino yang saat itu merupakan seorang bruder.
27
Bentuk gedung dan konsep ruangan masih mengikuti era pada jaman itu. Yang mengalami perombakan hanya pada fasilitas kelas dan ruang staf yang sedikit lebih modern. Luas gedung sekitar 3000 m² lebih.
F. Fasilitas SLB-B Pangudi Luhur •
Lantai 1
Gambar 2.7 Denah Lantai 1 SLB-B Pangudi Luhur (Sumber : Dokumen SLB-B Pangudi Luhur) •
Lobby
Gambar 2.8 Pintu akses utama SLB-B Pangudi Luhur (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Pintu utama sekolah dimana tempat batas para pengantar, orangtua, penunggu siswa diizinkan mengantar siswa ke sekolah dan menjemput siswa, disediakan meja resepsionis untuk para tamu atau
28
orang tua yang ingin bertemu murid atau pihak-pihak sekolah meminta izin untuk masuk kedalam sekolah.
Gambar 2.9 Patung Monumen Mamardi Janma Mirara (Sumber : Dokumen Pribadi)
Begitu masuk ke lobby sekolah, ditengah-tengah lobby akan bertemu dengan patung monumen Mamardi Janma Mirara yang sejarahnya beliau adalah pencetus pertama yang berupaya membuat manusia tunarungu dapat bisa berbicara dan trampil bekerja, ukuran monumen 40cm x 40cm x 120cm.
Gambar 2.10 Ruang Pusat Alat Bantu dengar, Hearing Vision (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Sebelah kanan lobby terdapat ruang pusat alat bantu dengar, dimana ruangan ini menyediakan dan menjual alat dengar yaitu Spatel serta tempat konsultasi mengenai pendengaran anak tunarungu. Ruangan ini dilengkapi dengan pengedap suara dan beberapa alat elektronik yang mendukung anak tunarungu untuk mendengar, seperti
29
Audiometer dan Hearing Aids. Yang memakai ruangan ini adalah dokter telinga dan murid saja, termasuk ruang terapi anak tunarungu.
•
Ruang TU (Tata usaha) dan Administrasi
Gambar 2.11 Ruang TU dan Ruang Fotokopi (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Sebelah kiri lobby terdapat ruang TU dan Fotokopian, ruangan TU pada gambar di atas seperti ruang loket dimana pihak orangtua dan siswa dapat mendapatkan informasi atau membayar pembayaran uang sekolah dan semester. Ruang fotokopian juga seperti ruang loket dimana disana dapat berinteraksi dengan siswa yang meminta untuk memfotokopi lembaran soal atau buku.
Gambar 2.12 Ruang Administrasi (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruang administrasi tempat utama yang menyimpan data-data arsip siswa mulai dari pembayaran, kegiatan sekolah, nama-nama siswa dan segala sesuatu yang berhubungan dengan data sekolah.
30
•
Ruang Kepala Sekolah dan Wakil Sekolah
Gambar 2.13 Ruangan Kepala Sekolah dn Wakil Kepala Sekolah (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan kepala sekolah dan wakil sekolah bagian TLO (Taman Latihan dan Observasi). •
Ruang Guru
Gambar 2.14 Ruang Guru TLO dan SD (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
31
Gambar 15. Ruang Dapur Kecil dan Toilet Guru (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan guru dilengkapi dengan dapur kecil dan toilet untuk para guru dan tersedia loker penyimpanan.
•
Hasil Karya Siswa dan Lapangan
Gambar 2.16 Hasil Karya siswa dan Lapangan (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
32
Lobby berakses langsung juga kepada pajangan-pajangan hasil karya siswa yang memenuhi koridor utama lobby dan akses masuk menuju lapangan bermain siswa.
•
Ruang Meeting POMG (Persatuan orang tua murid dan guru)
Gambar 2.17 Ruang Meeting POMG (Sumber:
[email protected])
Ruang meeting yang digunakan untuk mengadakan meeting antara direktur utama dan kepala sekolah serta bagian-bagian staff penting sekolah Pangudi Luhur. Dilengkapi papan tulis dan proyektor.
•
Ruang Perpustakaan Sekolah
Gambar 2.18 Ruang Perpustakaan (Sumber:
[email protected])
33
Perpustakaan siswa yang berisi dengan buku-buku bacaan yang menghibur seperti buku cerita, buku pengetahuan dan buku komik.
