BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi Visual Komunikasi visual, menurut Adi Kusrianto adalah : “komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur bahasa visual yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dipakai untuk penyampaian arti, makna, atau pesan.”3 Sekalipun ungkapan visual ditujukan untuk indra penglihatan, tetapi melalui konsep multimedia, kita semua dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas dengan berbagai kemungkinan. Sebagai contoh, cetakan dengan emboss (melibatkan sensasi raba), kartu ucapan atau undangan dengan kertas yang memiliki aroma wewangian tertentu (melibatkan indra penciuman), atau juga berupa CD (compact disc), dapat ditambahkan indra pendengaran (ada musiknya). Jadi, tidak hanya memanfaatkan indra visual, indra lainpun bisa ikut dilibatkan untuk memberikan kesan kepada audiens.4 Dari definisi diatas komunikasi visual merupakan pesan yang dapat dilihat oleh indra penglihatan. Namun dengan berkembangnya teknologi komunikasi visual tidak hanya melibatkan indra penglihatan saja, namun indra yang lainnya juga bisa ikut dalam memberikan kesan kepada audiens.
3 4
Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, CV.ANDI, Yogyakarta, 2007, Hlm. 10. Ibid, Hal.11.
10
2.2 Buku 2.2.1 Pengertian Buku Buku merupakan kumpulan kertas atau bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Buku juga sebagai media informasi untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat sehingga dapat dimengerti.5 UNESCO mendefinisikan buku sebagai terbitan nonberkala yang berupa cetakan minimal 49 halaman tidak termasuk sampul serta dipublikasikan dan dapat dijadikan salah satu sumber dalam proses belajar dan membelajarkan. Diperkirakan lahir pada 2400-an sebelum Masehi di Mesir setelah bangsa tersebut menciptakan kertas papirus. Waktu itu kertas papirus tidak dijilid, melainkan digulung, inilah yang diperkirakan sebagai bentuk buku pertama. Sumber lain menjelaskan bahwa buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja. Pada saat ini Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina dimana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah. Pada tahun 200-an sebelum Masehi, bangsa Cina berhasil menciptakan kertas. Inilah cikal-bakal kelahiran buku yang kita kenal sekarang ini, terbuat dari kertas. Pada awal abad 11 Masehi, teknologi penciptaan kertas ini dibawa pedagang Muslim ke Eropa. Di Eropa industri kertas mulai maju ketika diciptakannya mesin 5
Wiji Suwarno, Perpustakaan dan buku, Yogjakarta, Ar-ruzz media,2011. Hal 59
11
cetak oleh Gutenberg. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.6 2.2.2 Jenis-jenis Buku
Beberapa jenis buku yang ada saat ini dan masih menjadi kebutuhan masyarakat, diantaranya adalah :
1. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”. 7
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerita pendek (cerpen), dan tidak dibatasi keterbatasan struktural atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi.
6 7
Jasmadi,Kiat menjadi penulis buku profesional,Deli Publishing,Semarang. Hal 3 Wiji Suwarno, Perpustakaan dan buku, Yogjakarta, Ar-ruzz media,2011. Hal 71
12
2. Cerita bergambar (Cergam)
Arswendo Atmowiloto (1986) mengungkapkan bahwa cergam sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain.
Membuat buku cerita bergambar memerlukan pengetahuan khusus dan luas, dari memilih naskah, memilih ilustrator yang gayanya cocok untuk naskah tersebut, lay-out buku dan Desainnya, ukuran buku, menyunting naskah, memperhatikan kualitas separasi warna, memperhatikan mutu penjilidan dan format tampilan atau perwajahan buku.8
Menerbitkan buku cerita bergambar memerlukan kerjasama tim, dari pengarang, editor, Ilustrator, desainer buku, perusahaan separasi warna dan percetakan. Dari semua ini, editorlah yang menjadi pusat kendali. Bila editornya handal, dia akan mampu menghasilkan sebuah buku cerita bergambar bermutu karya seni tinggi.
3. Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. 9
8 9
Ibid, hal 71 Ibid, hal 72
13
Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana dia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik.”
Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan eknis dan struktur komik sebagai sequential art, “ susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide”.
Dalam
buku
Understanding
Comics
(1993)
Scott
McCloud
mendefinisikan seni sequential dan komik sebagai “ juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer ”. terjemahan, disandingkan bergambar dan lainnya foto secara berurutan yang disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi dan / atau menghasilkan respon estetik pada penampil.
4. Ensiklopedi
Ensiklopedia atau ensiklopedi, adalah sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.10 Kata “ensiklopedia” diambil dari bahasa Yunani; enkyklios paideia yang berarti sebuah lingkaran atau pengajaran yang lengkap. Maksudnya ensiklopedia itu sebuah pendidikan paripurna yang mencakup semua lingkaran ilmu pengetahuan. Seringkali ensiklopedia dicampurbaurkan dengan kamus dan ensiklopedia-ensiklopedia awal memang berkembang dari kamus.
