BAB II LANDASAN TEORI A. STANDAR PROSES 1.
Pengertian Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul”Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”,Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Secara garis besar Standar Proses tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis. b. Setiap
satuan
pelaksanaan
pendidik
proses
melakukan
pembelajaran,
perencanaan penilaian
hasil
proses
pembelajaran,
pembelajaran
untuk
terlaksanannya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. c. Perencanaan pembelajaran merupakan penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap muatan pembelajaran.1
1
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 25.
21
22
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan denganpelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran dikembangkan oleh BSNP, dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.2Standar proses pendidikan meliputiperencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran. 2.
Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran
meliputi
penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran
dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. 1) Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
2
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 28.
23
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan) b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan
keterampilan
yang
terkait
muatan
atau mata
pelajaran. e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A). f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
24
i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan
sebagai
acuan
dalam
pengembangan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran.3 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Seluruh isi dan proses rencana pelaksanaan pembelajaran harus mencerminkan proses keterpaduan dan diarahkan pada upaya mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan secara terpadu.4 Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
3
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progeresif. Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2014), hlm. 246-247. 4 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013), (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2014), hlm. 122.
25
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD
atau
sub tema yang
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih.5Komponen RPP terdiri atas: a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan b. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema. c. Kelas/semester. d. Materi pokok. e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai. f. Tujuan
pembelajaran
yang
dirumuskan
berdasarkan
KD,
dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. g. Kompetensi dasar dan indicator pencapaian kompetensi.
5
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 293.
26
h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai. j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses
pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran. k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. m. Penilaian hasil pembelajaran.6 Prinsip penyusunan RPP menurut Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses adalah sebagai berikut: a.
Memperhatikan perbedaan
individual
peserta
didik antara
lain
kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, 6
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 284.
27
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. b.
Mendorong partisipasi aktif peserta didik untuk mendorong motifasi, minat kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
c.
Mengembangkan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
d.
Pemberian umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
e.
Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
f.
Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
g.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.7
7
Abd. Kadir dan Hanun Asrohah, PEMBELAJARAN TEMATIK, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm 160-161.
28
3.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran Sesuai dengan Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses, berikut adalah beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. a) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1) Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran sebagai berikut: a. SD/MI : 35 menit. b. SMP/MTs : 40 menit. c. SMA/MA : 45 menit. d. SMK/MAK : 45 menit.8 2) Buku teks pelajaran Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.9
8
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konseptual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 105. 9 Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 296.
29
3) Pengelolaan Kelas Sebagai pengelola kelas, guru memiliki peranan yang strategis karena dia berfungsi sebagai orang yang merencanakan kegiatankegiatan
yang
akan
dilakukan
di
kelas,
orang
yang
akan
mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul. Dalam manajemen kelas melakukan hal-hal sebagai berikut:10 a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik seduai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik. c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. 10
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konseptual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 132.
30
e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi. i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran. j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.11 4) Penggunaan Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk mngimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
11
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 296-297.
31
pembelajaran karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.12 Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, bersifat inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih guru dan yang sesuai dengan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang ditematikkan. Misalnya, metode ceramah, Tanya jawab, bermain peran, demontrasi, bercakap-cakap. Oleh karena itu guru harus menguasai berbagai model dan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan (Depdiknas, tth: 8-9).13 5) Penggunaan Media Pembelajaran Media pembelajaran diperlukan disamping untuk
wahana
penyampaian materi pembelajaran juga untuk meningkatkan kejelasan pembahasan
materi.Selain
itu,
juga
untuk
memotivasi
belajar
siswa.Makin abstrak materi pembelajaran (berupa data dan informasi dalam bentuk simbol, angka, tulisan dan lisan) maka makin penting kehadiran media pembelajaran.Dengan bantuan media, materi abstrak 12
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 150. 13
Ibid., hlm. 191.