•
Ruang Auditorium
Gambar 2.19 Auditorium (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Sebagai tempat aktifitas olahraga siswa dan tempat pentas seni siswa, ruangan yang dilengkapi dengan panggung di balik tirai, ruangannya, berhubungan dengan akses lapangan sekolah.
•
Ruang UKS (Unit Kesehatan Siswa)
34
Gambar 2.20 Ruang UKS (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
UKS (unit kesehatan siswa) tempat siswa yang mengalami kesehatan kurang baik. Ruangannya memiliki fasilitas 2 sofa, 2 kasur, washtafel, lemari dan meja..
•
Ruang Makan Siswa
Gambar 2.21 Ruang Makan (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
35
Tempat makan anak-anak mendapat makanan utama (Lunch) langsung dari sekolah. Ruang makan terhubung dengan auditorium sekolah dan lapangan.
•
Ruang Psikolog dan Seksologi
Gambar 2.22 Ruang Psikolog dan Seksologi (Sumber:
[email protected])
Tempat konsultasi siswa dan pengamatan pengembangan anak.
•
Toilet Siswa dan guru
Gambar 2.23 Toilet siswa TLO dan Toilet Guru
36
(Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Toilet siswa berbeda dengan toilet pada umumnya, sengaja dibuat setengah pintu agar anak jika terkunci lebih mudah membukanya.
•
Ruang Belajar dan Asmen
Gambar 2.24 Ruang Belajar dan Asmen (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Digunakan anak-anak tunarungu untuk belajar mendengar dan berbicara namun sambal bermain. Ruangan ini dilengkapi mainan, papan tulis, televisi, cermin dan panggung.
•
Ruang Kelas
37
Gambar 2.25 Ruang Kelas untuk Lantai 1 dan lantai 2 (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Ruang belajar siswa mendapatkan pelajaran khusus dan umum, dalam ruang kelas terdapat loker, meja guru, lemari, papan tulis dan 1 ruangan tambahan speech theraphy.
•
Ruangan Speech Theraphy
Gambar 2.26 ruangan speech theraphy lantai 1 dan 2 (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan ini merupakan tempat anak-anak lebih memahami pengucapan huruf-huruf alphabet dan kalimat-kalimat dimana dalam ruangan ini hanya ada satu guru dan satu murid.
•
Kantin dan Ruang Tunggu Siswa
38
Gambar 2.27 Kantin dan Ruang Tunggu Siswa (Sumber: Dokumen Pribadi Siswa)
Kantin dan Ruang tunggu siswa tergabung menjadi satu tempat ini menjual beraneka ragam snack dan minuman yang bisa digunakan secara umum fasilitasnya.
•
Lantai 2
Gambar 2.28 Denah Lantai 2 SLB-B Pangudi Luhur (Sumber: Dokumen Pribadi SLB-B Pangudi Luhur)
39
•
Ruang Kuliah
Gambar 2.29 Ruang Kuliah (Sumber:
[email protected])
Tempat untuk seminar orang tua atau guru, ruangannya di lengkapi proyektor, papan tulis, speaker, dan bisa diisi kurang lebih 50 orang. •
Ruang Bina Wicara
Gambar 2.30 Ruang Terapi Wicara (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis dan
[email protected])
Ruang wicara digunakan untuk pelatihan cara tata bicara anak tunarungu, anak tunarungu diajarkan agar dapat berkomunikasi dengan lingkungan. Diruangan ini disediakan cermin, headset, microphone dan beberapa alat penyimpanan.
40
•
Ruang Bina Bahasa dan Irama (BPBI)
Gambar 2.31 Bina Bahasa dan Irama (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis dan
[email protected])
Ruangan
yang
digunakan
untuk
anak-anak
tunarungu
melakukan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, ruangan dipenuhi dengan alat-alat musik seperti piano, drum, tamborine, dll. Serta yang terpenting panggung getas untuk anak-anak merasakan getaran bunyi. Dindingnya dipenuhi kaca, ruangan ini selain dijadikan latihan, dijadikan tempat untuk ekskul.
•
Ruang Terapi Pendengaran
Gambar 2.32 Ruang Terapi Pendengaran (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Digunakan seperti ruang alat bantu dengar, fungsinya sama untuk membantu anak mendengar suara, didalamnya terdapat alat-alat audio elektronik, mainan dan ruangannya kedap suara.
