BAB II LANDASAN TEORI
II.1.
Pengandalian Internal
II.1.1. Pengertian Pengendalian Internal Pengertian pengendalian internal menurut Boynton, William C., Raymon N. Johnson dan Walker G. Kell (2004:373) dalam bukunya Modern Auditing yang diterjemahkan oleh Rajoe, P.A., Gania, G., & Budi, I S adalah “Suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut ini yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan efektivitas dan efisiensi operasi.” Menurut Warren, Reeves dan Fees yang diterjemahkan oleh Farahmita, A. A. Dan Hendrawan, T. (2006:235), “pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa infomasi usaha yang disajikan akurat dan memastikan bahwa hukum seta peraturan telah diikuti.” Menurut Mardiasmo (2004) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Sektor Publik, “ pengendalian internal adalah untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pengendalian internal meliputi beberapa aktifitas, yaitu sebagai berikut: 8
1. Perencanaan 2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi 3. Komunikasi informasi 4. Pengambilan keputusan 5. Memotivasi orangorang dalam organisasi agar prilaku sesuai dengan tujuan organisasi 6. Pengendalian 7. Penilaian kerja Sedangkan
menurut
Arens,
Loebbeck
dalam
bukunya
yang
berjudul
Auditing,Yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2002:258) ,” pengendalian internal adalah kebijakan –kebjakan dan prosedur –prosedur yang dirancang untuk memberikan menejemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran yang penting bagi satuan usaha dapat dicapai dan secara bersama –sama membentuk struktur pengendalian interen suatu usaha.” Dari beberapa definisi pengendalian internal di atas, pengendalian internal adalah suatu proses berupa kebijakan dan prosedur yang dibuat dan dijalankan oleh seluruh dengan maksud untuk menjaga aset perusahaan guna meningkatkan kepercayaan dan akurasi data, sehingga dapat menjalankan kegiatan operasionalnya secara efisien.
9
II.1.2 Fungsi Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart dalam bukunya yang berjudul sistem informasi akuntansi yang diterjemahkan oleh Kwary, D. A., Fitriasari D. (2006:4) mengemukakan bahwa pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting sebagai berikut: 1. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control) Memperkerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugaspegawaiyang memadai dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas aset,fasilitas dan informasi merupakan pengendalian pencegahan yang efektif.
2. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective control) Pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.
3. Pengendalian korektif (corrective control) Memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Prosedur yang dilaksanakan juga untuk mengidentifikasi masalah, memperbaiki kesalahan yang ada, dan mengubah sistem agar masalah dapat diminimalisasikan atau dihilangkan.
10
II.1.3. Tujuan pengendalian Internal Tujuan Pengendalian internal menurut Arens, Elder dan Beasley (2006:397) manajemen memiliki 3 tujuan dalam membuat sistem internal control yang efektif, sebagai berikut: 1. Keandalan pelaporan keuangan (Reliability of financial reporting) Informasi yang disajikan dalam bentiuk laporan keuangan harus sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Efisiensi dan efektivitas operasi (Efficiency and effectiveness of operations) Pengendalian dalam suatu perusahaan hendaknya mendorong usaha penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.
3. Ketaatan pada hukum ( Complience with laws and regulation) Diperlukan pengendalian interen yang baik agar aktivitas perusahaan tidak menyimpang dari ketentuan pemerinatah. Sedangkan, menurut Gondodiyoto dan Hendarti dalam bukunya yang berjudul Audit sistem informasi (2006:144) menyatakan, tujuan dari pengendalian intern adalah untuk melindungi harta milik perusahaan memeriksa kecermatan, dan kehandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yaitu: 1.
Menyajikan data yang dipercaya.
2.
Mengamankan aktiva dan pembukuan.
3.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasional. 11
4.
Mendorong pelaksanaan kebijakan yang ada.
II.1.4 Komponen Pengendalian Internal Menurut COSO, dalam buku William C.Boynton, Raymond N.Johson dan Walter G.Kell yang diterjemahkan oleh Budi. S.I (2003), menyatakan bahwa terdapat lima komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian (control environment) Menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian memiliki tujuh komponen, yaitu : a. Integritas dan nilai-nilai etik b. Komitmen pada kompetensi c. Falsafah manajemen d. Struktur organisasi e. Dewan Komisaris dan Komite Audit yang efektif f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab g. Kebijakan dan prosedur kepegawaian
12
2. Penaksiran Resiko Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan mengidentifikasi, dan menganalisis resiko yang timbul atas penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan seperti berikut ini: a. Perubahan dalam lingkungan operasi. b. Personel baru. c. Sistem informasi baru atau yang diperbaiki. d. Teknologi baru. e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru. f. Restrukturisasi korporat. g. Operasi luar negeri. h. Penerbitan standar akuntansi yang baru.
3. Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Dalam aktifitas pengendalian memiliki lima komponen, yaitu : a. Pemisahan tugas yang memadai b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas c. Pengendalian atas aktiva dan catatan d. Pengecekan independen dan pelaksanaan
13
4. Informasi dan Komunikasi Informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang memasukan sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasikan, mencatat dan melaporkan transaksi entitas dan juga kejadian serta kondisi dan untuk memelihara akuntanbilitas dari aktiva serta kewajiban. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
5. Pemantauan Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secra terus-menerus, evaluasi secara terpisah atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.
II.1.5. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Dalam Pengendalian Internal Dalam bukunya yang berjudul Auditing , Mulyadi (2002) “ pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian internal yaitu sebagai berikut:
14
1. Menejemen Menejemen memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan secara efektif pengendalian internal organisasinya
2. Dewan komisaris dan komite audit Dewan komisarin bertangung jawab untuk menentukan apakah menejemen telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian internal Sedangkan, fungsi komite audit yang secara langsung berdampak terhadap auditor yaitu: a) Menunjukan auditor yang melaksanakan audit tahunan terhadap laporan keuangan b) Membecarakan lingkup audit dengan auditor c) Meminta auditor untuk melakukan komunikasi langsung mengenai masalah-masalah besar yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya. d) Me-review laporan keuangan dan laporan audit pada saat audit selesai dilakukan
3. Auditor intern Auditor interen bertanggung jawabuntuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian internal suatu entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya.
15
4. Personel lain entitas Peran serta tanggung jawab semua personel lain yang menyediakan informasi atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian internal harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.
5. Auditor independen Sebagian besar dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan, auditor independen dapat menemukan kelemahan pengendalian internal klientnya, sehingga ia dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada menejemen, komite audit atau dewan komisaris.
6. Pihak luar lain Pihak luar lain yang bertanggung jawab atas pengendalian internal entitas adalah badan pengatur, seperti Bank Indonesia dan Bapepam.
II.1.6 Keterbatasan pengendalian internal Menurut Boynton et.al yang diterjemahkan oleh Paul A.Rajoe, Gina Gania dan Ichasan Setio Budi (2004:376), mengidentifikasikan keterbatasan yang melekat (inherent limitations) pada pengendalian internal, yakni: 1. Kesalahan dalam pertimbangan (Poor Judgement) Terkadang, menajemen dan personel lainnya, dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin, karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya. 16
2. Gangguan lain (Breakdown) Gangguan dalam melaksanakan pengendalian yang dapat terjadi karena personel salah memahami instruksi atau membuatkekeliruan akibat kecerobohan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada terjadinya gangguan.
3. Kolusi (collision) Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak terdeteksi oleh pengendalian internal.
4. Pengabaian oleh menejemen (Management Override) Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan. Praktik pengabaian termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif.
5. Biaya lawan manfaat (cost versus benefit) Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan. Pengukuran yang tepat baikdari biaya dan manfaat biasanya
17
tidak memungkinkan, manajemen harus membuat sendiri estimasi kuantitafif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.
II.1.7 Ciri-Ciri Pengendalian Internal Yang Efektif Menurut Akmal (2007:25) dalam bukunya yang berjudul pemeriksaan interen, ciri-ciri pengendalian internal yang efektif adalah sebagai berikut: a. Tujuannya jelas Jika pengendalian internal tidak dapat dimengerti, maka prosedur pengendalian tersebut tidak akan digunakan dan jika tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka pengendalian tersebut tidak memiliki nilai.
b. Dibangun untuk tanggung jawab bersama Suatu pengendalian internal harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna atau ole seluruh pihak yang berkaitan.
c. Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan. Biaya yang dikeluarkan harus dapat mencapai tujuan yang ditetapkan , namun biaya tersebut tidak boleh melebihi dari manfaat yang dihasilkannya.
d. Didokumentasikan Proses dokumentasi yang baik adalah yang sederhana dan dapat mudah dimengerti, serta jelas hubungannya dengan resiko ke pengendalian dan
18
memberi keyakinan kepada menejemen bahwa pengendalian internal ini berada pada tempatnya.
e. Dapat diuji dan direview Proses pengendalian dan menejemen dan dokumentasinya dapat diuji dan direview agar dapat disempurnakan atau dapat diperbaharui jika proses pengendalian internal yang dilakukan sudah tidak sesuai dengan kondisi pada saat pengendalian dilakukan.
f. Dapat dikelola Pengendaian internal harus dapat ditambah jika terdapat kekurangan, dan dirubah jika telah tidak terdapat kesesuaian, atau diperbaharui jika sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
II.1.8 Sarana untuk mencapai kontrol Menurut Sawyer, L. B., Dittenhofer,M. A., Scheiner, J. H. (2005:77) dalam bukunya Internal Auditing yang diterjemahkan oleh Adhariani, D. “ bebrapa sarana operasional yang dapat digunakan manager untuk mengandalikan fungsi di dalam perusahaan adalah:
19
a. Organisasi (organization) Organisasi sebagai sarana kontrol, merupakan struktur peran yang disetujui untuk orang orang di dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien dan ekonomis.
b. Kebijakan (policy) Suatu kebijakan adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Prosedur (procedure) Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebijakan yang telak ditetapkan
d. Personalia (personel) Orang-orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol yang terbaik disamping kinerja masing-masing individu adalah supervisi. Jadi, standar supervisi harus ditetapkan.
e. Akuntansi (accounting) Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada aktivitas dan sumber daya.
20
f. Penganggaran (budgeting)\ Anggaran adalah suatu pernyataan hasil-hasil yang diharapkan dinyatakan dalam bentuk numerik. Sebagai sebuah kontrol, anggaran menetapkan standar masukan sumber daya dalam hal-hal yang harus dicapai sebagai keluaran.
g. Pelaporan Pada kebanyakan organisasi, menejemen berfungsi membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima . oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis.”
II.2
Penjualan
II.2.1. Pengertian penjualan Pada perusahaan dagang, penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan. Besarnya pendapatan perusahaan sangat ditentukan oleh besar kecilnya penjualan. Kegiatan penjualan itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan marketing atau pemasaran, dimana penjualan merupakan bagian dari marketing. Bagi perusahaan distributor, kegiatan penjualan menjadi tugas para salesman. Sehingga penting bagi sebuah perusahaan distributor untuk menjalin hubungan yang baik dengan para tenaga penjualnya tersebut. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) menyatakan bahwa,” Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli,
21
dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain dan properti lain yang dibeli untuk di jual kembali.” Sedangkan menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003:356), menyatakan “ penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kembali kepada pelanggan.” Selain itu , Horngren , Harrison, dan Robinson yang diterjemahkan Secokusumo (2002:222) menyatakan, “pendapatan yang dihasilkan oleh seorang pedagang dari penjualan persediaannya disebut pendapatan penjualan , yang biasa disingkat menjadi penjualan.” Dari beberapa definisi penjualan diatas , dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati. Bagian penjualan merupakan salah satu bagian penting dari perusahaan dan merupakan suatu fungsi yang saling menunjang dengan fungsi lainnya. Penjualan harus dikoordinasikan dengan baik dalam usaha memperoleh laba atas penjualan yang digunakan sebagai ukuran dalam pencapaian tujuan perusahaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
22
II.2.2 Jenis-Jenis Penjualan Pada umunya penjualan dibagi menjadi dua jenis, anatara lain: 1. Penjualan Kredit Adalah penyerahan barang atau jasa kepada pembeli yang dimana pembayaran dari pembeli di tangguhkan selama jangka waktu tertentu yang akan dilunasi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara penjual dan pemebeli. Penjualan kredit akan dicatat pada debit sebagai piutang usaha, dan penjualan di sisi kredit. 2. Penjualan Tunai Adalah
penyerahan
barang
atau
jasa
kepada
pembeli
yang
dimana
pembayarannya diterima saat itu juga. Penjualan tunai akan dicatat pada debit sebagai kas, dan penjualan di sisi kredit. II.2.3. Siklus Penjualan Arens dan loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A (2003:359) menyatakan, “Pemahaman atas fungsi yang terdapat dalam organisasi klien atas siklus penjualan adalah bermanfaat untuk memahami bagaimana pelaksanaan audit dalam siklus ini. Fungsi dalam siklus penjualan adalah sebagai berikut: a. Pemrosesan pesanan pelanggan Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal keseluruhan siklus penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan.
23
b. Persetujuan penjualan secara kredit Sebelum barang dikirimkan, seseorang berwenang dalam perusahaan harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut, praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit sringkali menyebabkan besarnya piutang tak tertagih cukup besar dan piutang usaha menjadi tidak tertagih.
c. Pengiriman barang Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan. Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumen pengiriman diperlukan untuk kepastian untuk penagihan atas pengiriman ke pelanggan.
d. Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan Aspek terpenting dari penagihan adalah meyakinkan bahwa seluruh pengiriman diperlukan untuk kepantasan penagihan atas pengiriman ke pelanggan mencakup pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara simultan memukrahirkan berkas transaksi penjualan dan berkas induk piutang usaha
e. Pemerosesan dan pencatatan penerimaan kas Dalam pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatiaan utama adalah memungkinkan dicuri sebelum penerimaan kas dicatat. Pertimbangan utama dalam penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam jumlah yang benar dengan tepat waktu dan dicatat diberkas termasuk penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas memperbaharui berkas induk piutang usaha 24
f. Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga penjualan Kalaui pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang diterimanya, bagian penjualan sering kali menerima pengembalian barang dan kemudian diberikan pengurangan harga retur atau pengurangan harga penjualan dan berkas induk piutang usaha.
g. Penghapusan piutang tak tertagih Penghapusan piutang tak tertagih terjadi ketika perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan tidak tertagih lagi, maka jumlah tersebut harus dihapuskan dan biasa ini terjadi setelah pelanggan pailit dan piutang dialihkan ke agen penagihan
h. Penyisihan putang tak tertagih Penagihan piutang tak tertagih merupakan gambaran dari penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih di masa depan.”
II.2.4 Fungsi yang Terkait dalam Penjualan Menurut Mulyadi (2001:211) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi, “ Fungsi- fugsi yang terkait dalam sistem penjualan kredit yaitu sebagai berikut:
25
a. Fungsi penjualan Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman.
Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk
membuat back order pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order pelanggan.
b. Fungsi kredit Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit, bertanggung jawab untuk menelitu status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit pada pelangan.
c. Fungsi gudang Dalam transaksi penjualan kredit,
fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyimpan barang yang dipesan ole pelanggan serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.
d. Fungsi pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan dan menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi yang berwenang.
26
e. Fungsi penaguhan Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelangan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan tranaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.
f. Fungsi akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur serta membuat laporan keuangan.disamping itu , fungsi ini juga bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan.”
II.2.5 Dokumen yang Digunakan Menurut Mulyadi (2001:214) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi, “ Dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi ke dalam pencatatan akuntansi pada sistem penjualan kredit yaitu sebagai berikut: 1. Surat order pengiriman dan tembusannya Surat order pengiriman merupakan dokumen pokok untuk memproses penjualan kredit kepada pelanggan. 2. Faktur dan tembusannya Faktur penjualan merupakan dkumen yang dipakai sebagai dasar untuk mencatat timbulnya piutang
27
3. Rekapitulasi harga pokok penjualan Merupakan dokumen pendukung yang digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu. 4. Bukti memorial Merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatatan ke dalam jurnal umum.”
II.2.6 Aktivitas Pengendalian Internal atas Fungsi Penjualan Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003), “ pengendalian interen atas penjualan, meliputi: a. Pencatatan penjualan yang didukung dokumen pengiriman yang terotorisasi dan order pelanggan yang disetujui b. Faktur penjualan Prenumbered dan dipertanggungjawabkan dengan semestinya c. Dokumen pengiriman prenumbered dan dipertanggungjawabkan d. Mendapat persetujian tentang penentuan harga, syarat penjualan dan potongan harga dengan semestinya. e. Rekening bulanan dikirim ke pelanggan , keluhan mendapatkan tindak lanjut yang independen. f. Prosedur yang diperlukan dalam penagihan dan pencatatan penjualan setiap hari sedekat mungkin dari saat kejadian.”
28
II.3. Penelitian Terdahulu Sebelumnya telah terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Martina Christy. Penelitiannya berjudul evaluasi pengendalian internal atas fungsi penjualan, piutang dan penerimaan kas pada PT GRAHADAYA NUSAPRIMA yang disusun pada tahun 2011. Berdasarkan evaluasi pengendalian internal atas fungsi penjualan, piutang dan penerimaan kas pada PT GRAHADAYA NUSAPRIMA adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan internal pada PT Grahadaya Nusaprima belum dilaksanakan secara memadai karena perusahaan belum melakukan pemisahan tugas dengan baik pada fungsi keuangan yaitu bagian kasir, baguan keuangan dan bagian accounting sehingga menyebabkan terjadinya perangkapan tugas antar bagian tersebut. Selain itu perusahaan tidak melakukan pemantauan terhadap bagian tersebut bagaimana pelaksanaan kerja yang telah dilaksanakan sesuai dengan job describtion
yang telah diberikan oleh
perusahaan. 2. Perusahaan tidak melakukan pemantauan dan kontrol dengan baik terhadap besarnya jumlah hutang atas uang muka konsumen yang belum dilunasi sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian secara materiil atas jumlah hutang uang muka konsumen tersebut. 3. Perusahaan tidak melakukan pemantauan atau kontrol dengan baik terhadap implementasi kerja yang dilaksanakan bagian sales marketing karena bagian sales marketing telah melakukan tindakan penyimpangan dari kebijaksan atau peraturan yang telah ditetapkan perusahaan yaitu tidak selalu mengikuti
29
prosedur dan kebijakan atas suatu transaksi penjualan kredit. Oleh karena itu, pihak perusahaan mengalami hambatan dalam proses penagihan pelunasan uang muka konsumen. 4. Perusahaan tidak mengadakan pelatihan pada bagian marketing sehingga perusahaan tidak memiliki staf marketing yang handal dan juga berkualitas dalam hal memasarkan penjualan rumah. 5. Pada setiap kegiatan atau aktifitas yang memerlukan otorisasi telah dilakukan oleh orang yang berwenang atas kejadian atau aktivitas tersebut. 6. Memiliki prosedur yang dibuat secara terlutis yang cukup memadai mengenai transaksi penjualan kredit seperti adanya batasan kredit dan syarat pembayaran bagi konsumen. 7. Bagian yang bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan dengan benar terhadap konsumen baru yang ingin membeli rumah dengan transaksi penjualan secara kredit sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. 8. Perusahaan membuat anggaran penjualan dan laporan penjualan secara rutin yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penjualan yang telah dicapai agar dapat diketahui apakah telah mencapai hasil penjualan yang ditargetkan perusahaan. 9. Melakukan pengeekan dan update secara rutin berkaitan dengan besarnya piutang atas uang muka onsumen yang akan dibayarkan apakah besarnya setoran yang ada di bukti transfer sesuai dengan yang dicantumkan dalam form SPR .
30
Mnurut penulis, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Martina Christy dalam penelitiannya berjudul evaluasi pengendalian internal atas fungsi penjualan, piutang dan penerimaan kas pada PT
GRAHADAYA NUSAPRIMA,
perusahaan belum melaksanakan pengendalian secara memadai jika diliat dari beberapa kelemahan yang ditemukan selama penelitian.
31