32
menjadi bisa teramati atau tertangkap oleh pancaindra. Sehingga kualitas belajar siswa akan semakin berkualitas. Sejumlah hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran, yaitu: 1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Selaras dengan sifat materi yang akan dipelajari. 3. Sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan berfikir dan jumlah anak. 4. Kemudahan untuk memperoleh media. 5. Ketersediaan waktu untuk penggunaan media. 6. Ketrampilan guru dalam menggunakan media.14
b) Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Adapun beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran, diantaranya: (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinesthesia; dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
14
Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 193.
33
beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna.15 c) Model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 1) Pendekatan saintifik pada proses pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pendekatanscientific. Pendekatan scientific ialah pendekatan pembelajaran yang dilaukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. a. Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca yang diformulasikan
pada
skenario
proses
pembelajaran.
Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.16
15
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA, (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 180. 16 Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 125.
34
b. Menanya Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat menanya atau mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Siswa harus dilatih agar bisa menanya hal-hal yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.ng dari suatu benda atau objek. c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak, mengamati fenomena atau objek dengan
lebih
teliti,
atau
bisa
juga
melaksanakan
35
eksperimen.Berdasarkan kegiatan-kegiatan inilah pada akhirnya akan dikumpulkan banyak informasi. Informasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. d. Mengkomunikasikan hasil Kegiatan
belajar
yang
dilakukan
mengkomunikasikanadalah menyampaikan
hasil
pada
tahapan
pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan lainnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.17
17
Abdul Majid dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), hlm. 265-267.
36
d) Proses Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Ketiga kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Untuk jelasnya berikut pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud. 1) Kegiatan awal Dalam kegiatan awal biasanya alokasi waktu untuk kegiatan awal ialah 15 menit. Dalam kegiatan ini yang dilakukan guru ialah sebagai berikut: a.
Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
b.
Mengawali dengan membaca doa pembuka pembelajaran dan salam.
c.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
d.
Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
37
e.
Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.18
f.
Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan
contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional.19
2) Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, disesuaikan
media
pembelajaran,
dan
sumber
belajar
yang
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik atau tematik terpadu atau saintifik atau inkuiri dan
penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.20
18
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konseptual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. x. 19 M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA, (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 182. 20 Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 297-298.
38
a.
Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yangdipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaranberorientasi
pada
tahapan
kompetensi
yang
mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut. b.
Pengetahuan Pengetahuan
dimiliki
melalui
aktivitas
mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.Karakteritik
aktivititas
pengetahuan ini memiliki perbedaan
belajar
dalam
domain
dan kesamaan dengan
aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik disarankan
untuk
penyingkapan/penelitian mendorong
menerapkan (discovery/inquiry
belajar learning).
sangat berbasis Untuk
peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). c.
Keterampilan
39
Keterampilan menanya, mencoba,
diperoleh
melalui
kegiatan
mengamati,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh
isimateri (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus
mendorong siswa untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaranyang menerapkan modus belajar
berbasis
penyingkapan/penelitian
(discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).21 3) Kegiatan akhir Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dengan: a. Bersama-sama
dengan
peserta
didik/atau
sendiri
membuat
rangkuman/kesimpulan pelajaran. b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.22 4.
Penilaian Proses Pembelajaran
21
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015), hlm. 337-338. 22 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif. Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2014), hlm. 277.
40
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik(authentic assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.23Hasil
penilaian
otentik dapat
digunakan oleh
guruuntuk
merencanakanprogram perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. 24 Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan: a. Penilaian Sikap 1. Observasi
merupakan
teknik
penilaian
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian diri. 23
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2014), hlm. 113. 24 Abdul Majid dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), hlm. 7.
41
3. Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. 4. Jurnal adalah catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa di dalam dan luar kelas.25 b. Penilaian Pengetahuan 1.
Tes Tertulis dari dua bentuk objektif dan nonobjektif. Tes objektif, meliputi:
pilihan
ganda,
dua
pilihan
(benar-salah,
ya-tidak),
menjodohkan. Sementara tes nonobjektif meliputi soal uraian (esai).26 2.