10
Ibid, hal 62
14
Perbedaan utama antara kamus dan ensiklopedia ialah bahwa sebuah kamus hanya memberikan definisi setiap entri dilihat dari sudut pandang linguistik atau hanya memberikan kata-kata sinonim saja, sedangkan sebuah ensiklopedia memberikan penjelasan secara lebih mendalam dari yang kita cari. Sebuah ensiklopedia mencoba menjelaskan setiap artikel sebagai sebuah fenomena. Kamus adalah daftar kata-kata yang dijelaskan dengan kata-kata lainnya sedangkan sebuah ensiklopedia adalah sebuah daftar hal-hal yang kadang kala dilengkapi dengan gambar untuk lebih menjelaskan.
5. Novel Komik
Dalam sebuah pembahasannya hampir sama dengan komik, namun dari segi ceritanya yang panjang dan ditambah unsur ilustrasi yang menarik untuk pembacanya.11
6. Antologi (kumpulan) Secara harfiah antologi diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti “ karangan bunga ” atau “ kumpulan bunga ”, adalah sebuah kumpulan dari karyakarya sastra.12
Definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa.
11 12
Ibid, hal 70 Ibid, hal 71
15
7. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. 13
Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian di ceritakan secara turun-temurun dari generasi kegenerasi. Dalam satu buku, bisa terdiri atas satu atau lebih dongeng. Sekarang, banyak buku-buku dongeng yang merupakan saduran dan disesuaikan dengan kehidupan masa kini.
8. Biografi
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian. Biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi. 14
9. Catatan harian ( jurnal / diary )
Catatan harian adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian atau catatan harian itu sendiri, misalnya catatan harian Anne Frank. Buku yang dibuat berdasarkan catatan harian misalnya, “Bersaksi di Tengah Badai” karya Wiranto.
13 14
Ibid, hal 72 Ibid, hal 73
16
Buku catatan harian bisa kita tulis sendiri sebagai bentuk dari aktivitas dalam kehidupan kita, menulis momentum-momentum indah dalam kehidupan, sehingga pada waktunya akan terus dikenang. 15
10. Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu
"Fos":
Cahaya
dan
"Grafo":
Melukis/menulis)
adalah
proses
melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan Kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO. 16
15 16
Ibid, hal 74 R.Amin Nugroho, Kamus Fotografi, Yogyakarta; CV.Andi Offset, 2007, hal.2
17
11. Karya ilmiah
Laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. 17 Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
12. Kamus
Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Kamus dapat pula diartikan sebagai buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya. 18
Wikipedia menguraikan kamus sebagai sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Kamus berfungsi membantu seseorang mengenal kosakata baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi) kata dan juga contoh penggunaannya. Untuk memperjelas, kamus juga dapat disertai ilustrasi.
17 18
Wiji Suwarno, Perpustakaan dan buku, Yogjakarta, Ar-ruzz media,2011. Hal 73 Ibid, hal 63
18
13. Panduan
Buku panduan adalah buku yang menyajikan informasi dan memandu serta memberikan tuntunan kepada pembaca untuk melakukan apa yang disampaikan didalam buku tersebut. Disebut juga buku petunjuk, Jenis buku ini juga termasuk buku rujukan yang berisi informasi cara melakukan sesuatu kegiatan. 19 Contohnya buku tentang merawat kendaraan, buku tentang menjaga kestabilan komputer.
Sebuah buku panduan akan berhasil jika isi dalam buku panduan tersebut dapat dipahami dan terapkan oleh pembacanya. Buku panduan juga sebagai petujuk untuk menyampaikan informasi sesuai langkah-langkah yang sudah disesuaikan, sehingga dalam penyampainnya bisa dimengerti oleh pembacanya.
Melalui perkembangannya, buku panduan ini sudah banyak mengalami peningkatan ide-ide grafis yang disesuaikan dalam kebutuhannya, dengan memasukan ilustrasi-ilustrasi, simbol, dan efek warna yang membuat pembaca semakin memudahkan untuk memahami informasi.
2.2.3 Perumusan dalam pembuatan buku Gagasan penulisan yang telah tercipta harus segera dirumuskan untuk memberi arah yang jelas, diantaranya adalah : 1. Menyiapkan Tema
19
Ibid, hal
64
19
Tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Pengertian tema secara khusus dalam sebuah tulisan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut proses penyusunan sebuah karangan. Dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat ini dapat diketahui misalnya bila seseorang telah selesai membaca sebuah karya tulis maka akan ada kesan dalam benaknya atau pikirannya. Dari segi penulisan, Tema adalah perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik itu. Tema dalam hal ini diartikan sebagai uraian dari topik yang bersifat spesifik. Tema yang baik apabila diuraikan dengan runtut berdasarkan pola-pola penulisan, apakah deskriptif, naratif, eksposisif, argumentatif atau persuasif. Sedangkan tema yang dianggap kurang baik apabila ditulis dengan pemikiran yang kabur atau meloncat-loncat, sehingga sulit dicerna oleh pembaca. 2. Menentukan topik Secara etimologis kata topik berasal dari bahasa Yunani, topoi, yang berarti tempat. Topik juga diartikan sebagai pokok pembicaraan. Topik merupakan pokok pembahasan yang dapat diartikan sebagai pembidangan suatu kajian. Pemilihan topik tulisan harus menarik perhatian penulis sendiri dan secara substansial harus dikuasai penulis.