41
Hasil Analisa S.W.O.T SLB-B Pangudi Luhur Strength -
Merupakan SLB golongan B yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap disbanding sekolah tunarungu lain, bahkan sudah merilis buku pertama yang menjelaskan tentang metode pengajaran serta sarana dan prasarana untuk anak tunarungu.
-
Peletakan ruang teratur
-
Lingkungan mendukung karena daerah dekat dengan lahan perkebunan dan perumahan, jauh dari jalanan yang penuh polusi
-
Ruangan kelas memiliki space yang sangat luas
Weakness -
Ruang Staff, guru dan kepala sekolah teralu padat
-
Desain ruangan kurang menarik
-
Warna setiap ruangan tidak menyenangkan untuk anak kecil
-
Tidak ada ruang bermain atau taman bermain
Opportunity -
Memiliki Klinik alat bantu dengar dimana orang tua dapat memeriksa anaknya dan membeli alat bantu dengar
-
Memiliki asrama
Thread -
Perjalanan cukup jauh untuk ke lokasi dikarenakan memang sengaja dibuat jauh dari pusat perkotaan.
2.2.2. Informasi SLB Negeri 07 a) Informasi Umum Jam Operasional
: Senin – Jumat, 07:30 – 02:30
Alamat
: Jalan Griya Wartawan, Cipinang besar selatan. Jakarta Timur
42
Telp
: 021-85915291
Email
:
[email protected]
b) Informasi mengenai SLB Negeri 07
Gambar 2.33 Logo SLB Negeri 07 (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07)
Sekolah Luar Biasa Negeri 7 Jakarta atau nama ringkasnya SLB Negeri 07 Jakarta merupakan sebuah sekolah luar biasa yang memiliki kod NPSN 20109280 dan Gedung ini dibangun oleh Pemerintah Pendidikan Indonesia dan Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Seluruh kebutuhan belajar siswa sepenuhnya dibayar oleh pemerintah sehingga sekolahan ini tidak memungut pembayaran apapun dari orang tua. SLB Negeri 07 melayani siswa golongan B, C dan Autis terdiri atas 3 satuan pendidikan yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB. Visi “Sekolah mampu mengantarkan siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia, cakap, terampil dan kompetitif menuju tercapainya generasi emas.
Misi
mengembangkan
“Menciptakan lingkungan
lingkungan sekolah
sekolah
yang
yang
disiplin,
religious,
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa, meningkatkan peran siswa pada 7 K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kasih sayang dan Kesabaran), menghasilkan siswa yang mandiri dalam kehidupan seharihari, mengembangkan potensi siswa secara optimal menuju pencapaian generasi emas.
c) Informasi Struktur Organisasi SLB Negeri 07
43
Diagram 2.2 Struktur Organisasi SLBN 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLBN 07 Jakarta) d) Informasi Khusus Pada penelitian survey di SLB Negeri 07 Jakarta, penulis hanya melakukan survey sesuai dengan kebutuhan untuk hasil penelitian ini dikarenakan ada beberapa kelas yang tidak bisa dimasuki untuk umum. Berikut perincian jumlah kelas dan ruang yang ada: •
Luas Tanah
: 2.542 m²
•
Luas Gedung
: 3.031,85 m²
•
Jumlah Ruang •
Ruang Kelas
: 26 kelas
•
Ruang Kepala Sekolah
:1
•
Ruang Guru
:1
•
Ruang Aula
:1
•
Gudang
:1
•
Dapur
:1
•
Mes
:2
•
Ruang Kantin
:1
•
Ruang Bina Wicara
:1
44
•
Ruang Tata Boga
:1
•
Ruang Ilmu Teknologi
:1
•
Ruang Perpustakaan
:1
•
Ruang Mushola
:1
•
Ruang Bina Diri
:1
•
Ruang Pramuka/Olahraga
:1
•
Ruang Keterampilan
:1
•
Ruang BKBPI
:1
•
Ruang Labotarium
:1
•
Ruang Kesenian
:1
•
Lapangan Olahraga
:1
•
Toilet
: 32 (Guru=8 dan PD=8)
Jumlah Guru dan Staff
: 50 orang
Jumlah murid SD, SMP, SMA
: 177 orang
A. Desain Gedung
Gambar 2.34 Fasad Gedung (Sumber: Dokumen Pribadi Siswa)
Desain gedung terlihat seperti gedung sekolah pada umumnya percampuran antara desain belanda dengan indonesia (Indische-style) , terdiri dari 4 lantai. Gedung ini telah dibangun oleh PEMPROV DKI pada febuari 2014. sekolah ini didirikan sekitar tahun 1983.Awalnya sekolah ini tidak berlokasi di jalan griya, namun dikarenakan sekolah mengalami kerusakan
45
yang signifikan, sekolah ini akhirnya dibangun di tanah yang baru dengan beberapa fasilitas yang baru juga oleh PEMPROV DKI.
