BAB II
LANDASAN TEORI A. Bank Syariah. 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK NO.59 (2000;59,1) mengemukakan pengertian bank syariah sebagai berikut: “Bank syariah adalah bank yang berasaskan, antara lain pada asas kemitraan, keadilan, tranparansi, dari universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berasaskan prinsip syariah”. Pengertian Bank Syariah Menurut Dahlan (2004;182) adalah bank syariah merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan – ketentuan syariah islam. Pengertian Bank menurut UU NO 7 Tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Sudarsono (2004;27) Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa – jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.
10
11
2. Tujuan Bank Syariah Menurut Zainul (2000;17) bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsipprinsip Islam, Syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lainnya yang terkait dengan prinsip utama berupa: a) Menghindari riba dalam berbagai bentuk transaksi. b) Melakukan
kegiatan
usaha
dan
perdagangan
berdasarkan
perolehan keuntungan yang sah. c) Menyuburkan zakat.
B. Pembiayaan Mudharabah. 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Dahlan (2002;183) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Muhammad (2004;183 ) pembiayaan adalah penyediaan dana dan tagihan berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.
12
2. Pengertian Mudharabah. Mudharabah menurut Slamet ( 2005;122) adalah mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka,jika mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana,kecuali jika ditemukan adanya kelaliaan atau kesalahan oleh pengelola dana,seperti penyelewengan,kecurangan dan penyalahgunaan dana. Menurut Nadratuzzaman dkk (2008;119) Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah merupakan perjanjian diantara para pemilik dana dengan pengelola dana untuk suatu usaha tertentu yang mana resiko ditanggung oleh pemilik dana dan selama pengelola dana tidak melakukan kecurangan atau kelalaian sedangkan keuntungan dibagi berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Hasil keuntungan pembiayaan mudharabah diakui pada saat terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati.Sedangkan kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi pembiayaan mudharabah.
13
3. Jenis Mudharabah. Menurut Sunarto ( 2007;57) jenis mudharabah terbagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut : a) Mudharabah Muthlaqah (invetasi tidak terikat) adalah dimana pihak pemilik usaha(mudharib) diberikan hak yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh pemilik modal. b) Mudharabah Muqayadah (investasi terikat) adalah dimana pemilik usaha (mudharib) dibatasi haknya oleh pemilik modal(shahibul maal),antara lain dalam hal jenis usaha, waktu, dan lokasi usaha. 4. Rukun Mudharabah. Rukun Mudharabah Menurut Wiroso (2005:35) ada empat, yaitu : a) Shahibul maal (pemilik dana), b) Mudharib (pengelola dana), c) Objek Mudharaba, berupa : modal dan kerja, d) Ijab Kabul atau serah terima. 5. Manfaat dan Resiko Mudharabah a) Manfaat Mudharabah Manfaat dari mudharabah menurut Muhammad (2001;97) sebagai berikut : 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha meningkat.
14
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan aruskas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. Bank akan lebih selektif dan hati – hati mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan, karena keuntungan yang kongkrit dan benar – benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) dengan suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah sekaligus merugi dan terjadi krisis ekonomi. b) Resiko Mudharabah. Resiko
yang
terdapat
dalam
mudharabah
terutama
dalam
penerapannya dalam pembiayaan relatife tinggi diantaranya : 1. Side Streaming :nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak. 2. Lalai dan kesalahan disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
15
6. Sebab-berakhirnya Mudharabah. Akad Mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut (Sabbiq 2008;118) : a. Dalam hal ini mudharabah tersebut dibatasi oleh waktunya,maka mudharabahberakhir pada waktu yang telah ditentukan. b. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri. c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal. d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnyan sebagai pengelola dana usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang menjalankan amanah ia harus beritikad baik dan hati – hati. e. Modal sudah tudak ada. 7. Pembiayaan Mudharabah Hilang. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha, karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adnaya kelalian atau kesalahan pihak mudharib maka kerugian tersebut mengurangi pembiayaan mudharbah dan diakui sebagai kerugian bank apabila sebagian bank mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalian atau kesalahan pengelola aman, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
16
8. Karakteristik Mudharabah Menurut PSAK No.105 1) Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana. 2) Mudharabah
terdiri
dari
mudharabah
mutlaqah,
mudharabah
muqayasah dan mudharabah mustrakah.jika entitas sebagi pengelola dana, maka dana yang diterima disajikan sebagai dana syikah temporer. 3) Pada prinsipnya dalam penyaluran mudhaarabah tidak ada jaminan, namun agar pengelolaan dana tidak melakukan penyimpangan, maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati dalam akad. 4) Pengembalian dana mudharabah harus dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri. 5) Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana pengelolaan dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad,
jika dari pengelolaan dana
mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian financial menjadi tanggungan pemilik dana.