20
Dengan menguasai materi dan permasalahannya terhadap sesuatu topik yang akan ditulisnya dapat mempermudah sekaligus mempercepat penulisan. Dalam retorika modern setiap penulis yang akan menyampaikan sesuatu, mulamula harus mencari topik yang dapat dijadikan landasan untuk menyampaikan maksud topik yang nanti kita angkat. Kecuali untuk tulisan ilmiah populer, judul tulisan boleh dirumuskan secara bebas dalam bentuk frase yang lebih menarik. 3. Merumuskan judul Judul merupakan perekat antara topik dan tema yang akan ditulis. Judul dalam sebuah tulisan merupakan daya tarik yang dapat memikat pembaca. Karenanya penulisan judul harus dirumuskan secara menarik, padat, tidak multitafsir dan mesti mewakili topik dan tema suatu tulisan. Perumusan judul dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu. Pertama, secara teoritis sebelum membuat judul, penulis harus merumuskan masalah terlebih dahulu dengan mengindentifikasi permasalahan yang akan ditulis sesuai dengan topik dan tema tulisan. Kedua, membuat judul terlebih dahulu sesuai dengan topik penulisan kemudian menguraikannya kedalam tema tulisan. 4. Menyiapkan ragangan / outline Pengertian ragangan/outline adalah rencana teratur untuk menunjukan hubungan diantara gagasan-gagasan yang ada. Ragangan disebut juga kerangka karangan yang berarti suatu rancang kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Terdapat beberapa langkah untuk menyusun ragangan yang baik, menurut Gorys :
21
A. Rumuskan tema berdasarkan topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud. B. Lakukan inventarisasi topik-topik dibawahnya yang dianggap merupakan perincian dari pengungkapan maksud diatas. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikiran dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tertentu. C. Adakan evaluasi terhadap semua topik yang telah tecatat, evaluasi terhadap
ragangan
dapat
dilakukan
dengan
cara
relevansinya,
kederajatannya, kesamaannya atau topik utama dan topik di bawahnya. D. Menentukan pola atau susunan topik yang lebih cocok untuk mengurutkan yang lebih sempurna, serta mengurutkan topik utama dan topik bawahannya yang lebih rinci sesuai tingkatannya. 5. Menyiapkan sumber penulisan Dapat dikumpulkan melalui sejumlah bahan pustaka/referensi/rujukan untuk menghimpun informasi, data dan fakta pendukung. Penulisan buku ilmiah tidak bisa terlepas dari bahan pustaka yang telah dituliskan sebelummnya, bahan pustaka merupakan perbandingan dengan apa yang akan ditulis. Bahan pustaka yang telah terkumpul sebagai sumber rujukan, selanjutnya diseleksi, mana yang relavan dengan tema ini dan tema lainnya. Kemudian bahan pustaka itu diintegrasikan kedalam kelompok subtopik atau subjudul yang akan ditulis. Dengan cara ini dapat memudahkan penulis ketika akan mulai menulis buku yang memerlukan sumber rujukan. 22
Sumber-sumber rujukan yang sudah dikumpulkan, kemudian diseleksi sesuai dengan tema, topik dan judul tulisan, berikutnya tinggal menulis dalam bentuk teks tulisan. Penulis harus jujur terhadap kode etik penulisan ilmiah, mana pendapat sendiri dan mana pendapat orang lain. 20 2.3 Desain Komunikasi Visual Peran
desain
komunikasi
visual
adalah
sebagai
konsep
yang
diperhitungkan agar pesan visual dapat menarik perhatian khalayak. Desain komunikasi visual merupakan salahsatu manifestasi kebudayaan. Kebudayaan yang benar-benar dihayati. Adapun pengertian desain komunikasi visual adalah sebagai berikut : Menurut Sumbo Tinarbuko, desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semua itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual, audio, dan atau audio visual kepada target sasaran. 21 Yongky Safanayong menambahkan bahwa “desain komunikasi visual adalah aktifitas mulia insan
budaya yang diwujudkan dan disampaikan bagi
kepentingan sesama dan alam lingkungan, sebagai rasa syukur terhadap sang pencipta”. 22 Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa desain komunikasi visual merupakan sebuah konsep komunikasi yang sangat penting agar pesan yang
20 21 22
A.Rahmat Rosyadi, Menjadi penulis profesional itu mudah,Ghalia Indonesia,hal 29 Ibid, Hal.23. Yongky Safanayong, Desain Komuniksai Visual Terpadu, ARTE INTERMEDIA, Jakarta, 2006, hlm.98.
