BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2009:4) memberikan definisi sebagai berikut: “Akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan pelaporan informasi biaya yang digunakan”. Sedangkan Armanto Witjaksono (2006:1) memberikan definisi sebagai berikut: “Akuntansi biaya adalah akuntansi biaya secara sederhana dapat diartikan dari istilahnya sebagai akuntansi yang khususnya digunakan untuk pengukuran dan pelaporan biaya”. Maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukan bagi proses pengukuran, pencatatan dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu perusahaan untuk menghasilkan barang. Di samping itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi dan dijual kepada pemesanan maupun untuk pasar, serta untuk persediaan produk yang akan dijual. II.2 Pengertian Biaya Dalam dunia usaha industri yang memproduksi suatu barang bahwa hasil produksi bukan untuk keperluan atau dipakai sendiri, melainkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara nasional maupun internasional. Perusahaan dalam kegiatan produksinya, harus melakukan pengeluaran berupa pemakaian sumber daya (resources) atau faktor-faktor produksi untuk memperoleh hasil produksi baik barang 8
atau jasa. Pengeluaran ini perlu, karena adanya proses perubahan bentuk dari sesuatu yang agak kurang nilai gunanya ke sesuatu yang lebih tinggi nilai gunanya. Dalam proses ini, kemungkinan terjadi kebocoran atau ineffisiensi yang seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk mengetahui secara jelas, apakah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dianggap sebagai biaya atau tidak. Menurut Mulyadi (2005:8) pengertian “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Menurut Armanto Witjaksono (2006:6) pengertian “Biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Hongren, Datar, dan Foster (2003:28) “Accountants define cost as a resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective”. Secara singkat dari ketiga pengertian di atas nampak bahwa biaya merupakan segala macam pengorbanan yang dinyatakan dengan uang untuk memperoleh barang dan jasa-jasa. Ini mencakup yang telah terjadi apakah pengorbanan itu bermanfaat atau hanya merupakan pemborosan saja. II.3 Konsep Biaya Untuk mencapai tujuan yang diinginkan , maka dipilih konsep biaya yang paling sesuai dan tepat menurut kebutuhan, karena setiap tujuan dengan kondisi yang berbeda membutuhkan data yang berbeda pula.
Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian expense. Biaya (Cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca. Contoh persediaan bahan baku, persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai, supplies atau aktiva yang belum digunakan. Beban (Expense) adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat di masa akan datang dikelompokan sebagai harta. Biaya ini dimasukan ke dalam Laba-Rugi. Contoh beban penyusutan, beban pemasaran, beban bunga. Menurut IAI (2007:14) definisi beban “Mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan”. Menurut Firdaus & Wasilah (2009:41) definisi beban adalah “Biasanya terdiri atas beban yang berasal dari biaya yang telah habis masa manfaatnya (expired), beban yang timbul dari penurunan aset / kenaikan dalam kewajiban sehubungan dengan penyerahan barang dan jasa”. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa beban (expense) merupakan biaya yang masa manfaatnya telah habis masa manfaatnya, dan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Contoh membedakan antara biaya dan beban:
1. Pembelian mesin, nilai yang dikeluarkan untuk memperoleh mesin tersebut merupakan biaya, tetapi setelah dipakai akan menimbulkan penyusutan terhadap mesin yang akan menjadi beban. 2. Perlengkapan kantor yang masih tinggal digolongkan sebagai biaya, sedangkan yang sudah terpakai digolongkan sebagai beban. 3. Persediaan bahan, persediaan produk dalam proses, produk selesai yang masih tinggal dan belum terjual digolongkan sebagai biaya, sedangkan yang sudah terjual akan membentuk harga pokok penjualan dan digolongkan sebagai beban. II.4 KLASIFIKASI BIAYA Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Menurut William K. Carter & Milton F. Usry (2002:p2-9) Cost classifications are essential for meaningful summarization of cost data. The most commonly used classifications are based on the relationship of cost to the following: 1. Produk (The product) 2. Volume produksi (The volume of production) 3. Departemen dan pusat biaya (The manufacturing departments, processes, cost centers, or other subdivisions) 4. Periode akuntansi (The accounting period) 5. Pengambilan keputusan (A Decision)