B. Fasilitas SLB Negeri 07 •
Denah Lantai 1 - 4
Gambar 2.35 Denah Lantai 1 SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014)
Gambar 2.36 Denah Lantai 2 SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014)
Gambar 2.37 Denah Lantai 3 SLB Negeri 07 Jakarta
46
(Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014)
Lantai 3 selain digunakan untuk ruang kelas, namun jika ujian sekolah tiba, maka ruang kelas di lantai 3 dialih fungsikan menjadi ruang ujian.
Gambar 2.38 Denah Lantai 4 SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014)
•
Ruang Kepala Sekolah
Gambar 2.39 Ruang Kepala Sekolah (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan kepala sekolah tidak di gabung dengan ruang wakil kepala sekolah, ruangannya lebih bersifat private. Disediakan ruang tamu didalamnya dan lemari untuk menyimpan arsip. •
Ruang Wakil Kepala Sekolah
47
Gambar 2.40 Ruang Wakil Kepala Sekolah (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Berbeda dengan ruang kepala sekolah yang bersifat private, pada ruangan wakil kepala sekolah lebih bersifat untuk umum dan bersebelahan dengan ruang administrasi dan tata usaha, didalam ruangan wakil kepala sekolah disediakan ruang tamu juga dan beberapa lemari penyimpanan arsip.
•
Ruang TU dan Administrasi
Gambar 2.41 Ruang TU dan Administrasi (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
48
Ruangan yang digunakan untuk para orang tua mendapatkan informasi mengenai anak mereka dan tempat mengurus data siswa.
•
Ruang Guru
Gambar 2.42 Ruang Guru (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan tempat guru beristirahat, namun dapat beralih fungsi untuk ruang serba guna dan juga ruang keterampilan. •
Ruang Kelas
Gambar 2.44 Ruang Kelas Golongan Autis (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan kelas golongan autis terdiri dari 1 guru dan 1 murid, didalam ruangan terdapat papan tulis, lemari, meja, dan kursi. Ruangan kelas pada golongan autis dan tunagrahita dijadikan satu namun diberi partisi pemisah. Namun ada kelas yang berisi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang dalam satu kelas,
49
sedangkan anak tunarungu digabung dengan anak tunarungu juga. Penulis simulasikan seperti gambar berikut ini: -
Ruang kelas golongan B (Tunarungu)
Gambar 2.45 Kelas Golongan tunarungu SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
-
Ruang Kelas golongan C dan C1 (Tunagrahita)
Gambar 2.46 Kelas Golongan Tunagrahita SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
-
Ruangan kelas golongan Autis dan Autis
50
Gambar 2.47 Kelas Golongan Autis SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
-
Ruangan Kelas Autis dan C/C1 (Tunagrahita)
Gambar 2.48 Kelas Golongan Autis dan Tunagrahita SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) •
Toilet Toilet SLB Negeri 07 Jakarta terpisah antara toilet guru dan siswa, jumlah toilet dalam satu ruangan ada 4 buah toilet dan 2 buah toilet guru.
•
Kantin
51
Gambar 2.49 Kantin SLB Negeri 07 (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Kantin SLB Negeri 07 hanya menyediakan snack dan minuman, untuk makan siang biasanya anak-anak membawa makanan dari rumah. Didalam kantin terdapat dapur dan gudang.
•
Ruang Olahraga
Gambar 2.50 Ruang Olahraga (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan ini dijadikan tempat untuk menaruh segala sesuatu kebutuhan olahraga.