23
disampaikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan diaplikasikan melalui media yang dibuat. Berikut istilah-istilah yang berhubungan dengan visual : A. Visual Language, yakni ilmu yang mempelajari bahasa visual. Visualisasi, yakni kegiatan menerjemahkan atau mewujudkan informasi dalam bentuk visual. B. Visualiser, yaitu orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau mewujudkan suatu ide ke dalam bentuk visual dalam suatu proyek desain. C. Visual Effect membuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu keadaan atau kejadian yang sulit dilakukan manusia. D. Visual information adalah informasi melalui penglihatan, misalnya lambaian tangan, senyuman, baju baru, mobil baru, dll. E. Visual Litteracy, yaitu kumpulan atau daftar karya visual. 23 Desain visual adalah desain yang diterapkan pada media apapun yang mendukung komunikasi visual. Media-media yang umum saat ini diantaranya: A. Desain Visual dalam media cetak : 1. Tipografi 2. Buku 3. Editorial 4. Kemasan
23
Adi Kusrianto, “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, ANDI Yogyakarta, hal 10.
24
B. Desain Visual dalam media elektronik : 1. Tipografi digital 2. Web 3. Game digital 4. Video 2.3.1 Desain dan Anatomi Buku Desain dan anatomi selalu berkaitan dengan tampilan buku sehingga dapat memberi nilai tambah. Besar kecilnya ukuran buku akan mempengaruhi tipistebalnya halaman buku, hal ini perlu didesain ukurannya sesuai jenis buku. Untuk buku-buku perguruan tinggi mempunyai ukuran berdasarkan standardisasi UNESCO, yaitu : 17,5 cm x 25 cm atau 22cm x 28cm. 24 Diluar ukuran tersebut ada standar buku lain, diantaranya : 1. Buku saku (pocket book) 10,5 x 17,5 cm. 2. Buku komik 11 x 17 cm, novel pop 11 x 18 cm, novel sastra 13 x 20 cm. 3. Buku biasa (trade book) 14 x 21cm, 15 x 23 cm. 4. Buku Teks (SMP/PT) 17,5 x 25 cm, buku SD 21 x 28 cm. 5. Buku khusus 24 x 32 cm. Sebuah buku dianggap baik dan lengkap bila kehadirannya memenuhi empat unsur, yaitu cover, preliminaries, text matter, postliminaries.
24
Ibid, Hal 30
25
A. Covers Cover disebut juga jilid, kulit, baju buku yang terdapat pada bagian luar buku, untuk meletakan judul halaman publikasi, nama penulis, dan nama penerbit. Cover buku sebaiknya didesain sedemikian rupa karena untuk memberikan efek kuat atas kehadiran buku tersebut ditengah pembacanya. 25 Terdapat lima bagian cover buku, yaitu : 1. Front cover Front cover adalah tampilan depan atau muka buku yang terletak di bagian awal buku. Cover depan ini menjadi penentu menarik atau tidaknya suatu buku yang dianggap sebagai wajah buku. Front cover dapat berfungsi sebagai informan pertama yang akan memberikan informasi terhadap seseorang atau pembaca tentang isi buku, juga sebagai pelindung atau penutup isi buku. Front cover berisi judul, nama pengarang, tagline, logo penerbit, dan nama penerbit. 2. Back cover Back cover adalah cover yang terletak dibagian akhir atau belakang buku, atau menjadi penutup buku. Cover belakang biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, dan ISBN beserta barcode-nya.
25
Dorothy Simpson Krause, Handcrafting artist books,North light book,2004. Hal 118
26
3. Punggung buku Punggung cover hanya untuk buku-buku yang tebal, isinya nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit. 4. Endorsement Dukungan (Endorsement) adalah kalimat dukungan yang diberikan oleh pembaca yang ditulis pada cover buku bagian belakangnya sebagai bentuk penguatan yang menjadi daya pikat suatu karya yang diterbitkan. 5. Lidah cover Lidah cover dibuat untuk kepentingan estetika terbitan atau juga menunjukan keekslusifan buku. Lidah cover biasanya berisi foto berserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku. B. Preliminaries Preliminaries disebut juga halaman-halaman awal, atau juga disebut halaman romawi,
bagian
ini
terdiri
halaman
judul,
judul
lengkap,
halaman
copyright/undang-undang hak cipta, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram, daftar singkatan, kata pengantar, prakata, sekapur sirih. C. Text Matter Text matter disebut juga isi atau daging buku, seluruh gagasan penulis dikemukakan dan tercurah di bagian ini. Text matter terdiri atas, prolog, pendahuluan, judul bab, subbab, penomoran bab, penomoran teks, catatan kaki, ilustrasi, gambar dan caption.