II.4.1 Biaya Dalam Hubungan dengan Produk Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebutkan juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. Menurut Ahmad Elqorni (2009) biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 1. Biaya bahan baku langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Contoh bahan baku langsung celana jeans yaitu kain jeans sebagai bahan utama dalam pembuatan celana jeans, resleting yang digunakan untuk menresleting celana, kancing yang digunakan untuk mengancing celana, dan bis kantong yang digunakan untuk bahan pelapis didalam kantong. 2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat
ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh upah buruh pabrik, lembur dan tunjangan-tunjangan buruh, dan tukang jahit, tukang bordir. Menurut Milton F. Usry & Hammer yang di terjemahkan oleh Herman & Alfonsus (2002:39) mendefinisikan “Tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi”. 3. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi elemen: a. Bahan tidak langsung Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh kapur mal yang digunakan untuk menggambar pola pada kain yang akan di potong, kapur lilin yang digunakan untuk menuliskan nomor seri pada kain yang sudah dipotong, Karton yang digunakan untuk membuat pola celana yang akan di buat. b. Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Contoh gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, gaji resepsionis pabrik.
c. Biaya tidak langsung lainnya Biaya tidak langsung lain adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Contoh pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik. Dua dari tiga unsur utama biaya produksi dapat digolongkan secara terminologi biaya sebagai berikut: 1. Biaya Utama Biaya utama adalah gabungan antara biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. 2. Biaya Konversi Biaya konversi adalah biaya yang digunakan untuk merubah bahan baku langsung menjadi produk selesai. Biaya ini merupakan gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya Non Produksi Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya operasi. Biaya komersial atau operasi ini juga digolongkan sebagai biaya periode yaitu biayabiaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu.
Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi elemen: 1. Beban pemasaran Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ketangan konsumen. Contoh beban iklan, promosi, komisi penjualan, pengiriman barang, sampel barang gratis, hiburan, biaya alat tulis, gaji bagian penjualan, telepon dan telegrap, biaya lainlain. 2. Beban administrasi Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentuan kebijakkan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan effisien. Contoh gaji administrasi kantor, sewa kantor, beban penyusutan, biaya piutang tak tertagih, biaya urusan kantor, biaya alat-alat tulis, biaya lain-lain. II.4.2 Biaya Dalam Hubungan Dengan Volume Produksi Biaya dalam hubungan dengan volume biaya atau perilaku biaya dapat dikelompokkan menjadi elemen: 1. Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per-unit tetap. Contoh perlengkapan, bahan bakar, peralatan kecil, kerusakan bahan, biaya pengiriman barang, biaya komunikasi, upah lembur, biaya pengangkutan dalam pabrik, biaya sumber tenaga, penangan bahan baku.
2. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per-unit berubah. Contoh gaji eksekutif produksi, penyusutan, pajak property, amortisasi paten, gaji supervisor, asuransi properti dan kewajiban, gaji satpam dan pegawai kebersihan, pemeliharaan dan perbaikkan gedung dan bangunan, sewa. 3. Biaya semivariabel Biaya semi variabel adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel. Contoh biaya listrik, telepon dan air, bensin, perlengkapan, asuransi jiwa kelompok karyawan, pajak penghasilan. II.4.3 Biaya Dalam Hubungan dengan Departemen Produksi Perusahaan pabrik dapat dikelompokkan menjadi segmen-segmen dengan berbagai nama seperti; departemen, kelompok biaya, pusat biaya, unit kerja yang dapat digunakan dalam mengelompokkan biaya menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. 1. Biaya langsung departemen Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh gaji mandor pabrik yang digunakan oleh departemen bersangkutan merupakan biaya langsung bagi departemen.