•
Ruang Bina Wicara Ruang wicara pada SLB Negeri 07 Jakarta digunakan untuk pelatihan cara tata bicara anak tunarungu dan terkadang dipakai untuk anak autis juga. Diruangan ini disediakan cermin, headset, microphone dan beberapa alat penyimpanan.
52
•
Ruang Bina Diri
Gambar 2.51 Ruang Bina Diri (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Ruangan bina diri digunakan untuk anak autis dan tunagrahita melatih kemandiriannya, melakukan aktivitas dirumah tanpa bantuan orang lain
•
Ruang Tata Boga
Gambar 2.52 Ruang Tata Boga (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan tata boga untuk melatih keterampilan memasak para peseerta didik. •
Ruang Keterampilan dan kesenian
53
Gambar 2.53 Ruang Keterampilan dan Kesenian (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruang yang dipakai untuk kesenian dan juga keterampilan, didalamnya terdapat alat-alat music dan alat-alat kesenian lainnya seperti drum, angklung, keyboard dll.
•
Mushola
Gambar 2.54 Ruang Mushola (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Sekolah ini difasilitasi dengan mushola karena memang disekolah ini sekolah yang mayoritasnya adalah beragama Islam.
•
Ruang BPBI Ruangan
yang
digunakan
untuk
anak-anak
tunarungu
melakukan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, Namun diruangan ini hanya seperti kelas kosong dan hanya ada beberapa alat pendukung seperti drum dan mp3 player.
•
Aula Aula pada sekolah SLB Negeri 07 Jakarta ini digunakan menjadi ruang serba guna juga selain menjadi aula, tempat ini dijadikan tempat untuk rapat guru. Didalamnya hanya ada beberapa meja dan kursi saja.
54
•
Ruang Hasil Karya
Gambar 2.55 Hasil Karya anak-anak SLB Negeri 07 (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruang tempat penyimpanan hasil karya anak-anak SLB Negeri 07, anak-anak SLB Negeri 07 memiliki ekskul batik yang dimana mereka tak hanya membuatnya tapi mereka juga menjual hasil karyanya sendiri.
•
Perpustakaan Seperti perpustakaan pada umumnya, ruangan yang digunakan untuk murid dan guru membaca dan beristirahat.
•
Ruang UKS (unit Kesehatan Siswa) UKS (unit kesehatan siswa) tempat siswa yang mengalami kesehatan kurang baik.
Analisa S.W.O.T SLB Negeri 07 Strength -
Merupakan SLB yang melayani tidak hanya satu golongan tapi berberapa golongan ABK.
-
Memiliki Pengajar yang banyak
55
-
Memiliki tempat ibadah
Weakness -
Desain ruangan tidak menarik
-
Ruangan tidak teratur
-
Fasilitas terbatas
-
Kekurangan space
-
Tidak memiliki klinik
Opportunity -
Pendidikan di SLB Negeri 07 gratis dan terbuka untuk berbagai kalangan.
Thread -
Lingkungannya kurang mendukung, jalanan menuju lokasi masih tanah sehingga jika hujan akan sulit jika jalan kaki karena tanah lembek.
-
Perjalanan cukup jauh untuk ke lokasi dikarenakan memang sengaja dibuat jauh dari pusat perkotaan
2.2.3. Informasi SLB-C Frobel Montessori a) Informasi Umum Jam Operasional
: Senin – Jumat, 07:30 – 02:30
Alamat
: Jalan Griya Wartawan, Cipinang besar selatan.
Jakarta Timur Telp
: 021-85915291
Email
:
[email protected]
b) Informasi mengenai SLB Frobel Montessori
56
SLB FROBEL MONTESORRI Gambar 2.56 Logo SLB Frobel Montessori (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
SLB Frobel Montessori merupakan sekolah swasta yang sudah berdiri sejak tahun 1982, yang pada saat itu didirikan oleh sepasang suami dan istri yang memiliki anak tunagrahita dan kemudian membangun sekolah luar biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus. SLB Frobel Montessori telah diakui dan diresmikan oleh wakil gubernur Jakarta pada tahun 1987. Sekolah ini melayani siswa tunarungu dan tunagrahita. Visi “Berprestasi dan berinteraksi sosial berdasarkan IMTAQ”. Misi “Mampu menjalankan perintah agama, mampu berhitung membaca dan menulis, berprestasi dalam bidang olahraga dan kesenian, mampu mandiri, mampu berkarya, mampu berinteraksi sosial”.
