BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Persediaan 2.1.1 Definisi atau Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.5), persediaan dapat diartikan sebagai berikut : Persediaan adalah aset : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Sedangkan menurut Efraim Ferdinan Giri : “Persediaan adalah aset yang dimiliki suatu entitas untuk dijual kembali atau dikonsumsi selama periode tertentu.” Berdasarkan definisi diatas, dapat diartikan bahwa persediaan adalah unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang dilakukan secara terus menerus diproduksi.
Kategori persediaan dipengaruhi oleh jenis usaha perusahaan (jasa, manufaktur, dagang, dan lainnya). Berikut ini contoh jenis persediaan dalam jenis perusahaan tertentu :
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
1. Jenis persediaan perusahaan dagang - Persediaan barang dagangan - Persediaan supplies
2. Persediaan perusahaan manufaktur - Bahan mentah - Barang dalam proses - Produk jadi - Supplies pabrik
3. Jenis persediaan dalam perusahaan jasa - Persediaan supplies dan persediaan lain-lain
2.1.2 Pengukuran Persediaan Salah satu masalah utama terkait dengan persediaan adalah mengukur nilai persediaan tesebut. PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Disini akan penulis jelaskan mengenai biaya yang termasuk dalam biaya persediaan. a. Biaya Persediaan Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
1. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagihkan kembali kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
2. Biaya Konversi Biaya
konversi
merupakan
biaya
yang
timbul
untuk
memproduksi bahan baku menjadi barang jadi atau barang dalam produksi. Biaya ini meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, termasuk juga alokasi sistematis biaya overhead produksi yang bersifat tetap ataupun variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.
3. Biaya Lainnya Biaya lain yang dapat dibebankan sebagai biaya persediaan adalah biaya yang timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Yang termasuk biaya lainnya misalnya biaya desain dan biaya praproduksi yang ditujukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
untuk konsumen yang spesifik. Sedangkan biaya-biaya seperti penelitian
dan
pengembangan,
biaya
administrasi
dan
penjualan, biaya pemborosan, biaya penyimoanan tidak dapat dibebankan sebagai biaya persediaaan.
2.2 Sistem Pencatatan Persediaan Perusahaan menyelenggarakan dua sistem persediaan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan persediaan, yaitu sistem fisik (periodik) dan sistem perpetual.
Sistem Perpetual Sistem perpetual memiliki ciri sebagai berikut : 1. Penambahan (pembelian, retur penjualan) dan pengurangan (penjualan, retur pembelian) di “debit” atau di “kredit” langsung ke rekening persediaan. 2. Sistem ini menggunakan catatan pendukung berupa kartu persediaan. Kartu persediaan bukan buku besar dan bukan juga jurnal. Kartu persediaan menyediakan informasi tentang aliran persediaan masuk dan keluar serta persediaan yang masih ada pada waktu tertentu. Pencatatannya sangat tergantung pada sistem persediaan yang digunakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
3. Informasi persediaan barang akhir ditunjukkan dalam kartu persediaan. 4. Perhitungan persediaan bukan merupakan prosedur yang wajib. 5. Penghitungan persediaan bertujuan menguji keakuratan catatan persediaan perusahaan.
Sistem Fisik/Periodik Sistem fisik/periodik memiliki ciri sebagai berikut : 1. Pembelian barang dicatat dalam rekening “pembelian” 2. Penghitungan persediaan merupakan prosedur wajib untuk menentukan jumlah dan nilai persediaan akhir. 3. Tidak membutuhkan kartu persediaan 4. Biaya persediaan barang (akhir) dan biaya barang yang terjual ditentukan secara periodik pada akhir periode.
2.3 Sistem Penilaian Persediaan Penilaian persediaan adalah proses menentukan nilai persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Seringkali perusahaan memiliki persediaan barang dengan biaya yang berbeda-beda. Perusahaan umumnya membeli barang atau produk dengan harga yang berbeda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Jika hal ini terjadi biaya per unit yang manakah yang akan dilekatkan dengan jumlah persediaan barang? PSAK 14 (Revisi 2008) tidak lagi memperbolehkan perusahaan menggunakan metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (last in first out – LIFO). Secara konseptual indentifikasi khusus akan memberikan informasi yang akurat. Akan tetapi, prosedur ini sangat mahal dan sulit untuk dilaksanakan. Perusahaan harus memilih asumsi aliran biaya yang digunakan untuk menentukan nilai persediaan. Ada tiga asumsi aliran biaya yang dapat digunakan, yaitu : 1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out FIFO) Dengan menggunakan metode FIFO, karena yang dijual pertama adalah barang yang sudah ada lebih dulu atau yang dibeli pertama kali, maka yang menjadi persediaan akhir adalah barang yang dibeli belakangan. Kelebihan dari Metode FIFO : -
Menguntungkan rentabilitas perusahaan
-
Menguntungkan likuiditas dan solvabiltas perusahaan
-
Persediaan akhir sesuai dengan harga factual
-
Arus pembebanan harga pokok sesuai dengan arus fisik barang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Kelemahan dari Metode FIFO -
Tidak meguntungkan arus kas
-
Harga pokok penjualan tidak pararel dengan hasil penjualan
2. Metode Identifikasi Khusus Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu ang diatribusikan ke unti persedian tertentu. Berdasarkan metode ini maka suatu entitas harus mengidentifikasikan barang yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik. Metode ini pada dasarnya metode yang paling ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan pendapatan (matching cost against revenue), tetapi karena diutuhkan pengidentifikasian barang persediaan secara satu persatu, maka biasanya metode ini hanya diterapkan pada suatu entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya tinggi, dan dapat dibedakan satu sama lain. Dengan menggunakan metode identifikasi khusus maka perhitungan dengan menggunakan sistem perpetual akan sama dengan perhitungan dengan menggunakan sistem periodik. Hal ini karena dengan sistem identifikasi khusus nilai persediaan dikaitkan secara spesifik terhadap unit barang tertentu. Metode ini jarang sekali digunakan karena disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
-
Memerlukan banyak pekerjaan tambahan
-
Memerlukan tempat penyimpanan yang lebih luas
-
Memerlukan biaya yang lebih tinggi
3. Metode Rata-rata Tertimbang Metode harga pokok rata-rata dalam sistem pencatatan periodik dinamakan seagai metode rata-rata tertimbang (weight average cost method). Besarnya harga pokok rata-rata tertimbang per unit ini ditentukan dengan cara membagi keseluruhan harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual sepanjang periode dengan banyaknya unit barang terkait yang tersedia untuk dijual. Besarnya harga pokok rata-rata tertimbang per unit ini nantinya akan dipergunakan baik untuk menghitung nilai persediaan akhir maupun besarnya harga pokok persediaan.