2. Biaya tidak langsung departemen Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh biaya penyusutan dan biaya asuransi merupakan biaya yang manfaatnya digunakan secara bersama oleh masing-masing departemen, oleh karena itu biaya tersebut merupakan biaya tidak langsung departemen. II.4.4 Biaya Dalam Hubungan dengan Periode Waktu Dalam hubungannya dengan periode waktu biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya pengeluaran modal dan biaya pengeluaran pendapatan. 1. Biaya pengeluaran modal (Capital Expenditure) Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva. Contoh pembelian mesin, pembelian peralatan. Menurut Brigham & Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto biaya modal adalah salah satu input penting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah ekonomi (EVA) suatu perusahaan atau divisi. 2. Biaya pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure) Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Contoh mesin atau peralatan yang dibeli apabila dikonsumsi akan kehilangan kegunaan dan akan menimbulkan penyusutan. Penyusutan ini disebut sebagai pengeluaran pendapatan yang akan dilaporkan sebagai beban.
II.4.5 Biaya dalam Hubungan dengan Pengambilan Keputusan Biaya dalam rangka pengambilan keputusan dapat dikelompokan menjadi biaya relevan dan biaya tidak relevan. Biaya relevan Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam beberapa alternatif yang berbeda. Menurut Blocher, Chen, Cokins, Lin yang diterjemahkan oleh tim penerjemah penerbit salemba (2007) Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya yang dikeluarkan pada masa yang akan datang; berbeda untuk setiap pilihan yang tersedia bagi pengambil keputusan. Biaya relevan terdiri dari: 1. Biaya selisih (Diferential Cost) Biaya selisih adalah selisih biaya yang berbeda dalam beberapa alternatif pilihan. Biaya selisih disebut juga dengan biaya marginal. 2. Biaya peluang (Opportunity Cost) Biaya Peluang adalah biaya yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif. 3. Biaya tersamar Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan akuntansi tetapi mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Contoh biaya bunga.
4. Biaya nyata Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan akibat memilih suatu alternatif. Biaya tidak relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apa pun. Biaya tidak relevan dapat dikelompokan menjadi elemen: 1. Biaya masa lalu Biaya masa lalu adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun. Contoh pembelian mesin. II.5 Pemahaman Harga Pokok Seorang pengusaha atau produsen harus mengetahui besarnya pengorbanan yang telah dilakukan, baik sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran hasil produksinya di pasar. Dengan perkataan lain, ia harus mengetahui mengenai harga pokok untuk barang-barang yang diprodusir dan ditawarkan ke pasar. Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2009:49) harga pokok terdapat dua pengertian yaitu harga pokok produksi dan harga pokok penjualan, yaitu: Harga pokok produksi adalah kumpulan-kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Sedangkan Harga pokok penjualan adalah harga pokok produk yang sudah terjual dalam periode waktu berjalan yang diperoleh dengan menambahkan harga pokok produksi dengan persediaan produk selesai awal dan mengurangkan dengan persediaan produk selesai akhir.
Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2002:48) mendifinisikan “Harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut”. Contoh: PT. LA. Indah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri mainan anak-anak. Perusahaan merencanakan akan menyusun laporan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan secara terpisah. Berikut ini data biaya yang diperlukan oleh perusahaan tersebut untuk tahun 2007: Pembelian bahan Ongkos angkut pembelian Retur dan potongan pembelian Bahan penolong Tenaga kerja langsung Tenaga kerja tidak langsung Listrik pabrik Penyusutan mesin dan penyusutan peralatan pabrik Pajak bumi dan bangunan pabrik Asuransi pabrik
Tabel II.1 Tabel Data Persediaan Awal dan Akhir Data persediaan awal dan akhir Awal Keterangan Bahan Rp800,000 Produk dalam proses Rp580,000 Produk selesai Rp840,000
Akhir Rp600,000 Rp700,000 Rp500,000
Rp 14,000,000 Rp 240,000 Rp 720,000 Rp 2,000,000 Rp 18,000,000 Rp 3,000,000 Rp 500,000 Rp 640,000 Rp 400,000 Rp 480,000