27
D. Postliminaries Postliminaries yaitu daftar kata-kata atau istilah yang belum terjelaskan dalam teks bacaan. Dengan daftar ini pembaca dapat memahami berbagai istilah yang digunakan oleh penulis sehingga mempunyai pemahaman yang sama. Postliminaries terdiri dari daftar pustaka, bibliografi, daftar bacaan, refrensi, epilog, daftar istilah, dan indeks. 2.3.2 Prinsip Desain Komunikasi Visual Elemen-elemen dasar desain tidak dapat berdiri sendiri sebagian tujuan dari fungsi maupun estetika, karena semuanya merupakan pertalian yang saling berhubungan agar dapat memberikan kenyamanan dan juga mempunyai jiwa sebagai wujud kedalaman estetika suatu desain. Prinsip-Prinsip Desain terdiri dari proporsi, keseimbangan kontras, irama dan kesatuan. 1. Proporsi Proposi adalah perbandingan antara unsur-unsur suatu materi yang satu dengan yang lainnya yang saling berhubungan dengan ukuran dan bentuk suatu bidang yang akan ditata. Sebuah proporsi dapat berhubungan dengan sebuah bidang. Pembuatan proporsi yang baik adalah suatu bentuk upaya untuk mencari perbandingan.
28
2. Keseimbangan Keseimbangan atau biasa disebut balance adalah suatu kesan yang serasi dan mantap dari unsur-unsur yang di desain secara tepat. 3. Kontras Kontras adalah penentu suatu desain yang menonjolkan prioritasnya. Kontras dapat dilakukan dengan mengubah ukuran, bentuk arah, warna dan nada. Untuk
menyatukan perbedaan-perbedaan
yang
ada,
dapat
menonjolkan
kekontrasan dari perbedaan-perbedaan tersebut. 4. Irama Irama adalah pengulangan dari suatu unsur-unsur yang ditampilkan agar desain mempunyai nilai yang hakiki dari suatu peraturan unsur tapi harus mempunyai irama yang baik. 5. Kesatuan Kesatuan merupakan pengelompokan antara unsur-unsur desain dalam suatu ruang dengan membentuk suatu kesatuan. 26 2.3.3 Elemen Desain Komunikasi Visual Elemen-elemen desain komunikasi visual diantaranya adalah Layout, warna, tipografi, dan ilustrasi. Elemen-elemen ini dapat berkembangan seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media.
26
Hendi Hendratman St, Tips n Trix Computer Graphics Design. Informatika Bandung,.
29
2.3.3.1 Layout Dalam melakukan desain pasti tidak terlepas dari layout. Penyusunan layout yang sesuai dapat memberikan kenyamanan kepada setiap orang yang melihat desain tersebut. Definisi layout sendiri menurut Surianto Rustan dalam bukunya adalah ”Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya”. 27 Dengan demikian layout tidak terlepas dalam melakukan desain,
karena
selain untuk memberikan kesan indah dalam desain juga untuk mendukung konsep desain yang dibuat. Ada beberapa macam jenis layout dalam bidang Desain Komunikasi Visual, diantaranya sebagai berikut: 1.
Mondrian Layout - Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu: penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square/landscape/portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar/copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.
2.
Multi Panel Layout - Bentuk media informasi dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).
27
Surianto Rustan, LAYOUT, Dasar dan Penerapannya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 4.
30
3.
Picture Window Layout - Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure).
4.
Copy Heavy Layout - Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah) atau dengan kata lain komposisi layout nya didominasi oleh penyajian teks (copy).
5.
Frame
Layout
-
Suatu
tampilan
media
informasi
dimana
border/bingkai/frame-nya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita). 6.
Silhouette Layout - Sajian media informasi yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap/warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.
7.
Type Specimen Layout - Tata letak media informasi yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.
8.
Circus Layout - Penyajian media informasi yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.
9.
Jumble Layout - Penyajian media informasi yang merupakan kebalikan dari sircus lay out, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.
10. Grid Layout - Suatu tata letak media informasi yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain media informasi tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.
31
11. Bleed Layout - Sajian media informasi dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong. 12. Vertical Panel Layout - Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi lay out media informasi tersebut. 13. Alphabet Inspired Layout - Tata letak media informasi yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita) 14. Angular Layout - Penyajian media informasi dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat. 15. Informal Balance Layout - Tata letak media informasi yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang. 16. Brace Layout - Unsur-unsur dalam tata letak media informasi membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong. 17. Two Mortises Layout - Penyajian bentuk media informasi yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan. 18. Quadran Layout - Bentuk tampilan media informasi yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume/isi yang berbeda.