2.4 Metode Penentuan Kuantitas Persediaan Berapa banyak jumlah barang yang tersedia untuk dijual atau dipakai yang dimiliki perusahaan pada suatu waktu tertentu adalah sangat penting untuk diketahui dalam mengelola suatu perusahaan, dan tentunya juga harus diketahui ketika penyusunan laporan keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Dalam menentukan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan, selain keberadaan fisik barang, juga sangat penting untuk dipahami apakah barang yang tersedia secara fisik memang milik perusahaan, dan sebaliknya juga harus diperhatikan barang dalam perjalanan atau barang konsinyasi yang telah atau masih merupakan milik perusahaan. Sehubungan dengan itu, perlu dipahami dengan dengan baik peraturan hukum dagang yang berlaku dan perjanjian jual beli yang telah dibuat dengan rekanan. Dalam dunia usaha pada lazimnya dikenal beberapa syarat serah terima kepemilikan (ownership) barang yang diperdagangkan sebagai berikut : 1. FOB (Free On Board) shipping point : barang menjadi milik pembeli ketika dinaikkan ke kapal di pelabuhan pengiriman. 2. FOB (Free On Board) destination : barang menjadi milik pembeli ketika diturunkan dari kapal di pelabuhan tujuan.
2.5 Perlakuan Akuntansi terhadap Penurunan Nilai Persediaan Perlakuan akuntansi terhadap penurunan nilai persediaan yang timbul dari penilaian persediaan adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
a. Dilakukan pencatatan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan metode pencatatan transaksi persediaan yang telah digunakan oleh perusahaan, yaitu apakah perusahaan menggunakan metode fisik atau metode perpetual. b. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai persediaan dapat dicatat secara terpisah dari harga pokok penjualan. Bila penurunan nilai persediaan dicatat secara terpisah maka perlu dibuatkan perkiraan tersendiri yaitu perkiraan Kerugian penurunan nilai persediaan dan mungkin juga perlu dibuatkan perkiraan cadangan penurunan nilai persediaan. Sedangkan bila dicatat secara tidak terpisah dari harga pokok penjualan tidak perlu dibuatkan perkiraan baru untuk mencatat penurunan nilai persediaan
tersebut,
karena
kerugian
penurunan
nilai
persediaan tersebut tercatat secara include pada pencatatan harga pokok penjualan.
2.6 Metode Penilaian Persediaan Metode penentuan harga perolehan persediaan dimaksudkan hanya untuk menentukan nilai persediaan akhir menurut harga perolehannya yang mana nilai persediaan akhir yang didapat belum tentu menjadi nilai yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Terdapat dua metode yang secara umum digunakan dalam penilaian persediaan, yaitu : 1) metode harga perolehan, dan 2) metode harga terendah antara harga perolehan dengan harga pasar.
1. Metode Harga Perolehan Bila digunakan metode ini dalam penilaian persediaan akhir, maka nilai persediaan akhir yang dilaporkan dalam laporan keuangan adalah sebesar harga perolehannya – yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode penentuan harga perolehan persediaan karena metode penilaian ini sesuai dengan metode pencatatan persediaan, maka penggunaan metode penilaian ini tidak memerlukan adanya penyesuaian.
2. Metode Harga Terendah antara Harga Perolehan dengan Harga Pasar Metode penilaian ini ada yang menyebut dengan nama metode comwil singkatan dari cost or market whichever is lower atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah metode LCOM sebagai singkatan dari lower cost or market. Penggunaan metode penilaian ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan prinsip akuntansi yang diperkenankan, tentunya dengan alasan pembenaran yang dapat diterima, bahwa barang-barang tersebut segera dapat dijual dan diganti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dengan barang dagangan yang baru. Oleh sebab itu, dianggap wajar bila persediaan akhir dinilai berdasarkan harga pasar yang berlaku atau berdasarkan harga pokok penggantinya. Harga pokok pengganti (replacement cost) merupakan biaya yang digunakan untuk memproduksi atau mengadakan kembali persediaan yang bersangkutan pada saat dilakukan penilaian. Batas atas harga pasar (ceiling price) ditentukan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value/NRV) yaitu harga pasar yang ditaksir dapat direalisasikan dalam
kondisi
usaha
normal
dikurangi
biaya-biaya
penyelesaian – penjualan – yang dapat diprediksi secara normal. Sedangkan batas bawah harga pasar (floor price) ditentukan sebesar nilai yang digunakan sebagai batas atas dikurangi dengan tambahan laba normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/