Tabel II.2 Laporan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan PT. LA. Indah Laporan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan Untuk Tahun berakhir 31 desember 2007 Persediaan bahan awal Pembelian bahan Ongkos angkut pembelian Retur dan potongan pembelian Pembelian bersih Bahan tersedia untuk dipakai Kurang: Bahan penolong Persediaan akhir Bahan baku langsung digunakan Tenaga kerja langsung BOP: - Bahan penolong - Tenaga kerja tidak langsung - Listrik pabrik - Penyusutan mesin dan penyusutan peralatan pabrik - Pajak bumi dan bangunan pabrik - Asuransi pabrik Biaya Produksi Persediaan produk dalam proses awal Persediaan produk dalam proses akhir Harga Pokok Produksi Persediaan produk selesai awal HPP tersedia untuk dijual Persediaan produk selesai akhir Harga Pokok Penjualan
Rp
800,000
Rp 14,000,000 Rp 240,000 Rp 14,240,000 Rp 720,000 Rp 13,520,000 Rp 14,320,000
Rp (2,000,000) Rp (600,000) Rp (2,600,000) Rp 11,720,000 Rp 18,000,000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,000,000 3,000,000 500,000 640,000 400,000 480,000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
7,020,000 36,740,000 580,000 37,320,000 (700,000) 36,620,000 840,000 37,460,000 (500,000) 36,960,000
II.6 Metode-Metode Perhitungan Harga pokok Dalam perhitungan harga pokok dikenal sistem-sistem dan prosedur-prosedur, yang menghasilkan pos-pos jurnal akuntansi dan laporan-laporan ikhtisar yang dimaksud untuk memungkinkan management dapat mengendalikan biaya bahan baku, upah, dan
biaya produksi tak langsung. Untuk ini perlu diketahui perbedaan antara sistem-sistem biaya dan akumulasi biaya. Menurut Carter (2006:p4-11) sistem biaya terdapat dua jenis, yaitu: 1. Sistem biaya sesungguhnya / historis ( Actual / Historical cost system ) 2. Sistem biaya ditentukan di muka / biaya standard (Standard Cost System) Actual cost system or historical cost system, cost information is accumulated as cost is incurred, but the presentation of results is delayed until all operations of the accounting period have been performed or, in a service business, until the period’s services have been rendered. Standard Cost System , product, operations, and processes are costed based are predetermined quantities of resources to be used and predetermined prices of those resources. Dalam actual atau historical cost system, semua biaya dikumpulkan pada waktu biaya-biaya ini dikeluarkan dan hasil-hasil dari pengumpulan ini baru disajikan setelah operasi-operasi produksi selesai atau setelah jasa-jasa diberikan. Baik unit produksi yang dihasilkan ataupun barang dalam proses, dibebankan dengan jumlah dan harga pemakaian bahan baku dan tenaga kerja yang dikeluarkan sebenarnya. Biaya produksi tak langsung (overhead) dialokasikan menurut tarif biaya yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan dalam standard cost system, semua biaya ditetapkan lebih dahulu (di muka) sebelum produksi dimulai. Dengan demikian semua produk akhir atau produk dalam proses dibebankan berdasarkan jumlah dan harga standardnya. Untuk akumulasi biaya-biaya yang sebenarnya digunakan perkiraan khusus yang kemudian akan dibandingkan dengan biaya-biaya standard untuk mengetahui selisih yang merupakan penyimpangan yang harus diperhatikan oleh management.
Mengenai prosedur akumulasi biaya untuk menghitung biaya harga pokok dapat dibagi menjadi dua metode yaitu: 1. Perhitungan Biaya Pesanan (Job Order Costing Method) 2. Perhitungan Biaya Proses (Process Costing Method) Metode-metode perhitungan harga pokok ini dibedakan menurut sifat produksinya. Jika proses produksinya didasarkan pada pesanan atau ditujukan kepada syarat-syarat khusus yang diminta oleh tiap pembeli disebut produksi orderan, sedangkan proses produksi yang tidak didasarkan pada pesanan dan ditujukan untuk pasaran umum tanpa disesuaikan dengan keinginan khusus tiap pembeli maka produksi semacam ini disebut produksi masa. Baik dalam metode perhitungan biaya pesanan maupun perhitungan biaya proses dapat digunakan biaya actual dan biaya standard untuk menghitung harga pokok barang atau jasa yang dihasilkan. II.7 Perhitungan Biaya Proses (Process Costing Method) Seperti halnya dengan Job Order Costing Method, banyak ahli akuntansi yang memberikan definisi dan pengertian tentang perhitungan biaya proses, antara lain: Menurut William K. Carter (2002:p6-2) In a process cost system, materials, labor and factory overhead are charged to cost centers. The cost assigned to each unit is determined by dividing the total cost charged to the cost center by the number of unit produced. Cost center are usually departments but may be processing centers within departments. The Primary requirement is that all the products manufactured within the cost center during the period must be the same in therms of resources consumed.
Menurut Milton F. Usry & Lawrance H. Hammer yang di terjemahkan oleh A., Sirait & H., Wibowo (2002:91) “Suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan kepusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang hasil ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan kepusat biaya atau departemen tersebut, dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan”. Menurut William K. Carter yang di terjemahkan oleh Krista (2009:174) Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan cara membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Jadi, dari beberapa ahli yang sudah menjelaskan mengenai pengertian process costing method, dapat disimpulkan bahwa: 1. pengertian perhitungan biaya proses adalah suatu metode perhitungan berdasarkan proses bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pusat biaya atau setiap departemen dalam memproduksi suatu barang. 2. Process costing digunakan pada industri yang produk-produknya dihasilkan di bawah kondisi-kondisi proses produksi massal, sehingga produksi tidak berdasarkan pesanan. Produk yang dihasilkan secara fisik tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya karena merupakan produk sejenis dan diproses dengan cara yang sama pula.
3. Dalam process costing method ini, produksi dibagi dalam beberapa macam proses dan masing-masing proses merupakan departemen atau pusat biaya (Cost Center), dimana semua biaya yang terdiri dari biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya dikumpulkan pada setiap proses atau departemen dan diikhtisarkan secara periodik dalam suatu laporan yang disebut laporan biaya produksi (Cost of Production Report). 4. Produk dibuat tidak berdasarkan pesanan, tetapi dibuat untuk persediaan, maka tidak mungkin laporan biaya produksi dibuat menunggu setelah produksi selesai, sedangkan manajemen memerlukan laporan yang cepat untuk menentukan apakah produk tersebut masih menguntungkan atau tidak, sehingga laporan biaya produksi harus dibuat secara periodik, biasanya setiap bulan. 5. Karena produksi bersifat terus menerus, maka terdapat persediaan barang dalam proses (Work in Process) pada awal dan akhir suatu periode. Apabila terdapat unit yang hilang atau rusak dalam proses, maka unit tersebut harus diperhitungkan dan dibebankan pada unit selesai (menambah biaya rata-rata per unit). Pada umumnya sifat dari kegiatan industri pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan process costing method adalah dilakukan dalam departemen, di mana setiap departemen melaksanakan tugas atau proses tertentu kearah penyelesaian. Misalnya, pemrosesan dimulai di departemen pemotongan di mana bahan baku dikombinasikan dan biaya tenaga kerja langsung serta overhead ditambahkan. Ketika pekerjaan selesai dilakukan di departemen pemotongan pekerjaan berpindah ke departemen perakitan, di mana tambahan biaya tenaga kerja langsung dan overhead
terjadi. Setiap departemen setelah departemen pertama mungkin menambahkan bahan baku atau, seperti di departemen perakitan dalam contoh ini, hanya menambahkan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik. Setelah produk diproses oleh departemen perakitan, produk-produk tersebut ditransfer ke departemen pengepakan di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik digunakan. Setelah penyelesaian di departemen pengepakan, unit sudah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi untuk disimpan sampai dibeli oleh pelanggan. Dalam hal ini, bukan hanya unit-unit produk saja, tetapi juga biaya-biaya yang terkumpul dari bagian produksi atau departemen yang satu ke departemen yang lainnya. Menurut Mulyadi (2005:216) cara perlakuan terhadap produk rusak yang masih laku dijual yaitu antara lain: 1. Nilai jual atau hasil penjualan produk rusak departemen dimana produk rusak tersebut terjadi. Nilai jual produk rusak dikurangkan dari tiap-tiap elemen biaya produksi atas dasar perbandingan masing-masing elemen biaya tersebut. Karena produk rusak terjadi pada akhir proses, maka produk rusak ikut menyerap biaya produksi yang bersangkutan. Oleh karena itu produk rusak diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalen produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama, maka nilai jual produk rusak dikurangkan dari harga pokok produk yang berasal dari departemen sebelumnya. 2. Kerugian yang timbul sebagai akibat adanya produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
3. Nilai jual atau hasil penjualan produk rusak diperlakukan sebagai pendapatan di luar usaha (Other Income) II.7.1 Aliran Produk Suatu produk dapat berpindah di pabrik dengan berbagai cara. Tiga bentuk aliran produksi yang berhubungan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah berurutan (sequential), paralel, dan selektif. II.7.1.1 Aliran Produk Secara Berurutan (Sequential Product Flow) Dalam aliran produk berurutan, setiap produk dip roses dalam urutan langkahlangkah yang sama. Dalam suatu perusahaan dengan tiga departemen, pemotongan, perakitan, dan pengepakan.
Gambar II.1 Aliran Produk Secara Berurutan Produk dalam proses Dept Pemotongan Bahan Baku T. Kerja BOP →
Produk dalam proses Dept Perakitan T. Kerja BOP →
Produk dalam proses Dept Pengepakan Bahan T. Kerja BOP
Produk jadi →
Pemrosesan dimulai di departemen pemotongan di mana bahan baku dikombinasikan dan biaya tenaga kerja langsung serta overhead ditambahkan. Ketika pekerjaan selesai dilakukan di departemen pemotongan, pekerjaan berpindah ke departemen perakitan, di mana tambahan biaya tenaga kerja langsung dan overhead terjadi. Setiap departemen setelah departemen pertama mungkin menambahkan bahan
baku atau, seperti di departemen perakitan dalam contoh ini, hanya menambahkan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik. Setelah produk diproses oleh departemen perakitan, produk-produk tersebut ditransfer ke departemen pengepakan di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik digunakan. Setelah penyelesaian di departemen pengepakan, unit sudah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi untuk disimpan sampai dibeli oleh pelanggan. II.7.1.2 Aliran Produk Secara Paralel (Parallel Product Flow) Dalam aliran produk parallel, bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan dan kemudian disatukan pada proses-proses final untuk diselesaikan dan ditrasnfer ke barang jadi.
Gambar II.2 Aliran Produk Secara Paralel Produk dalam proses Dept pemotongan Bahan T.Kerja → BOP
Produk dalam proses Dept pengamplasan T.Kerja BOP →
Produk dalam proses Dept peleburan Bahan T.Kerja → BOP
Produk dalam proses Dept pencetakan T.Kerja BOP →
→
Produk dalam proses Dept perakitan Bahan T.Kerja → BOP
Produk dalam proses Dept pengecatan Bahan T.Kerja → BOP ↓ Barang Jadi
↑ ←
Pemrosesan bagian-bagian dari kayu dimulai di departemen pemotongan. Secara simultan, pemrosesan bagian-bagian dari logam dimulai di departemen peleburan. Di kedua departemen tersebut, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di departemen pemotongan ditransfer ke departemen pengamplasan, di mana tambahan tenaga kerjadan overhead pabrik digunakan.
Pekerjaan yang telah selesai di departemen peleburan ditransfer ke departemen pencetakan, di mana tambahan tenaga kerja dan overhead pabrik juga digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di departemen pengamplasan maupun pekerjaan yang telah selesai di departemen pencetakan, keduanya ditransfer ke departemen perakitan, di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik digunakan. Dari sana pekerjaan kemudian berpindah ke departemen pengecatan, di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik digunakan. Akhirnya produk berpindah ke gudang barang jadi. II.7.1.3 Aliran Produk Selektif (Selective Product Flow) Dalam aliran produk selektif, produk berpindah ke departemen-departemen yang berbeda dalam suatu pabrik, tergantung pada produk final apa yang akan dihasilkan. Gambar II.3 Aliran Produk Selektif Barang dalam Proses Dept Penjagalan Bahan baku T. Kerja Overhead
Barang dalam Proses Dept Pengepakan → Bahan baku → T. Kerja → Overhead
↓
Barang Jadi →
←
↓
Barang dalam Proses Dept Pengasapan → T.Kerja Overhead
Barang dalam Proses Dept Penggilingan → T. Kerja Overhead
→
→
Mengilustrasikan aliran selektif di pabrik pengolahan daging. Setelah proses penjagalan atau pemotongan awal selesai, beberapa produk langsung ditransfer ke departemen pengepakan dan kemudian barang jadi. Sebagian produk ditransfer ke
departemen pengasapan, kemudian ke departemen pengapakan dan akhirnya barang jadi. Sebagian lainnya dipindahkan ke departemen penggilingan, kemudian ke departemen pengepakan dan akhirnya barang jadi. II.7.2 Ekuivalen Unit Dalam Penentuan Biaya Proses Penentuan biaya proses, umumnya tidak semua produk yang dimasukan dalam proses selesai akhir periode bersangkutan, seringkali adanya persediaan awal dan akhir dari produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian beragam. Untuk pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi atau ekuivalent unit. Jadi, unit ekuivalent produksi menunjukan unit produk jadi dan unit produksi dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi. II.7.3 Laporan Biaya Produksi (Cost of Production Report) Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Nuri Hinduan (2006:225) mendefinisikan: Laporan produksi (Production Report) adalah laporan yang meringkas seluruh aktivitas di dalam akun barang dalam proses selama periode tertentu yang terdiri atas tiga bagian: skedul kuantitas dan perhitungan unit ekuivalen, perhitungan total biaya dan biaya perunit, dan rekonsiliasi biaya. Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing
departemen. Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang beragam, dengan informasi menunjukan: 1. Skedul Kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya, produk dalam proses akhir. 2. Biaya Dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang dibebankan dari department sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit equivalen dan biaya per-unit masing-masing elemen biaya. 3. Pertanggungjawaban Biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang. Jadi, suatu laporan produksi menetapkan secara berkala total biaya
dan biaya
produksi per unit. Jumlah biaya-biaya diperinci menurut unsur-unsur harga pokok untuk tiap bagian yang bertanggung jawab terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan. II.7.4 Aliran Biaya II.7.4.1 Aliran Biaya Rata-Rata Tertimbang Dengan merata-ratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya perunit. Unit persediaan awal menerima biaya per-unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga semua unit yang di transfer akan memiliki biaya per-unit yang sama.
1. Setiap elemen biaya produksi yang terdapat pada persediaan awal digabung dengan setiap elemen biaya yang dikeluarkan pada periode bersangkutan. 2. Ekuivalen produksi tidak memisahkan unit produk pada persediaan awal dengan unit produk yang masuk proses pada periode bersangkutan. Rumus: Produk Selesai+(Produk dalam proses akhir x tingkat penyelesaian)
3. Tidak ada pembedaan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang. Contoh format laporan biaya produksi aliran biaya rata-rata tertimbang akan ditampilkan pada lampiran 2. II.7.4.2 Aliran Biaya FIFO Dengan memisahkan biaya per-unit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per-unit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode berjalan 1. Setiap elemen biaya produksi yang terdapat pada persediaan awal tidak digabung dengan setiap elemen biaya yang dikeluarkan pada periode bersangkutan. 2. Tahapan proses produksi menyelesaikan terlebih dahulu produk dalam proses awal, kemudian baru menyelesaikan produk masuk proses periode bersangkutan. 3. Ekuivalen produksi memisahkan unit produk pada persediaan awal dengan unit produk yang masuk proses pada periode bersangkutan.
Rumus Produk selesai+(Produk dalam proses akhir x tingkat penyelesaian) – (PDP awal x tingkat penyelesaian)
4. Adanya pembedaan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang yaitu produk selesai dari produk dalam proses awal dan produk selesai dari produk yang masuk proses periode bersangkutan. Contoh format laporan biaya produksi aliran Fifo akan ditampilkan pada lampiran 3.