Tes Lisan dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan dengan tingkat kesukaran yang beragam, mulai dari tingkat ingatan sampai kreasi.27
c. Penilaian Ketrampilan
25
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 98. 26 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 264. 27 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 228.
42
1.
Tes praktik dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dalam ketrampilan tertentu dengan menggunakan lembar observasi atau menggunakan peralatan yang telah di standarisasi.28
2.
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam waktu tertentu.29
3.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.30
B. KURIKULUM 2013 28
Ibid.,hlm. 229. Abdul Majid, Op., Cit, hlm. 250. 30 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2014), hlm. 121. 29
43
1. Sejarah Kurikulum 2013 Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan tahun 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan IPTEK.31 Dalam suatu pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.Sehubungan dengan itu, sejak wacana perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik yang pro maupun yang kontra. Menghadapi berbagai tanggapan tersebut, terutama nada miring dari yang kontra terhadap perubahan kurikulum, menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad nuh dalam berbagai kesempatan menegaskan perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013.32 Menurut Mulyasa (2013:66) “Kurikulum 2013 merupakan tindaklanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernahdiujicobakan pada tahun 2004”. Kurikulum Berbasis Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan
pendidikan
untukmengembangkan
berbagai
ranah
pendidikan
31
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 111. 32
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 59-60.
44
(pengetahuan,keterampilan,
dan
sikap)
dalam
seluruh
jenjang
dan
jalur
pendidikan,khususnya jalur pendidikan sekolah.33 Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor diantaranya: lamanya waktu siswa bersekolah, lamanya siswa tinggal di sekolah, pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi, buku pegangan bagi guru dan siswa atau buku babon, dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan.34 Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut: 1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesuksesannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. 2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. 3. Kompetensi dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap). 4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode 33
Ibid., hlm. 66. Daryanto dan Herry Sudjendro, Siap Menyongsong KURIKULM 2013, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), hlm. 1. 34
45
konstruktif, kesimbangan soft skills and hard skill, serts jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum. 5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. 6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. 7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.35 Pengembangan kurikulum 2013, selain untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pada Kurikulum 2006, bertujuan juga untuk mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran.36 Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemapuan yang dirumuskan didalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), 6 (enam). Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama,
35
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 60-61. Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progeresif. Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2014), hlm. 10. 36
46
interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu kita diajarkan berbeda dengan tuntutan zaman. Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, semetara missal di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.37 Untuk menghadapi tantangan tersebut,kuriklum harus mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi yang sesuai dengan perkembangan global atara lain: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga Negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadappandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalamkehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.38
2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
37
Dirman dan Cicih Juarsih, PENGEMBANGAN KURIKULUM Dalam Rangka Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa, (Jakarta: PT RINNEKA CIPTA, 2014), hlm. 10-11. 38 E. Mulyasa, Op cit., hlm 63-64.
47
Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yudiris dan konseptual sebagai berikut: 1. Landasan Pengembangan Secara Filosofis Landasan ini penting agar melihat suatu fenomena atau persoalan dengan sebenar-benarnya sehingga dapat menjadi penyelesaian secara bijak dan akurat.Menurut Ella Yuliawati, bahwa setiap aliran filsafat memiliki karakteristik masing-masing: a.
Perenialisme, lebih menekankan kepada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
b.
Esensialisme, menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
c.
Eksistensialisme, menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.
d.
Progresivisme, menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
e.
Rekonstruktivisme, merupakan erabolarasi lanjut dari aliran progresivisme. disamping menekankan perbedaan individual, rekonstruksivisme lebih menekankan tentang pemecahan masalah dan berfikir kritis.39
39
Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm 12-14.
48
Landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan prinsip demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk berkembang dan mampu berfikir intelegen dikehidupan masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan nilainilai manusiawi dan kultural dalam pendidikan.40 2. Landasan Yudiris Landasan yudiris kurikulu adalah pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Menengah Nasional (RPJMN). Landasan yudiris pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif, dan Pendidikan Kewirausahaan.41 3. Landasan Konseptual Konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide atau gagasan yang diabstraksikan dari peristiwa konkret. Dalam penyusunan Kurikulum 2013 ini landasan konseptualnya antara lain:
40
Sholet Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 64. 41
Abdul Majid dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), hlm. 11.
49
a. Relevansi pendidikan (link and match). b. Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter. c. Pembelajaran kotekstual (contectual teaching and learning). d. Pembelajaran aktif (stundent active learning). e. Penilaian valid, utuh, dan menyeluruh.42 3. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
1.
Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standart nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2.
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasin sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
3.
Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi.
4.
Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan darintujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara serta perkembangan global.
5.
Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan.
6.
Standar proses dijabarkan dari Standar Isi.
7.
Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan Standar Proses.
8.
Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan kedalam Standar Inti
42
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA, (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 30.
50
9.
Kompetensi
Inti
dijabarkan
kedalam
Kompetensi
Dasar
yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran. 10. Kurikulum Satuan Pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan. 11. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 12. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk 13. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).43
4. Standar Nasional Pendidikan (SNP) Kurikulum 2013
Berkaitan dengan perubahan Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013, pemerintah telah melakukan berbagai penataan dalam sistem standardisasi pendidikan, seperti dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SNP) dan PP Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Terdapat delapan Standar Nasional Pendidikan
43
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 81-82.
51
yang dideskripsikan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 dan PP Nomor 32 Tahun 2013 sebagai berikut:44
1) Standar isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2) Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3) Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
44
Ibid., hlm. 23.
52
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5) Standar Sarana dan Prasarana
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasionalpendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
6) Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7) Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
53
8) Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.45
5. Keunggulan Kurikulum 2013 Kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan: a.
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (Kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
b.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lainnya.
c.
Ada
bidang-bidang
studi
atau
mata
pelajaran
tertentu
yang
dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kopetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.46
45
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 24-50. 46 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 164.
54
C. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Dalam menyimpulkan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu dikemukakan pengertian pendidikan dari segi etimologi dan terminology. Dari segi etimologi atau bahasa, pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.47 Kemudian ditinjau dari segi terminology, banyak batasan dan pandangan yang dikemukakan para ahli untuk merumuskan pengertian pendidikan, namun belum juga menemukan formulasi yang tepat dan mencakup semua aspek, walaupun begitu pendidikan berjalan terus tanpa menantikan keseragaman dalam arti pendidikan itu sendiri. Menurut Zakiah Darajat, dkk, Pendidikan Agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu usaha yang secara sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama yang diperlukan dalam pengembangan kehidupan beragama dan sebagai salah satu sarana pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.48
47
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,1984), hlm. 250. 48 Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 172.
55
Selanjutnya H. Haidar Putra Daulay, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk rohani maupun jasmani.49 Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam adalahUsaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah : a. Pengajaran keimanan 49
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam,(Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 153.
56
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam. b. Pengajaran akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik. c. Pengajaran ibadah Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. d. Pengajaran fiqih Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. e. Pengajaran Al-Quran Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-
57
ayat Al-Quran.Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. f. Pengajaran sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.50 3. Standar Kompetensi a. Standar Kompetensi Standard kompetensi mata pelajaran Pendidikan agama Islam berisi sekumpulan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik disuatu jenjang pendidikan tertentu. Standar Kompetensi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Mendeskripsikan ayat-ayat al-Qur’an serta mengamalkan ajaran-ajaran dalam kehidupan sehari-hari 2) Menerapkan aqidah Islam dalam kehidupan sehari-hari 3) Melaksanakan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari 4) Menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
50
Babam Suryaman, Pengertian, Dasar, Fungsi, Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)dalam http://www.kosmaext2010.com/pengertian-dasar-fungsi-ruang-lingkup-pendidikan-agamaislam-pai.php, diakses 4 Mei 2016.
58
5) Mendeskripsikan perkembangan tarikh islam dan hikmahnya untuk kepentingan sehari-hari.51 b. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar ini dijabarkan lagi berdasarkan aspek standard kompetensi. Berikut kompetensi dasar Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Lanjutan Tigkat Pertama (SLTP) : Kelas
Al-Qur’an
Keimanan
Akhlak
Fiqh
Tarikh
Mampu membaca
Beriman kepada
Berhati lembut,
Dapat melakukan
Memahami keadaan
al-Qu’an dengan
Allah dan
pekerja keras,
thaharah, bersuci
masyarakat Makkah
fasih, membaca dan
mengetahui sifat-
tekun, dan ulet
mengetahui hukum-
pra dan pasca
mengartikan surat-
sifat Allah Al-Aziz
dinamis total dan
hukum islam
datangnya siar
surat pilihan dan
Al-Wahab Al-
Produktif, sabar
tentang shalat
Agama, sosial
memahami hukum
Fatah, Al Qayyun,
dan tawakal serta
wajib, shalat jam’ah
politik dan ekonomi
bacaan Alif Lam
dan Al-Hady serta
loyal. Terbiasa
dapat melakukan
dan mengetahui
Ma’rifat, Nun
beriman kepada
menghindari
sujud sahwi, tilawat
proses Islamisasi di
Sukun/Tanwin dan
malaikat dan
penyakit hati dan
dan syukur serta
Mekkah
Mim Sukun
mengetahui tugas-
dapat beretika baik
mengetahui hukum
tugas malaikat
dalam kehidupan
shalat jum’at dapat
sehari-hari
melakukan shalat jamak dan qhasar dapat melakukan
51
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 39.
59
shalat-shalat sunat, witir, dhuha, tahyattul masjid dan dapat melaksanakan puasa wajib dan sunnah Mampu membaca
Beriman kepada
Terbiasa berfikir
Mengerti tentang
Memahami tentang
Al-Qur’an dengan
kitab Allah dan
kritis, sederhana
zakat, zakat fitrah
kehidupan dan
fasih dan
Rasul-rasul Allah
sportif dan
dan makanan seta
kabilah dan proses
bertanggung jawab
minuman halal dan
Islamisasi di
haram
Madinah
mengetahui hukum bacaan Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an
Beriman kepada
Terbiasa
Memahami tentang
Mengerti tentang
dengan fasih dan
hari akhir dan
berperilaku qonaah,
ibadah haji dan
perkembangan
mengartikan surat-
beriman kepada
toleran peduli
dapat melakukan
Islam pada masa
surat pendek dan
qadha dan qadhar
terhadap
shalat jenazah
khulafahurrasydin:
mengetahui hukum
lingkungan dan
Imam dan Ma’mum
Abu Bakar, Umar,
bacaan waqaf dan
budaya serta tidak
Usman, dan Ali bin
idgham
sombong, tidak
Abi Thalib
merusak, tidak nifak dan selalu beretika baik dalam
60
pergaulan
52
Tabel 1. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam 4. Karakteristik Kurikulum PAI Kurikulum Pendidikan Agama Islam memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat, dan tekniknya. b. Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan seni, kemestian, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang beragam. c. Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh. Maksudnya ialah aspek pribadi siswa tepat pada sasaran terutama aspek pribadi siswa yaitu jasmani, akal, dan rohani. d. Berkecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan, dan bahasa asing untuk perorangan maupun bagi mereka yang memiliki kesediaan, bakat, dan keinginan.
52
Ibid., hlm. 42.
61
e. Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat, kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan perorangan di antara mereka.53 Sebagaimana yang dikutip oleh Nurhayati dari Tafsir, menurut Al-Syaibani kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak. 2) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa yaitu aspek jasmani, akal dan rohani. 3) Kurikulum pendidikan Islam memperharikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani dan akal dan rohani manusia. 4) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sebagainya. 5) Kurikulum
pendidikan
Islam
mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan
kebudayaan yang sering terdapat ditengah manusia kerena perbedaan tempat dan perbedaan zaman, kurikulum dicancang sesuai dengan kebudayaan itu.54
53
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 490-512. 54 Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 5.