32
Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar). 19. Comic Strips Layout - Penyajian media informasi yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk media komik, lengkap dengan captions nya. 20. Rebus Layout - Susunan layout media informasi yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga membentuk suatu cerita/informasi.28 Pengertian “Element Layout” adalah suatu element dalam penerapan suatu layout pada media massa yang mempunyai tujuan untuk memudahkan pembaca memahami pesan yang akan disampaikan dan memberikan kenyamanan saat membaca. Tujuan Element Layout : A. Menyampaikan informasi dengan lengkap dan tepat. B. Kenyamanan dalam membaca termasuk di dalamnya kemudahan mencari informasi yang dibutuhkan, navigasi, dan estetika. Element Layout di bagi menjadi tiga (3) bagian yaitu : Elemen Teks, Elemen Visual, dan, Invisible Element.29
28 29
David Dabnet, Design and Layout : Understanding and Using Graphics, hal.1.26 Ibid, hal 27
33
A. Element Teks 1. Judul Suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata singkat yang disebut judul. Judul diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya dari elemen layout lainnya. 2. Deck Deck adalah gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasanya antara Judul dan Bodytext. 3. Byline Byline adalah sesuatu yang berisi nama penulis, kadang disertai dengan jabatan atau keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext, ada juga yang meletakannya di akhir naskah. 4. Bodytext Bodytext adalah bacaan yang ada pada topik bacaan utama maupun pada suplemen/artikel tambahan pada box atau sidebar. 5. Subjudul Subjudul adalah artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan topiknya. Subjudul berfungsi sebagai judul segmen-segmen tersebut.
34
6. Pull Quotes Pada awalnya Pull Quotes adalah cuplikan perkataan atau tulisan seseorang, namun kini mengalami perluasan arti. Pada suatu karya publikasi dapat berarti satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang ingin ditekankan. 7. Caption Keterangan singkat yang menyertai elemen visual dan inzet. Caption biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau jenis hurufnya dengan bodytext dan elemen teks lainnya. 8. Callouts Pada dasarnya sama seperti Caption, kebanyakan Callouts menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan, misalnya pada diagram. 9. Kickers Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak di atas Judul. 10. Initial caps Huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraph. Karena lebih bersifat estetis, tidak jarang hanya terdapat satu Initial Caps di dalam suatu naskah. 11. Indent Baris pertama paragraph menjorok masuk ke dalam. Sedangkan Hongin Indent adalah kebalikannya baris pertama tetap pada posisi, sedangkan baris-baris
35
dibawahnya menjorok masuk ke dalam. 12. Lead line Beberapa kata pertama atau seluruh kata di baris paling awal pada tiap paragraph, yang dibedakan atribut hurufnya. 13. Spasi Untuk membedakan paragraph yang satu dengan yang lainnya, antarparagraf diberi spasi. 14. Header and Footer Header adalah area di antara sisi atas kertas dan margin atas. Footer adalah area di antara sisi bawah kertas dan margin bawah, 15. Running head Judul buku, bab/topik yang sedang dibaca, nama pengarang dan informasi lainnya berulang-ulang ada pada tiap halaman dan posisinya tidak berubah. 16. Catatan kaki Catatan kaki berisi detail informasi dari sebagian tulisan tertentu di dalam naskah. 17. Nomor halaman Untuk materi publikasi yang memiliki lebih dari delapan halaman dan memuat banyak topik yang berbeda, sebaiknya kita gunakan nomor halaman untuk memudahkan pembaca mengingat lokasi artikel.
36
18. Jumps Untuk artikel yang penjang atau halaman yang terbatas, terpaksa kita membuat sambungannya di halaman lain. Untuk itu diperlukan teks singkat untuk menginformasikannya kepada pembaca. Jumps biasanya berbunyi: “bersambung ke halaman 8”, sedangkan di halaman sambungannya berbunyi: “sambungan dari halaman 1”. Sambungan ini disebut dengan Continuation Lines. 19. Signature Umum dijumpai di flier, brosur, poster dan lain-lain. Berisi alamat nomer telepon atau orang yang bisa dihubungi atau informasi tambahan lainnya. 20. Nameplate Nama surat kabar, majalah, tabloid atau newsletter. Biasa dibuat dalam ukuran yang besar diletakan pada bagian atas halaman depan pada surat kabar, newsletter, tabloid, atau di cover depan majalah30. 21. Masthead Area pada halaman surat kabar / majalah / newsletter yang berisi informasi tentang penerbitnya: nama-nama staf, contributor, cara berlangganan, alamat, dan logo penerbit. 31 B. Element Visual
30 31
Ibid, hal 28-50 Ibid, hal 51
37
1.
Foto
Surat kabar selalu berusaha untuk menampilkan berita-berita dan informasi seakurat mungkin, untuk itu fotografi menjadi andalan dalam proses penyampaian informasi. 2.
Artworks
Untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, kadang pada situasi tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih dapat diandalkan dibandingan bila memakai teknik fotografi. 3.
Infographics
Fakta-fakta dan data-data statistik hasil dari survey dan penelitian yang disajikan dalam bentuk grafik (chart), tabel, diagram, bagan, peta, dan lain-lain. 4.
Garis
Garis merupakan elemen desain yang dapat menciptakan kesan estetis pada suatu karya desain. 5.
