BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Friedman, 1998 keluarga didefinisikan sebagai berikut ; a. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan
kebersamaan
dan
ikatan
emosional
dan
yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. b. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. c. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan berbagai ciri unik tersendiri. 2. Tipe Keluarga (Setyowati, 2007) a.
Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat). 2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. 3) Keluarga”Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
6
7
4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah). b.
Tipe keluarga non tradisional 1) Tha unmarriedtteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) The stepprent family Keluarga dengan orang tua tiri. 3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama. 4) The non marital hererosexual cohibitang family Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
8
5) Cohibitng couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 6) Group marriage family Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagai sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anaknya. 7) Group network family Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama
atau
berdekatan
satu
sama
lainya
dan
saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. 3. Tugas kesehatan keluarga Menurut Friedman (1998), keluarga mempunyai tugas sebagai berikut: mengenal masalah kesehatan, member perawatan pada anggota keluarga
yang
mempertahankan
sakit, atau
membuat
keputusan
menciptakan
suasana
tindakan rumah
yang tepat, yang
sehat,
mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat. 4. Peran keluarga Menurut Friedman (1998), mendefinisikan peran keluarga menjadi dua yaitu, peran formal dan peran informal:
9
a. Peran formal Peran formal keluarga adalah peran dasar yang membentuk posisi sosial, yaitu suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu. Peranparan tersebut yaitu: peran sebagai provider (penyedia), sebagai pengatur rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan (kinskip) atau memelihara hubungan keluarga parental dan maternal, peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran seksual. b. Peran informal 1) Pendorong Pendorong, memuji, setuju dengan dan menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan. 2) Pengharmonisan Yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota penghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat. 3) Inspirator-Kontributor Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok. 4) Dominator Cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu dan membanggakan
10
kekuasaanya dan bertindak seakan-akan ia mengetahui segalagalanya dan tampil sempurna. 5) Pioner keluarga Yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing, dan dalam pengalaman baru. 6) Coordinator keluarga Mengorganisasi
dan
merencanakan
kegiatan-kegiatan
keluarga, yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan. 7) Distraktor dan orang yang tidak relevan Distraktor bersifat tidak relevan, dengan menunjukan perilaku yang menarik perhatian, membantu keluarga menghindari atau melupakan persoalan-persoalan yang menyedihkan dan sulit. 8) Penghubung keluarga Perantara keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga. 5. Fungsi keluarga Menurut Friedmann (1998), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut : a. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko social. Kebersihan melaksanakan fungsi
11
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen melaksanakan menghargai,
yang
fungsi cinta
perlu
afektif
dipenuhi
oleh
keluarga
dalam
adalah;
saling
mengasuh,
saling
kasih kehangatan,
saling
menerima,
saling
mendukung dan ikatan-ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. b. Fungsi sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dijalani oleh setiap individu, yang dicapai melalui interaksi social dan belajar
berperan
dalam
lingkungan
social
(Friedman,
1989).
Keberhasilan perkembangan, perubahan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara individu dan anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, budaya, norma-norma dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
12
c. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. d. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal untuk tempat berlindung (rumah). e.Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berfungsi untuk melakukan tindakan asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Kesanggupan keluarga
melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatan keluarga (Brulus Maglaya) adalah; mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
13
6. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut Tahap keluarga dengan usia lanjut menurut ( Friedman, 1998 ) terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Persepsi terhadap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka yang tergantung pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya memiliki norma yang rendah dan kesehatan fisik yang buruk sering merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia ( Lowenthal, 1972 ). Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai macam stresor atau kehilangankehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi mereka. Hal ini meliputi: a. Ekonomi menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,
mungkin
kemudian
menyesuaikan
terhadap
ketergantungan ekonomi ( ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah ).
14
b. Perumahan, sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa pindah ketatanan institusi. c. Sosial, kehilangan saudara, teman-teman dan pasangan. d. Pekerjaan, keharusan pensiun dan hilangnya perah dalam pekerjaan dan perasaan produktivitas. e. Kesehatan, menurunya fungsi fisik, mental dan kognitif, memberikan perawatan bagi pasangan yang kurang sehat. Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai aktifitas hidup sehari-hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet, penahanan dan mentrasfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang lebih tua sering berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan fungsional dimana semua mempengaruhi kualitas hidup individu (Maryam, 2008) . Penuaan adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, 2008). Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak pada semua tubuh mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang mengetahui secara pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Pujiastuti, 2003).
