BAB II LANDASAN TEORI
A. Prinsip Syariah dalam Operasional Bank Syariah Islam adalah agama yang sudah disempurnakan oleh Allah SWT. Di dalam Islam bermacam-macam kegiatan manusia di dunia sudah diatur secara sempurna baik itu mengenai hukum beribadah kepada Allah SWT maupun kegiatan bermuamalah. Prinsip syariah sendiri berasal dari dua kata yaitu prinsip dan syariah. Prinsip adalah asas (kebenaran yang jadi pokok orang berfikir, bertindak dan sebagainya).1 Sedangkan syariah yaitu segala aturan yang ditentukan Allah untuk para hamba-Nya, baik yang berkenan dengan masalah akidah maupun masalah hukum. 2 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud prinsip syariah
disini
adalah
dasar
peraturan-peraturan
perjanjian-perjanjian
berdasarkan hukum Islam, dimana pihak yang melakukan perjanjian tersebut adalah lembaga keuangan syariah dengan nasabah untuk kegiatan menyimpan dana atau menyalurkan dana. Adapun akad-akad yang digunakan dalam perbankan syariah antara lain:3
1
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, hlm.768. 2 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Djambatan, 2002 , hlm.103 3 Muhamad, Bank Syariah ( analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Yogyakarta : Ekonisia, 2004, hlm. 19-20.
20
21
1.
Akad Dalam Produk Penghimpun Dana a. Wadi’ah Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. b. Mudharabah Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
2.
Akad Dalam Produk Pembiayaan Akad dalam produk pembiayaan ini terdiri dari : a. Mudharabah Pengertian akad mudharabah dalm produk pembiayaan, sama dengan pengertian mudharabah pada produk penghimpun dana. b. Salam Salam yakni pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. c. Istishna’ Pembiayaan istishna’ hampir sama dengan pembiayaan salam, yaitu jual beli dimana shaani’ (produsen) bertugas untuk membuat
22
barang yang telah dipesan untuk membuat pesanan dari musytari’ (pemesan), dimana pesanan harus dibuat terlebih dahulu dengan ciriciri
yang
telah
ditentukan,
perbedaannya
terletak
pada
pembayarannya, istishna’ dapat dilakukan diawal, ditengah atau diakhir pesanan. d. Ijarah Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. e. Murabahah Murabahah adalah pembiayaan pembelian barang lokal ataupun internasional. Pembiayaan ini dapat diaplikasikan untuk tujuan modal kerja dan pembiayaan investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek. Baik mendapat keuntungan harga barang yang dinaikan. f. Al-Qardhul Hasan Al-Qardhul Hasan adalah pinjaman lunak bagi pengusaha yang benar-benar kekurangan modal. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank, tetapi hanya membayar biaya adminitrasi saja. g. Musyarakah Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi
dana
(atau
amal/expertise)
dengan
23
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 3.
Akad Dalam Produk Jasa Dan Layanan Adapun produk-produk perbankan syariah dibidang jasa didasarkan pada akad-akad yang sudah dikenal dalam islam. Antara lain: a. Hiwalah Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya atau dalam istilah Islam merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang. b. Kafalah Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. c. Wakalah Wakalah (pemberian kuasa) dapat didefinisikan sebagai suatu perjanjian dimana seseorang mendelegasikan atau menyerahklan suatu wewenang
(kekuasaan)
menyelenggarakan
kepada
sesuatu
seseorang
urusan
dan
yang
orang
lain lain
untuk tersebut
menerimanya dan melaksanakannya untuk dan atas nama pemberi kuasa.
24
d. Rahn Rahn menurut syariah adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang memungkinkan ditarik kembali yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan Syariah sebagai pandangan hutang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang semuanya atau sebagian. Dengan kata lain rahn adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak lain, dengan utang sebagai gantinya. e. Sharf Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik sesama mata uang yang sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah) maupun tidak sejenis (misal rupiah dengan dolar). Tetapi prinsip syariah yang akan digunakan dalam pembahasan Tugas Akhir ini adalah prinsip wadi’ah. Prinsip wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Salah satu produk akad wadi’ah dalam hal ini adalah produk giro wadi’ah yang akan dibahas lebih rinci pada subbab selanjutnya.
25
B. Giro Wadi’ah Giro wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Jenis-jenis sarana penarikan untuk menarik dana yang tertanam di rekening giro adalah sebagai berikut : 1.
Cek (cheque) Cek merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut. Artinya bank harus membayar kepada siapa saja yang membawa cek ke bank yang memelihara rekening nasabah untuk diuangkan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan baik secara tunai atau secara pemindahbukuan.
2.
Bilyet Giro (BG) Bilyet Giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya. Pemindahbukuan pada rekening bank yang bersangkutan artinya dipindahkan dari rekening nasabah si pembeli BG kepada nasabah penerima BG. Sebaliknya jika dipindahbukukan ke rekening di bank yang lain, maka harus melalui proses kliring ke bank lain.
26
3.
Alat pembayaran lainnya Adalah surat perintah kepada bank yang dibuat secara tertulis pada kertas yang ditandatangani oleh pemegang rekening atau kuasanya untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak lain pada bank yang sama atau bank lain. Surat perintah ini dapat bersifat tunai atau memindahbukuan. Apa bila ditunjukan melalui proses kliring. Apa bila ditunjukan pada bank yang sama maupun di lain kota maka, lewat fasilitas transfer. Setiap penyimpanan dananya di rekening giro akan memperoleh balas
jasa berupa bonus. Bonus atau jasa giro ini dihitung dengan berbagai metode. Metode perhitungan yang paling
umum
dilakukan adalah dengan
menggunakan saldo terendah. Artinya bunga dihitung dari saldo terendah ada pula bank menentukan perhitungan bunga dengan saldo rata-rata atau saldo harian. Adapun ketentuan umum Giro wadi’ah antara lain : 1) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan di muka. 2) Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu (on call), baik sebagian ataupun keseluruhan. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang
27
disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card. 3) Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya cek atau bilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, bank dapat memberikan bonus atas penitipan dana wadi’ah. Pemberian bonus dimaksud merupakan kewenangan bank dan tidak boleh diperjanjikan sebelumnya. Pada prinsipnya teknik perhitungan bonus wadi’ah dihitung dari saldo terendah dalam satu bulan. Namun demikian, bonus wadi’ah dapat diberikan sebagai berikut: 1) Saldo terendah dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus wadi’ahnya dihitung dari saldo terendah). 2) Saldo rata-rata harian dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,(bagi rekening yang bonus gironya dihitung dari saldo rata-rata harian). 3) Saldo hariannya di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus wadiahnya dihitung dari saldo harian). Besarnya saldo
giro
yang
mendapatkan bonus
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: 1. Rp 1.000.000 s.d Rp 50.000.000 2. Rp 50.000.000 s.d Rp 100.000.000 3. Di atas Rp 100.000.000
wadi’ah
dapat
28
Rumus yang digunakan dalam memperhitungkan bonus giro wadi’ah adalah sebagai berikut: a.
Bonus wadi’ah atas dasar saldo terendah Tarif bonus wadi’ah x saldo terendah bulan ybs
b.
Bonus wadi’ah atas dasar saldo rata-rata harian Tarif bonus wadi’ah x saldo rata-rata harian bulan ybs
c.
Bonus wadi’ah atas dasar saldo harian Tarif bonus wadi’ah x saldo harian ybs x hari efektif Dalam memperhitungkan pemberian bonus wadi’ah tersebut, hal-hal
yang harus diperhatikan adalah: 1.
Tarif bonus wadi’ah merupakan besarnya tarif yang diberikan bank sesuai ketentuan.
2.
Saldo terendah adalah saldo terendah dalam satu bulan
3.
Saldo rata-rata harian adalah total saldo dalam satu bulan dibagi hari bagi hasil sebenarnya menurut bulan kalender. Misalnya, bulan Januari 31 hari, bulan Februari 28/29 hari, dengan catatan satu tahun 365 hari.
4.
Saldo harian adalah saldo pada akhir hari.
5.
Hari efektif adalah hari kalender tidak termasuk hari tanggal pembukuan atau tanggal penutupan, tapi termasuk hari tanggal tutup buku.
6.
Dana giro yang mengendap kurang dari satu bulan karena rekening baru dibuka awal bulan atau ditutup tidak pada akhir bulan tidak mendapatkan bonus wadi’ah, kecuali apabila perhitungan bonus wadi’ahnya atas dasar saldo harian.
29
Contoh perhitungan Giro wadi’ah Saldo rata-rata rekening Giro tuan arif di bank Islam sebesar Rp 1.000.000,- (saldo minimum untuk mendapatkan bonus). Bonus yang akan diberikan oleh bank kepada nasabah Giro wadi’ah adalah 25%. Diasumsikan total saldo rata-rata dana giro di bank Islam sebesar Rp 200.000.000,- dan keuntungan yang diperoleh untuk dana giro wadi’ah adalah sebesar Rp. 6.000.000,. Maka akhir bulan nasabah akan memperoleh bonus dari bank sebesar : x Rp 6.000.000 x 25% = Rp 7.500 (sebelum pajak)
Giro wadi’ah sifatnya sebagai titipan yang bisa diambil sewaktu-waktu sehingga secara asasi bank tidak bisa menggunakannya, bahkan seharusnya nasabah membayar kepada bank karena ia telah menugaskannya untuk menyimpan supaya aman. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bank dapat memberikan semacam bonus atau hadiah kepada para pemegang giro. Bonus ini tidak diperjanjikan dimuka karena jika dilakukan akan sama dengan bunga.
30
C. Dasar Hukum Wadi’ah Giro menurut terminologi syariah dapat di klasifikasikan kedalam konsep titipan. Kewajiban untuk menjaga titipan penuh amanah sangat ditekankan baik dalam Al-Qur’an, sunah, maupun ijma. 4 1.
Al- Qur’an
.....
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amant (titipan) kepada yang berhak menerimanya....”(an-Nisa’:58)
..... Artinya: “....jika sebagian kamu mempercayaia sebagian yang lain, hendaklahyang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya....”(al-Baqarah: 283) 2.
Sunnah Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أ د اال ما نة إىل من: قا ل ر سو ل ا هلل صلى هللا عليه و سلم:عن أ يب هر ير ة قا ل ا ئتمنك و ال ختن من خا نك Artinya: “Sampaikanlah (tunaikanlah ) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi menurutnya hadist ini hasan sedangkan Imam Hakim mengkategorikan Shohih) 5 4
Karnaen Perwataatmadja,Muhamad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992, hlm.17.
31
3.
Ijma’ Para tokoh ulama sepanjang zaman telah melakukan Ijma’ (konsensus) terhadap legitimasi al-Wadi’ah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini jelas terlihat seperti dikutip oleh Dr. Wahbah Azzuhaily dalam al-Fiqh al Islami wa adillatuhu dari kitab al-Mugni wa syarh kabir li ibni Qudhamah dan mabsuth li imam Sarakhsy Pada dasarnya penerima simpanan adalah yad-Al amanah (tangan amanah), artinya ia tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan). Hal ini telah dikemukakan oleh Rasulullah dalam suatu hadist. “Jaminan pertanggung jawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak menyalahgunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai terhadap titipan tersebut”. Akan tetapi dalam aktivitas perekonomian modern, sipenerima simpanan
tidak
mungkin
meng-idle-kan
asset
tersebut.
Tetapi
mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu, karenanya ia harus
meminta
izin
dari
sipembeli
titipan
untuk
kemudian
mempergunakan harta tersebut, dengan catatan ia menjamin atau mengembalikan asset secara utuh, dengan demikian ia bukan lagi yad al5
Bierut: Darul al-Arabi, juz 3, hlm. 313.
32
amanah tetapi yad al-Dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kehilnga n atau kerusakan yang terjadi pada barang. 6 Kemudian berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No: 01/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara Syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah.
D. Jenis-jenis Wadi’ah Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-Wadi’ah. Al-Wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis wadi’ah, wadi’ah yad al-Amanah wadi’ah dan yad adhDhamanah7 1.
Wadi’ah yad al-Amanah (Truuse Depository) Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut a.
Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan.
b.
Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.
c.
Sebagai
konpensasi,
penerima
titipan
diperkenakann
untuk
mebebankan biaya yang menitipkan. 6
Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta:Gema Insani)s, 2001, hlm.86. 7 Ibid, hlm. 87.
33
d. Mengingat
barang
atau harta
yang dititipkan tidak
boleh
dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box. Mekanisme seperti di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini: Gambar 1 Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah NASABAH Muwaddi’ (Penitip)
1.Titipan barang 2.Bebankan Biaya Penitipan
BANK Mustawda’ (Penyimpan)
Dengan konsep al-Wadi’ah yad al-Amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.
34
2.
Wadi’ah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) Gambar 2 Skema al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah
Nasabah (penitip)
1
Titipan Dana Bank Mustawda’ (penyimpan)
Beri Bonus 4 3
Bagi Hasil
2
pemanfaatan Dana
Users Of fund (Nasabah Pengguna Dana)
Dengan konsep al-Wadi’ah yad adh-Dhamanah,pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberi intensif kepada penitip dalam bentuk bonus.
E. Rukun dan Syarat Wadi’ah Menurut Imam Hanafiyah seperti yang dikutip oleh Hendi suhendi, rukun al-Wadi’ah ada satu yaitu ijab dan qabul. Sedangkan yang lainnya termasuk syarat dan tidak termasuk rukun. Menurut Imam Hanafiyah dalam shighat ijab dianggap sah apabila ijab tersebut dilakukan dengan perkataan yang jelas (sharih) maupun dengan perkataan samaran (kinayah). Hal ini
35
berlaku juga untuk qabul, disyaratkan bagi yang menitipkan dan yang dititipi barang dengan mukalaf. Tidak sah apabila yang menitipkan dan yang menerima benda titipan adalah orang gila atau anak yang belum dewasa. 8 Menurut Syafi’iyah seperti yang dikutip oleh Hendi Suhendi alWadi’ah memiliki tiga rukun, yaitu: 9 1.
Barang yang dititipkan, syarat barang dititipkan adalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara’.
2.
Bagi orang yang menitipkan dan yang menerima titipan, disyaratkan bagi penitip dan menerima titipan sudah baligh, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat berwakil.
3.
Sighat ijab dan qabul al-Wadi’ah, disyaratkan pada ijab dan qabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar.
8 9
Hendi Suhendi, Fiqih muamalah, (Jakarta: Grafindo persada, 2002), hlm.183 Ibid, hlm. 183