c) Informasi Struktur Organisasi SLB-B Pangudi Luhur tingkat TLO (Taman Latih dan Observasi)
57
Diagram 2.3 Struktur Organisasi SLB Frobel Montessori (Sumber: SLB Frobel Montessori, 2015)
d) Informasi Khusus •
Jumlah Ruang •
Ruang Kelas
: 12 kelas
•
Ruang Kepala Sekolah
:1
•
Ruang Guru
:1
•
Ruang TU
:1
•
Ruang Bendahara
:1
•
Gudang
:1
•
Dapur
:1
•
Ruang Kantin
:1
•
Ruang Mushola
:1
•
Ruang BKBPI
:1
•
Lapangan Olahraga
:1
•
Toilet
:2
Jumlah Guru dan Staff
: 12 orang
58
Jumlah murid SD, SMP, SMA
: 65 orang
A. Desain Gedung
Gambar 2.57 Fasad Gedung (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Desain gedung terlihat seperti gedung sekolah pada umumnya percampuran antara desain belanda dengan indonesia (Indische-style) , terdiri dari 2 lantai. sekolah ini didirikan sekitar tahun 1982.
B. Fasilitas SLB-C Frobel Montessori •
Ruang Kelas
Gambar 2.58 Ruang Kelas (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
59
Ruangan kelas di SLB Frobel tidak berbentuk huruf U atau perorangan, lebih berbentuk seperti mengadakan ruang meeting. Ruang terapi anak dilaksanakan di ruang kelas, sehingga sistem sekolah luar biasa Frobel Montessori tidak bersifat moving class.
•
Ruang Kepala Sekolah
Gambar 2.59 Ruang Kepala Sekolah (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruang kepala sekolah hanya berupa kursi dan meja tidak disedia ruang tamu sendiri.
•
Ruang Guru
Gambar 2. 60 Ruang Guru (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
60
Tempat beristirahat dan para guru mengadakan meeting bersama. Ruangannya sengaja diletakan ditengah antara ruang staf dan kepala sekolah.
•
Ruang TU
Gambar 2.61 Ruang Tata Usaha (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan tata usaha sangat minim tempat penyimpanan, banyak benda yang tergeletak di lantai dan beberapa dokumen bertebaran dimana-mana.
•
Ruang Bendahara
Gambar 2.62 Ruang Bendahara (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
61
Ruangan bendahara disatukan dengan tempat penyimpanan arsip sekolah dan sebagiannya berupa dokumen keuangan sekolah.
•
Gudang Tempat penyimpanan barang-barang sekolah yang jarang dipakai dan tempat penyimpanan alat olahraga anak-anak.
•
Dapur
Gambar 2.63 Ruang Dapur (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Tempat para guru membuat teh dan makanan. Tidak disediakan kompor ataupun alat-alat seperti gelas dan piring.
•
Ruang Kantin
Gambar 2.64 Ruang Kantin (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
62
Kantin terbatas dan dijadikan untuk tempat menunggu anak-anak pulang. Anak-anak biasanya membawa bekal dari rumah, jarang melakukan transaksi membeli makanan di kantin
•
Ruang Mushola
Gambar 2.65 Ruang Mushola (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Pengajar di sekolah luar biasa Frobel Montessori mayoritas beragama islam, sehingga di sekolah disediakan tempat untuk shalat.
•
Ruang BPBI
Gambar 2.66 Ruang BPBI (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)
Ruangan yang digunakan untuk anak tunarunggu tapi dipakai tempat untuk keterampilan juga untuk semua murid
63
•
Toilet
Gambar 2.67 Toilet (Sumber: Dokumen Pribadi Siswa)
Toilet tidak dibedakan antara guru dan murid, didalamnya pun tidak desain untuk jenis anak-anak berkebutuhan khusus.
Analisa S.W.O.T SLB Frobel Montessori Strength -
Kelasnya dibedakan antara golongan B dan C
Weakness -
Tidak ada klinik
-
Tidak ada ruang terapi
-
Tidak ada perpustakaan
-
Tidak ada tempat bermain
-
Ruangan kelas kecil
Opportunity -
Sekolah memiliki asrama
Threat -
Sulit untuk masuk kedalam lokasi karena berada di gang yang besarnya kurang lebih 3 meter. Sehingga harus jalan kaki dari jalan utama.