17
Gambar 2.1 Skema Mudharabah 1 Pemilik Dana
Porsi Rugi
1 Akad Mudharabah 2
Proyek Usaha
Porsi Laba 4
Porsi Laba
3 Hasil Usaha
5
Pengelola Dana
4
Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah Apabila rugi ditanggung oleh pemilik Dana
Gambar 2.1 Keterangan : 1) Pemilik dana dan pengelola dana menyepakati akad mudharabah. 2) Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana. 3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi. 4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah. 5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana.
18
C. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah. 1. PengertianBagi Hasil.
Bank syariah meruapakan suatu lembaga keuangan yang berasaskan, antara
lain keadilan,
kemitraan,transparansi
dan universal
serta
melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip perekonomian Islam. Kegiatan usaha perbankan ini, mempunyai ciri khas antara lain mengharamkanriba, konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas dan tidak dipekenankan melakukan kegiatan spekulasi dalam berbagai bentuknya. Bagi Hasil adalah sebuah bentuk pengembalian dari kontrak investasi, berdasarkan suatu periode tertentu dengan karakteristiknya yang tidak tetap dan tidak pasti besar kecilnya perolehan tersebut.Karena perolehan itu sendiri bergantung pada hasil usaha yang telah terjadi.Perbankan syariah pada umumnya mengaplikasikannya dengan menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank – bank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasil kepada para pemilik dana (deposan). Suatu bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkanrevenue sharing yaitu bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari totalpendapatan
bank
sebelum
dikurangi
dengan
biaya
bank,
19
makakemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima olehpemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bungapasar yang berlaku. Kondisi ini akanmempengaruhi para pemilik danauntuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanyajustru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah. Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik, layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi pemilik dana. Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi’I yang mengatakan bahwa mudharib
tidak boleh menggunakan harta
mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal. Sedangkan, untuk profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharib
dapat
membelanjakan
harta
mudharabah
hanya
bila
perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan
20
menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah
nafkah yang telah dikenal (menurut
kebiasaan) para pedagang dan tidak boros. Bagi hasil menurut secara bahasa dikenal dengan profit sharing.Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagianlaba. Secara definitif profit sharing diartikan : ”Distribusi beberapa bagian darilaba pada para pegawai dari suatu perusahaan”. Mekanisme lembaga keuangan syariah pada pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk penyertaan atau
bentuk bisnis korporasi
(kerjasama). Pihak – pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi harus melakukan transparasi dan kemitraan secara baik dan ideal.Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib.Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional.Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal.Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan
21
sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan dimuka. 2. Perbedaan Antara Bagi Hasil Bank Syariah Dengan Bunga Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Bank Konvensional
Bank Syariah
Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya ratio bagi hasil akad tanpa berpedoman pada untung dibuat pada waktu akad dengan rugi. berpedoman pada kemungkinan untungrugi. Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Sekiranya rugi proyek yang dijalankan oleh pihak akan ditanggung bersama oleh kedua nasabah untung atau rugi. pihak. Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembayaran laba meningkat meningkat, sekalipun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan. ekonomi sedang booming. Eksistensi bunga diragukan oleh Tidak ada yang meragukan kebasahan semua agama termasuk Islam. keuntungan bagi hasil. Investasi yang halal dan haram. Melaksanakan investasi yang halal saja. Tidak terdapat dewan pengawas Pengerahan dan penyaluran dana sesuai syariah. pendapat melalui dewan pengawas syariah. Sumber:BI
22
3. Konsep Bagi Hasil. a) Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola. b) Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola dana tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah. c) Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut. 4. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil. a. Faktor Langsung. Faktor – faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio), penjelasannya adalah sebagai berikut : 1) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investmentrate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. 2) Jumlah danayang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana
tersebut
dapat
dihitung
dengan
23
menggunakan salah satu metode yaitu rata – rata saldo minimum bulanan dan ratarata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. 3) Nisbah (profit sharing ratio), salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu BMT dan BMT lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu BMT, misalnya pembiayaan mudharabah 5 bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. b. Faktor Tidak Langsung. Faktor - faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil : 1. Penentuan butir - butir pendapatan dan biaya mudharabah. a) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya - biaya.