15
B. Konsep Tuberculosis Paru 1. Pengertian Teberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman menyerang paru lewat saluran pernafasan, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2007). TBC adalah penyakit menular secara langsung yang disebabkan oleh kuman TBC.Sumber penularan penyakit TBC adalah ketika seorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainya. Akibat terkena matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis (Muttaqin, 2008). Bakteri tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 u x 0,2-0,5 um, berbentuk seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada biakan, bentuknya bervariasi mulai dari bentuk kokoid sampai berupa filamen. Beberapa strain tertentu barbeda dalam pertumbuhanya, yaitu berbentuk batang dan tersusun seperti tali yang disebut cord formation (Muttaqin, 2008).
16
2.Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan
a. Anatomi Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainya yang terletak di dalam mediastrium. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari khavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga torax, di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk
17
paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Lobus paru-paru (belahan paru). Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronchial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru. Jaringan paru-paru adalah elastic, berpori dan seperti spon. Di dalam air paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya. Bronkhus pulmonalis/ trachea terbelah menjadi dua bronkus utama; bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalananya menjelajahi paru-paru bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran yang besar mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trachea, menpunyai dinding fibrusa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epithelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin kurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrusa berotot dan lapisan silia. Bronkhus terminalis masuk kedalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan di sisi membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epithelium bersilia diganti dengan sel epithelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epithelium
18
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara sampai suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. b. Fisiologi Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan external, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan alastisitas jaringan paru dan dinding dada semakin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernafas. Fungsi paru yang ikut oleh darah dalam paru untuk digunakan tubuh. Jadi konsumsi oksigen sangat erat hubunganya dengan arus darah ke paru. Dengan demikian mudah dimengerti, bahwa konsumsi oksigen menurun pada orang lanjut usia. Berkurangnya fungsi paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi system respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Selain penurunan fungsi paru akibat proses menua, beberapa faktor yang dapat memperburuk fungsi paru obesitas. Imobilitas dapat mempengaruhi tubuh menurun. Individu mudah terserang infeksi. Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membrane ini dan
19
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 % jenuh oksigen. Didalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membrane alveolar-kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan externa: 1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2) Arus darah melalui paru-paru. 3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh. 4) Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan
20
dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2
(Evelyn
C.Pearce.2008). 3. Etiologi Penyebab dari penyakit tuberkulosis paru adalah terinfeksinya paru oleh micobacterium yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm dan bersifat aerob. Sifat ini yang menunjukan kuman lebih menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigenya,
sehingga
paru-paru
merupakan
tempat
prediksi
penyakit
tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asm dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycrobacterium tuberkulosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi ( Depkes RI, 2010). 4. Patofisiologi Seiring penambahan usia kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun, sendi-sendi tulang juga akan menjadi kaku. Keadaan tersebut mengakibatkan yaitu penurunan laju ekspirasi paska satu detik sebesar + 0,2 liter/dekade serta berkurangnya kapasitas vital, menurunya bulu getar, leukosit, antibody dance eks batuk.Semua ini berakibat lansia menjadi lebih rentang terhadap infeksi ( Noorkasiem, 2009). Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
alastisitas
jaringan
paru
dan
dinding
dada
semakin
berkurang.Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan
21
dapat berkurang sehingga sulit bernafas. Fungsi paru yang ikut oleh darah dalam paru untuk digunakan tubuh. Jadi konsumsi oksigen sangat erat hubunganya dengan arus darah ke paru. Dengan demikian mudah dimengerti, bahwa konsumsi oksigen menurun pada orang lanjut usia. Berkurangnya fungsi paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi system respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Selain penurunan fungsi paru akibat proses menua, beberapa faktor yang dapat memperburuk fungsi paru obesitas. Imobilitas dapat mempengaruhi tubuh menurun. Individu mudah terserang infeksi. Pada usia lanjut tanpa penyakit saja sudah mengalami penurunan fungsi parunya, ditambah menderita TB.paru sehingga menambah dan memperburuk keadaan (Nugroho, 2008). Individu rentan menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Masuknya kuman tuberculosis ke dalam tubuh selalu menimbulkan penyakit, infeksi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahanb tubuh manusia. Basil tuberculosis masuk ke dalam paru melalui udara, dengan masuknya basil tuberculosis maka akan terjadi eksudasi dan kondolasi yang terbatas. Bakteri tuberculosis dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area paru-paru lainya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.Fagosit (neutrofit dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberkulosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
22
penumbukan eksudat dalam alveoli menyebabkan pneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Masa jaringan baru yang disebut granulomas yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati dikelilingi oleh makrofak membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tiberkel ghon. Bahan ( bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi membentuk sekat kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif (Suddarth, 2001). Setelah pemajanan dan infeksi awal individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon yang tidak adekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus itu tuberkel ghan memecah melepaskan bahan seperti keju kedalam bronki. Bakteri kemudian tersebar diudara mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyambuh membentuk jaringan parut. Peru terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan terjadinya bronkopneumoni lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan seterusnya, kecuali proses tersebut dapat dihentikan. Penyebarannya dengan lambat mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan yang ditandai dengan remisi lama ketika penyakit dihentikan diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui, hanya sekitar 10% yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit (Price, 1996).
23
5. Pathways Sistem pernapasan menurun (Pegas dinding dan kekuatan otot menurun) Fungsi paru menurun Reflek batuk Usia Lanjut (elastisitas jaringan paru dan dinding dada) Mycobacterium tuberculosis Terhirup individu rentan Tuberkolosis paru Fibrosis pada paru dan glanulomas pada paru
Pemeriksaan produksi sputum Akumulasi sputum di jalan nafas
Kuman Dorman d Droplet
Jaringan paru rapuh
Inflamasi
Mudah iritasi
Pemeriksaan asam lambung
Perdarahan Resti bersihan jalan nafas tidak efektif
Resiko terjadi penularan
Obstruksi jalan Nafas Resti pola nafas Tidak efektif
Batuk berdarah
Mual + muntah
Anoreksia
Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh
24
6. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala Tanda dan gejala tuberkulosis dapat bermacam-macam antara lain. 1) Demam Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 o C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringanya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk. 2) Batuk Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini dipengaruhi untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus. 3) Sesak nafas Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru. 4) Nyeri dada Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
25
5) Malaise Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur. 7. Penatalaksanaan 1) Pengobatan Tujuan terpenting dari tatalaksana pengobatan tuberculosis paru adalah mencegah resistensi dan pencegahan terjadinya komplikasi. Jenis dan dosis OAT menurut Depkes RI, 2011 : a. Isoniazid (H) Dikenal dengan INH bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif, Yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin muncul berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Dosis harian yang dianjurkan 5mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. b. Rifampisin (R) Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormand (persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Efek samping
adalah
hepatitis,
mual,
reaksi
demam,
trombositopenia. Rifampisin dapat mengakibatkan warna merah atau jingga pada air seni dan keringat dan itu harus
26
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Dosis 10mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intrermiten 3 kali seminggu. c. Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hepatitis, atralgia. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dosis 35mg/kg BB. d. Streptomisin (S) Bersifat bakterisid. Efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksisk dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Dosis harian 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. e. Ethambutol (E) Bersifat bakteriostatik, ethmbutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau. Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB sedangkam untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.
27
2) Panduan pengobatan OAT-FDC terdiri dari a) Kategori, I : 2 (HRZE) / 4 (HR) Kategori, I diberikan kepada :Penderita baru TBC Paru BTA positif, penderita baru TBC Paru BTA negative/ Rontegen positif (ringan atau berat), Penderita TBC Ekstra Paru (ringan atau berat). b) Kategori 2: 2 (HRZE) S / 1 (HRZE) /5 (HR)3 E3 Kategori 2 diberikan kepada: Penderita TBC BTA positif kambuh, penderita TBC BTA Positif gagal, penderita TBC berobat setelah lalai. c) OAT sisipan :I (HRZE) OAT sisipan diberikan : Bila pada akhir tahap intensif pengobatan pada penderita BTA positif tidak terjadi konvensi, maka diberikan obat sisipan 4 FDC (HRZE) setiap hari selama 28 hari dengan jumlah tablet setiap kali minum sama dengan sebelumnya. d) Kategori anak : 2 (HRZE) 4 (HR) Kategori anak diberikan kepada: Penderita TBC anak adalah penderita yang berusia 0-14 tahun.Kategori anak terdiri atas tablet yang mengandung 3 macam obat dikenal sebagai tablet 3 FDC (HRZ). Setiap tablet mengandung (30 mg Isoniasid, 60 mg Rifampisin, 150 mg Pirazinamid). Tablet yang mengandung 2 macam obat dikenal sebagai tablet 2 FDC (HR) setiap tablet mengandung (30 mg Isoniasid, 600 mg Rifampisin).
28
3) Pembedahan Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil yaitu dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopis untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak. 4) Pencegahan Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen. 5) Penatalaksanaan perawatan Penatalaksanaan perawatan untuk klien ditujukan agar : a. Klien dapat mempertahankan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret tanpa bantuan b. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi c. Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi d. Klien dapat beraktivitas secara efektif e. Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang penyakit TB f. Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke organ orang lain.
29
8. Komplikasi TBC Komplikasi yang sering muncul pada penderita tuberkulosis paru antara lain : 1. Pendarahan
dari
saluran
pernafasan
bagian
bawah
yang
dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2. Penyebaran infeksi ke organ lain Misal ;otak, jantung, persendian, ginjal 9. Pemeriksaan fisik pada penderita TBC 1) Inspeksi Tubuh kelihatan kurus, potur tubuh cenderung membungkuk, tampak lemah, muka pucat, pasien tampak gelisah, batuk-batuk, sesak nafas. 2) Palpasi Dada
: Untuk mengetahui perkembangan paru kanan /kiri seimbang atau tidak.
Cara
: Pasien disuruh mengucapkan angka 77 dan tangan perawat di letakan diatas dada pasien sambil membedakan
gerakan paru
kanan dan kiri. 3) Perkusi Dada
: suara perkusi pekak (terdengar duk-duk )
4) Auskultasi Didapat tanda ronchi, adalah sekret menimbulkan suara tambahan ronchi kering.
30
10. Pengawasan Menelan Obat (PMO)
Salah satu
komponen Directly
Observed
Treatment Shortcourse
chemotherapy (DOAT) adalah pengobatan panduan Obat Anti TB (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO. 1) Persyaratan PMO a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela. d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien. 2) Siapa yang bisa jadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan, guru, anggota Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), atau tokoh masyarakat lainya atau anggota keluarga. 3) Tugas seorang PMO a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
31
c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala
mencurigakan
TB
untuk
segera
memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan. 4) Informasi penting yang perlu dipahami PMO umtuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya: a. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan b. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan) e. Pentinganya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke Unit Pemeriksaan Kesehatan (UPK). 11. Pemeriksaan penunjang pada penderita TBC Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis paru yaitu : 1) Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberkulosis pada tahap akhir penyakit.
32
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat. 3) Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen) menunjukan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. 4) Foto thorak: dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan. 5) Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium tuberkulosis. 6) Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana TB, adanya sel raksaa menunjukan nekrosis. 7) Nektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi. 8) GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru. 9) Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/ fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (Doengoes, 1999).
33
C. Proses Keperawatan Keluarga dengan TB.Paru 1. Pengkajian keluarga Tahap-tahap proses pengkajian keperawatan keluarga meliputi : a. Identifikasi data 1) Data keluarga Apabila ada yang tinggal dalm satu rumah dengan penderita TB. Paru maka orang tersebut beresiko tertular 2 kali lebih besar dari pada orang yang tidak tinggal serumah dengan penderita TB.Paru. 2) Komposisi keluarga Dilakukan pengidentifikasiaan penyakit TB. Paru dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua dikarenakan penyakit TB. Paru mudah menular pada anggota keluarga: a) Umur penderita TB.Paru sering kali berasal dari usia produktif (15-50 tahun). Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada usia 40-50 tahun (Doengoes, 1999). b) Jenis kelamin, insiden tertinggi pada laki-laki dan bukan kulit putih (Doengoes, 1999). Pada wanita angka prevalensinya masih lebih rendah dan meningkat juga lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Crofton, 1999). 3) Tipe keluarga Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang menderita TB.Paru.
34
4) Latar belakang budaya Status kesehatan yang buruk (alkoholisme, perokok), tinggal dilingkungan yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan makan sepiring berdua, penggunaan tempat pelayanan kesehatan secara berkala (Depkes, 2007). 5) Pola spiritual Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang aktif diikuti. 6) Status kelas sosial a) Penghasilan keluarga Keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala keluarga yang tidak mampu bekerja lagi, pendapatanya menurun dan akan mempengaruhi dalam penemuan gizi keluarga. Akibatnya daya tahan tubuh anggota keluarga rendah sehingga kemungkinan terserang TB.Paru sangat besar. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB.Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah. b) Pendidikan Kegiatan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah pendidikan, ketidak mampuan keluarga dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi dan kurangnya pengetahuan tentang masalah TB.Paru membuat keluarga tidak mampu
35
merawat penderita dengan baik yang mengakibatkan kondisi penyakit bertambah buruk dan timbul komplikasi. 7) Aktifitas rekreasi keluarga Aktifitas yang dilakukan bersama-sama keluarga, frekuensi aktifitas keluarga dan penggunaan waktu senggang secara bersamasama. b. Tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang usia bayi sampai lanjut usia. 2) Riwayat keluarga sebelumnya Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah keluarga yang pernah menderita penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit yang sifatnya herediter misalnya diabetes, hipertensi, hepatitis serta bagaimana perawatan dari keluarga, pengobatan tindakan medis yang telah diberikan. c. Data lingkungan 1) Karakteristik rumah Lingkungan rumah yang kumuh, berdebu, kurang ventilasi, penerangan yang kurang, keadaan kamar tidur yang pengap karena sinar matahari tidak masuk, kasur yang tidak pernah dijemur merupakan faktor yang menyebabkan kuman tuberkulosis mudah menyebar dan menular.
36
2) Macam lingkungan tempat tinggal Tinggal ditempat yang padat penduduk dan kumuh dapat mempercepat penularan bakteri tuberculosis paru. 3) Karakteristik hubungan dengan tetangga dan masyarakat penderita TB.Paru cenderung merasa rendah diri dalam pergaulan. Karena penyakit tuberculosis merupakan penyakit yang menular melalui udara, batuk dan bersin. 4) Mobilisasi geografis keluarga Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa, sudah berapa lama tinggal didaerah tersebut dan pindah dari daerah mana. 5) Interaksi keluarga dengan masyarakat a) Fasilitas sosial dan kesehatan Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita TB.Paru. b) Fasilitas transportasi Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan sehingga memperburuk keadaan.
37
6) Sistem pendukung dalam keluarga Dalam keberhasilan pengobatan TB.Paru diharapkan dari keluarga ada yang menjadi pengawas minum obat. d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi Menjelaskan cara berkomunikasi antara anggota keluarga, sistem komunikasi yang digunakan, efektif atau tidaknya dalam keluarga. 2) Struktur peran Apakah anggota keluarga sudah menjalankan peranya dalam keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita TB.Paru akan mengalami perubahan kapasitas fisik dalam melaksanakan peran. 3) Struktur kekuatan keluarga Sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam mengatasi masalah TB.Paru yang ada dalam keluarga. 4) Nilai dan norma keluarga Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang terjadi di keluarga dalam hal ini TB.Paru. e. Fungsi keluarga 1) Fungsi perawatan kesehatan a) Keluarga mengenal masalah kesehatan b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat c) Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
38
d) Keluarga mampu memodifikasi dan memelihara lingkungan untuk menunjang kesehatan. e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang ada. f. Koping keluarga 1) Stressor yang sering muncul dalam keluarga 2) Respon keluarga terhadap streesor 3) Koping yang digunakan dalam mengatasi streesor 2. Diagnosa keperawatan keluarga a. Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit TB. Paru. b. Resiko terjadi penularan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal Multi Drug Resistence (MDR).