Kotak
Berisi artikel yang bersifat tambahan/suplemen dari artikel utama. Bila letaknya di pinggir halaman disebut dengan Sidebar. 6.
Inzet
Elemen visual berukuran kecil yang diletakkan di dalam elemen visual yang lebih besar. Fungsinya member informasi pendukung.
38
7.
Point
Suatu daftar/list yang mempunyai beberapa baris berurutan ke bawah. Biasanya di depan tiap barisnya diberi penanda angka atau poin. 32 C. Invisible Elements 1.
Margin
Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. 33 2.
Grid
Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan di mana harus meletakan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk kerya desain yang mempunyai beberapa halaman. 34 Semua elemen Layout yang telah dijabarkan cukup berpengaruh terhadap efektifitas pesan yang akan disampaikan. Karena setiap elemen layout mempunyai peran yang berbeda-beda dalam membangun keseluruhan layout. Dan apabila salah satu dari elemen layout diatas tidak digunakan, maka pesan yang akan disampaikan akan menjadi kurang efektif. Oleh karena itu penggunaan elemenelemen diatas cukup berpengaruh terhadap ke efektifan pesan yang ingin disampaikan.
32
Ibid, Hal 53-62 Ibid, Hal 64 34 Ibid, Hal 68 33
39
2.3.3.2 Teori Warna Warna merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah desain. Warna merupakan titik dimana sebuah desain akan diperhatikan dan menjadi sesuatu yang lain dimata publik atau tidak. Warna dapat menjadi translator pesan yang secara visual menunjukkan ide, pesan, maupun tanpa menggunakan tulisan atau bahasa. Prinsip warna menurut Robert B. Parker antara lain: 1. Penggunaan warna harus mempunyai fungsi. 2. Warna harus dapat memberikan ciri khas dari perusahaan produk yang disampaikan. 3. Penggunaan warna jangan hanya untuk memberikan kesan artistik, tetapi bertujuan untuk mengatakan bahwa warna memang demikian adanya. 4. Hindari warna yang tidak perlu. Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna sebagai berikut : Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan
40
dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi : 1. Hue – pembagian warna berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru kuning dan seterusnya. Berdasarkan Hue, warna dipilah menjadi tiga golongan yaitu: a. Warna primer (primary colors) terdiri dari merah, kuning, dan biru.
Gambar 2.1 Warna primer : merah, kuning, biru
b. Warna sekunder (secondary colors) merupakan percampuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang (1:1), menghasilkan warna oranye (merah + kuning), hijau (kuning + biru), dan ungu (biru + merah).
Gamabar 2.2 Warna sekunder : hijau, oranye, ungu
41
c. Warna tersier (tertiary colors) merupakan percampuran warna primer dan sekunder yaitu kuning-oranye, merah-ungu, biru-ungu, biru-hijau, dan kuning-hijau.
Gambar 2.3 Warna tersier : kuning-oranye, merah oranye, merah-ungu, ungu-biru, biru-hijau, hijau-kuning 2. Value – terang-gelapnya warna. Semua warna dapat dikurangi atau diperlemah kekuatannya dengan cara dimudakan (dibuat lebih terang) atau dituakan (dibuat lebih gelap). Warna yang dimudakan dengan cara menambahkan warna putih disebut warna tint, sedangkan warna yang dituakan dengan menambah sedikit hitam, disebut warna shade.
Gambar 2.4 Warna Hijau, hijau muda dan hijau tua 3. Intensity – tingkat kemurnian atau kejernihan warna. Suatu warna (hue) disebut memiliki intensitas penuh ketika tidak dicampuri warna lain. Warna-warna yang masih murni disebut pure-hue.
42
Salah satu cara untuk menciptakan kemudahan baca adalah dengan menyusun unsur-unsur visual secara kontras gelap-terang. Kontras value dalam desain komunikasi visual dapat digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi, sekaligus menciptakan citra.
Gambar 2.5 Gradasi warna hitam-putih 2.3.3.3 Huruf / Tipografi Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan. Oleh karena itu, pemilihan huruf juga merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan media visual berupa buku, poster, dan iklan media cetak, karena banyak penggunaan huruf di dalamnya. 43
Seperti halnya warna, huruf juga dapat membangun mood dan nuansa yang diinginkan. Oleh karena itu, pemilihan huruf juga harus disesuaikan dengan mood yang sama agar konsisten dengan berbagai elemen visual lainnya. Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami terkomputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.35 Namun dari sekian banyak jenis, dapat kita bagi menjadi 5 kelompok jenis huruf, yang masing-masing memiliki ciri khas dan karakteristik yang berbeda. Sifat dan kegunaannya pun akan berbeda pula.36 1. Huruf tak berkait (Sans Serif) a. Tidak memiliki kait (hook), hanya batang dan tangkainya saja. b. Ujungnya bisa tajam atau tumpul. c. Sifatnya kurang formal, sederhana, akrab. d. Sangat mudah dibaca. e. Cocok untuk huruf desain di layar komputer, e-book, CD Profile. Contoh : Arial, Avant Garde, Swiss, VAG Rounded, Helvetica 2. Huruf Berkait (Serif) a. Memiliki kait (hook) pada ujungnya. b. Sifatnya formal, elegant, mewah, anggun, intelektual. c. kurang mudah dibaca. d. Cocok untuk bodyteks di koran dan majalah.