24
b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. 2. Kebijakan akunting (Prinsip dan Metode Akunting). Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
D. Non Performing Financing (NPF). 1. Definisi NPF (Non Performing Financing).
Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.Luh Gede Meydianawathi (2007;138) menunjukkan
kemampuan
kolektibilitas
menyatakan
sebuah
bank
bahwa dalam
mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPL’s merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. NPL’s mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit.
25
Menurut Lukman dendawijaya (2007;82) NPF adalah pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayan diragukan,dan pembiayaan macet. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa NPF adalah Suatu pembiayaan bermasalah dimana pembayaran angsuran pokoknya dan bagi hasilnya telah lewat dari Sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo dan dapat digolongkan sebagai pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Oleh kebanyakan bank sentral kredit bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para deposan, bank sentral mewajibkan bank umum menyediakan
cadangan
penghapusan
kredit
bermasalah.
Dengan
demikian, semakin besar jumlah saldo kredit bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah dana cadangan yang harus segera disediakan, serta semakin besar pula biaya yang harus mereka tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu. Sudah barang tentu hal ini mempengaruhi profitabilitas usaha bank yang bersangkutan. Sebuah bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar cenderung menurun profitabilitasnya. Return on Assets (ROA) yang merupakan salah satu tolok ukur profitabilitas mereka akan menurun (Siswanto Sutojo, 2008). Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.
26
2. Perhitungan NPF Bank syariah.
Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarakan kewajiban baik berupa pembagian hasil mau pun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengeluaran kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF secepat mungkin dapat dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank - bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelola kredit termaksud imbalan tindakan pemantauan (monitoring) pengembalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar. Persamaanya sebagai berikut :
NPF
=
Pembiayaan Bermasalah
x 100%
Total Pembiayaan
Standar terbaik NPF menurut Bank Indonesia adalah bila NPF berada dibawah 5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20 skor nilai NPF sebagai berikut : a. Lebih dari 8%, skor nilai = 0. b. Antara 5% - 8%, skor nilai = 80%. c. Antara 3% - 5% ,skor nilai = 90%.
27
d. Kurang dari 3%, skor nilai = 100%.
3. Penyebab Pembiayaan bermasalah (NPF).
Pembiayaan bermasalah merupakan permasalahan bank.Adanya penyebab pembiayaan bermasalah ini disebabkan oleh banyak faktor.Menurut Dahlan Siamat (2005;175) terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut : Faktor Internal a. Kebijakan perkreditan atau pembiayaan yang ekspansif. b. Penyimpangan
dalam
pelaksanaan
prosedur
perkreditan
pembayaran. c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit atau pembiayaan. d. Itikad kurang baik dari pihak bank Faktor Eksternal : a. Penurunan Kegiatan Ekonomi. b. Pemanfaatan Iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur. c. Kegagalan usaha debitur. d. Debitur mengalami musibah.
28
Semakin besar rasio NPF, maka kualitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah semakin menurun.Rasio NPF yang tinggi mengakibatkan kelancaran kegiatan usaha bank syariah menjadi terganggu, sehingga tingkat kesehatan bank pun menurun. Bank Indonesia menetapkan bahwa kualitas pembiayaan yang baik apabila jumlah pembiayaan yang bermasalah(Non Performing Financing)maksimal sebesar 5% dari seluruh total pembiayaan yang diberikan rasio NPF. Rasio NPF ini merupakan penunjang dalam menganalisis komponen faktor kualitas asset. Tujuan perhitungan rasio NPF untuk mengukur tingkat
permasalahan
pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Berikut ini adalah table kategori pembayaran bermasalah berdasarkan kemampuan Bayar nasabah di bank Syariah Tabel 2.2 Kriteria Kualitas Pembiayaan Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah
Jenis Murabahah Istishan’, Ijarah ,Qard Salam
Kategori Kurang lancar Tunggakan lebih
Dari 90hari s.d 180hari Telah jatuh tempo s.d 60hari Mudharabah, Tunggakan s.d Musyarakah 90hari, realisasi
Diragukan Tunggakan lebih Dari 180hari s.d 270 hari Telah Jatu tempo Tunggakan lebih dari 90 s.d
Macet Tunggakan lebih Dari 270hari. Lebih dari 90 hari s.d 90 hari Tunggakan lebih dari 180hari, realisasi bagi hasil
29
bagi hasil diatas 30% s.d 90% dari proyeksi pendapatan
180hari, kurang 30% dari proyeksi realisasi bagi pendapatan lebih dari 3 hasil kurang periode pembayaran 30%
Sumber : BI
E. Penelitian Terdahulu. Mawardi (2005) menganalisis tentang Faktor – Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank umum di Indonesia dengan total aset kurang dari 1 triliun. Pengaruh efesiensi operasional (BOPO), resiko kredit (NPL), resiko pasar (NIM), Modal (CAR) terhadap kinerja keuangan bank umum dengan total aset kurang dari 1 triliun. Menggunakan regresi linear berganda NPL dan BOPO berpengaruh secara negative terhadap ROA, sedangkan NIM dan CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Merkuasiwali (2007) Pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, RORA, NPM, ROA, LDR.Menggunakan regresi linear berganda.Hasil penelitian menunjukan bahwa Rasio CAMEL pada Tahun 1996 – 2000 berpengaruh secara positif terhadap ROA.
30
Yuliani (2007) Meneliti tentang Hubungan Efesiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada sektor perbankan yang go public di BursaEfek Jakarta. Variabel penelitian ROA, MSDN, CAR, BOPO, LDR. Metode analisis regresi time series cross - section. BOPO dan CAR berpengaruh secara positif terhadap ROA, sedangkan MSDN dan LDR berpengaruh negative terhadap ROA. Mahardian (2008) Penelitian tentang analisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM,
LDR
terhadap
ROA.Metode
yang
digunakan
regresi
linear
berganda.Hasilnya adalah CAR, NIM, LDR berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan BOPO dan NPL berpengaruh negative terhadap ROA. Mintarti (2009) Menenliti tentang Implikasi Proses take over bank swasta nasional go public terhdapa tingkat kesehatan dan kinerja bank, variabel yang digunakan adalah ROA, CAR, BOPO, NPL, LDR. Metode analisis yaitu regresi linear berganda.dan hasil analisis menunjukan bahwa empat variabel CAR, BOPO, LDR, NPL berpengaruh secara positif terhadap ROA. Dewi (2010) meneliti tentang Faktor - Faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia. Variabel yang digunakan FDR, NPF, REO.Metode analisis menggunakan analisis regresi linear berganda.Hasil analisis menunjukkan bahwa FDR, NPF, REO berpengaruh secara negative terhadap Bank Syariah di Indonesia. Akhtar (2011) Meneliti tentang Factors Influencing the profitability of Islamic (bank of Pakistan). Variabel yang digunakan ROA, ROE, bank’s size,gearing
31
ratio, Aset management, NPLsratio, CAR, dan operating efficienty. Metode analisis menggunakan regresi.CAR dan Asset Management berpengaruh positif dan NPL’s berpengaruh negative terhadap ROA dan ROA. F.Kerangka pemikiran. Variabel ini terdiri dari variable dependen pembiayaan mudharabah, variabel independen yaitu NPF dan bagi hasil. Berdasarkan landasan teori, pengaruh antara variabel dan hasil penelitian sebelumnya, maka merumuskan hipotesis, berikut menyajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada Gambar 2.2 Model Konseptual Pengaruh Bagi Hasil dan NPF Terhadap Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus Perbankan Syariah) Bagi Hasil H1 Pembiayaan Mudharabah Non Performing Financing (NPF)
H2