BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Konsep Dukungan Keluarga
Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 2002). Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.
2.1.2
Tipe Keluarga Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh tipe
keluarga. Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
8
9
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek, nenek, paman dan bibi. Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia adalah tipe keluarga tradisional. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam Achjar (2010). Tipe keluarga tradisional dapat dikelompokkan manjadi: a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat). b. Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi. c. Keluarga dyad yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat. e. Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. Menurut Friedman (1998), individu yang yang tinggal dalam keluarga besar (extended family) akan mendapatkan dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tinggal dalam keluarga inti (nuclear family).
10
2.1.3
Jenis-jenis Dukungan Keluarga Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), terdapat
empat tipe dukungan keluarga yaitu: a. Dukungan Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk bersistirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi. b. Dukungan Penilaian Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada individu. c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan. d. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan
11
keluarga dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalanpersoalan yang sedang dihadapi.
2.1.4
Cara Menilai Dukungan Keluarga Menurut Nursalam (2008), untuk mengetahui besarnya dukungan
keluarga dapat diukur dengan menggunakan kuisioner dukungan keluarga yang terdiri dari 12 buah pertanyaan yang mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Dari 12 buah pertanyaan, pertanyaan no 1-4 mengenai dukungan emosional dan penghargaan, pertanyaan no 5-8 mengenai dukungan fasilitas, dan pertanyaan no 9-12 mengenai dukungan informasi atau pengetahuan. Masing-masing dari pertanyaan tersebut terdapat 4 alternatif jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Jika menjawab “selalu” akan mendapat skor 3, menjawab “sering” mendapat skor 2, menjawab “kadang-kadang” mendapat skor 1, dan menjawab “tidak pernah” mendapat skor 0. Total skor pada kuisioner ini adalah 0-36. Jawaban dari responden dilakukan dengan scoring.
2.2
2.2.1
Konsep Motivasi Belajar
Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sudah terpenuhi (Sardiman, 2010).
12
Banyak ahli sudah mengemukakan pengertian tentang motivasi dari berbagai sudut pandang, pada intinya adalah sebagai suatu pendorong yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. (Bahri, 2011). Menurut Ngalih Purwanto (2000) dalam Nursalam (2008), motivasi adalah segala sesuatu yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam motivasi belajar ada empat komponen penting yaitu kebutuhan, dorongan, tujuan dan incentive. Kebutuhan ini akan terjadi bila seorang merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang ingin dicapai. Dorongan merupakan keinginan dari dalam maupun luar untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi keinginannya. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai untuk memenuhi keinginan sedangkan incentive adalah hal-hal yang dapat merangsang keinginan individu agar melakukan kegiatan lebih giat (Hamalik, 2008).
2.2.2
Fungsi Motivasi Belajar Motivasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam belajar. Menurut
Sardiman (2010), mengatakan ada tiga fungsi motivasi belajar yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat yaitu sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan. b. Menuntun ke arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah kegiatan apa yang harus dikerjakan dan yang tidak harus dikerjakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
13
c. Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dan tidak dikerjakan guna mencapai tujuan.
2.2.3
Macam-macam Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2010), motivasi belajar dapat dibagi menjadi empat
yaitu: a.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motivasi Bawaan Motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa seja lahir, motivasi ini muncul tanpa dipelajari. Motivasi ini sering disebut dengan motivasi yang diisyaratkan secara biologis (Physiologis Drives). 2) Motivasi yang dipelajari Motivasi yang dipelajari adalah motivasi yang timbul karena dipelajari. Motivasi ini sering disebut dengan motivasi yang disyaratkan secara sosial karena manusia hidup dalam lingkungan sosial (Affiliative Needs).
b.
Motivasi menurut Woodworth dan Marquis 1) Motivasi kebutuhan organik Motivasi ini sama dengan motivasi physiological drives, misalnya kebutuhan akan minum, makan dan lain-lain.
14
2) Motivasi darurat Motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar, mislanya dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas dan lain-lain. 3) Motivasi obyektif Motivasi
ini
menyangkut
dengan
kebutuhan
untuk
melakukan eksplorasi dan manipulasi untuk menaruh minatnya. Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar. c.
Motivasi jasmani dan rohani 1) Motivasi jasmani, contohnya: insting, nafsu dan lain-lain. 2) Motivasi rohani, contohnya: kemauan akan sesuatu.
d.
Motivasi berdasarkan sifatnya 1) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi sifat yang tidak perlu rangsangan dari luar karena dalam diri setiap individu sudah memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan maka yang dimaksud dengan motivasi intriksik adalah ingin mencapi tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri, seperti ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat merubah tingkah lakunya. Motivasi ini muncul dari kesadaran masing-masing individu dengan tujuan esensial bukan sekedar simbul dan seremonial. Motivasi ini juga dapat
15
dikatakan sebagai motivasi yang diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam individu berkaitan dengan aktivitas belajarnya (Sardiman, 2010) Bentuk motivasi seperti ini yaitu: a) Cita-cita yang ingin dicapai. Cita-cita
mahasiswa
akan
meningkatan
semangat
belajarnya. Cita-cita dari mahasiswa akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama bahkan sampai akhir hayatnya. Cita-cita mahasiswa akan memperkuat motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik karena tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (Slameto, 2009). b) Kesadaran dan pertimbangan pribadi yang matang. Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tiap orang atau individu berusaha untuk memenuhi keinginan yang diinginkannya. Maka dari itu mahasiswa harus yakin bahwa dengan belajar dengan giat akan membantu tercapainya cita-cita yang diinginkannya (Slameto, 2009). c) Pemikiran akan masa depan tentang kesuksesan. Setiap orang akan berusaha agar keinginannya bisa tercapai. Demi kelancaran belajar perlu optimis, percaya diri dan juga harus yakin bahwa mampu untuk menyelesaikannya. Jadi
16
apapun yang dipelajari sekarang pasti akan berguna di masa yang akan datang (Slameto, 2009). 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif berfungsi karena ada dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang dilakukan tidak secara langsung berhubungan dengan esensi apa yang akan dilakukan itu motivasi aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan atau rangsangan dari luar, misalnya: seseorang akan belajar jika tahu besok akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang bagus sehingga mendaptkan pujian dari orang tua atau pacar dan teman-temanya (Sardirman, 2010). Bentuk motivasi ekstrinsik yaitu: a) Pengaruh orang tua atau dukungan orang tua. Dukungan dan cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh, tidak mendukung kebutuhan anak dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar (Slameto, 2009) b) Pengaruh teman atau lingkungan. Pengaruh dari teman atau lingkungan sangat cepat masuk dalam jiwa seseorang dari yang diperkirakan. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri mahasiswa begitu
17
juga sebaliknya teman yang jelek akan berpengaruh jelek terhadap diri mahasiswa. c) Pengaruh guru atau dosen. Guru atau dosen senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik serta membantu mencarikan solusi jika mengalami kesulitan (Uno, 2009).
2.2.4
Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Menurut Bahri (2011), ada beberapa
bentuk motivasi yang dapat
dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan individu yaitu: a.
Memberi Angka Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar individu. Angka merupakan alat motivasi yang cukup
memberikan
rangsangan
kepada
individu
untuk
bisa
mempertahankan atau meningkatkan prestasinya. b. Hadiah Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan atas prestasinya. Hadiah dapat diberikan kepada individu yang memperoleh prestasi. c.
Kompetisi Kompetisi adalah persaingan yang dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong individu selamanya belajarnya bergairah. Persaingan baik individu maupun kelompok diperlukan
18
dalam proses belajar. Kondisi seperti ini dapat menjadikan kondisi belajar menjadi kondusif. d.
Ego-Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada individu agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras untuk mencapai hasil yang dia inginkan menjadikan salah satu motivasi yang cukup penting.
e.
Memberi Ulangan/Ujian Ulangan atau ujian bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan memberikan ulangan atau ujian akan meningkatan hasrat individu untuk belajar lebih giat lagi demi mendapatkan hasil yang bagus.
f.
Mengetahui Hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan motivasi. Dengan mengetahui hasil yang didapatkan akan mendorong individu untuk lebih semangat lagi apalagi hasil yang didapatkan memuaskan.
g.
Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai motivasi. Pujian adalah reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang bagus.
h.
Hukuman Hukuman merupakan reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan dalam waktu yang tepat bisa dijadikan motivasi yang baik
19
dan efekif. Hukuman akan menjadi motivasi jika dilakukan dengan pendekatan edukatif. i.
Hasrat untuk Belajar Hasrat untuk belajar berarti pada diri individu sudah ada motivasi untuk belajar sehingga hasil yang didapat akan memuaskan. Motivasi intrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar menjelma menjadi perilaku belajar.
j.
Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
menetap
untuk
memperhatikan beberapa aktivitasnya. Minat, besar pengaruhnya terhadap aktivits belajar. k.
Tujuan Yang Diakui Dengan memahami tujuan yang ingin dicapai dirasakan perlu karena sangat berguna, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), ada beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar yaitu: a.
Cita-cita atau Aspirasi Setiap individu pasti memiliki harapan yang dapat dikatakan sebagai cita-cita. Dalam mencapai cita-cita itu banyak usaha yang harus dilakukan, salah satu contohnya adalah dengan giat belajar. Jadi cita-cita dapat meningkatkan motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik.
20
b.
Kemampuan Individu Keinginan
seorang
individu
perlu
dibarengi
dengan
kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Individu harus mengimbangi dengan kemampuan untuk memahami semua mata kuliah. Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi. c.
Kondisi Individu Kondisi mahasiswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Dalam kondisi yang sedang bagus individu akan mampu untuk memahami perkuliahannya, sedangkan dalam keadaan yang kurang bagus individu akan kesulitan untuk memahami perkuliahan. Jadi kondisi jasmani dan rohani mahasiswa mempengaruhi motivasi belajar.
d.
Kondisi Lingkungan Individu berada dalam lingkungan
yang berbeda-beda.
Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e.
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar Lingkungan yang bertambah baik, maka dapat menciptakan kondisi dinamis bagi mahasiswa. Jadi guru/dosen profesional diharapkan mampu memanfaatkan media elektronik maupun media cetak untuk memotivasi belajar seorang mahasiswa.
21
f.
Upaya Guru atau Dosen Dalam Pembelajaran Upaya guru atau dosen untuk memotivasi mahasiswa ada bermacam-macam. Motivasi dapat dilakukan oleh guru atau dosen pada saat
pelajaran/perkuliahan
berlangsung
maupun
di
luar
pelajaran/perkuliahan. Oleh karena itu peran guru/dosen cukup penting untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan indikator motivasi belajar sebagai berikut yaitu hasrat untuk belajar, minat, cita-cita dan harapan, adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar, kegiatan belajar yang menarik, kondisi yang kondusif dan adanya sebuah hadiah dan hukuman
2.3
2.3.1
Konsep Mahasiswa Keperawatan
Definisi Mahasiswa Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di sekolah tingkat perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta untuk mempersiapkan dirinya untuk keahlian sesuai dengan bidangnya masing-masing (Budiman, 2006). Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi dijelaskan mahasiswa adalah peserta didik yang terdapat dan sedang mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mahasiswa berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi dan kemampuannya.
22
2.3.2
Definisi Keperawatan Keperawatan adalah profesi yang sedang tumbuh dan berkembang.
Titik
fokus
dalam
keperawatan
adalah
respon
manusia
terhadap
ketidakseimbangan yang dapat ditangani dengan asuhan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sosok yang unik, meliputi bio-psiko-sosio-spiritual. Bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang bersifat holistik atau menyeluruh. Bagi individu yang tidak dapat berfungsi secara oftimal terkait dengan kondisi kesehatan dan penyembuhannya (Asmadi, 2008; Sarwoko, 2008).
2.3.3
Sifat atau Karakteristik Keperawatan Menurut Asmadi (2008), sifat atau karakteristik keperawatan dapat
dijelaskan sebagai berikut: a.
Pengetahuan Umum Ilmu keperawatan dapat dipelajari oleh siapa pun yang berminat
untuk
mempelajarinya.
Ilmu
keperawatan
dapat
dipublikasikan dengan bahasa yang sarat akan unsur informative dan emotif. b.
Objektif Ilmu keperawatan dapat menginterpretasikan objek yang sama dengan cara yang sama sehingga dapat diperoleh hasil yang sama. Misalnya ada tiga orang perawat akan melakukan tindakan keperawatan yaitu memasang selang oksigen. Hasil yang akan mereka capai sama yaitu memenuhi kebutuhan oksigen pasiennya.
23
c.
Abstraksi Ilmu keperawatan ditujukan bagi umat manusia yang tidak lepas dari kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Ini tertuang dalam sejumah konsep tentang manusia yaitu manusia sebagai mahkluk holistik yang terdiri dari bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia dikenal sebagai mahkluk yang unik dan memiliki kebutuhan.
d.
Konseptual Ilmu keperawatan mempunyai konsepsi yang membangun teori keperawatan tersebut. Konsepsi ini dikemukakan oleh sejumlah para ahli.
e.
Generalisasi Dengan adanya konsep manusia dan teori keperawatan, ilmu keperawatan dapat dipublikasikan lebih luas sehingga bisa diketahui dan diterima oleh masyarakat luas. Dengan artian masyarakat dapat mengenal ilmu keperawatan melalui realitas asuhan keperawatan atau melalui bantuan yang diberikan oleh perawat.
2.3.4
Mahasiswa Keperawatan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
keperawatan adalah seseorang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian sesuai dengan bidangnya khususnya respon manusia terhadap ketidakseimbangan yang dapat ditangani dengan asuhan keperawatan.
24
2.4
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi berasal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sudah terpenuhi (Sardiman, 2010). Berdasaran sifatnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjdi sifat yang tidak perlu ransangan dari luar karena dalam diri setiap individu sudah memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2010). Menurut Slameto (2009) bentuk motivasi intrinsik yaitu cita-cita yang ingin didapat, kesadaran dan pertimbangan peribadi yang matang dan pemikiran akan masa depan tentang kesuksesan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif berfungsi karena ada dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang dilakukan tidak secara langsung berhubungan dengan esensi apa yang akan dilakukan itu motivasi aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan atau rangsangan dari luar (Sardiman, 2010). Bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik yaitu pengaruh orang tua atau dukungan orang tua, pengaruh teman atau lingkungan dan pengaruh guru atau dosen. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
25
yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Dukungan dan cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya tidak peduli, tidak mendukung kebutuhan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar (Slameto, 2009). Jadi dukungan keluarga sangat membantu mahasiswa untuk menumbuhkan motivasi belajarnya.