35
Tinarbuko, Yongki. Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra, Yogjakarta, 2007. Hal 84 Jonathan Sarwono, Metode untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta; CV.Andi Offset,2007, hal. 89 36
44
Contoh : Times, Tiffany, Bookman 3. Huruf Tulis (Script) a. Setiap hurufnya saling berkait seperti tulisan tangan. b. Sifatnya anggun, tradisional, pribadi, informal. c. Kurang mudah dibaca, sehingga jarang dipakai terlelau banyak dan terlalu kecil. d. Cocok untuk desain di undangan pernikahan, ulang tahun. Contoh : Brush Script, Commercial Script, Vivaldi 4. Huruf Dekoratif a. Setiap huruf dibuat secara detail, kompleks dan rumit. b. Sifatnya mewah, bebas, anggun. c. Sangat sulit dibaca, hanya baik tampil 1 huruf saja. d. Cocok untuk aksen, hiasan pada awal alinea, logo pernikahan, logo perusahaan. Contoh : Aughsburger Initial, English, Cantebury 5. Huruf Monospace a. Bentuknya sama seperti sanaserif dan serif, hanya jarak dan ruang setiap hurufnya sama. b. Sifatnya formal, sederhana, futuristik, kaku. c. Mudah dibaca, namun terlihat kurang rapi dan tidak efisien, karena memakan banyak ruang. d. Cocok untuk tampilan pengetikan kode/ bahasa program, logo. Contoh : Courier 37
37
Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta; CV.Andi Offset, 2007, hal..276
45
Gambar 2.6 Contoh Bentuk-Bentuk Huruf 2.4 Pengertian dan Penerapan Safety Riding Sesuai Undang-Undang. 2.4.1 Pengertian Safety Riding Definisi dari Safety Riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. 2.4.2 Undang - Undang Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Berikut isi dari pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 yang saya kutip dari Polantas Metro Jaya :
- (1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu
Lintas dengan kerusakan
Kendaraan dan atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
46
- (2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
- (3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
- (4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
2.4.3 Penerapan Safety Riding
Banyak kasus kecelakaan yang terjadi dijalan raya raya merupakan akibat dari kurangnya disiplin individu dalam berkendara. Dan akibatnya, selain merugikan diri sendiri dapat juga merugikan orang lain. Oleh karena itu penerapan “safety riding”
keselamatan berkendara harus diutamakan, Sebab
nyawa jelas tidak bisa dinilai dengan apapun. 38
38
Aris-Eko S.B.Setyawan-Udin Kelik,Buku Pintar Sepeda Motor,PT.Media
Pressindo,2010.Yogjakarta.
47
Bagian-bagian utama yang harus diperhatikan dalam menerapkan safety riding adalah : 1.
Pelindung kepala Menggunakan helm full face/half face kaca bening yang mana setiap menggunakannya
harus
mengunci
kaitannya.
Melarang
keras
penggunaan helm bangunanan (cetok). 2.
Alas kaki Menggunakan sepatu yang tertutup rapat, dianjurkan safety shoes, posisi tinggi sepatu di atas mata kaki. Melarang keras penggunaan sandal atau sepatu biasa.
3.
Pelapis badan atas Menggunakan jaket tebal yang berfungsi menahan benturan yang memiliki 5 titik protektor, dua titik di pundak, dua titik di siku tangan dan 1 titik di punggung belakang. Melarang keras penggunaan jaket tipis biasa atau hanya rompi saja.
4.
Pelapis badan bawah Menggunakan celana panjang dilapisi dengan penahan benturan / protektor di kedua titik di area siku dan lutut. Melarang keras penggunaan celana pendek atau celana tanpa dilapisi protektor.
5.
Pelapis tangan Menggunakan
sarung
tangan
penuh
yang
memiliki
penahan
benturan/protektor di ujung kepal tangan. Melarang keras penggunaan sarung tangan biasa atau sarung tangan setengah jari.
48
6.
Selalu mengecek dan membawa surat-surat kendaraan. Contoh : SIM – STNK - KTP
7.
Selalu mengecek kondisi motor (pengecekan standard) sebelum melakukan perjalanan.
8.
Menggunakan kelengkapan standard motor. Contoh : kelayakan dan kelengkapan spion, lampu rem, lampu sign, lampu malam dan klakson. Melarang keras lampu rem yang menyilaukan (putih).
9.
Tidak membawa barang kendaraan yang melebihi ketentuan, tidak melebihi lebar stang dan tinggi kepala.
10. Mentaati semua peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan. Contoh : berpindah jalur dan berbelok menggunakan spion dan lampu sign.
49