64
2.3 Analisa Hasil Keseluruhan Survey Tabel 2.2 Analisis Hasil Keseluruhan Survey NO 1.
Sekolah SLB-B Pangudi Luhur
Fasilitas yang disediakan
S.W.O.T
1. Ruang Kelas
Strength
2. Lobby
Merupakan SLB
3. Ruang Administrasi
golongan B
4. Ruang Hasil Karya
yang memiliki
siswa
fasilitas yang
5. Ruang Meeting
lebih lengkap
6. Ruang POMG/Kuliah
disbanding
7. Aula
sekolah
8. Terapi Wicara
tunarungu lain,
9. Terapi pendengaran
bahkan sudah
10. Ruang psikolog dan
merilis buku
seksolog
pertama yang
11. Toilet Guru
menjelaskan
12. Toilet Anak
tentang metode
13. Terapi Asmen
pengajaran serta
14. Terapi BPBI
sarana dan
15. Ruang kepala sekolah
prasarana untuk
16. Ruang Wakil kepala
anak tunarungu.
sekolah 17. Ruang yayasan
Peletakan ruang
18. Perpustakaan
teratur
19. Dapur Guru 20. Ruang Guru
Lingkungan
21. Dapur Kantin
mendukung
22. Kantin Siswa
karena daerah
23. Area Makan
dekat dengan
24. Area Menunggu
lahan
25. Gudang Olahraga
perkebunan dan
26. Gudang Kesenian
perumahan, jauh
65
27. Gudang Sekolah
dari jalanan
28. Mes
yang penuh
29. UKS
polusi
Ruangan kelas memiliki space yang sangat luas
Weakness Ruang Staff, guru dan kepala sekolah teralu padat
Desain ruangan kurang menarik
Warna setiap ruangan tidak menyenangkan untuk anak kecil
Tidak ada ruang bermain atau taman bermain
Opportunity Memiliki Klinik alat bantu dengar dimana orang tua dapat memeriksa anaknya dan
66
membeli alat bantu dengar
Memiliki asrama
Threat Perjalanan cukup jauh untuk ke lokasi dikarenakan memang sengaja dibuat jauh dari pusat perkotaan.
2.
SLB Negeri 07
1. Ruang Kelas
Strength
2. Ruang Administrasi
Merupakan SLB
3. Ruang kepala dan wakil yang melayani 4. Aula
tidak hanya satu
5. Mushola
golongan tapi
6. Kantin
berberapa
7. Terapi Wicara
golongan ABK.
8. Terapi BPBI 9. Terapi Bina Diri
Memiliki
10. Ruang Keterampilan
Pengajar yang
11. Ruang Hasil Karya
banyak
12. Area Menunggu 13. Toilet Guru
Memiliki tempat
67
14. Ruang Guru
ibadah
15. Ruang Guru 16. Gudang Olahraga
Weakness
17. Gudang Kesenian
Desain ruangan
18. Gudang Sekolah
tidak menarik
19. Dapur
dan ruangan
20. Mes
tidak teratur
21. Perpustakaan 22. UKS
Fasilitas terbatas Kekurangan space Tidak memiliki klinik
Opportunity Pendidikan di SLB Negeri 07 gratis dan terbuka untuk berbagai kalangan.
Threat Lingkungannya kurang mendukung, jalanan menuju lokasi masih tanah sehingga jika hujan akan sulit jika jalan kaki karena tanah lembek.
68
3.
SLB Frobel Montessori
1. Ruang Kelas
Strength
2. Terapi BPBI
Kelasnya
3. Ruang Guru
dibedakan
4. Ruang Kepala Sekolah
antara B dan C
5. Ruang Tata Usaha 6. Ruang Bendahara
Weakness
7. Dapur
-Tidak ada
8. Gudang
klinik
9. Kantin
-Tidak ada
10. Area Menungg
ruang terapi
11. Mushola
-Tidak ada
12. Toilet
perpustakaan -Tidak ada tempat bermain -Ruangan kelas kecil
Opportunity Sekolah memiliki asrama
Threat Sulit untuk masuk kedalam lokasi karena berada di gang yang besarnya kurang sehingga harus jalan kaki dari jalan utama. (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis)