7
BAB 2 LANDAS AN TEORI
2.1
Fase Pengembangan Produk Proses pengembangan produk menurut Karl T. Urich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk” (2001, p14) secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase, dimana proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu: Fase 0 Perencanaan
Fase 1 Pengembangan Konsep
Fase 2 Perancangan Tingkat Sistem
Fase 3 Perancangan Rinci
Fase 4 Pengujian dan Perbaikan
Fase 5 Peluncuran Produk
Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk M enurut Ulrich-Eppinger (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
1. Fase 0 Perencanaan: Kegiatan ini disebut sebagai ‘Zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses penelusuran pengembangan produk aktual yang akan dikembangkan. 2. Fase 1 Pengembangan konsep: Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu
8
produk dan biasanya disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek. 3. Fase 2 Perancangan Tingkat Sistem: Fase Perancangan Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. 4. Fase 3 Perancangan Rinci: Fase perancangan rinci mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk. 5. Fase 4 Pengujian dan Perbaikan: Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal
produk.
Prototipe
awal
(alpha)
biasanya
dibuat
dengan
menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material
9
pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji uyntuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa yang direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan utama konsumen. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan
mengenai
kinerja
dan
keandalan
dalam
rangka
mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir. 6. Fase 5 Peluncuran Produk: Pada fase peluncuran produk, yang terlebih dahulu dilakukan adalah melakukan produksi awal, dimana produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya harus melewati tahap
10
demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan. Total keseluruhan fase adalah 6 fase yakni : dari fase 0 sampai dengan fase 5, dan pemahaman dari tiap tahapan dapat dimengerti dan diterapkan secara terpisah (Ulrich-Eppinger, 2001). Sementara itu menurut C. Merle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu:
Phase 1 : Opportunity Identification/Selection
Phase 2 : Concept Generation
Phase 3 : Concept/Project Evaluation
Phase 4 : Development
Phase 5 : Launch Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk M enurut Crawford-Benedetto (sumber : New Products M anagement, Crawford-Benedetto)
11
1. Fase 1 Identifikasi peluang dan seleksi (Opportunity Identification and Selection): menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang bisnis, mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan kebutuhan yang terdapat pada pasar. M engadakan riset pasar untuk kemudian dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan strategic untuk menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya. 2. Fase 2 Pengembangan Konsep (Concept generation): M emilih peluang yang paling berpotensi untuk dikembangkan
dan
mulai dengan
keterlibatan konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. M ulai menyusun konsep produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau peluang yang ada. 3. Fase
3 Evaluasi
Proyek/Konsep (Concept/Project
Evaluation):
M engevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai masuk) pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih yang terbaik kedua atau ketiga. 4. Fase 4 Pengembangan (Development): Pada fase ini merupakan tahap pengujian konsep yang sudah matang dengan pembuatan prototipe yang langsung diujikan kepada konsumen, desain pembuatan dan peralatan yang dibutuhkan sudah mulai disusun, sambil tidak lupa mempersiapkan strategi pemasaran dan persiapan peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan jalur distribusi dan biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business plan.
12
5. Fase 5 Peluncuran (Launch): M ulai produksi awal dan pemasaran dengan ruang lingkup yang kecil dulu sambil memantapkan sistem produksi pembuatan produk tersebut, dan mulai menjalankan program peluncuran sesuai yang direncanakan secara bertahap. Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betul-betul merupakan produk baru (Crawford-Benedetto, 2000, p25). Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R.Cooper dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai StageGate Process yaitu sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat mengenai Stage-Gate Process :
Idea Screen Begin
Discovery
Gate 1
Second Screen Stage 1
Scooping
Gate 2
Go to Development Stage 2
Build Business Case
Gate 3
Go to Testing Stage 3
Development
Gate 4
Go to Launch Stage 4
Testing
Gate 5
Post-Launch Stage Review End 5
Launch
Stage
Gambar 2.3 Stage-Gate Process menurut R.Cooper (Sumber : Winning at New Products, R. Cooper) 1. Discovery Stage. Tahap pemilihan ide: dalam tahapan ini, munculnya ideide tentang produk apa yang akan dikembangkan dan apa jenis pengembangannya semuanya pasti muncul dari suatu ide atau gagasan.
13
2. Gate 1 Idea Screen: merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah didapatkan. 3. Stage 1 Scooping: merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk yang akan dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon pasar terhadap produk tersebut nantinya. 4. Gate 2 Second screen: dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk mana yang akan dilanjutkan untuk dikembangkan. 5. Stage 2 Building the business case: merupakan tahap yang paling menentukan bagi tim pengembangan produk, disini akan dibuat definisi dari produk dan proyek tersebut, rencana proyek dan pembenaran dari proyek tersebut di masa-masa mendatang. 6. Gate 3 Go to development: pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke tahap pengembangan
atau tidak
berdasarkan
hasil dari tahapan
sebelumnya dan konsep yang telah terpilih. 7. Stage 3 Development: tahap ini disebut tahapan pengembangan, pada tahap ini dilakukan seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep, persiapan peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap selanjutnya. 8. Gate 4 Go to testing: merupakan tahapan awal dari pengujian konsep produk yang sudah dikembangkan. 9. Stage 4 Testing and Validation: merupakan tahapan final dari pengujian dan validasi data pengujian dari seluruh proyek, perkiraan rencana proses
14
produksi, analisa ekonomi produk, respon dari konsumen, dan pembuatan prototipe. 10. Gate 5 Go to launch: tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang sudah diuji. 11. Stage 5 Launching: produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta perbaikan-perbaikan sistem produksi dan peralatan untuk efisiensi proses, jalur distribusi dan komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara bertahap. 12. Review dari peluncuran produk: setelah produk diluncurkan secara komersialisasi, dilakukan review untuk memastikan bahwa hambatanhambatan yang ada bisa teratasi, serta memastikan apakah produksi tetap dilanjutkan beserta pemasarannya, atau tetap memasarkan sisa stok barang (bila produksi dihentikan karena tidak dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang lain(“Winning at New Products”, R.Cooper, 2001, p.108). Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak kesamaan dari ketiga produk tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan karena adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun membaginya menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Dan tahapan pengembangan produk menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger adalah yang paling umum dan mudah dipahami, serta sudah banyak
15
diterapkan oleh para praktisi pengembangan produk. Pada tahap pembahasan pengembangan produk ini nantinya akan disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh Ulrich dan Eppinger.
2.1.1
Perencanaan Produk Rencana produk mengidentifikasi portfolio produk-produk yang dikembangkan oleh organisasi dan waktu pengenalannya ke pasar. Proses perencanaan
mempertimbangkan
peluang-peluang
pengembangan produk. Peluang-peluang itu diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk, dan analisis keunggulan para pesaing. Berdasarkan peluang-peluang ini, suatu portfolio proyek akan dipilih. Proyek pengembangan produk dikelompokkan menjadi 4 tipe : a. Platform produk baru: tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk merancang suatu keluarga produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum. b. Turunan dari platform produk baru yang telah ada: proyek-proyek ini memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru. c. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada: proyekproyek
ini mungkin
hanya melibatkan
penambahan
atau
16
modifikasi beberapa detil produk dari produk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produk yang ada pesaing. d. Pada dasarnya produk baru: Proyek-proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau teknologi produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal dan baru. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek, ada lima tahapan proses berikut : 1. Mengidentifikasi
peluang-peluang Æ
langkah
ini
dapat
dibayangkan sebagai terowongan peluang karena membawa bersama-sama input berupa ide-ide untuk produk baru yang dikumpulkan secara pasif, atau bisa juga dikumpulkan melalui proses identifikasi kebutuhan pelanggan yang mencatat kelemahan produk yang sudah ada, kecenderungan gaya hidup, studi para pesaing, dan status teknologi. Bila ditelusuri secara aktif, maka terowongan peluang dapat menampung ide-ide secara kontinu dan peluang-peluang produk baru mungkin dapat dihasilkan setiap waktu. 2. Mengevaluasi
dan
memprioritaskan
proyek-proyek
Æ
Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek yang paling menjanjikan untuk diikuti. Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang ada
17
adalah
strategi
bersaing,
segmentasi
pasar,
mengikuti
perkembangan teknologi, dan platform produk. 3. Mengalokasikan sumber daya dan merencanakan penentuan waktu Æ Biasanya suatu perusahaan tidak mampu untuk menginvestasikan setiap peluang pengembangan produk sesuai dengan proyek-proyek dengan portofolio yang seimbang. Karena penentuan waktu dan alokasi sumberdaya ditentukan untuk proyek-proyek yang paling menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menambah persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk merancang sumberdaya dan merencanakan waktu hampir selalu menghasilkan suatu tingkat pengembalian untuk evaluasi sebelumnya dan penentuan prioritas langkah untuk memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti. 4. Menyelesaikan Perencanaan Produk Pendahuluan Æ Segera setelah proyek disetujui, namun sebelum sumberdaya penting digunakan, dilakukan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan, dibentuk sebuah tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pemasaran, manufaktur dan fungsi pelayanan untuk menghasilkan suatu pernyataan visi dan pernyataan misi produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari pasar target dan
asumsi-asumsi
pengembangan.
yang
mendasari
operasional
tim
18
5. Merefleksikan Hasil dengan Proses Æ Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim pengembangan, dengan cara mencari tahu perkiraan kualitas proses dan hasil. Langkah awal untuk ini adalah waktu untuk memperbaiki apakah pengembangan ini bisa berjalan dan konsisten.
2.1.2
Pernyataan Misi Dalam melakukan pengembangan suatu produk kita perlu memiliki Pernyataan M isi (Mission Statement). Pernyataan misi adalah arah dari suatu pengembangan produk, dimana mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut : 1. Uraian produk ringkas Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. M ungkin saja berupa pernyataan visi produk. 2. Sasaran Utama Bisnis Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya, dan kualitas (Contoh penentuan waktu pengenalan produk, performansi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).
19
3. Pasar Target untuk Produk Terdapat beberapa pangsa pasar target untuk produk. Bagian ini, mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan. 4. Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan. Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola, sehingga diperlukan
informasi-informasi untuk
pencatatan
keputusan
mengenai asumsi dan batasan. 5. Stakeholder Satu
cara untuk
menjamin
bahwa banyak
permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir (pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan
eksternal
membuat
keputusan
tentang
produk.
Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar stakeholder menyediakan suatu
20
bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan dipengaruhi oleh produk. Dalam membuat pernyataan misi, tim mempertimbangkan strategi-strategi dari beberapa area fungsi pada perusahaan. Dengan banyaknya
kemungkinan
strategi
fungsional
yang
harus
dipertimbangkan, strategi manufaktur, prlayanan dan lingkungan telah memiliki pengaruh yang besar pada proyek. Seseorang dapat menanyakan mengapa strategi manufaktur, pelayanan dan lingkungan (sebagai contoh) seharusnya menjadi bagian dari pernyataan misi untuk suatu produk baru. Oleh karena itu, pernyataan misi seharusnya mencerminkan sasaran perusahaan dan batasnya. Dalam menyatakan asumsi-asumsi dan batasan-batasan sebagai bagian dari pernyataan misi, beberapa permasalahan yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1. M anufaktur 2. Pelayanan 3. Lingkungan Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu “reality check” harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal ini adalah waktu untuk memperbaiki, paling tidak mereka menjadi lebih hebat dan bernilai sesuai dengan kemajuan proses pengembangan.
21
Pernyataan misi : (nama produk) Uraian Produk Sasaran Bisnis Utama
Pasar Utama Pasar Kedua
Asumsi-asumsi dan Batasan-batasan Stakeholder
Gambar 2.4 Contoh Format Pernyataan M isi (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
2.1.3
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing dan menetapkan spesifikasi produk (Ulrich-Eppinger, 2001, p.56).
22
Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer industri,
harus
berinteraksi
dengan
pelanggan
dan
memiliki
pengalaman dengan lingkungan pengguna (Ulrich-Eppinger, 2001, p.56). Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah : 1. M eyakinkan bahwa produk telah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan 2. M engidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit. 3. M enjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk. 4. M emudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk proses pengembangan produk. 5. M enjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan 6. menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan diantara anggota tim pengembang.
23
Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah : 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, proses pengumpulan data mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi pada saat produk sedang digunakan. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya harus dibuat dahulu matrik seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang akan digali kebutuhannya dan mempunyai pengalaman dengan penggunaan produk tersebut. Hasil dari wawancara atau pengumpulan data mentah ini didokumentasikan dan dikumpulkan, dapat dengan rekaman suara, video, catatan ataupun foto. Tabel 2.1 Contoh Format M atriks Seleksi Pelanggan Pengguna utama
Pengguna
Pemasok atau penjual
Pusat pelayanan
Jarang menggunakan Sering menggunakan S angat sering menggunakan (sumber : perancangan dan pengembangan produk, Ulrich – Eppinger)
24
Tabel 2.2 Contoh Format Wawancara Nama Responden :
Sekarang menggunakan :
Pekerjaan : Alamat Wilayah : Pertanyaan
Pernyataan Pelanggan
Interpretasi Kebutuhan
Penggunaan Tertentu Hal-hal yang disukai dari alat sekarang Hal-hal yang tidak disukai Usulan perbaikan (sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan pelanggan. 3. Mengorganisasikan
kebutuhan
menjadi
beberapa
hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu
tertier,
daftar
kebutuhan
yang
didapatkan
25
sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan sekunder, dimana kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci. 4. Menetapkan
derajat
kepentingan
relatif
setiap
kebutuhan, dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara bersama untuk menetukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan bersama-sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan survei lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting. 5. Menganalisa hasil dan proses, langkah terakhir pada metode indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan acuan : a. Sudahkah interaksi dilakukan dengan semua tipe pelanggan penting dalam target pasar?
26
b. Apakah sudah sanggup untuk menangkap kebutuhan tersembunyi dari pelanggan? c. M asihkah ada wilayah penyelidikan yang harus dikejar? d. M ana pelanggan partisipan yang baik yang dapat membantu untuk lanjutan proses pengembangan produk selanjutnya? e. Apakah didapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul? f. Bagaimana perbaikan untuk pengembangan yang akan datang?
2.1.4
S pesifikasi Produk Spesifikasi produk merupakan serangkaian proses yang mengungkapkan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan dibawah ini.
27
Tabel 2.3 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan No.
Kebutuhan
1
(Produk)
2
(Produk)
3
(Produk)
Kepentingan
(sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4 langkah tersebut adalah : 1. Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan metrikmetrik kebutuhan jika diperlukan. M etrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan
dan
metrik
merupakan
inti dari proses
spesifikasi. S yarat Metrik haruslah: Komplit, merupakan variabel dependent, praktis, dan merupakan istilah yang populer untuk perbandingan di pasar. Hal yang harus dipertimbangkan bahwa tidak semua kebutuhan dapat diterjemahkan menjadi metrik yang
28
terukur. Sehingga dapat bersifat subyektif. Berikut ini contoh daftar metrik: Tabel 2.4 Contoh Format Daftar M etrik Kebutuhan No. Metrik
Kebutuhan
Metrik
Kepentingan
S atuan
1 2 (sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan menggunakan Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah gabungan bermacam-macam teknik definisi produk yang dapat memaksimalkan nilainya kepada konsumen. Pada gambar dibawah ini ditampilkan konsep dari QFD house of quality. QFD house of quality merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengorganisir aliran pemikiran dan diskusi yang berakhir pada spesifikasi produk akhir. Di bawah ini dijelaskan mengenai tabel-tabel yang ada di house of quality: a. The “Whats” konsumen
Room:
sangat
menginterpretasikan
Pada dasarnya kebutuhan banyak,
tetapi
dengan
kebutuhan-kebutuhan
tersebut
maka dapat dipilih kebutuhan konsumen yang paling
29
penting. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diletakkan di kolom “Whats”. b. The Importance Ratings and Customer Competitive Assessment Rooms: M arketing dan/atau penganalisa pasar mendesain market research sehingga tim dapat menggunakan hasil sebagai input untuk menyelesaikan kolom Importance Rating dan Customer Competitive Assessment. Kolom ini terletak pada matriks dimana ranking dan rating keuntungan dicantumkan untuk analisis. Ranking kepentingan menyediakan tim prioritas atas kebutuhan konsumen dimana customer competitive assesment untuk mencari kelebihan dan kelemahan antara produk kita dengan kompetitor. c. The “Hows” Room: Langkah selanjutnya adalah penyelesaian kolom “Hows”. Pada tahap ini seluruh tim menanyakan setiap pertanyaan “apa”, “Bagaimana kita mengukur kemampuan produk yang dapat memberikan kita
indikasi
kepuasan
pelanggan
pada
setiap
spesifikasi”. Tim membutuhkan paling tidak satu ukuran kemampuan
produk,
tetapi
kadang-kadang
tim
menyadari kalau hal ini membutuhkan beberapa ukuran
30
untuk mengklasifikasikan kemampuan produk dengan cukup. d. The Relationships Matrix Room: Setelah kolom “Hows” telah selesai, tim mulai mencari hubungan antara semua “Whats” dan semua “Hows” seperti mereka menyelesaikan kolom Relationship Matrix. Dalam hal ini tim bertanya secara sistematis, “Apa hubungan antara spesifikasi “Hows” dan spesifikasi “Apa”” apakah ada sebab dan akibat diantara kedua hal tersebut?” ini adalah keputusan dari hasil mufakat antar anggota.
Berdasarkan
keputusan
bersama,
tim
menandakan strong, medium, weak or no relationship pada spesifikasi “what/how”. e. The Absolute Score and Rekative Score Rooms: setelah kolom relationship Matrix telah selesai, tim dapat berlanjut pada kolom Absolute Score dan Relative Score. Ini adalah dimana tim membuat model atau hipotesis bagaimana kemampuan produk berkontribusi kepada kepuasan pelanggan. Berdasarkan nilai Importance Rating dan Relationship Matrix, tim menghitung Absolute dan Relative Scores. Perhitungan ini adalah estimasi tim terbaik dimana ukuran kemampuan produk
31
(“Hows”) memberikan dampak yang luar biasa pada semua kepuasan pelanggan. Teknisi pada saat ini mulai mengetahui pada bagian mana produk harus memiliki kelebihan dalam hal memenangkan persaingan. f. The Correlation Matrix Room: Ada waktunya pada banyak
produk
dimana
customer
Requirements
ditranslet menjadi elemen desain fisik yang mana terjadi konflik antara satu dan lainnya, konflik ini biasanya direfleksikan Correlation
pada produk “hows”. Matrix
digunakan
Pada kolom
untuk
membantu
menyelesaikan konflik tersebut dengan memperjelas “hows” tersebut yang memiliki konflik paling besar. g. The Technical Competitive Assesment Room: Ini adalah kolom dimana teknisi memberikan ukuran yang telah diidentifikasi pada saat menyelesaikan kolom “Hows”. “Apakah produk kita berkemampuan
lebih
dibandingkan competitor berdasarkan ukuran spesifik yang kita telah diidentifikasi?” pada saat ini adalah waktunya tim untuk menguji hipotesis yang telah dibuat pada kolom Relative Score. Hal ini membantu tim untuk memastikan telah menyelesaikan kolom
32
“hows”
dengan
benar,
yang
telah
mengukur
karakteristik kepuasan pelanggan dengan akurat. h. The Target Values Room: Pada kolom akhir ini memuat
spoesifikasi
direkomendasikan. dipertimbangkan
produk Spesifikasi
dengan
baik,
yang
telah
ini
telah
merefleksikan
kebutuhan pelanggan, kemampuan bersaing dan teknik penjualan.
Components of the QFD Model
Correlation Matrix
Hows (Technical Measures)
Whats (Customer Requirements)
Relationship Matrix
Target Values Technical Competitive Assessment Absolute Score Relative Score
Gambar 2.5 Contoh Format QFD House of Quality (sumber : Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You, Cohen, Lou)
33
2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing. Analisis hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan komersial. Informasi mengenai produk pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung keputusan mengenai positioning produk.
Tabel 2.5 Contoh Format Benchmarking No. Kebutuhan
Metrik
Kepentingan
S atuan
Pesaing 1
Pesaing 2
Metrik 1 2 (sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) 3. Menetapkan Nilai Target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik. Dengan memproses bagan analisis pesaing, maka dapat ditetapkan kedua nilai target marginal dan ideal untuk tiap metrik. Karena sebagian besar nilai diekspresikan dalam batasan-batasan tertentu (maksimal, minimal atau keduanya). Perlu dibuat batasan-batasan nilai yang layak dan dapat bersaing dengan produk pesaing.
34
Tabel 2.6 Contoh Format Spesifikasi Target No. Kebutuhan
Metrik
Kepentingan
Nilai
Nilai
Marginal
Ideal
S atuan
Metrik 1 2
(sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) 4. Merefleksikan hasil dan proses. Perlu dilakukan beberapa kali pengulangan
sampai akhirnya target
disetujui.
M elakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek. Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau kembali untuk diperbaiki agar lebih tepat, sehingga yang tadinya hanya berupa pernyataan target dan selang tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat.
35
2.1.5
Penyusunan konsep M etode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :
Gambar 2.6 Langkah M etode Penyusunan Konsep (sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
36
kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian eksternal dan internal, pencarian eksternal untuk konsep yang sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru. Pohon klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil, seperti yang digunakan oleh proses. Dari sini akan muncul beberapa macam konsep yang tujuannya sama yaitu untuk menjawab penyelesaian dari submasalah yang sudah difokuskan karena sifatnya memang penting.
2.1.6
Seleksi Konsep Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya.
37
Tabel 2.7 Contoh seleksi konsep Konsep Kriteria Seleksi 1
2
3
Kriteria 1
0
0
0
Kriteria 2
0
0
0
Kriteria 3
-
0
+
Kriteria 4
-
-
+
Kriteria 5
+
+
0
Kriteria 6
-
0
+
Kriteria 7
-
0
+
Jumlah +
1
1
4
Jumlah 0
2
5
3
Jumlah -
4
1
0
Nilai Akhir
-3
0
4
Peringkat
3
2
1
Lanjutkan?
tidak
ya
ya
M etode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.
38
Gambar 2.7 Seleksi dan Penyaringan Konsep (sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980an dan sering sekali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh, 1990). Tujuan tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep. Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnnya. Dan terakhir „lebih buruk“ (-). Bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep
39
lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi rangking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi. Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks. Konsep Kriteria
Beban
Rating
Nilai Beban
Rating
Nilai Beban
Kriteria 1
5%
3
0.15
3
0.15
Kriteria 2
15%
3
0.45
3
0.45
Kriteria 3
25%
3
0.75
4
1
Kriteria 4
20%
4
0.8
4
0.8
Kriteria 5
10%
4
0.4
3
0.3
Kriteria 6
15%
2
0.3
3
0.45
Kriteria 7
10%
2
0.2
3
0.3
Nilai Akhir 3.05
3.45
Peringkat
2
1
Lanjutkan?
tidak
Ya
Gambar 2.8 M atrik Penilaian Konsep (sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
40
Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasikan nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai sama. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki rangking tertinggi. Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan.
2.1.7
Pengujian Konsep Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.
41
Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji. M etode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu : 1) Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep Æ pengujian
konsep
dapat
diartikan
sebagai
suatu
eksperimen, oleh karena itu perlu didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab pertanyaanpertanyaan seperti konsep
mana yang akan diuji?.
Bagaimana konsep dapat diperbaiki?, berapa jumlah produk yang dapat dijual?, dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?. 2) Memilih populasi survei Æ seringkali produk ditujukan untuk pasar potensial dengan beberapa segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengujian ke beberapa segmen sekaligus akan membuang banyak waktu dan biaya,
sehingga
seringkali
untuk
menghindari
pembengkakan biaya maka pengujian konsep cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial dengan segmen pasar terbesar saja.
42
3) Memilih format survei Æ sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan selanjutnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan : face-to-face interaction, telepon, surat, E-mail, internet. Dan tiap format memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. 4) Mengkomunikasikan konsep Æ yang membedakan survei pengujian konsep dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus dikomunikasikan kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak
cara
yang
dapat
digunakan
untuk
mengkomunikasikan konsep yaitu : uraian verbal, sketsa, foto dan gambar, story board, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik, dan prototipe yang dioperasikan. Sehingga tim pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yang ada. 5) Mengukur respon pelanggan Æ data yang didapatkan dari survei dapat diolah dan digunakan untuk mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama diukur adalah konsep
mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta
keinginan
pelanggan untuk membeli dengan
dibagi
kedalam lima skala yaitu pasti akan membeli, mungkin
43
akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan membeli. Atau bisa juga dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka peluang sendiri untuk membeli. 6) Menginterpretasikan
hasil
Æ
maksud
dari
menginterpretasikan hasil adalah bila memang ada konsep yang mendominasi, maka secara langsung konsep tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas, maka konsep dapat dipilih berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Dan
tidak
jarang
juga
tim
pengembang
dapat
memperkirakan portensi penjualan produk satu tahun kedepan setelah produk tersebut diluncurkan. M eskipun sifatnya tidak pasti, tetapi prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang sangat berharga bagi tim pengembangan produk. 7) Merefleksikan Hasil dan Proses Æ M anfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu : Ukuran pasar
keseluruhan,
44
ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan sesuai dengan yang dituju? Dan apakah hasil prediksi konsisten
dengan
penjualan
terhadap
hasil tingkat
pengamatan
produk-produk
sama?
tingkat
Akhirnya
pengalaman dengan produk baru kemungkiunan besar dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk produkproduk yang hampir sama.
2.2
Definisi S tatistika Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana membuat generalisasi harga statistik. Obyek statistika adalah data yang kemudian diolah menjadi informasi. Informasi adalah sesuatu yang sudah siap untuk membuat keputusan. (Ronald E. Walpole, 1992) Dua konsep penting dalam statistika : •
Konsep populasi dari sampel Tujuan : produksi beras tahun depan (2008) Keputusan impor beras tahun 2007
45
Untuk menaksir produksi beras tahun 2008 digunakan data-data panenan sebagian daerah awal tahun 2008. Produksi beras tahun 2008 = populasi (tidak bisa diketahui tetapi harus ditaksir). Sebagian daerah penyelidikan = sampel Populasi : Himpunan semua obyek-obyek yang kita selidiki Sampel : Himpunan bagian dari populasi
Populasi sampel
Gambar 2.9 Ilustrasi Populasi dan Sampel (sumber : Pengantar Statistika, Ronald E. Walpole) Karakteristik yang dihitung dari populasi disebut parameter. Karakteristik yang dihitung dari sampel disebut statistik. Beberapa cara mengubah data menjadi informasi : 1. M enyusun data dalam kelompok (distribusi frekuensi). 2. M enyajikan dalam bentuk gambar (histogram/polygon). 3. M enentukan ukuran tendensi sentral dan deviasi. Ukuran kondisi sentral x1 , x 2 , x3 , L, x n
Ukuran yang mewakili data
46
15 Km
Prambanan
YK Sampai di Jogja 20 menit
Gambar 2.10 contoh soal perhitungan tendensi sentral Kecepatan x1 , x 2 , x3 , L, x n Kecepatan rata-rata 45 Km/Jam
Tendensi Sentral Ukuran tendensi sentral yang biasa digunakan adalah mean, median dan modus. x1 , x 2 , x3 , L, x n
Data
x , x , x , L, x n M ean x = 1 2 3 n x1 = 6 x =
x2 = 4
n
= ∑ xi i≡ 1
x3 = 8
x4 = 7
6+4+8+7 25 = = 6,25 4 4
Sifat-sifat notasi sigma n
1.
∑ (x i≡ 1
i
+ y i ) = (x1 + y1 ) + L + (x n + y n ) = (x1 + x2 + L + x n ) + ( y1 + y 2 + L + y n ) n
=
∑ xi + i≡ 1
n
∑y i≡ 1
i
47
n
2.
∑ bx
1
i≡ 1
n
= bx1 − bx 2 + ............ + bxn = b( x1 + ........... + xn ) = b∑ x i i≡ 1
n
3.
∑b = b + b + L + b = n ⋅ b i≡ 1
n
n
4.
∑ (x i =1
− x) = 2
i
∑ (x n
i
2
− 2 xi ⋅ x + x
∑x
)
x=
i= 1
=
n
n
i= 1
i= 1
i
i=1
n
∑ xi 2 − 2 ⋅ x ⋅ ∑ xi + n ⋅ x 2
⎛ n ⎞ ⎜ ∑ xi ⎟ n 2 i= 1 ⎠ = ∑ xi − 2 ⎝ n i= 1
n
= n ⋅ ∑ xi i =1
2.2.1
2
2
2
⎛ n ⎞ ⎜ ∑ xi ⎟ ⎝ i =1 ⎠ + n
⎛ n ⎞ ⎜ ∑ xi ⎟ ⎝ i =1 ⎠ − n
2
2
Teknik Sampling Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi. (Ronald E. Walpole, 1992)
48
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap
satu produk tertentu, maka
populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM ) organisasi “Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi “Y” Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.
2.2.1.1 S yarat sampel yang baik Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin
49
diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
2.2.1.2 Teknik-teknik pengambilan sampel Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,
sampel
sampling,
dan
acak
atau
sampel
random
tidak
acak
sampling/probability atau
nonrandom
samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah
peneliti,
50
sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol). Dua jenis
teknik
pengambilan
sampel di atas
mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”? Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen? Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel
51
diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
2.3
Definisi QFD (Quality Function Deployment) Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses perancangan dan pengembangan produk atau layanan yang mampu mengintegrasikan ‘suara-suara konsumen’ ke dalam proses perancangannya. QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi perusahaan untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen terhadap
produk
atau
jasa
yang
dihasilkannya
(sumber:
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=25:industri& id=247:quality-function-deploymen&format=pdf). Berikut
ini dikemukakan
beberapa definisi Quality Function
Deployment menurut para pakar : 1. QFD merupakan metodologi untuk menterjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990; Urban, 1993).
52
2. QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan spesifikasi
kebutuhan
dan
produk suntuk menetapkan keinginan
konsumen,
serta
mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). 3. QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan konsumen (Djati, 2003).
2.3.1
Manfaat QFD Penggunaan metodologi QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Sebab perusahaan akan mempunyai keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan konsumen. M anfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD dalam proses perancangan produk adalah (Dale, 1994): 1. M eningkatkan keandalan produk 2. M eningkatkan kualitas produk 3. M eningkatkan kepuasan konsumen 4. M emperpendek time to market
53
5. M ereduksi biaya perancangan 6. M eningkatkan komunikasi 7. M eningkatkan produktivitas 8. M eningkatkan keuntungan perusahaan
2.3.2
Keunggulan QFD Keunggulan–keunggulan yang dimiliki QFD adalah: 1. M enyediakan format standar untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen menjadi persyaratan teknis, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 2. M enolong tim perancang untuk memfokuskan proses perancangan yang dilakukan pada fakta-fakta yang ada, bukan intuisi. 3. Selama proses perancangan, pembuatan keputusan ‘direkam’ dalam matriks-matriks sehingga dapat diperiksa ulang serta dimodifikasi di masa yang akan dating.
2.3.3
Hierarkhi matrik QFD Dengan
menggunakan
metodologi
QFD
dalam
proses
perancangan dan pengembangan produk, maka akan dikenal empat jenis tahapan, yaitu masing-masing adalah: 1. Tahap Perencanaan Produk (House of Quality) 2. Tahap Perencanaan Komponen (Part Deployment)
54
3. Tahap Perencanaan Proses (Process Deployment) 4. Tahap
Perencanaan
Produksi
(Manufacturing/Production
Planning)
2.3.3.1 House of Quality Rumah kualitas atau biasa disebut juga House of Quality (HOQ) merupakan tahap pertama dalam penerapan metodologi QFD. Secara garis besar matriks ini adalah upaya untuk mengkonversikan voice of costumer secara langsung terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisi-posisi relatif produk yang ada di pasaran yang merupakan kompetitor. Berikut ini adalah struktur matrik pada HOQ:
55
Gambar 2.11. Diagram HOQ (sumber : Quality Function Deployment: How To M ake QFD Work For You, Lou Cohen, 1995) a. Bagian A Berisikan data atau informasi yang diperoleh dari penelitian pasar atas kebutuhan dan keinginan konsumen. “Suara konsumen” ini merupakan input dalam HOQ. M etode identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara, baik secara
grup
atau
perorangan.
M elalui
wawancara,
perancang dapat dengan bebas mengetahui lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan dapat dianggap mencukupi, dalam arti cukup menggambarkan kebutuhan konsumen sampai sekitar 90% adalah sebanyak 30 wawancara. Ini berdasarkan pada penelitian untuk suatu
56
produk picnic coolers oleh Griffin dan Houser (Ulrich & Eppinger, 1995). b. Bagian B berisikan tiga jenis data yaitu: 1. Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan konsumen. 2. Data tingkat kepuasan konsumen terhadap produkproduk yang dibandingkan. 3. Tujuan strategis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan. •
Kebutuhan Konsumen.
•
M atriks
Perencanaan
(Penelitian
Pasar
dan
Perencanaan Strategis). •
M atriks
Target
Persyaratan
Teknis
(Tingkat
kepentingan, daya saing, dan target Persyaratan teknis). •
Persyaratan Teknis
•
M atrik Relationship (antara kebutuhan konsumen dan Persyaratan teknis).
c. Bagian C berisikan persyaratan-persyaratan teknis terhadap produk atau jasa baru yang akan kembangkan. Data persyaratan teknis ini diturunkan berdasarkan “suara konsumen” yang telah diperoleh pada bagian A. Untuk
57
setiap persyaratan teknis ditentukan satuan pengukuran, Direction of Goodness dan target yang harus dicapai. Direction of Goodness terdiri dari 3, yaitu: 1. The More the Better atau semakin besar semakin baik, target maksimal tidak terbatas. 2. The Less the Better atau semakin kecil semakin baik, target maksimal adalah nol. 3. Target is Best atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut. d. Bagian D, berisikan kekuatan hubungan antara persyaratan teknis dari produk atau jasa yang dikembangkan (bagian C) dengan
“suara
mempengaruhinya.
konsumen”
(bagian
Kekuatan
hubungan
A)
yang
ditunjukkan
dengan symbol tertentu atau angka tertentu. Berikut ini hubungan antara kepuasan pelanggan dengan persyaratan teknis, ada empat kemungkinan korelasi: 1. Not linked (Blank) diberi nilai nol. Perubahan pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, tidak akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. 2. Possibly linked, diberi nilai 1. Perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis, menurut direction of
58
goodness-nya akan memberi sedikit perubahan pada kepuasan pelanggan. 3. Moderate linked, diberi nilai 3. Perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan. 4. Strongly linked, diberi nilai 9. Perubahan yang relative kecil pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan. e. Bagian E, berisikan keterkaitan antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar persyaratan teknis tergantung pada direction
of
goodness
dari setiap
persyaratan teknis, ada lima kemungkinan: 1. Strong Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2. Moderate
Possitive
Impact
:
perubahan
pada
persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya,
59
akan menimbulkan pengaruh positif yang sedang terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2. 3. No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah
direction
of
goodness-nya,
tidak
akan
menimbulkan pengaruh terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2. 4. Moderate Negative Impact ( x ) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif yang sedang terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2. 5. Strong Negative Impact ( xx ) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2. f. Bagian F, berisikan tiga macam jenis data, yaitu: 1. Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis. 2. Technical
benchmarking
dari
produk
yang
dibandingkan. 3. Target kinerja persyaratan teknis dari produk yang dikembangkan.
60
2.3.3.2 Part Deployment Part Deployment merupakan iterasi kedua dalam metode QFD. Berikut ini adalah struktur matrik pada Part Deployment: a. Bagian A, Bagian ini berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD iterasi 1. b. Bagian B, Bagian ini berisi hasil normalisasi kontribusi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD iterasi 1. c. Bagian C, Bagian ini berisi: 1. Persyaratan part yang berhubungan dan bersesuaian dengan persyaratan teknis yang diperoleh pada QFD iterasi 1. 2. Direction of goodness dari masing-masing persyaratan part. d. Bagian D, Bagian ini menggambarkan hubungan diantara persyaratan
part
dan
persyaratan
teknis.
Sehingga
hubungan ini didasarkan pada dampak persyaratan part terhadap persyaratan teknis. e. Bagian E, Bagian ini berisi: 1. Part specification, merupakan satuan dari persyaratan part.
61
2. Column weight, merupakan kontribusi dari persyaratan part. 3. Target, merupakan spesifikasi yang ingin dicapai oleh masing-masing
persyaratan
part
dalam
rangka
pengembangan.
2.4
Definisi Lain-lain 2.4.1
KEYBOARD Keyboard atau biasa diartikan “papan ketik” adalah piranti untuk memasukan data berupa huruf, angka, ataupun symbol kepada system operasi atau perngkat lunak. Koneksi keyboard pada komputer bermacam-macam. Ada yang melalui port serial (COM ), PS2, ataupun USB. Tipe koneksi melalui port COM sudah tidak diproduksi lagi, umumnya keyboard sekarang menggunakan port USB. Tapi masih ada juga yang menggunakan port PS2. Keyboard yang beredar memanfaatkan
sekarang sudah
teknologi wireless
atau
Komputer untuk Orang Awam, Irawan, p.33)
nirkabel.
banyak
yang
(“Pengenalan
62
2.4.2
MOUS E Secara harfiah, arti dari nama alat ini adalah tikus, mengingat bentuk secara umumnya mirip dengan binatang tersebut. Penunjuk (pointer) yang dapat digerakkan kemana saja berdasarkan arah gerakan bola kecil yang terdapat dalam mouse. Mouse memiliki sensor untuk mengetahui kemana arah yang dikehendaki oleh usernya. Sensor ini diantaranya adalah melalui bola dan cahaya. Untuk mouse yang memiliki sensor dengan menggunakan bola, jika kita membuka dan mengeluarkan bola kecil yang terdapat di belakang mouse, maka akan terlihat 2 pengendali gerak di dalamnya. Kedua pengendali
gerak tersebut dapat bergerak bebas dan
mengendalikan pergerakan penunjuk, yang satu searah horisontal (mendatar) dan satu lagi vertikal (atas dan bawah). Pada sebagian besar mouse terdapat tiga tombol, tetapi umumnya hanya dua tombol yang berfungsi, yaitu tombol paling kiri dan yang paling kanan. Mouse ditemukan pertama kali oleh Douglas Engelbert. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008)
63
2.4.3
CASING DES KTOP Kotak mesin komputer. Sebuah case komputer sebenarnya tak lebih dari rangka dari sebuah komputer. Case ini adalah tempat dimana komponen-komponen yang membentuk sebuah
sistem
komputer terletak, juga untuk meletakkan alat pendingin (cooling fan), dan juga meng-ground listrik yang terdapat pada komponenkomponen yang ada melalui rangka yang terbuat dari besi. Case yang besar dengan tempat ekspansi yang banyak lebih disukai, dengan adanya ruang ekspansi yang banyak anda dapat menambahkan perangkat-perangkat lain dengan mudah. Contoh dari barang-barang yang dapat ditambahkan ini misalnya drive DVD, CD writer, dan lainlain. Saat ini case dengan bentuk tower biasanya lebih disukai daripada case dengan bentuk desktop karena memiliki tempat yang lebih luas untuk ekspansi, dan juga dapat memiliki kemampuan pendinginan yang lebih baik. Sebuah case bisa berupa AT atau ATX, dimana perbedaannya terletak pada posisi dan ukuran motherboard nantinya, demikian pula power supply yang datang bersama case tersebut. Case komputer biasanya datang bersama-sama dengan power supply, walaupun kadang-kadang disarankan agar anda membeli power supply terpisah sehingga bisa mendapatkan kedua barang tersebut dengan kualitas yang sama-sama tinggi.
64
Dalam bahasa Indonesia (meskipun masih diadopsi dari istilah asing)
dikenal dengan casing yang merupakan tempat anda
meletakkan
seluruh
komponen
komputer
(Mainboard,
RAM ,
Harddisk, CDROM , dsb) yang melindungi komponen vital komputer dari hal-hal yang dapat merusak, seperti air. Dan berbentuk seperti kotak yang biasanya casing berukuran lebar kira-kira 30-40 cm dan panjangnya kira-kira 50-60 cm. Casing desktop kosong yang dipasarkan saat ini umumnya sudah dilengkapi dengan power supply unit (P SU), speaker, lampu untuk harddisk, lampu power, lampu turbo, dan kabel-kabel lampu. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008)
2.4.4
Power S upply Suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai pencatu daya/pemberi sumber tegangan/arus pada peralatan atau komponenkomponen yang terdapat pada sebuah CPU. Tanpa power supply sebuah CPU tidak akan bisa digunakan karena tidak memiliki pasokan energi listrik yang dibutuhkan yang harus diturunkan dan disesuaikan terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa digunakan untuk menjalankan semua komponen yang ada dalam sebuah CPU. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008)
65
2.4.5
RAM Random Access Memory, memori yang dapat dibaca dan ditulis. Informasi akan hilang jika komputer mati. RAM biasanya lebih dikenal dengan sebutan memory. M enurut Irawan dalam bukunya yang berjudul “Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, memory biasanya berupa chip yang terdapat pada papan sirkuit motherboard atau komponen-komponen lain. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008)
2.4.6
US B Universal Serial Bus. Socket yang terdapat di semua PC model baru untuk koneksi perangkat-perangkat USB. USB mendukung instalasi yang mudah dengan system Plug and Play, dan secara bertahap menggantikan port serial dan pararel yang lama. Perangkat USB meliputi scanner, modem dan printer. Untuk jaman sekarang ini penggunaan U SB sudah semakin luas, hal ini disebabkan karena perpindahan aliran data yang sangat mudah dengan menggunakan USB tersebut, oleh karena itu banyak jenis peralatan seperti misalnya handphone, mp3 player, dll yang menggunakan U SB sebagai aliran perpindahan data. Selain untuk perpindahan data, ternyata USB juga bisa digunakan untuk melakukan charge terhadap baterai yang terdapat para peralatan-peralatan
66
tersebut, oleh sebab itulah ada alat yang kemudian disebut sebagai USB CHARGER. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008)
2.4.7
HARD DIS K Hard disk adalah komponen perangkat keras komputer yang berguna untuk menyimpan data. Hard disk menyimpan data dalam sebuah piringan magnetis. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan)
2.4.8 OPTICAL DEVICES Optical
Devices
adalah
perangkat
penyimpanan
yang
menggunakan alat baca/tulis berupa optik. M edia penyimpanannya berupa piringan CD/ DVD. Biasanya interface datanya melalui kabel IDE, namun ada juga yang sudah dikonversi menjadi USB pada external
optical
drive.
(sumber:
http://www.wintersat.com/content/view/68/1/lang,en/)
2.4.9
VGA CARD VGA singkatan dari Video Graphics Accelerator, berfungsi untuk mengolah data graphis dan ditampilkan di layar monitor, VGA
67
juga memiliki processor yang dinamakan GPU (Graphics Processing Unit) dan membutuhkan memory juga. Jaman sekarang motherboard yang beredar dipasaran banyak yang menggunakan VGA onboard sehingga Anda tidak perlu membeli VGA card lagi, hal ini sangat membantu untuk menghemat biaya pengeluaran. Perbedaan antara VGA OB(On Board) dengan VGA yang terpisah dengan motherboard adalah sebagai berikut : 1. VGA OB tidak memiliki memory sendiri sehingga VGA OB menggunakan sebagian kapasitas RAM yang ada di dalam komputer untuk berkerja, sehingga akan membuat kinerja RAM menjadi lambat, tapi sekarang beberapa produsen motherboard sudah meluncurkan motherboard dengan VGA OB dan memiliki memory sendiri. 2. VGA OB mempunyai kinerja yang lebih rendah bila dibandingkan dengan VGA eksternal, tapi jika komputer Anda tidak terlalu digunakan untuk bermain game terutama game 3d yang terbaru yang membutuhkan kapasitas VGA yang lebih besar maka Anda masih bisa menganalkan VGA OB yang Anda miliki, sekarang banyak motherboard dengan VGA OB yang bisa menandingi bahkan mengungguli kinerja VGA eksternal
68
3. VGA OB berbentuk lebih kecil dengan VGA eksternal, hal ini bertujuan untuk menghemat biaya pembuatannya, ukuran kecil ini biasa disebut
dengan
microATX(mATX).
(sumber:
http://bahaskomputer.blogspot.com/2009/01/pengertian-vgacard.html)
2.4.10 UPS UPS (Uninteruptable Power System) adalah sebuah alat yang mampu menyimpan arus listrik agar tetap dapat digunakan pada saat arus listrik putus/mati . UPS merupakan baterai backup yang hanya bertahan sementara saja dan memiliki kapasitas yang terbatas. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008)
2.4.11 S PEAKER M erupakan alat yang mengubah sinyal elektrik baik analog maupun digital dari perangkat input suara menjadi gelombang suara. Speaker pada umumnya dihubungkan melalui port audio pada soundcard. (”Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008, p.39)
69
2.4.12 MAIN BOARD Main board atau sering juga disebut motherboard, adalah sebuah papan sirkuit utama di dalam komputer dekstop, laptop, atau server. (“Pengenalan Komputer untuk Orang Awam”, Irawan, 2008) Motherboard mempunyai sejumlah fungsi, antara lain: •
Sebagai tempat dimana bagian modular lainnya (CPU, RAM , hard drives, dll) yang diperlukan untuk menyusun suatu komputer modern dipasang
•
Untuk menerima komponen – komponen berbeda yang dibutuhkan untuk kustomisasi
•
Untuk mendistribusikan daya ke komponen2 PC yg lain
•
Untuk
membantu
komponen-komponen
pengaturan
operasional
dari
ada
dan
yang
menghubungkannya secara elektronik
2.4.13 AutoCAD AutoCAD merupakan akronim dari AutomaticComputer Aided Design. AutoCAD pertama kali diperkenalkan tahun 1982 oleh Autodesk dengan nama M icroCAD dan berkembang hingga versi terbaru, yakni AutoCAD 2009. AutoCAD 2009 adalah aplikasi untuk pemodelan berbasis vector. Dengan teknik ini setiap pemodelan yang
70
telah dibuat dapat dipebesar atau diperkecil skalanya tanpa mengalami perubahan kualitas. Saat anda mengembangkan hasil rancangan, anda dapat memeriksa dimensi rancangan yang anda buat. (“Desain Bangunan Rumah dengan AutoCAD 2009”, Suryantoro, Sigit. 2008) Keluarga produk AutoCAD, secara keseluruhan, adalah software CAD yang paling banyak digunakan di dunia. AutoCAD banyak digunakan oleh insinyur sipil, land developers, arsitek, insinyur mesin, desainer interior dan lain-lain. Format data asli AutoCAD, DWG, dan yang lebih tidak populer, Format data yang bisa dipertukarkan (interchange file format) DXF, secara de facto menjadi standard data CAD. Akhir-akhir ini AutoCAD sudah mendukung DWF, sebuah format yang diterbitkan dan dipromosikan oleh Autodesk untuk mempublikasikan data CAD. AutoCAD saat ini hanya berjalan disistem operasi M icrosoft. Versi untuk Unix dan M acintosh sempat dikeluarkan tahun 1980-an dan 1990-an, tetapi kemudian tidak dilanjutkan. AutoCAD masih bisa berjalan di emulator seperti Virtual PC atau Wine. (Sumber: “Peran Software dalam Arsitektur”, Jackson, dan Tomo, Surya, dkk. 2009)
71
2.4.14 3D S tudio Max 3D Studio M ax (kadangkala disebut 3ds Max atau hanya MAX) adalah sebuah perangkat lunak grafik vektor 3-dimensi dan animasi, ditulis oleh Autodesk M edia & Entertainment. Software ini dilengkapi dengan fitur-fitur dan tool pembuatan modeling dan animasi yang paling popular dan banyak digunakan saat ini. (“36 M enit Belajar Komputer 3D Studio M ax 2008”, Sugianto, M ikael, dan SmitDev Community. 2008) 3ds Max adalah salah satu paket perangkat lunak yang paling luas digunakan sekarang ini, karena beberapa alasan seperti penggunaan platform M icrosoft Windows (“ Peran Software dalam Arsitektur”, Jackson, dan Tomo, Surya, dkk. 2009)
2.4.15 S PSS SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan program aplikasi yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistic dengan menggunakan komputer. Kelebihan program ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat semua perhitungan statistic muali dari yang sederhana sampai yang rumit sekalipun yang jika kita lakukan secara manual akan memakan waktu yang lebih lama.(“Statistik
Itu M udah: Panduan
Lengkap
untuk
Belajar
72
Komputasi Statistik M enggunakan SPSS 16”, Sarwono, Jonathan. 2009) SPSS merupakan software statistik paling andal di dunia yang digunakan oleh berbagai lapisan pengguna, baik akademisi, pebisnis, pemerintah, atau organisasi-organisasi untuk memecahkan berbagai persoalan statistik dan riset. Software Statistik dan Data M ining SPSS sangat mudah digunakan (user-friendly) dan mempunyai banyak fasilitas untuk mempersiapkan, mengolah dan menganalisis data secara statistik. Juga tersedia software untuk membantu pembuatan kuesioner
serta
pemasukan
data
secara
otomatis.
http://www.spss.co.id/content/view/20/36/lang,en/)
(Sumber: